Akses kelas selamanya

Ambil Promo
flash sale
hamburger-menu

Tips All

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Reset
Kelas Cara Bikin Repository Github Melalui Visual Studio Code di BuildWithAngga

Cara Bikin Repository Github Melalui Visual Studio Code

Hello, fellow learners! Did you know? Penggunaan Github dalam pengembangan perangkat lunak sudah menjadi suatu keharusan. Github sangat membantu developers dalam berkolaborasi, menyimpan, melacak perubahan dalam kode mereka, dan mengelola proyek secara efisien. Pada artikel kali ini, kita akan mencoba membuat repositori Github step-by-step melalui Visual Studio Code. Kenapa pakai VSCode? Sebagai salah satu integrated development environment (IDE) yang paling populer, Visual Studio Code (VSCode) tidak hanya menawarkan lingkungan pengembangan yang efisien, tetapi juga menyediakan fitur-fitur terkini yang dapat memudahkan langkah-langkah dalam membuat dan mengelola repositori. So without futher do, let’s get started! Langkah 1: Menyiapkan Akun Github Pastikan kalian sudah memiliki akun Github! Jika belum, kalian dapat mendaftar di Github. Langkah 2: Pastikan Kalian Telah Menginstal Git Pastikan kalian sudah menginstal Git pada komputer atau laptop kalian. Jika belum ada kalian bisa mengunduhnya melalui situs resmi Git. Langkah 3: Buat Repository Baru Jika sudah memiliki akun Github silahkan login ke akun kalian dan klik ikon + (tambah) atau tombol “New” untuk membuat repositori baru. menambahkan repositori baru Kemudian isi detail seperti nama repositori, deskripsi (optional), dan pilihan lainnya. Setelah itu, klik tombol Create Repository mengisi detail repositori tampilan repositori yang masih kosong Langkah 4: Siapkan Project Untuk Dijadikan Repository Git Buka direktori projek yang ingin kalian masukan sebagai repositori Git. Kemudian buka projek tersebut melalui Visual Studio Code. Pastikan akun pada VSCode sudah terhubung/terkoneksi dengan Github kalian. menyiapkan projek yang akan dijadikan repositori Git Langkah 5: Inisialisasi Git Buka tab Source Control yang terletak di sebelah kiri atau tekan Ctrl + Shift + G. Pada bagian atas tab Source Control, klik pada ikon Initialize Repository melakukan inisialisasi Git Setelah inisialisasi, kalian akan melihat daftar file yang belum ditambahkan (untracked files). Klik pada file atau pilih semua file yang ingin ditambahkan, dengan klik tombol + untuk menambahkannya ke staging area. menambahkan file ke staging area Setelah menambahkan file ke staging area, masukkan pesan commit di kolom Message dan tekan tombol centang (✔) untuk melakukan commit. melakukan commit Langkah 6: Tambahkan Remote Repository Klik pada ikon More Actions (titik tiga) di bagian tab Source Control dan pilih Remote > Add Remote. menambahkan remote Atau kalian bisa tekan tekan Ctrl + Shift + P untuk membuka Command Palette lalu ketikkan Git: Add Remote. Kemudian masukkan URL repositori GitHub yang baru dibuat. add remote melalui command palette Langkah 7: Melakukan Push ke Github Jika kalian telah menambahkan remote repository, kalian dapat melakukan push ke Github dengan klik tombol Publish Branch pada tab Source Control. melalukan push ke Github Setelah berhasil, periksa hasil push Github pada repositori yang telah kalian buat sebelumnya. file berhasil di push ke repositori Github And the step is done! kamu berhasil membuat repositori baru. Proyek kalian sekarang terhubung ke repositori Github dan dapat dilacak perubahannya melalui Visual Studio Code. Kesimpulan Pada artikel ini, kita telah mempelajari langkah-langkah untuk membuat repositori Github melalui Visual Studio Code. Dengan mengikuti panduan ini, kalian dapat dengan mudah menginisialisasi proyek, menambahkan file, melakukan commit, dan menghubungkannya ke repositori Github. Semoga artikel ini dapat membantu kalian memahami dan mengimplementasikan langkah-langkah untuk membuat repositori Github menggunakan Visual Studio Code. Jangan ragu untuk menyesuaikan proses ini sesuai dengan kebutuhan. See you in the next article! 🚀👨‍💻

Kelas Auto Layout vs Manual Layout Figma: Kapan Harus Digunakan? di BuildWithAngga

Auto Layout vs Manual Layout Figma: Kapan Harus Digunakan?

Bagi para UI/UX designers, pemilihan antara menggunakan Auto Layout dan Manual Layout dalam Figma adalah keputusan krusial yang dapat mempengaruhi efisiensi dan hasil akhir desain. Dalam artike kali ini kita akan membahas perbedaan antara kedua pendekatan tersebut, memberikan kamu pemahaman mendalam tentang kapan sebaiknya kamu menggunakan Auto Layout dan kapan Manual Layout lebih sesuai. Kita akan belajar kelebihan dan kekurangan masing-masing metode, serta memberikan panduan praktis untuk situasi-situasi tertentu. Dengan memahami dengan baik keuntungan dan batasan dari Auto Layout dan Manual Layout, kamu dapat membuat keputusan yang tepat dalam membangun tata letak desain yang responsif, konsisten, dan sesuai dengan kebutuhan project UI/UX-mu! © Figma Community Apa itu Auto Layout? Auto Layout adalah fitur yang memungkinkan kamu untuk secara otomatis menata elemen-elemen di dalam frame atau grup berdasarkan aturan tertentu yang kamu tentukan. Misalnya, kamu dapat menetapkan elemen-elemen tersebut untuk disusun secara horizontal atau vertikal, dan Figma akan secara otomatis menyesuaikan posisi dan ukuran mereka saat kamu menambahkan atau menghapus elemen. Ini sangat berguna untuk membuat daftar, card, atau elemen UI lainnya yang memerlukan konsistensi dalam penataan. Kamu bisa berkenalan dengan Auto Layout di artikel “Cara Menggunakan Auto Layout pada Figma” © Shaynakit.com Apa itu Manual Layout? Manual Layout adalah cara tradisional untuk menata elemen secara manual di dalam frame atau grup. Dalam mode ini, kamu memiliki kendali penuh atas posisi dan ukuran setiap elemen secara individual. Kamu harus menyesuaikan setiap elemen secara manual, yang memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar tetapi memerlukan lebih banyak waktu dan usaha untuk mengatur dengan presisi. © Figma Community - Direction in Auto Layout Figma Kenapa Sih Kita Harus Menggunakan Auto Layout? Tata Letak Responsif: Auto Layout memungkinkan elemen-elemen desain untuk menyesuaikan ukuran dan posisi secara otomatis berdasarkan perubahan konten atau ukuran frame. Ini sangat berguna untuk membuat tata letak yang responsif untuk berbagai ukuran layar atau perangkat.Efisiensi dalam Penyesuaian: Dengan Auto Layout, menambahkan atau menghapus elemen tidak memerlukan penyesuaian manual. Figma akan secara otomatis menyesuaikan tata letaknya, menghemat waktu dan usahamu dalam mengelola perubahan desain.Konsistensi Tata Letak: Auto Layout memastikan konsistensi tata letak di seluruh desainmu! Dengan aturan yang konsisten, kamu dapat memastikan bahwa elemen-elemen UI ditempatkan dengan cara yang sama di berbagai bagian desain, menciptakan pengalaman pengguna yang lebih baik.Kolaborasi yang Lebih Mudah: Dengan menggunakan Auto Layout, tim desain dapat lebih mudah berkolaborasi karena aturan penataan otomatis mengurangi kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda. Semua anggota tim dapat bekerja dengan lebih efisien dan tetap mempertahankan konsistensi desain.Integrasi dengan Data Dummy: Figma memiliki fitur untuk menyisipkan data dummy ke dalam elemen-elemen desain, seperti daftar atau tabel. Dengan Auto Layout, kamu dapat dengan mudah menyesuaikan tata letak untuk menampung data dummy baru tanpa perlu melakukan penyesuaian manual yang rumit. Dengan menggunakan Auto Layout, kamu dapat meningkatkan efisiensi, konsistensi, dan responsivitas dalam desain UI/UX-mu, serta mempercepat proses developing secara keseluruhan. © Figma Community - Strokes in Layout Lalu Apa Saja Keunggulan Menggunakan “Manual Layout”? Kontrol Presisi: Manual Layout memungkinkan kamu memiliki kendali yang lebih besar atas posisi, ukuran, dan jarak antara elemen-elemen UI. Ini penting ketika kamu memerlukan presisi tinggi dalam tata letak atau ketika elemen-elemen tersebut harus ditempatkan secara spesifik.Desain Khusus: Dalam beberapa kasus, kamu mungkin memiliki desain yang unik atau kompleks yang sulit diatur dengan Auto Layout. Dengan Manual Layout, kamu memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan tata letak sesuai kebutuhan tanpa dibatasi oleh aturan otomatis.Elemen Interaktif: Ketika kamu bekerja dengan elemen-elemen interaktif seperti tombol, slider, atau kartu yang memiliki perubahan tampilan berdasarkan interaksi pengguna, Manual Layout dapat menjadi pilihan yang lebih baik. Ini karena kamu dapat menyesuaikan layout secara langsung sesuai dengan perubahan desain yang diperlukan.Kompatibilitas dengan Platform Tertentu: Kadang-kadang, kamu mungkin perlu membuat desain yang sesuai dengan panduan desain platform tertentu yang tidak sepenuhnya cocok dengan aturan Auto Layout. Dengan Manual Layout, kamu dapat membuat tata letak yang lebih sesuai dengan persyaratan platform yang spesifik.Project dengan Skala Kecil: Untuk small projects atau elemen-elemen individual yang tidak memerlukan penyesuaian otomatis, menggunakan Manual Layout mungkin lebih efisien. Ini karena kamu tidak perlu menetapkan aturan Auto Layout untuk elemen-elemen yang sederhana dan tidak berubah. Dengan mempertimbangkan kebutuhan desain dan kompleksitas project, menggunakan Manual Layout dapat memberikan dirimu kendali yang lebih besar dan fleksibilitas dalam mencapai tata letak yang diinginkan. © Figma Community Mari Kita Bahas Kekurangan Auto Layout! Tentu saja meskipun Auto Layout adalah fitur yang sangat berguna dalam desain UI/UX di Figma, ada beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan: Keterbatasan dalam Desain Khusus: Auto Layout memiliki aturan bawaan yang mengatur cara elemen-elemen diatur secara otomatis. Ini bisa menjadi keterbatasan ketika kamu memiliki desain yang unik atau kompleks yang sulit diatur dengan aturan otomatis.Kesulitan dalam Kontrol Presisi: Meskipun Auto Layout dapat menyederhanakan proses penataan elemen, itu juga bisa sulit untuk mencapai presisi yang tinggi dalam tata letak. Kadang-kadang, kamu mungkin perlu menyesuaikan secara manual untuk mendapatkan posisi atau jarak yang tepat antara elemen-elemen.Kemungkinan Kesalahan dalam Penyesuaian: Terkadang, ketika kamu menambahkan atau menghapus elemen dalam Auto Layout, Figma dapat secara otomatis menyesuaikan tata letaknya. Namun, ini juga bisa menyebabkan kesalahan jika Figma menangkap dengan tidak tepat apa yang kamu inginkan, menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan dalam layout.Kinerja yang Lambat dalam Desain yang Rumit: Saat bekerja dengan desain yang sangat rumit atau frame yang berisi banyak elemen dengan Auto Layout, Figma mungkin mengalami kinerja yang lambat karena perlu menghitung ulang layout secara terus-menerus.Tidak Cocok untuk Semua Situasi: Ada kasus-kasus di mana menggunakan Auto Layout mungkin tidak cocok, terutama jika desain memerlukan fleksibilitas yang lebih besar atau kontrol presisi yang tinggi yang sulit dicapai dengan aturan otomatis. Meskipun Auto Layout merupakan fitur yang kuat dan efisien, penting untuk memahami kekurangannya dan menggunakan dengan bijak sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas desain yang kamu hadapi. © Figma Community - Gap between items Bagaimana dengan Kekurangan “Manual Layout”? Menggunakan Manual Layout juga sudah pasti memiliki kelemahan/kekurangannya juga loh! Yuk simak! Memakan Waktu: Mengatur tata letak secara manual dapat memakan waktu lebih lama daripada menggunakan Auto Layout. Kamu sudah pasti perlu menyesuaikan posisi, ukuran, dan jarak setiap elemen secara individual, yang dapat menjadi proses yang memakan waktu terutama untuk desain yang kompleks.Kesulitan dalam Menjaga Konsistensi: Tanpa aturan otomatis, menjaga konsistensi antara elemen-elemen UI dapat menjadi lebih sulit. Kamu harus secara manual memastikan bahwa posisi, ukuran, dan properti lainnya konsisten di seluruh desain kamu, yang bisa sulit dilakukan terutama pada proyek yang besar.Keterbatasan Responsif: Manual Layout mungkin tidak selalu cocok untuk desain yang responsif. Ketika kamu perlu menyesuaikan layout untuk berbagai ukuran layar atau perangkat, menggunakan Manual Layout bisa menjadi kurang efisien daripada menggunakan Auto Layout yang dapat menyesuaikan layout secara otomatis.Kesulitan dalam Pengelolaan Perubahan: Ketika ada perubahan dalam desain, seperti penambahan atau penghapusan elemen, kamu harus secara manual menyesuaikan layout untuk memperhitungkan perubahan tersebut. Hal ini bisa menjadi rumit dan memerlukan upaya tambahan untuk memastikan konsistensi dan keakuratan tata letak.Tidak Efisien untuk Proyek Skala Besar: Dalam proyek-proyek dengan jumlah elemen yang besar atau kompleksitas yang tinggi, menggunakan Manual Layout mungkin tidak efisien. Ini karena memerlukan banyak waktu dan usaha untuk mengatur tata letak secara manual, dan bisa sulit untuk menjaga konsistensi dan akurasi di seluruh desain. Meskipun Manual Layout memberikan fleksibilitas dan kendali yang lebih besar dalam penataan elemen-elemen UI, penting untuk mempertimbangkan kekurangannya dan memilih metode yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas *project-*mu. Kesimpulan © Shaynakit.com Secara keseluruhan, pemilihan antara menggunakan Auto Layout dan Manual Layout dalam desain UI/UX di Figma tergantung pada kebutuhan spesifik project dan preferensi desain individu. Auto Layout sangat berguna dalam situasi-situasi di mana tata letak responsif, konsistensi, dan efisiensi dalam penyesuaian diperlukan. Ini cocok untuk pembuatan daftar, grid, atau desain dengan konten yang berubah-ubah. Di sisi lain, Manual Layout memberikan kendali yang lebih besar atas posisi, ukuran, dan jarak antara elemen-elemen, cocok untuk desain khusus atau kompleks yang sulit diatur dengan aturan otomatis. Ini juga dapat digunakan ketika konsistensi sangat penting atau ketika desain memerlukan penyesuaian yang lebih akurat. Dalam prakteknya, seringkali kombinasi dari kedua metode ini dapat memberikan hasil terbaik, dengan menggunakan Auto Layout untuk elemen-elemen yang seragam dan sering berubah, sementara Manual Layout digunakan untuk elemen-elemen yang memerlukan penanganan khusus atau presisi yang tinggi. Dengan memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing metode, serta kebutuhan desain yang spesifik, desainer dapat membuat keputusan yang tepat untuk mencapai tata letak yang optimal dan memuaskan dalam proyek UI/UX mereka. Tertarik belajar Auto Layout UI/UX lebih dalam? Kami menyediakan kelas-kelas gratis hingga kelas premium yang akan membantu kamu memperdalam skill UI/UX-mu!

Kelas Pengenalan REST API dan Tools untuk Membuatnya di BuildWithAngga

Pengenalan REST API dan Tools untuk Membuatnya

Hai Sobat BWA!🙌 REST API merupakan salah satu hal yang tidak asing lagi bagi seorang programmer. REST API merupakan gabungan dari REST (Representational State Transfer) dan API (Application Programming Interface). REST API biasanya digunakan untuk komunikasi dan pertukaran data antara berbagai perangkat lunak atau sistem di lingkungan jaringan komputer. Apa itu REST API? REST API adalah singkatan dari Representational State Transfer Application Programming Interface. REST API memungkinkan komunikasi antara perangkat lunak yang berbeda menggunakan HTTP (Hypertext Transfer Protocol) untuk mentransfer data. REST API memungkinkan aplikasi untuk berkomunikasi dan berbagi data dengan aplikasi lain dengan cara yang efisien. REST API berjalan dengan prinsip-prinsip REST, yaitu pendekatan sederhana dan ringkas untuk mentransfer data melalui jaringan. Pada umumnya, REST API menggunakan metode HTTP untuk melakukan operasi CRUD (Create. Read, Update, Delete) pada data. REST API didukung oleh berbagai bahasa pemrograman, sehingga banyak digunakan untuk membangun aplikasi website. Apa saja yang Menjadi Karakteristik REST API? REST API memiliki beberapa karakteristik penting, antara lain: Stateless: REST API tidak menyimpan informasi tentang status atau konteks klien. Setiap permintaan yang diterima dianggap sebagai permintaan yang mandiri.Terpisah antara Klien dan Server: REST API mengizinkan klien dan server berinteraksi secara terpisah dan independen. Hal ini memungkinkan kedua sisi untuk berubah dan berkembang secara mandiri tanpa mempengaruhi yang lain.Berbasis URL dan HTTP: REST API menggunakan URL (Uniform Resource Locator) dan protokol HTTP untuk mengidentifikasi dan berkomunikasi dengan sumber daya.Operasi Standar: REST API menggunakan metode HTTP standar seperti GET, POST, PUT, dan DELETE untuk melakukan operasi pada sumber daya. Bagaimana Cara Kerja REST API? Cara kerja REST API didasarkan pada prinsip-prinsip dasar REST, yang memanfaatkan protokol HTTP untuk mentransfer data antara klien dan server. Berikut ini adalah bagaimana cara kerja REST API: Menerima HTTP Request dari Klien: Klien membuat permintaan HTTP ke server beserta sumber daya yang ingin diaksesnya. Contohnya, jika klien ingin menambahkan data buku, klien akan mengirim permintaan HTTP POST ke URI “/books” Berikut adalah HTTP request yang digunakan dalam metode REST API:GET (Mendapatkan Data)POST (Menambah Data Baru)UPDATE (Memperbarui Data yang Ada)DELETE (Menghapus Data)Pemrosesan Server: Saat klien mengirim permintaan, Server menerima permintaan dari klien dan memprosesnya sesuai dengan metode dan endpoint yang ditentukan.Generasi Respons: Setelah pemrosesan selesai, server akan mengirimkan respons kembali ke klien. Respons ini biasanya berisi status HTTP yang berisi berhasil/tidaknya permintaan tersebut, bersama dengan data yang diminta jika ada.Penerimaan Klien: Klien menerima respons dari server dan menanggapi sesuai dengan hasilnya. Tools untuk Membuat REST API API Tools adalah sebuah perangkat lunak/softwware yang bisa digunakan untuk membantu mengembangkan, menguji, menerapkan, dan mengelola API. Berikut ini adalah macam-macam API Tools yang umum digunakan, 1. Postman Postman adalah salah satu alat yang paling populer untuk menguji REST API. Postman memiliki banyak fitur dan fleksibel untuk digunakan. Fitur Unggulan: Kompatibel dengan plugin ekstensi Linux, Windows, MacOS, dan ChromeTerdapat fitur kolaborasi untuk memudahkan kolaborasi antar timMendukung format Swagger dan RAML (RESTful API Modeling Language) 2. SwaggerUI Swagger UI adalah alat yang populer untuk membuat dokumentasi API yang interaktif. Swagger menyertakan alat desain, pengujian, dan dokumentasi penting untuk membangun layanan web sederhana hingga kompleks. Fitur Unggulan: Sinkronsasi otomatis anatar pembuatan dan dokumentasi APIMenyediakan beberapa alat untuk Spesifikasi Open API (OAS)Mendukung desain, pengembangan, dokumentasi, dan pengujian keamanan. 3. SoapUI SoapUI adalah singkatan dari Simple Object Access Protocol. SoapUI merupakan alat penguji REST API otomatis yang banyak digunakan. Kalian dapat menggunakan SoapUI untuk menguji Layanan Web SOAP dan Layanan Web berbasis HTTP. Fitur Unggulan: Mendukung permintaan REST, SOAP, dan IoTMenawarkan solusi pengujian yang kuat untuk REST dan SOAP APIMemiliki user interface yang friendly 4. Rest Assured Rest Assured adalah alat terbaik untuk menguji API otomatis terutama saat menggunakan Java. Rest Assured merupakan pustaka Java yang open source dan gratis. Fitur Unggulan: Mendukung permintaan XML dan JSONMendukung sintaks BDD (Given-When-Then)Dapat digunakan oleh banyak pengembang Kesimpulan REST API adalah gabungan dari REST (Representational State Transfer) dan API (Application Programming Interface) yang memungkinkan komunikasi antara perangkat lunak menggunakan HTTP. Karakteristik REST API meliputi stateless, terpisah antara klien dan server, berbasis URL dan HTTP, serta menggunakan operasi standar seperti GET, POST, PUT, dan DELETE. Cara kerja REST API melibatkan menerima HTTP Request dari klien, pemrosesan server, generasi respons, dan penerimaan klien. Beberapa tools yang umum digunakan untuk membuat REST API antara lain Postman, SwaggerUI, SoapUI, dan Rest Assured. Bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai REST API, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌 Membuat REST API dengan LumenBuild API with GraphQL

Kelas Cara Mudah Ubah Desain Figma ke Bentuk HTML dengan Plugin Framer di BuildWithAngga

Cara Mudah Ubah Desain Figma ke Bentuk HTML dengan Plugin Framer

Apakah kamu tahu soal Framer? Framer merupakan alat desain untuk membuat website dan prototype. Framer juga dikenal sebagai alat pembuat situs web AI sekali klik. Pada dasarnya Framer merupakan alat desain untuk membuat prototype menggunakan kode yang berkembang menjadi alat terintegrasi untuk membuat website. Framer dapat menghasilkan kode dengan mengimpor layar UI. Figma juga baru-baru ini menawarkan Developer Mode untuk memudahkan developer menghasilkan kode. Framer dapat memudahkan programmer dalam mengembangkan website agar sesuai dengan UI/UX Design yang telah dibuat. Versi Framer kini juga bersifat kolaboratif sehingga memungkinkan seluruh tim untuk mengerjakan project yang sama dan menyerahkan desain dari kanvas langsung ke produksi. Framer memiliki plugin di Figma dengan nama Figma to HTML With Frammer. Dengan plugin ini akan mempermudah kamu melakukan copy dan paste desain dari figma ke framer. Yuk simak tutorial di bawah ini untuk menggunakannya Tahap 1: Cari Figma to HTML with framer dan run plugin Tahap pertama adalah mencari plugin "Figma to HTML with Framer" di dalam menu plugin Figma. Setelah menemukannya, langkah berikutnya adalah menjalankan plugin tersebut untuk mengaktifkannya agar siap digunakan. Dengan memanfaatkan plugin ini, kamu akan dapat mengubah desain Figma kamu menjadi kode HTML. Tahap 2: Pilih objek atau frame yang ingin di copy Setelah itu, tahap selanjutnya adalah memilih objek atau frame yang ingin di-copy. Dengan langkah ini, kamu dapat menentukan dengan tepat elemen mana yang ingin kamu konversi menjadi kode HTML, memberikan fleksibilitas dalam proses transformasi desain ke dalam kode. Tahap 3: Jalankan plugin Figma to HTML with Frammer Setelah memilih objek yang akan di-copy paste ke dalam Framer, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan klik kanan pada objek tersebut. Kemudian, pilih opsi "plugins" dan cari serta pilih "Figma to HTML With Framer". Dengan melakukan langkah ini, objek yang telah kamu pilih akan langsung dapat di-paste ke dalam Framer, mempercepat proses konversi desain menjadi kode HTML secara langsung dan efisien. Tahap 4: Paste ke dalam framer Objek akan langsung dapat di-paste ke dalam Framer, memberikan kemudahan dalam mengintegrasikan desain dari Figma ke dalam aspek pengembangan web dengan cepat dan efisien. Dari berbagai fitur dan kemampuannya dalam mengonversi desain Figma menjadi kode HTML yang responsif hingga memudahkan dalam proses pengembangan prototipe interaktif, plugin "Figma to HTML with Framer" merupakan alat yang sangat berguna bagi para desainer dan pengembang dalam menghasilkan tampilan visual yang responsif dan interaktif untuk proyek mereka. Mau mencoba menggunakan plugin ini untuk meningkatkan efisiensi dalam mengubah desain menjadi kode HTML? Yuk, temukan lebih banyak tutorial dan sumber daya gratis di BuildWithAngga! Dengan mengikuti kelas-kelas UI/UX design , kamu bisa mengasah keterampilan dan memperkaya portofolio desainmu 🚀

Kelas Mengenal Stateless dan Stateful Widget pada Flutter di BuildWithAngga

Mengenal Stateless dan Stateful Widget pada Flutter

Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu mengenal Stateless dan Stateful Widget pada Flutter Kamu juga bisa belajar lebih dalam lagi tentang Flutter di kelas Flutter bersama BuildWithAngga. Apa itu Stateless dan Stateful? Stateless Widget adalah widget yang mempunyai sifat tidak akan berubah, ketika disebabkan oleh interaksi user maupun variabel dan nilai yang ditemukan. Stateful Widget adalah widget yang mempunyai sifat dinamis. Widget dapat berubah dengan adanya interaksi user maupun variabel dan nilai yang ditemukan. Bagaimana cara kerja Stateless dan Stateful? Proses stateless dan stateful sebenarnya hampir sama, yang membedakan antara keduanya adalah setelah proses dari Constructor menuju Build. Constructor adalah tahapan awal yang fungsinya untuk membuat setiap state dengan keadaan yang ingin diterapkan, kemudian Build yang merupakan tahap dimana semua widget dan state dibangun ke UI (User Interface). Lalu apa yang membedakan antara keduanya? Nah pada stateful widget sebelum masuk ke tahapan Build ada namanya Internal State, tahapan ini merupakan tahap untuk proses penambahan state atau perubahan data. Ketika Internal State disebabkan oleh UI, maka sistem akan melakukan re-render tampilan dari widget awal. Bagaimana cara penerapan Stateless dan Stateful Widget pada Flutter? Contoh penerapan Stateless Widget : import 'package:flutter/material.dart'; void main() => runApp(MyApp()); class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( title: 'Flutter Demo', theme: ThemeData( primarySwatch: Colors.blue, ), home: Scaffold( body: Center( child: Text("BuildWithAngga"), ), ), ); } } class Heading extends StatelessWidget { final String text; Heading({this.text}); @override Widget build(BuildContext context){ return Text( text, style: TextStyle( fontSize: 24.0, fontWeight: FontWeight.bold, ), ); } } Contoh penerapan Stateful Widget : import 'package:flutter/material.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatefulWidget { @override _MyAppState createState() => _MyAppState(); } class _MyAppState extends State { int _angka = 1; void _increment(){ setState(() { _angka += 1; }); } @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( title: 'Flutter Demo', debugShowCheckedModeBanner: false, home: Scaffold( floatingActionButton: FloatingActionButton( child: Icon(Icons.add), onPressed: ()=>_increment(), ), appBar: AppBar( centerTitle: true, title: Text('Stateful Widget'), ), body: Center( child: Text('Angka : $_angka', style: TextStyle(fontSize: 30)), ), ) ); } } Tambahan untuk teman-teman : Perintah yang dapat merubah state adalah setState((){}) (Perintah ini tidak dapat digunakan pada Stateless Widget).Proses Increment pada contoh dapat menambah objek. Misalnya dengan melakukan interaksi pada tombol, maka akan menambahkan angka pada tampilan. Kesimpulan Mana yang lebih baik antara stateless dan stateful? Semuanya kembali lagi pada fungsi dan penggunaan oleh developer yang mengembangkan aplikasi mobile. Karena peranan yang diberikan pada stateless dan stateful, sama-sama memiliki kelebihan dan fungsinya. Pada stateful contohnya dapat memberikan animasi widget sehingga dapat merubah tampilan UI, namun perlu diketahui semakin banyak widget yang di re-render pada aplikasi maka diperlukan performance yang sesuai dengan apa yang ditampilkan pada stateful widget di aplikasi mobile. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🤩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas Memahami Perbedaan antara "Frame" dan “Group” pada Figma di BuildWithAngga

Memahami Perbedaan antara "Frame" dan “Group” pada Figma

Apakah kamu sering kali merasa kebingungan dalam memutuskan kapan sebaiknya menggunakan frame atau grup dalam platform desain Figma? Meskipun keduanya berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan objek, namun kenyataannya, keduanya memiliki karakteristik dan situasi penggunaan yang berbeda satu sama lain yang mungkin tidak selalu mudah dipahami secara langsung. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk memberikan penjelasan lebih mendalam dan memudahkan dalam memahami perbedaannya, artikel ini bertujuan untuk membantu membedakan penggunaan frame dan group dalam Figma. Frame Frame merupakan salah satu elemen pokok di Figma yang berfungsi sebagai wadah bagi desain yang ingin kamu buat. Kamu juga dapat menyebut frame ini sebagai artboard, yang menjadi fondasi utama dalam proses penciptaan desainmu di platform ini. Frame punya banyak kelebihan dibanding group. Selain sebagai tempat untuk banyak lapisan, frame juga bisa diatur ukurannya dan gayanya seperti kotak. Bahkan, frame bisa dipakai buat mengatur tata letak seperti halnya papan gambar. Gak cuma itu, frame juga bisa diubah ukurannya dengan mudah. Jadi, dengan semua keunggulannya itu, frame jauh lebih bermanfaat ketimbang group, lho! Kamu bisa lihat perbandingannya di bawah ini. 💪 Group Sama seperti alat desain lainnya, Group di Figma memungkinkan kamu untuk menggabungkan beberapa elemen bersama sebagai lapisan level paling atas. Batas-batas sebuah group ditentukan oleh elemen-elemen turunanya, sehingga mengubah ukuran atau memindahkan elemen-elemen tersebut akan membuat batas grup menyesuaikan secara otomatis. Kamu dapat membuat sebuah group dengan memilih objek-objek dan menekan: ⌘ + G (Mac) atau Ctrl + G (Win).Batas-batas grup secara otomatis menyesuaikan saat elemen-elemen turunan diubah ukuran atau dipindahkan. Membuat sebuah grup bersifat non-destruktif—yang berarti tidak akan meratakan atau menggabungkan lapisan-lapisan secara permanen. Kapan pun kamu dapat memisahkan elemen-elemen tersebut dari grup dengan menekan: ⌘ + ⌫ atau Ctrl + Shift ⌫ Group sangat berguna ketika kamu ingin menggabungkan item serupa dan mengelola lapisan yang lebih sedikit dalam desainmu. Misalnya, kamu mungkin memiliki beberapa logo perusahaan yang perlu tetap tergabung. Mengelompokkannya adalah cara yang bagus untuk menggabungkannya menjadi satu lapisan tunggal yang lebih mudah dikelola—mengklik salah satu elemen dalam grupmu akan memilih seluruhnya dan memungkinkan kamu untuk memindahkannya atau memanipulasinya sebagai satu objek di kanvas. Jika kamu perlu memilih elemen turunan tertentu dalam sebuah group, kamu dapat melakukannya dengan mengklik dua kali. Menggunakan Group apabila kalian ingin Kamu ingin menggabungkan beberapa objek menjadi satu layer yang dapat dikelola dengan mudah.Kamu ingin mengelompokkan elemen-elemen yang akan tetap sama saat diubah ukuranya (contohnya: sebuah logo atau simbol yang terdiri dari beberapa bentuk).Kamu ingin batas grup menyesuaikan secara otomatis dengan objek turunan saat kamu memanipulasi mereka. Menggunakan Frame apabila kalian ingin Kalian ingin mengontrol ukuran frame secara independen dari isinya.kamu ingin menentukan ukuran turunan elemen.Kalian ingin objek dipangkas oleh batas frame, atau berada di luar batasnya.kalian ingin mendalami berbagai macam prototipe seperti horizontal caraousel, atau peta yang dapat digulir sercara vertikal dan horizontal.Kamu ingin menggunakan layout grid untuk membantu pengaturan elemen-elemen desain dengan lebih teratur dan konsisten. Kesimpulan Dari penggunaan Frame yang memungkinkan untuk menata elemen secara terstruktur hingga Group yang memfasilitasi pengelompokan elemen yang saling terkait, pemahaman perbedaan antara keduanya sangatlah penting dalam proses desain di Figma. Dengan memahami kegunaan dan karakteristik masing-masing, pengguna dapat membuat keputusan yang terinformasi dalam menata dan mengelola struktur visual dari proyek desain mereka. Mau mencoba memperdalam pemahamanmu tentang Frame dan Group di Figma? Yuk, temukan lebih banyak tutorial dan sumber belajar gratis di BuildWithAngga! Dengan mengikuti kelas-kelas UI/UX design, kamu dapat mengasah keterampilan dan memperkaya portfolio desainmu 🚀

Kelas Mengenal Fitur Middleware: Keamanan dalam Framework Laravel di BuildWithAngga

Mengenal Fitur Middleware: Keamanan dalam Framework Laravel

Laravel merupakan salah satu framework PHP yang sedang populer saat ini di Indonesia, dengan menawarkan berbagai fitur yang memudahkan pengembangan aplikasi web. Salah satunya adalah middleware, yang berperan penting dalam mengamankan dan mengontrol akses ke rute-rute dalam aplikasi. Sebelum itu mari kita mengenal siapakah Middleware ini dalam Laravel PHP dan apa manfaatnya?... Apa Itu Middleware dalam Laravel? Middleware adalah lapisan perantara antara permintaan route HTTP yang masuk dan action dari Controller yang akan dijalankan. Middleware memungkinkan kita untuk meakukan berbagai tugas baik itu sebelum ataupun sesudah tindakan dilakukan. Kita juga dapat menggunakan tool CLI untuk membuat sebuah Middleware dalam Laravel. Beberapa contoh penggunaan Middleware meliputi autentikasi, validasi, manipulasi permintaan, dan lainnya. php artisan make:middleware auth Manfaat dari Middleware dalam Laravel Keamanan : dalam Middleware memungkinkan kita untuk memverifikasi apakah pengguna sudah diautentikasi sebelum mengakses halaman tertentu. Dengan demikian, kita dapat melindungi data sensitif dan mengontrol hak akses pengguna.Pemfilteran Data : Middleware dapat digunakan untuk memanipulasi data permintaan sebelum sebuah action dalam controller dilakukan. Misalnya, kita dapat memeriksa terlebih dahulu data yang dikirim oleh pengguna sebelum data tersebut diproses lebih lanjut atau kita ingin memodifikasi data yang akan dikirim lalu kita dapat memeriksa ulang data yang akan dikirim oleh pengguna sebelum data tersebut diproses.Logging dan Audit : Middleware juga dapat digunakan untuk mencatat aktivitas pengguna atau melakukan audit terhadap permintaan yang masuk. Ini dapat membantu dalam pemantauan dan analisis aplikasi. Kenali bagaimana bentuk Middleware dalam Framework Laravel Setelah kita menjelajahi apa itu middleware dan apa manfaat middleware pada Framework Laravel, mari kita kenali bagaimana bentuk Middleware dan bagimana alur pembuatannya.. Ketika kita membuat Middleware secara default Middleware akan disimpan pada folder app\Http\Middleware. MengenalFiturMiddleware_BuildWithAngga Setelah kita membuat middleware hasil yang akan kita dapatkan akan seperti contoh dibawah. <?php namespace App\\Http\\Middleware; use Closure; use Illuminate\\Http\\Request; class checkStatus { /** * Handle an incoming request. * * @param \\Illuminate\\Http\\Request $request * @param \\Closure(\\Illuminate\\Http\\Request): (\\Illuminate\\Http\\Response|\\Illuminate\\Http\\RedirectResponse) $next * @return \\Illuminate\\Http\\Response|\\Illuminate\\Http\\RedirectResponse */ public function handle(Request $request, Closure $next) { // code untuk perintah yang akan dilakukan untuk mengatur akses routes return $next($request); } } Lalu kita dapat mengisi code untuk perintah menggunakan if clause sebagai contoh kali ini untuk mengecek status user apakah sudah login atau belum jika status ‘0’ atau offline dalam case ini maka akan diarahkan kembali pada halaman login. //----------------------------------------------------------------------------------------- // Melakukan Pengecekan apakah user sudah melakukan login dan status user masih 0 (offline) if (Auth::check() && Auth::user()->status === 0) { // apabila iya maka user akan logout dan diarahkan pada halaman login kembali Auth::logout(); return redirect('/login'); } //----------------------------------------------------------------------------------------- Setelah kita mengisi code untuk perintah yang akan dilakukan kita harus menambahkan middleware dalam kernel.php pada direktori App\Http . kita dapat menambahkannya pada bagian proteced $routeMiddleware = [ ... ]. protected $routeMiddleware = [ // ... 'checkStatus' => \\Illuminate\\Auth\\Middleware\\checkStatus::class, ]; Lalu langkah terakhir kita dapat menambahkannya dalam route pada direktori routes\web.php Route::get('/home', function () { // ... })->middleware('checkStatus'); Kesimpulan Dalam artikel ini, kita telah mendalami konsep Middleware sebagai unsur krusial dalam menjaga keamanan framework Laravel. Pemahaman tentang manfaat dan penerapan Middleware telah diuraikan, sambil menjelaskan fleksibilitas konfigurasi pada tingkat global, grup, atau individual untuk setiap route. Dengan memanfaatkan Middleware, tidak hanya keamanan HTTP Request dapat diperkuat, tetapi juga proses pemfilteran data dan logging/audit dapat dioptimalkan. Penggunaan Middleware memberikan kemampuan kepada pengembang untuk meningkatkan kehandalan dan keamanan aplikasi Laravel. Tool CLI Laravel turut memberikan efisiensi dalam pembuatan Middleware, memberikan kemudahan dalam tahap pengembangan dan pemeliharaan aplikasi web. Oleh karena itu, pada artikel ini tidak hanya memberikan pemahaman mendalam tentang peran Middleware, tetapi juga menyoroti manfaat praktisnya dalam pengembangan ekosistem Laravel. Untuk belajar lebih lanjut tentang middleware, Kamu dapat mengikuti kelas belajar online dari Build With Angga (BWA) yang membahas tentang Laravel Middleware. Jangan Lupa untuk terus eksplorasi fitur-fitur Laravel PHP !!! Rekomendasi Kelas :Kelas Online Gratis PHP Laravel Web Development | BuildWithAngga Kelas Online Gratis Belajar Laravel di BuildWithAngga

Kelas Mengenal Fitur “Section” pada Software Figma di BuildWithAngga

Mengenal Fitur “Section” pada Software Figma

Section adalah salah satu fitur yang sangat berguna di Figma, dirancang khusus untuk mendukung perjalananmu dalam menyelesaikan tugas desain. Fitur ini tidak hanya sekadar penambah nilai, melainkan menjadi elemen yang tidak terpisahkan dari pengalaman pengguna di Figma. Dengan adanya Section, kamu akan merasa lebih tertata dan terorganisir saat bekerja dengan desain-desain kompleks. Sebagai bagian integral dari platform Figma, fitur ini memberikan kemudahan bagi kamu untuk mengelola proyek-proyek desainmu dengan lebih efektif dan efisien. Bagian-bagian dalam desain Figma merupakan elemen tingkat atas di atas kanvas secara default. Bagian-bagian dapat berisi semua jenis layer, termasuk Sections lain, tetapi tidak dapat berada dalam frame atau group. Cara Membuat Section Untuk mengakses Sections dalam Figma, langkah pertama adalah menuju ke bagian atas toolbar dan mengklik dropdown yang terletak di menu frame. Dari sana, kamu akan diberi pilihan untuk memilih bagian yang diinginkan. Selain itu, kamu juga dapat menggunakan shortcut keyboard dengan menekan tombol "Shift + S" untuk langsung beralih ke bagian yang tersedia. Setelah memilih "Section" atau menggunakan shortcut keyboard, Kamu akan melihat section baru muncul di atas kanvas. Kamu dapat memberikan nama untuk section tersebut sesuai kebutuhan. Tampilan setelah menggunakan section akan tampak seperti ini, kamu akan dengan mudah melihat bagaimana penggunaan section memperjelas struktur dan membuat tata letak menjadi lebih teratur serta lebih mudah dipahami bagi pengguna. Fitur tanda untuk siap untuk development Setelah konten di dalam sebuah bagian selesai, kamu dapat dengan mudah menandai bagian tersebut sebagai siap untuk pengembangan, memberikan sinyal jelas kepada para pengembang yang menggunakan Mode Pengembangan bahwa bagian tersebut telah siap untuk langkah berikutnya dalam proses pembangunan. Cara mengubahnya kamu bisa hanya langsung “mark as ready for dev” dan status akan berubah. Manfaat penggunaan section: memungkinkan kamu dengan mudah menetapkan area di kanvas yang bisa digunakan untuk kolaborasi atau mengembangkan ide bersama.Mengatur file agar lebih mudah dirapihkan.Menghubungkan ke sebuah kelompok desain.Menandai konten dalam kapabilitas sebagai "Siap untuk pengembangan" untuk membantu dalam proses penyerahan kepada pengembang. Dari pengaturan elemen-elemen dalam section yang terstruktur hingga kemampuannya dalam menyediakan kerangka kerja yang terorganisir, fitur section di Figma menawarkan serangkaian kemudahan yang sesuai dengan berbagai kebutuhan desain dan fungsionalitas proyekmu. Mau mencoba menggali lebih dalam fitur section ini untuk meningkatkan kualitas desainmu? Yuk, temukan lebih banyak tutorial dan sumber belajar gratis di BuildWithAngga! Dengan mengikuti kelas-kelas UI/UX design, kamu dapat mengasah keterampilan dan memperkaya portfolio desainmu 🚀

Kelas Mengenal “User Journey Map” pada UI/UX Design di BuildWithAngga

Mengenal “User Journey Map” pada UI/UX Design

Taukah kamu soal user journey map dalam UI/UX Design? User Journey Map sering digunakan dalam proses perancangan desain khususnya untuk meningkatkan user experience dalam tampilan suatu desain. Yuk sebagai desainer kita kenalan dengan user journey map. Menurut buku "Desain Interaksi: Fundamental", user journey map tidak hanya sekadar representasi visual dari perjalanan pengguna saat berinteraksi dengan suatu produk, proses, atau sistem, melainkan juga sebuah alat yang sangat berharga dalam mengeksplorasi dan memahami pengalaman pengguna secara menyeluruh. Dengan user journey map, kamu dapat menggambarkan setiap langkah yang diambil oleh pengguna dari awal hingga akhir, serta melihat bagaimana interaksi tersebut berkembang dari waktu ke waktu. Hubungan yang erat antara user journey map dan model konseptual interaksi menawarkan kemungkinan untuk menyelami lebih dalam bagaimana pengguna berinteraksi dengan produk atau sistem interaktif, sehingga membantu dalam merancang pengalaman yang lebih memuaskan dan efektif. Tujuan dari penggunaan user journey map sendiri adalah untuk : Merancang proses interaksi suatu produk untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana pengguna berinteraksi dengan produk tersebut dari awal hingga akhir, memungkinkan perancang untuk mengidentifikasi titik-titik kritis, preferensi, dan kebutuhan pengguna yang harus dipenuhi dalam setiap tahap perjalanan, sehingga memungkinkan pengembangan solusi yang lebih terarah dan berorientasi pada pengguna.Mencari atau mengidentifikasi suatu masalah untuk memberikan pandangan yang lebih holistik tentang pengalaman pengguna dalam interaksi dengan produk atau sistem, sehingga memungkinkan kamu untuk mengeksplorasi setiap fase secara rinci, mengidentifikasi titik-titik kebingungan, frustrasi, atau hambatan yang mungkin mereka alami, serta menemukan peluang-peluang untuk memperbaiki dan meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan.Mengetahui kebutuhan pengguna terhadap suatu sistem untuk memberikan wawasan yang komprehensif tentang bagaimana pengguna berinteraksi dengan sistem tersebut dari awal hingga akhir, memungkinkanmu untuk mengidentifikasi dan memahami setiap tahap perjalanan pengguna secara mendalam, menganalisis preferensi, harapan, dan kebutuhan mereka, sehingga memungkinkan perancang untuk mengembangkan solusi yang sesuai dan efektif untuk memenuhi kebutuhan pengguna dengan lebih baik..Mengevaluasi suatu produk untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman pengguna dari mulai awal hingga akhir, sehingga memungkinkan kita untuk menyelidiki setiap fase perjalanan pengguna secara komprehensif, menganalisis tanggapan, persepsi, dan tingkat kepuasan mereka terhadap produk tersebut, sehingga kita dapat mengidentifikasi area-area yang memerlukan perbaikan atau penyempurnaan, serta mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas produk secara keseluruhan. Sumber Foto: Interaction-Design.ORG Pada umumnya terdapat informasi yang dipetakan dalam user journey map, yaitu: Perjalanan pengguna (journey) adalah bagian penting dari informasi yang kamu temukan dalam user journey map, yang memberikanmu gambaran menyeluruh tentang langkah-langkah atau interaksi yang dijalani oleh pengguna dalam mengakses atau menggunakan produk atau layanan tertentu.Tujuan dan harapan pengguna (goals & expectations) adalah elemen kunci yang dicerminkan dalam user journey map, yang memberikan gambaran tentang apa yang diinginkan atau diharapkan oleh pengguna dalam setiap tahap perjalanan mereka.Dalam konteks informasi yang dipetakan dalam user journey map, alur proses (process flow) adalah representasi yang memberikanmu gambaran detail tentang langkah-langkah atau urutan interaksi yang diikuti oleh pengguna dalam menjelajahi atau menggunakan suatu produk atau layanan.Titik sentuh (touchpoint) adalah salah satu elemen yang kamu temui dalam informasi yang dipetakan dalam user journey map, yang menandai titik-titik atau momen-momen spesifik di mana pengguna berinteraksi dengan produk atau layanan dalam perjalanan pengguna.Pengalaman (experience) adalah komponen penting yang kamu temui dalam informasi yang dipetakan dalam user journey map, yang memberikanmu gambaran lengkap tentang bagaimana pengguna berinteraksi dengan produk atau layanan dalam setiap tahapan.Deskripsi pengalaman positif dan negatif adalah aspek yang kamu temukan dalam informasi yang dipetakan dalam user journey map, yang memberikanmu pemahaman mendalam tentang perasaan, reaksi, dan persepsi pengguna terhadap interaksi dengan produk atau layanan selama perjalanan.Pikiran dan perasaan (think and feel) merupakan elemen yang kamu jumpai dalam informasi yang dipetakan dalam user journey map, yang memberikanmu wawasan tentang pemikiran dan emosi yang dialami pengguna dalam setiap tahap perjalanan mereka saat berinteraksi dengan produk atau layanan tertentu. Untuk membuat user journey yang lebih menarik dan memikat, penting untuk mengidentifikasi pengguna melalui user profiling. Setiap pengguna akan diberikan tugas atau tujuan spesifik yang harus dicapai di dalam website, seperti membeli sebuah produk, mencari waktu pembukaan toko, atau membatalkan debit di bank. Pengguna memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, dan langkah-langkah yang diambil untuk memenuhi kebutuhan tersebut dikenal sebagai user journey. Dalam user journey ini, kamu dapat menjelajahi pengalaman yang sesuai dan relevan bagi pengguna, membawa mereka melalui perjalanan yang memuaskan dan bermakna dalam mencapai tujuan mereka. Bentuk dari user journey sangatlah beragam dan menghadirkan banyak ketidakpastian. Umumnya, tampilannya disesuaikan dengan audiens yang akan melihatnya; contohnya, jika kamu menggunakan user journey untuk berkomunikasi dengan developer, itu mungkin dibentuk hanya dengan tulisan, sementara jika kamu menggunakan untuk berkomunikasi dengan executive committee, user journey mungkin diilustrasikan dalam setiap langkahnya seperti buku komik. Oleh karena itu, bentuk user journey sangat bergantung pada tingkat kreativitas pembuatnya dan harus disesuaikan dengan situasi yang ada. User journey merupakan gabungan dari dua instrumen yang sangat kuat, yaitu story telling dan visualisasi, yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam dan jelas kepada kamu dan timmu tentang bagaimana pengguna berinteraksi dengan produk atau layanan kamu, serta membantu dalam memahami dan mendefinisikan kebutuhan pelanggan dengan lebih baik. Pembuatan user journey dapat memberikan banyak keuntungan, antara lain: Demonstrasi visi dari proyek kepada kamu sangat penting. Penggunaan user journey merupakan cara yang efektif untuk mengkomunikasikan kepada stakeholders apa yang akan dicapai dan memberikan contoh konkret dari bentuk masa depan tentang apa pun yang sedang didesain. Bersama dengan persona, user journey dapat menjadi salah satu output kunci dari tahap pengumpulan kebutuhan (requirement gathering stage) di awal sebuah proyek.Memahami user behavior atau perilaku pengguna adalah tahap yang krusial dalam pengembangan produk atau sistem. Penggunaan user journey membantu kamu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana cara pengguna berinteraksi dengan sistem dan apa yang diharapkan dari interaksi tersebut, memungkinkanmu untuk merancang solusi yang lebih sesuai dan memuaskan bagi pengguna.Mengidentifikasi possible functionality di level tinggi merupakan langkah awal yang penting dalam pengembangan produk atau sistem. Penggunaan user journey memberikan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan functional untuk menjalankan tugas dengan memahami key tasks dari apa yang diharapkan untuk dilakukan, memberikan kamu wawasan yang lebih jelas untuk merancang fungsionalitas yang sesuai dan memadai.Mendefinisikan taxonomy dan tampilan (interface) adalah langkah penting dalam proses pengembangan produk atau sistem. Penggunaan user journey memberikan pemikiran yang lebih mendalam tentang jenis taxonomy yang dapat membantu tugas dan seperti apa jenis tampilan yang dibutuhkan pengguna untuk menyelesaikan tugas tersebut, membantu kamu merancang struktur dan antarmuka yang optimal sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kamu, sebagai pengguna, juga dapat memperkaya pengalamanmu dengan memahami perjalanan pengguna (user journey map) dalam interaksi dengan aplikasi keuangan. Dengan memahami langkah-langkah dan tantangan yang dihadapi pengguna, kamu dapat menciptakan pengalaman yang lebih memuaskan dan efisien. Mau coba buat desain keren lainnya dengan font-font di atas? Bisa banget! Yuk, kepo-in kelas-kelas UI/UX design di BuildWithAngga! Kamu bisa mengasah skill dan menambah portfolio yang lebih berkualitas lhoo 🤩

Kelas Cara Membuat Gradient Button di Flutter di BuildWithAngga

Cara Membuat Gradient Button di Flutter

Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu Cara Membuat Gradient Button di Flutter. Kamu juga bisa belajar lebih dalam lagi tentang Flutter di kelas Flutter bersama BuildWithAngga. Apa itu Gradient Button? Gradient Button adalah tombol gradasi yang memberikan efek warna pada tombol agar tombol dapat terlihat menarik dan menjadi lebih indah. Tombol ini dapat membantu melakukan tugas-tugas tertentu seperti membantu menavigasi dari halaman satu ke halaman yang lain, tombol sebagai masuk ke halaman utama, Tombol sebagai Sign up atau Sign in, dan masih banyak lagi. Dalam Flutter, tombol gradasi ini merupakan package yang memberikan banyak manfaat seperti meningkatkan estetika dan daya tarik UI aplikasi dan membantu menyampaikan makna maupun informasi tertentu pada aplikasi. Cara membuat Gradient Button pada Flutter : Source : https://dribbble.com/quanhth Langkah Pertama : Membuat project baru di Visual Studio Code Langkah Kedua : Menambahkan Material Package dan RunApp yang berfungsi untuk memanggil aplikasi yang kita buat. import 'package:flutter/material.dart'; void main() { runApp(RunMyApp()); } Langkah Ketiga : Selanjutnya kita perlu membuat stateless widget pada RunMyApp untuk mengembalikan fungsi dari widget MaterialApp yang dapat membantu kita untuk bisa mengatur tema dan lain-lain. class RunMyApp extends StatelessWidget { const RunMyApp({super.key}); @override Widget build(BuildContext context) { return Scaffold( } } Langkah Keempat : Menambahkan scaffold widget yang berisi AppBar dan Body. AppBar ini mempunyai fungsi untuk memberikan judul pada AppBar. return Scaffold( appBar: AppBar( title: const Text('Gradient Button'), ), Langkah Kelima : Pada Body di bagian scaffold, berisi BoxDecoration yang merupakan bagian gradasi yang dibutuhkan. Kemudian LinearGradient yang merupakan bagian untuk menunjukkan efek dari warna yang kita buat, dan Child yang merupakan bagian container yang berisi Elevated Button berfungsi sebagai tombol. import 'package:flutter/material.dart'; void main() { runApp(const MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { const MyApp({super.key}); // This widget is the root of your application. @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( title: 'Flutter Demo', theme: ThemeData( primarySwatch: Colors.blue, ), home: const MyHomePage(), ); } } class MyHomePage extends StatelessWidget { const MyHomePage({super.key}); @override Widget build(BuildContext context) { return Scaffold( appBar: AppBar( title: const Text('Gradient Button'), ), body: Center( child: ElevatedButton( onPressed: () {}, style: ElevatedButton.styleFrom( padding: const EdgeInsets.all(0), shape: RoundedRectangleBorder( borderRadius: BorderRadius.circular(10))), child: Ink( decoration: BoxDecoration( gradient: const LinearGradient( colors: [Colors.cyan, Colors.green]), borderRadius: BorderRadius.circular(10)), child: Container( width: 120, height: 40, alignment: Alignment.center, child: const Text( 'Gradient Button', )))))); } } Output : Kesimpulan Gradient Button merupakan widget yang dapat memungkinkan kamu untuk menambahkan efek gradasi warna yang halus pada tombol aplikasi kamu. Sehingga dengan kamu menambahkan Gradient Button ini dapat membantu kamu membuat aplikasi kamu menjadi lebih menarik dan profesional. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🤩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.