Akses kelas selamanya

Ambil Promo
flash sale
hamburger-menu

Tips All

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Reset
Kelas Basic Tutorial: Membuat Gradient Button with Background Dot Pattern di BuildWithAngga

Basic Tutorial: Membuat Gradient Button with Background Dot Pattern

Hello people with the spirit of learning! Kali ini kita akan membahas bagaimana cara membuat Gradient Button yang Eye-Catching seperti diatas dengan ditambahkan background dot pattern agar membuat desain button kalian menjadi lebih unik dan berbeda! Yuk, simak cara buatnya!😍 1. Buat Frame dan Text-nya! Step awal untuk membuat button yang sama pada thumbnail. Pertama, kita membuat frame-nya dulu ya guys (tekan F) dan jangan lupa ditambahkan text nya juga (tekan T). By the way untuk ukuran button disesuaikan kembali dengan ukuran desain kalian yaa. 2. Tambah Gradasi Linear sebagai Warna Dasar! Setelah sudah terbuat frame + text nya, kemudian kita akan beri warna dasar (Fill) jangan lupa untuk diganti efek warnanya menjadi Linear Gradient. 3. Tambah lagi yaa Fill Linear Gradient! Agar terlihat lebih cantik, yuk tambahin lagi ya guys efek Linear Gradient-nya tujuannya untuk meng-highlight supaya agar gradasi linear nya terlihat lebih smooth. 4. Tambah Stroke dan Beri Efek Linear Gradient! Tambahin garis tepi (Stroke) ini juga penting guys, agar button nya terlihat seperti ada pantulan cahaya kayak ada efek didalam kaca. 5. Tambah Gradasi Linear sebagai Warna Dasar! Agar bagian bawah button terlihat lebih banyak warnanya ditambah juga ya guys agar bagian bawah button terlihat lebih dark dan menyatu dengan smooth. 6. Tambah Gradasi Linear sebagai Warna Dasar! Setelah kalian menambah inner shadow yang pertama, kalian juga jangan lupa untuk menambahkan 2 efek inner shadow lagi ya, tujuannya agar desain button kalian terlihat seperti glowing-glowing (dreamy) gitu. 🌟 7. Tambah Gradasi Linear sebagai Warna Dasar! Ditambahin juga guys untuk efek drop shadow nya agar desain kalian terlihat lebih realistis, menarik dan blink-blink✹. Efek Drop shadow 1: untuk memberikan efek seperti garis tepi dan efek. Drop shadow 2: untuk memberikan kesan popup gitu ya guys. 8. Tambah Gradasi Linear sebagai Warna Dasar! Tahap akhir ini jangan lupa tambahin juga border radius-nya ya guys, atur sesuai dengan tingkat kelengkungan yang perfect menurut kalian. Yeayyyy!! Akhirnya selesai pembuatan Gradient Button. Gimana? asyik dan menyenangkan bukan? Lebih unik kan desain button kalian😍 Jangan lupa dipantengin terus ya guys Instagram dan Website BuildWithAngga dan banyak juga kelas-kelas gratis tentang Design yang bisa kalian ikuti untuk mengasah skill dan menambah portfolio yang lebih berkualitas agar menambah value anda dimasa yang akan datang👌

Kelas Javascript Array Length – Cara Menemukan Panjang Sebuah Array di JS di BuildWithAngga

Javascript Array Length – Cara Menemukan Panjang Sebuah Array di JS

Pertama-tama kamu harus memahami terlebih dahulu apa itu Array pada Javascript, kamu bisa belajar Pengenalan Dasar JavaScript terlebih dahulu atau mengikuti kelas JavaScript di BuildWithAngga, agar paham pembahasan kali ini. Kelas JavaScript di BuildWithAngga GRATIS! đŸ€” Tahukah kamu? Array pada JavaScript merupakan struktur data fundamental yang memungkinkan kamu menyimpan dan memanipulasi kumpulan elemen secara efisien. Ketika menggunakan Array, kamu seringkali perlu ingin mengetahui panjangnya. Panjang Array memberitahukan kamu, ada berapa banyak sih? elemen yang ada di dalamnya. Kamu bisa kok menggunakan property .length ini untuk memeriksa apakah Array tersebut kosong, dan jika tidak, kamu juga bisa melakukan iterasi melalui elemennya. Fungsi & Cara Menemukan Array Length Design image by https://tecadmin.net/javascript-arrays/ Fungsi dari properti .length pada Array dalam JavaScript adalah untuk mengukur atau mengembalikan jumlah elemen yang terdapat dalam array tersebut. Properti .length memberikan/menemukan informasi tentang panjang atau ukuran Array, yaitu berapa banyak elemen yang ada di dalamnya. Contoh, anggap saja kita memiliki Array sebagai berikut: let kelasBwa = ['Android Dev', 'Web Dev', 'Graphic Design', 'Data Analyst']; console.log(kelasBwa.length); // Output: 4 Dalam contoh code di atas, kelasBwa.length mengembalikan nilai 4, karena Array kelasBwa memiliki empat elemen di dalamnya. Properti .length ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti memeriksa apakah Array kosong, menentukan batas iterasi dalam loop, atau mengukur ukuran Array saat memanipulasi data. Keuntungan Menggunakan Property .length “Kak, memang ada keuntungannya ya pakai properti ini?” Eitss, jangan salah đŸ€«Â properti length pada Array memiliki beberapa keuntungan loh. Diantaranya : Mengukur Panjang Array: Properti length memberikan informasi langsung tentang jumlah elemen yang terdapat dalam Array. Ini memungkinkan kamu untuk mengetahui ukuran atau panjang Array tanpa harus menghitung elemennya secara manual. let numbers = [10, 20, 30, 40, 50]; console.log(numbers.length); // Output: 5 Iterasi dan Pengecekan Batas: Dalam loop, properti length sering digunakan untuk menentukan batas iterasi. Ini membantu mencegah iterasi ke elemen di luar batas Array. let fruits = ['apple', 'banana', 'orange', 'grape']; for (let i = 0; i < fruits.length; i++) { console.log(fruits[i]); } // Output: apple, banana, orange, grape Memeriksa Apakah Array Kosong: Dengan properti length, kamu dapat dengan mudah memeriksa apakah sebuah Array kosong atau tidak. let emptyArray = []; if (emptyArray.length === 0) { console.log('Array is empty.'); } // Output: Array is empty. Manipulasi Data Dinamis: Ketika kamu menambah atau menghapus elemen dari Array, properti length secara otomatis diperbarui. Hal ini memudahkan dalam manipulasi data dinamis. let dynamicArray = [1, 2, 3, 4]; console.log(dynamicArray.length); // Output: 4 dynamicArray.push(5); // Menambah elemen baru console.log(dynamicArray) // Output: (5) [1, 2, 3, 4, 5] console.log(dynamicArray.length); // Output: 5 dynamicArray.pop(); // Menghapus elemen terakhir console.log(dynamicArray.length); // Output: 4 Pemanfaatan properti length ini membuat pengelolaan Array menjadi lebih efisien dan memudahkan berbagai operasi terkait Array dalam pengembangan JavaScript. Kesimpulan Yahh
 Berakhir sudah pembahasan tentang Array length ini xixixi. Menggunakan properti .length pada Array JavaScript memberikan keuntungan signifikan dalam pengelolaan dan manipulasi data. Dengan properti ini, kamu dapat dengan mudah mengukur panjang Array, melakukan iterasi dengan batas yang jelas, memeriksa apakah Array kosong atau tidak, dan mengelola data dinamis secara efisien. Properti .length juga memudahkan dalam menambah atau menghapus elemen dari Array, karena nilainya secara otomatis diperbarui. Kelebihan ini membuat properti .length menjadi sangat berguna untuk menyederhanakan operasi-operasi umum pada array dan meningkatkan efisiensi pengembangan dalam lingkungan JavaScript, oh iya, jangan khawatir kamu bisa kok mempelajarinya secara gratis di kelas JavaScript BuildWithAngga. Udah deh, ga perlu mikir. Langsung aja gabung bersama BuildWithAngga dan sampai jumpa di kelas, babayy đŸ„°

Kelas Cara Install shadcn-ui Pada Project Next JS di BuildWithAngga

Cara Install shadcn-ui Pada Project Next JS

Hallo teman-teman developer web. Kamu mungkin sudah pernah mendengar tentang shadcn-ui, salah satu library komponen UI yang keren untuk proyek-proyek Next JS. Dengan shadcn-ui, kamu bisa membuat tampilan web yang menarik dengan lebih mudah dan cepat. Buat kamu yang ingin install shadcn-ui di Next JS namun belum belajar Next JS dari dasar. Alangkah baiknya kamu belajar dasar-dasar Next JS terlebih dahulu. Di BuildWithAngga telah menyediakan kelas online gratis NextJS Basic, kamu bisa mempelajari kelas tersebut terlebih dahulu. Dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah tentang cara meng-install shadcn-ui dalam proyek Next JS kamu. Jangan khawatir, prosesnya tidak sulit kok! Kita akan membahas langkah demi langkah agar bisa mulai menggunakan shadcn-ui dalam proyek web kamu dengan cepat. Pengenalan shadcn-ui shadcn-ui adalah kumpulan komponen yang didesain dengan indah dan bisa langsung kamu salin dan tempelkan ke dalam aplikasimu. Selain itu, shadcn-ui mudah diakses, bisa disesuaikan, dan open source. Ini bukan sekadar library komponen biasa, melainkan kumpulan komponen yang bisa kamu gunakan ulang dengan cara menyalin dan menempelkannya langsung ke aplikasimu. Jadi, bayangkan kamu memiliki berbagai macam elemen yang sudah didesain dengan cantik, yang bisa langsung kamu gunakan dalam pembuatan aplikasi tanpa harus membuat dari awal. Itulah yang shadcn-ui tawarkan. Kamu bisa mengaksesnya, menyesuaikannya sesuai kebutuhanmu, dan yang terbaik, semuanya tersedia secara gratis dengan lisensi open source. Instalasi shadcn-ui pada Next JS Oke, sekarang saatnya untuk meng-install shadcn-ui ke proyek Next JS kamu. Ini gampang kok, Ikuti langkah-langkah ini: 1. Langkah Pertama: Membuat Proyek Next JS Mulai dengan membuat proyek Next JS menggunakan Create Next App. Silahkan buka terminal kamu lalu copy teks di bawah: npx create-next-app@latest my-app --typescript --tailwind --eslint 2. Langkah Kedua: Jalankan CLI Silahkan kamu masuk dulu ke folder proyek kamu dengan memasukkan teks ini ke terminal cd my-app . Jika sudah di dalam proyeknya, mari kita jalankan shadcn-ui perintah init untuk menyiapkan proyek kamu: npx shadcn-ui@latest init 3. Langkah Ketiga: Konfigurasikan components.json Kamu akan ditanyakan beberapa pertanyaan untuk konfigurasi components.json : Would you like to use TypeScript (recommended)?â€ș no / yesWhich style would you like to use?â€ș Default / New YorkWhich color would you like to use as base color?â€ș SlateWhere is your global CSS file?â€ș app/globals.cssDo you want to use CSS variables for colors?â€ș no / yesAre you using a custom tailwind prefix eg. tw-?(Leave blank if not) 
Where is your tailwind.config.js located?â€ș tailwind.config.jsConfigure the import alias for components:â€ș @/componentsConfigure the import alias for utils:â€ș @/lib/utilsAre you using React Server Components?â€ș no / yes Yup, begitulah cara meng-install shadcn-ui. Sekarang kamu siap untuk menggunakan komponen-komponen keren dari shadcn-ui di proyek Next JS kamu. Cara Menggunakan Komponen di shadcn-ui Kamu sekarang dapat mulai menambahkan komponen ke proyek kamu. Semisal kita akan menambahkan Button. Silahkan kamu jalankan perintah berikut di terminal: npx shadcn-ui@latest add button Perintah di atas akan menambahkan komponen Button ke proyek kamu. Kamu kemudian dapat mengimportnya lalu pakai komponennya pada file page.tsx seperti ini: import { Button } from "@/components/ui/button"; export default function Home() { return ( <div className="h-screen w-full flex flex-col justify-center items-center"> <h1 className="font-bold text-slate-800 text-5xl w-[50%] text-center"> BuildWithAngga provides quality paid and free classes </h1> <p className="mt-4 text-gray-500">Upgrade Your Tech Skills</p> <div className="flex space-x-3 mt-4"> <Button>Get Started</Button> <Button variant={"outline"}>Browse courses</Button> </div> </div> ); } shadcn-ui memberikan beberapa variant untuk Button. Kamu dapat menggunakannya sesuai kebutuhan kamu. Berikut adalah tampilan dari hasil kode di atas: Nah, sekarang kamu udah tau cara menggunakan komponen di shadcn-ui dalam proyek Next JS-mu. Gimana, mudah kan? Ingat, shadcn-ui punya banyak lagi komponen keren yang bisa kamu eksplorasi dan manfaatkan dalam pengembangan proyekmu. Jangan ragu untuk mencoba lebih banyak lagi! Kesimpulan Pada artikel ini, kamu telah belajar cara meng-install shadcn-ui dalam proyek Next JS dengan langkah-langkah yang cukup sederhana. Dengan mengikuti langkah-langkah instalasi dan konfigurasi yang telah dibahas, sekarang kamu memiliki dasar yang kuat untuk memulai penggunaan shadcn-ui dalam pengembangan proyek Next JS kamu. Selain itu, jangan ragu untuk merujuk ke dokumentasi resmi shadcn-ui untuk informasi lebih lanjut dan sumber daya tambahan. Dengan terus belajar dan mengembangkan keterampilan pengembangan web kamu, kamu akan semakin percaya diri dalam membangun aplikasi web yang menarik dan fungsional. Sekarang, selamat mencoba menggunakan komponen-komponen shadcn-ui dalam proyek Next JS kamu, dan semoga sukses dalam pengembangan web kamu! See you guys!

Kelas Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula di BuildWithAngga

Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula

Hai Sobat BWA! Pernahkah kalian mendengar tentang bahasa pemrograman PHP? PHP merupakan singkatan dari Hypertext Preprocessor dan menjadi salah satu bahasa pemrograman yang masih digunakan hingga saat ini. Karena kemudahan penggunaannya, PHP sering digunakan untuk pengembangan situs web yang dinamis dan interaktif. Saat ini, PHP tetap menjadi salah satu bahasa pemrograman yang populer dan banyak digunakan. Dan di artikel kali ini, kita akan membahas tentang Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula. Simak sampai habis ya! 1.Laravel Laravel adalah salah satu framework berbasis PHP yang populer dan digunakan secara luas di seluruh dunia untuk pengembangan sebuah aplikasi web, mulai dari situs web sederhana hingga aplikasi web yang kompleks. Framework ini cocok untuk pemula karena memiliki syntax yang mudah dipahami dan dipelajari. Laravel juga memiliki komunitas tersendiri yang bisa digunakan untuk berdiskusi tentang Laravel. Keunggulan Laravel: Mempunyai banyak fiturMemiliki dokumentasi yang lengkapMudah dipelajari untuk pemula 2. Symfony Symfony dirilis pada tahun 2005 menggunakan php5 dan disusun sesuai PSR (PHP Standard Recommendations) sehingga kualitas kode dari framework ini tidak perlu diragukan lagi. Symfony sendiri **mudah untuk diinstal dan dikonfigurasi pada banyak platform. Framework ini juga mudah untuk dikembangkan, fleksibel, dan dapat diandalkan. Keunggulan Symfony: Performa cukup tinggiDokumentasi yang jelas dan rinciTerdapat fungsionalitas testing bawaan 3. CodeIgniter CodeIgniter merupakan salah satu framework PHP yang dikenal karena kecepatan dan kehandalannya. Sama seperti Laravel, framework ini juga menerapkan MVC atau Model-View-Controller dan menyediakan seperangkat fitur yang kuat untuk membantu pengembangan aplikasi website. CodeIgniter bisa menjadi pilihan yang tepat karena ringan, mudah dipahami, dan mempunyai performa yang konsisten. Keunggulan Codeigniter: Memiliki performa yang baikSangat ringan dan efisienFleksibel dan mudah disesuaikan 4. CakePHP CakePHP adalah salah satu framework PHP yang menerapkan arsitektur MVC pertama pada awal tahun 2000an. Setiap versi terbaru yang diluncurkan telah memiliki performa yang terus meningkat dan memiliki banyak komponen baru. Framework ini sangat cocok untuk aplikasi web komersial. Keunggulan CakePHP: Memiliki fitur CRUD otomatisPembaruan teraturMemiliki beragam paket komponen 5. Slim Slim adalah salah satu framework PHP yang cocok digunakan untuk pembuatan aplikasi web yang kecil dan ringan. Berbeda dengan framework PHP lainnya, slim lebih minimalis dan mudah di kustomisasi. Framework ini biasanya digunakan untuk pengembangan API RESTful karena memiliki komponen yang bisa digunakan untuk membangun API dengan cepat dan mudah. Keunggulan Slim: Mudah untuk dipelajariRingan dan minimalisRouting yang simpel dan fleksibel Kesimpulan Nah, itulah Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula serta keunggulan dari masing-masing framework yang disebutkan. PHP masih banyak memiliki pilihan framework yang dapat dipilih untuk pengembangan aplikasi website. Bagi pemula, pemilihan framework PHP yang tepat dapat mempercepat pembelajaran dan pengembangan aplikasi website. Jadi, framework mana nih yang bakal kalian pilih? Eitss, bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari framework PHP di atas, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌 Kelas Gratis PHP Laravel Web DevelopmentBelajar PHP Dasar Web DevelopmentKelas Gratis CodeIgniter 4

Kelas 10 Library Flutter Paling Dibutuhkan Mobile App Developer di BuildWithAngga

10 Library Flutter Paling Dibutuhkan Mobile App Developer

10 Library Flutter Paling Dibutuhkan Mobile App Developer Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu 10 Library Flutter yang bisa kamu gunakan untuk mengembangkan aplikasi mobile, atau kamu mau lebih dalam lagi belajar tentang Flutter? Yuk join kelas Flutter di BuildWithAngga. Library Flutter adalah kumpulan kode terbuka yang bisa digunakan untuk developer mengembangkan aplikasi Flutter. Nah kumpulan kode inilah yang nantinya bisa membuat berbagai jenis fitur maupun fungsi untuk bisa membantu developer membangun aplikasi yang lebih canggih dan kompleks. Tetapi sebelum kita mengenal 10 Library Flutter, yuk mari kenalan dulu dengan berbagai jenis library yang ada di Flutter.dev : Core Libraries : Kumpulan kode ini memiliki fungsi dasar untuk membantu developer dalam membangun aplikasinya seperti pembuatan widget, animasi, rendering, dan UI.Material Library : Kumpulan kode ini yang membantu developer untuk membangun aplikasi mobile dengan Material Design yang berjalan dengan baik di berbagai platform.Cupertino Library : Kumpulan kode yang menyediakan widget untuk membantu developer dalam membangun aplikasi dengan iOS sehingga dapat berjalan dengan baik.Widgets : Kumpulan kode yang dapat membantu developer untuk mengembangkan UI pada aplikasi. Setelah kamu mengenal jenis-jenis dari library yang ada di Flutter.dev. Pasti kamu tidak sabar mengenal 10 Library Flutter yang bermanfaatkan?đŸ€­ Let’s go kita bedah. 1. Url_Launcher Url_launcher adalah library yang dapat membantu developer dalam mengembangkan aplikasi mobile, dengan menambahkan fitur untuk pindah URL eksternal dari aplikasi yang anda buat. URL ini biasanya dibuat dalam bentuk tautan website, alamat email, dan bisa juga ke nomor telepon. Contoh penggunaan url_launcher : import 'package:url_launcher/url_launcher.dart'; void main() { // Meluncurkan tautan web launch('https://www.buildwithangga.com'); // Meluncurkan alamat email launch('mailto:[email protected]'); // Meluncurkan nomor telepon launch('tel:+62123456789'); } 2. Flutter_form_builder Flutter_form_builder adalah library yang dapat membantu developer dalam membuat sebuah formulir yang berisi untuk mengumpulkan data pengguna, membuat formulir, dan memvalidasi data yang di input. Contoh penggunaan flutter_form_builder : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:flutter_form_builder/flutter_form_builder.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( title: 'Example of Population Data Form in country X', theme: ThemeData( primarySwatch: Colors.blue, ), home: MyFormPage(), ); } } class MyFormPage extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('Example of Population Data Form in country X '), ), body: Padding( padding: const EdgeInsets.all(16.0), child: FormBuilder( child: Column( children: [ FormBuilderTextField( name: 'name', decoration: InputDecoration(labelText: 'Name'), validator: FormBuilderValidators.required(context), ), SizedBox(height: 16), FormBuilderDropdown( name: 'gender', decoration: InputDecoration(labelText: 'Gender'), items: ['Male', 'Female'] .map((gender) => DropdownMenuItem( value: gender, child: Text(gender), )) .toList(), ), SizedBox(height: 16), FormBuilderCheckbox( name: 'accept_terms', title: Text('Accept Terms'), ), SizedBox(height: 16), ElevatedButton( onPressed: () { if (FormBuilder.of(context).validate()) { var formData = FormBuilder.of(context).value; print(formData); } }, child: Text('Submit'), ), ], ), ), ), ); } } 3. Path_provider Path_provider adalah library yang dapat membantu developer dalam mendapatkan penyimpanan yang baik untuk aplikasi mobile yang dibuat di berbagai platform seperti Android, iOS, Web/Desktop. Library ini biasanya digunakan untuk menyimpan file gambar, cache maupun data aplikasi lainnya. Contoh penggunaan path_provider : import 'package:path_provider/path_provider.dart'; Future<void> saveImage(String imagePath, Uint8List bytes) async { final directory = await getTemporaryDirectory(); // Mendapatkan direktori sementara final file = File('${directory.path}/$imagePath'); await file.writeAsBytes(bytes); // Menyimpan gambar ke file } Future<String> loadLocalData() async { final directory = await getApplicationDocumentsDirectory(); // Mendapatkan direktori dokumen final file = File('${directory.path}/data.json'); if (await file.exists()) { final contents = await file.readAsString(); // Membaca data dari file return contents; } else { return ""; // Kembalikan string kosong jika file tidak ada } } Tambahan untuk teman-teman : Sebelum temen-temen harus menggunakan direktori sesuai dengan kebutuhan ya. Contohnya file sementara > direktori sementara.Periksa kembali untuk file yang sudah ada apakah sudah tertulis data ke dalamnya. 4. Scooped_model Scoped_model adalah library yang dapat memudahkan developer untuk bisa membuat model data dari widget utama ke turunannya. Memiliki 3 jenis utama yaitu model class, scope model widget, dan scopeModelDescendant widget. Contoh penggunaan scooped_model : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:scoped_model/scoped_model.dart'; void main() { runApp(MyApp( model: CounterModel(), )); } class MyApp extends StatelessWidget { final CounterModel model; const MyApp({Key? key, required this.model}) : super(key: key); @override Widget build(BuildContext context) { // At the top level of our app, we'll, create a ScopedModel Widget. This // will provide the CounterModel to all children in the app that request it // using a ScopedModelDescendant. return ScopedModel( model: model, child: MaterialApp( title: 'Scoped Model Demo', home: CounterHome('Scoped Model Demo'), ), ); } } // Start by creating a class that has a counter and a method to increment it. // // Note: It must extend from Model. class CounterModel extends Model { int _counter = 0; int get counter => _counter; void increment() { // First, increment the counter _counter++; // Then notify all the listeners. notifyListeners(); } } class CounterHome extends StatelessWidget { final String title; CounterHome(this.title); @override Widget build(BuildContext context) { return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text(title), ), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ Text('You have pushed the button this many times:'), // Create a ScopedModelDescendant. This widget will get the // CounterModel from the nearest parent ScopedModel. // It will hand that CounterModel to our builder method, and // rebuild any time the CounterModel changes (i.e. after we // `notifyListeners` in the Model). ScopedModelDescendant( builder: (context, child, model) { return Text( model.counter.toString(), style: Theme.of(context).textTheme.headline4, ); }, ), ], ), ), // Use the ScopedModelDescendant again in order to use the increment // method from the CounterModel floatingActionButton: ScopedModelDescendant( builder: (context, child, model) { return FloatingActionButton( onPressed: model.increment, tooltip: 'Increment', child: Icon(Icons.add), ); }, ), ); } } 5. Flutter_bloc Flutter_bloc adalah library yang dapat membantu developer untuk mengembangkan state aplikasi dengan cara menggunakan pola bloc (Business Logic Component). Pola bloc ini pada prinsipnya dapat membantu teman-teman untuk dapat membuat aplikasi yang lebih mudah untuk dipelihara serta dikembangkan. Contoh penggunaan flutter_bloc : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:flutter_bloc/flutter_bloc.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class CounterBloc extends Bloc { CounterBloc() : super(0); @override Stream mapEventToState(int event) async* { yield state + event; } } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( home: BlocProvider( create: (context) => CounterBloc(), child: CounterPage(), ), ); } } class CounterPage extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { final CounterBloc _counterBloc = BlocProvider.of(context); return Scaffold( appBar: AppBar(title: Text('Counter App')), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ BlocBuilder( builder: (context, count) { return Text( 'Count: $count', style: TextStyle(fontSize: 24), ); }, ), SizedBox(height: 20), Row( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ FloatingActionButton( onPressed: () => _counterBloc.add(1), child: Icon(Icons.add), ), SizedBox(width: 10), FloatingActionButton( onPressed: () => _counterBloc.add(-1), child: Icon(Icons.remove), ), ], ), ], ), ), ); } } 6. HTTP HTTP atau Hypertext Transfer Protocol adalah protokol yang digunakan untuk menghubungkan data komunikasi di web. Manfaatnya adalah HTTP dapat digunakan untuk mengambil data dari server, contohnya seperti data JSON. Contoh penggunaan HTTP : import 'package:http/http.dart' as http; void main() async { final response = await http.get('https://www.buildwithangga.com'); if (response.statusCode == 200) { final body = await response.body.readAsString(); print(body); } else { print('Error: ${response.statusCode}'); } } Tambahan untuk teman-teman : Perhatikan headers dan body requests.Error harus ditanganin dengan tepat. 7. Get/GetX Get/GetX adalah library yang memberikan solusi kepada developer untuk mengembangkan aplikasinya dengan cara menggabungkan High-Performance State Management dan Intelligent Dependency Injection pada aplikasi. Developer tidak perlu lagi mengubah kontrol dari memori. Dengan GetX, memori yang tidak digunakan akan langsung dihapus secara default. Contoh penggunaan Get/GetX : void main() => runApp(MaterialApp(home: Home())); class Home extends StatelessWidget { var count = 0.obs; @override Widget build(context) => Scaffold( appBar: AppBar(title: Text("counter")), body: Center( child: Obx(() => Text("$count")), ), floatingActionButton: FloatingActionButton( child: Icon(Icons.add), onPressed: () => count ++, )); } 8. Intl Intl adalah library yang dapat memudahkan developer untuk menangani contoh kasus seperti perbedaan bahasa, tanggal, serta angka yang ada pada aplikasi. Sehingga aplikasi dapat digunakan diberbagai platform dan diberbagai tempat. Contoh penggunaan intl : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:intl/intl.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( title: 'Intl Package Example', home: MyHomePage(), ); } } class MyHomePage extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { // Format a date using the intl package var formattedDate = DateFormat.yMMMMd().format(DateTime.now()); // Translate a message using the intl package var translatedMessage = Intl.message( 'Hello, welcome to our app!', name: 'welcomeMessage', desc: 'Welcome message for the app', ); return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('Intl Package Example'), ), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ Text('Formatted Date: $formattedDate'), Text(translatedMessage), ], ), ), ); } } 9. File_picker File_picker adalah library yang sering digunakan oleh developer dalam mengembangkan aplikasinya. Fungsinya adalah untuk membantu developer bisa masuk ke file aslinya dengan cepat, sehingga developer dapat memilih file dengan jenis tertentu, seperti dokumen maupun gambar. Contoh penggunaan file_picker : import 'dart:io'; import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:file_picker/file_picker.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( home: FilePickerScreen(), ); } } class FilePickerScreen extends StatefulWidget { @override _FilePickerScreenState createState() => _FilePickerScreenState(); } class _FilePickerScreenState extends State { String? _filePath; Future _pickFile() async { FilePickerResult? result = await FilePicker.platform.pickFiles( type: FileType.image, ); if (result != null) { setState(() { _filePath = result.files.single.path; }); } } @override Widget build(BuildContext context) { return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('File Picker Example'), ), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ if (_filePath != null) Image.file( File(_filePath!), height: 200, ), SizedBox(height: 20), ElevatedButton( onPressed: _pickFile, child: Text('Pick an Image'), ), ], ), ), ); } } 10. Badges Badges adalah library yang sering juga digunakan oleh developer untuk membuat icon atau teks yang dapat memberikan informasi tambahan kepada pengguna. Sebagai contoh, developer dapat menggunakan Badges untuk menampilkan pemberitahuan, jumlah item di dalam keranjang, jumlah pesan yang belum dibaca. Contoh penggunaan badges : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:badges/badges.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( home: Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('Badge Example'), ), body: Center( child: Badge( badgeContent: Text('3'), child: IconButton( icon: Icon(Icons.shopping_cart), onPressed: () { // Open the shopping cart or perform an action }, ), ), ), ), ); } } Kesimpulan Library Flutter memiliki manfaat yang besar untuk membantu developer dalam proses pengembangan aplikasi. Tentu, untuk terjun ke Flutter kita perlu mengenal dahulu apa saja library yang bisa membantu kita dalam pembuatan aplikasi mobile. Selain menghemat waktu dan tenaga, dengan kita mengenal library kita juga bisa meningkatkan kualitas pada aplikasi yang kita buat, serta memperkaya fitur aplikasi. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!đŸ€© Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas Tata Cara Membuat Migration Baru Pada Projek Laravel di BuildWithAngga

Tata Cara Membuat Migration Baru Pada Projek Laravel

Hallo sahabat ngoding Pada bagian ini kita akan berkenalan dengan salah satu yang keren pada laravel. yaitu Migration Apasihh Migration Laravel?? Migration merupakan cara untuk membuat skema database secara langsung dengan mengeksekusi kode program atau bisa disebut dengan Control Version System, bukan melalui eksekusi SQL. Dengan migration, kita bisa membuat table data dengan lebih mudah dan cepat. migration akan meng-generate file - file migration sebagai control system. Maka, kita tidak perlu menulis kode SQL untuk membuat skema database, melainkan menggunakan kode program PHP. Masih bingung? Tenang, saya harap setelah contoh berikut, Anda akan lebih memahami. Sebelum memulai pembuatan file migration, pertama sekali coba teman-teman hapus semua file migration yang sudah ada pada folder database\\migrations. Cara Membuat Migration Untuk membuat file migrasi, kita akan menggunakan Artisan CLI dengan perintah “php artisan” yang nanti akan dijalankan pada command line atau terminal. Namun, sebelum pembuatan migration, pertama kali kita perlu merancang database dengan kebutuhan kita dan sesuaikan koneksi databasenya yang bisa kita atur pada file .env. contohnya, seperti ini : DB_CONNECTION=mysql DB_HOST=127.0.0.1 DB_PORT=3306 DB_DATABASE=latihan_laravel DB_USERNAME=root DB_PASSWORD=root lalu kawan - kawan bisa membuka terminal atau Command Line, masuk ke directory project laravel kalian melalui terminal atau command line, kemudian masukan perintah dengan perinta berikut. $ php artisan make:migration nama_migration // contohnya $ php artisan make:migration create_table_murid apabila terdapat pemberitahuan bahwa file migrasi sudah terbuat dan tersimpan. Setelah itu kalian bisa membuka file migrasi yang tersimpan lalu isi seperti berikut. bigIncrements('id'); $table->timestamps(); }); } /** * Reverse the migrations. * * @return void */ public function down() { Schema::dropIfExists('murid'); } Seperti yang bisa liat , perbedaan fungsi up() dan down() terlihat jelas pada file migrasi. File migrasi yang dibuat dengan memiliki fungsi up() dan down() yang secara otomatis mengenali nama tabel yang akan dibuat. Di sisi lain, file migrasi tanpa awalan create_ memiliki fungsi up() dan down()yang masih kosong dan perlu diisi secara manual. Hal ini merupakan salah satu trik untuk mempercepat pembuatan file migrasi di Laravel. Salah satu tips penting dalam Laravel adalah mengikuti aturan penamaan yang baku. Hal ini akan memudahkan kita dalam pengembangan aplikasi. Contohnya, nama tabel dalam Laravel menggunakan kata jamak, sedangkan nama modelnya menggunakan kata tunggal. Misalnya, model dengan nama User akan dipadankan dengan tabel User. Begitu pula model dengan nama Murid akan dipadankan dengan tabel Murid . Jika kita tidak mengikuti aturan penamaan ini, kita perlu menentukan secara manual nama tabel yang berpadanan dengan model kita. Hal ini dapat menyulitkan dan membuat kode kita kurang terbaca. Melengkapi File Migrasi Tahapan berikutnya adalah melengkapi file migration kita. Pada file migration create_table_murid , lengkapi fungsi up() seperti contoh dibawah ini. bigIncrements('id'); $table->string('nama'); $table->unsignedInteger('nomor_siswa'); $table->timestamps(); }); } /** * Reverse the migrations. * * @return void */ public function down() { Schema::dropIfExists('murid'); } Mari kita bedah potongan kode program diatas. Schema::create('murid', 
 adalah kode program untuk membuat tabel. Parameter murid adalah sebagai nama tabel yang akan dibuat. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan CREATE TABLE murid(....$table->bigIncrements('id') adalah kode program untuk membuat atribut id dengan ketentuan bertipe data big int, unsigned, bersifat not null, bersifat auto_increment, dan dijadikan sebagai primary key. Unsigned artinya nilainya tidak akan bisa negatif, not null artinya tidak boleh dikosongkan, auto_increment artinya akan bertambah secara otomatis ketika menambah data baru. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'id' int unsigned not null auto_increment primary key .$table->string('nama') adalah kode program untuk membuat atribut name dengan ketentuan bertipe data varchar(255) dan bersifat not null. Varchar(255) artinya adalah tipe berupa rangkaian karakter dengan panjang maksimal 255 karakter, sama dengan 255 bit, karena setiap karakter membutuhkan alokasi memori sebesar 1 bit. Angka 255 adalah angka default dan bisa diganti dengan kebutuhan panjang data kita dengan cara mengubah kode program menjadi $table->string('title', 100) , untuk panjang maksimal 100 karakter. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'name' varchar(255) not null.$table->unsignedInteger('nomor_siswa') adalah kode program untuk membuat atribut nomor_siswa dengan ketentuan int unsigned not null. Kita buat bersifat unsigned untuk membatasi kesalahan memasukkan data berupa bilangan negatif. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'nomor_siswa' int unsigned not null$table->timestamps() adalah potongan kode untuk membuat atribut created_at dan updated_at dengan ketentuan timestamp null. Timestamp adalah tipe data untuk menyimpan tanggal dan waktu sekaligus. Null artinya tidak wajib disini. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'created_at' timestamp null, 'updated_at’ timestamp null Jadi untuk potongan kode pada fungsi up() diatas jika kita menulisnya dalam kode program SQL, maka akan seperti ini. create table 'books' ( 'id' int unsigned not null auto_increment primary key, 'nama' varchar(255) not null, 'nomor_siswa' int unsigned not null, 'created_at' timestamp null, 'updated_at' timestamp null } Eksekusi File Migrasi Setelah menyelesaikan pembuatan file migrasi, langkah selanjutnya adalah menjalankannya. Kita akan menggunakan Artisan CLI untuk melakukan eksekusi. Pastikan konfigurasi koneksi database pada file .env telah diisi dengan benar sebelum menjalankan perintah berikut: php artisan migrate Apabila tidak ada pesan error yang muncul maka migration berjalan dengan benar. Maka table user dan tabel yang kalian dibuat sudah tercipta di dalam database yang terhubung. Apabila terdapat pesan error kalian coba baca dan temukan solusinya di stackoverflow atau forum lainya hehehehe. Sampai sini untuk pembuatan tabel dengan migration Merubah Nama Tabel Pada Migration Laravel Selain create kita juga bisa mengubah nama table yang kita miliki melalui migration fungsi , dengan perintah. Schema::rename('nama_table_yang_ingin_di_rename', 'nama_baru'); tapi kalian bisa juga kok buat ganti table name kalian pada fungsi up(). dan kemudian lakukan perintah php artisan migrate Menghapus Table Dengan Migration Untuk menghapus tabel dengan migration laravel, juga sudah ada fungsi atau metode nya. Schema::drop('nama_table'); Migrasi Laravel menawarkan solusi modern dan efisien untuk merancang skema database. Meskipun tidak wajib, migrasi dapat meningkatkan kolaborasi, deployment, dan kejelasan kode dalam proyek Laravel kalian. Oke Sekian penjelasan tentang migration kalian bisa kembali untuk menguliknya sendiri tentunya. Semoga bermanfaat buat kalian. See you guysss !

Kelas Struktur Kontrol dalam Go: Penggunaan If, For, dan Switch di BuildWithAngga

Struktur Kontrol dalam Go: Penggunaan If, For, dan Switch

Go, bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Google, terkenal karena kesederhanaan dan efisiensinya. Salah satu fitur yang membuat Go menjadi pilihan yang populer di antara para pengembang adalah struktur kontrol yang kuat dan mudah digunakan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi penggunaan struktur kontrol utama dalam Go: if, for, dan switch, serta bagaimana Anda dapat memanfaatkannya dalam pengembangan perangkat lunak. If Statement Statement if digunakan untuk mengevaluasi kondisi dan menjalankan blok kode jika kondisinya benar (true). Contoh penggunaannya: Anda juga dapat menggunakan if tanpa kondisi, yang akan mengevaluasi ekspresi boolean di dalamnya: Go mendukung beberapa jenis loop, tetapi yang paling umum adalah loop for. Loop for digunakan untuk mengulangi blok kode selama kondisi yang ditentukan benar. Contoh sederhananya adalah: Anda juga dapat menggunakan for untuk melakukan loop melalui elemen-elemen dalam sebuah slice atau map: Switch Statement Pernyataan switch digunakan untuk memeriksa beberapa kondisi dan menjalankan blok kode yang sesuai dengan kondisi yang terpenuhi. Contohnya seperti berikut: Anda juga dapat menggunakan switch tanpa ekspresi untuk membuat struktur percabangan yang lebih bersih: Dengan memahami penggunaan yang tepat dari if, for, dan switch dalam Go, Anda dapat menulis kode yang lebih bersih, mudah dimengerti, dan efisien. Teruslah eksplorasi dan praktikkan struktur kontrol ini dalam pengembangan perangkat lunak Anda untuk mencapai hasil yang optimal. Kesimpulan Semoga dengan pemahaman Go, Kamu lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan aplikasi Go yang lebih kompleks. Jangan ragu untuk terus belajar dan menjelajahi fitur-fitur menarik dalam bahasa Go! Dan untuk pengalaman belajar yang lebih mendalam, yuk bergabung di Build with Angga dan kembangkan keterampilan pemrograman Go Anda bersama komunitas yang solid dan dukungan dari instruktur ahli. Mari bergabung dan berkembang bersama-sama! 🚀 BuildWithAngga

Kelas Dasar-Dasar Bahasa Pemrograman Go: Variabel, Tipe Data, dan Operasi Dasar di BuildWithAngga

Dasar-Dasar Bahasa Pemrograman Go: Variabel, Tipe Data, dan Operasi Dasar

Bahasa pemrograman Go, atau biasa disebut Golang, adalah bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Google pada tahun 2007 dan pertama kali dirilis pada tahun 2009. Go dirancang dengan tujuan untuk menyediakan kemudahan pengembangan perangkat lunak yang bersifat sederhana, efisien, dan skalabel. Dalam artikel ini, kita akan membahas dasar-dasar bahasa pemrograman Go, termasuk variabel, tipe data, dan operasi dasar. Variabel dalam Go Variabel dalam Go digunakan untuk menyimpan data yang akan digunakan dalam program. Sebelum digunakan, sebuah variabel harus dideklarasikan terlebih dahulu. Berikut adalah contoh deklarasi variabel dalam Go : var namaVariabel tipeDataContoh :var umur int var nama string Variabel juga dapat dideklarasikan dengan inisialisasi nilai:var namaVariabel tipeData = nilai: Go juga mendukung pendeklarasian variabel dengan menggunakan := operator, yang memberikan kemudahan dalam mendeklarasikan dan menginisialisasi variabel: namaVariabel := nilai Tipe Data dalam Go Go memiliki beragam tipe data yang digunakan untuk menyimpan berbagai jenis nilai. Beberapa tipe data dasar dalam Go meliputi: int: untuk menyimpan bilangan bulat. float64: untuk menyimpan bilangan desimal. string: untuk menyimpan teks. bool: untuk menyimpan nilai boolean (true atau false). Operasi Dasar dalam Go Go mendukung berbagai operasi dasar untuk melakukan manipulasi data. Beberapa operasi dasar yang umum digunakan antara lain: Aritmatika: Operasi untuk melakukan perhitungan matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.Contoh: Penugasan: Operasi untuk memberikan nilai pada variabel.Contoh :x := 10 Perbandingan: Operasi untuk membandingkan dua nilai. Contoh :x := 10 y := 5 fmt.Println(x > y) // Output: true Logika: Operasi untuk melakukan operasi logika seperti AND, OR, dan NOT. Contoh:x := true y := false fmt.Println(x && y) // Output: false Concatenation: Operasi untuk menggabungkan dua string. Contoh:str1 := "Hello" str2 := "World" hasil := str1 + " " + str2 // Output: "Hello World" KesimpulanSemoga dengan pemahaman Go, Kamu lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan aplikasi Go yang lebih kompleks. Jangan ragu untuk terus belajar dan menjelajahi fitur-fitur menarik dalam bahasa Go! Dan untuk pengalaman belajar yang lebih mendalam, yuk bergabung di Build with Angga dan kembangkan keterampilan pemrograman Go Anda bersama komunitas yang solid dan dukungan dari instruktur ahli. Mari bergabung dan berkembang bersama-sama! 🚀 BuildWithAngga

Kelas Mengenal JSX: Bahasa Mark-up di React di BuildWithAngga

Mengenal JSX: Bahasa Mark-up di React

JSX (JavaScript XML) adalah bahasa mark-up yang digunakan dalam React untuk membangun antarmuka pengguna. JSX memungkinkan pengguna untuk menulis kode HTML di dalam file JavaScript, yang membuat pengembangan aplikasi web dengan React menjadi lebih mudah dan efisien. Dalam blog post ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai JSX dan bagaimana cara menggunakannya dalam pengembangan aplikasi React. Memahami JSX JSX adalah ekstensi sintaksis yang memungkinkan pengguna untuk menulis kode HTML di dalam JavaScript. Dengan menggunakan JSX, pengguna dapat membuat komponen React yang terdiri dari elemen-elemen HTML. Contohnya, jika pengguna ingin membuat komponen Button dalam aplikasi React, pengguna dapat menulis kode JSX seperti ini: Pada contoh di atas, kita menggunakan tag button yang merupakan elemen HTML di dalam komponen Button. JSX juga mendukung penggunaan atribut HTML, seperti class dan id. Contohnya, pengguna dapat menambahkan atribut class pada elemen HTML menggunakan JSX seperti ini: Menggunakan Ekspresi di dalam JSX Selain dapat menulis kode HTML di dalam JSX, kita juga dapat menggunakan ekspresi JavaScript di dalamnya. Ekspresi JavaScript dapat dimasukkan di dalam kurung kurawal { } di dalam JSX. Contohnya, jika pengguna ingin menampilkan teks dinamis di dalam komponen Button, pengguna dapat menggunakan ekspresi JavaScript seperti ini: Pada contoh di atas, kita menggunakan variabel buttonText yang berisi teks "Klik Saya" di dalam elemen button menggunakan ekspresi JavaScript di dalam kurung kurawal. Menerapkan JSX dalam Pengembangan React JSX adalah salah satu fitur utama dalam React yang membuat pengembangan aplikasi web menjadi lebih mudah dan efisien. Dalam pengembangan aplikasi React, kita dapat menggunakan JSX untuk membuat komponen-komponen yang terdiri dari elemen-elemen HTML dan logika JavaScript di dalamnya. Dengan menggunakan JSX, pengguna dapat dengan mudah memisahkan tampilan komponen dengan logika bisnisnya. Hal ini membuat kode menjadi lebih terstruktur dan mudah maintainance. Kesimpulan JSX adalah bahasa mark-up di React yang memungkinkan pengguna untuk menulis kode HTML di dalam JavaScript. Dengan menggunakan JSX, pengguna dapat membuat komponen React yang terdiri dari elemen-elemen HTML dan logika JavaScript di dalamnya. Ini membuat pengembangan aplikasi web dengan React menjadi lebih mudah dan efisien. Dalam blog post ini, kita telah membahas tentang memahami JSX, penggunaan ekspresi di dalam JSX, dan penerapan JSX dalam pengembangan aplikasi React. tetapi teman-teman dapat menerapkan hal tadi kita perlu memahami dasar dari penggunaan react.js terlebih dahulu. Teman-teman tidak perlu khawatir di BuildWithAngga menyediakan kelas gratis React JavaScript. Tunggu apa lagi? buruan join dan upgrade skill kamu pada front-end menggunakan React.js bersama BuildWithAngga đŸŒŸ

Kelas Pengenalan Dasar tentang Node JS di BuildWithAngga

Pengenalan Dasar tentang Node JS

Hai sobat BWA!🙌 Sejak diluncurkannya Node.js pada tahun 2009, banyak inovasi baru dan perubahan dalam dunia pemrograman, terutama dalam pengembangan aplikasi web. Eitss, kalian tau ga sih kalo Node.js itu bukan termasuk bahasa pemrograman loh! Node.js adalah sebuah platform yang digunakan untuk mengeksekusi program JavaScript di luar browser. Node.js diciptakan sebagai pendukung JavaScript agar lebih optimal untuk digunakan. Ingin tahu tentang Node.js lebih luas? Simak artikel ini sampai habis ya! Apa itu Node.js? Node.js adalah platform runtime yang dibangun di atas mesin JavaScript V8 yang kuat sehingga memungkinkan untuk menjalankan JavaScript di sisi server dan mengembangkan aplikasi web berbasis server dengan mudah, efisien, dan cepat. Node.js digunakan secara luas dalam pengembangan aplikasi web dan dapat digunakan untuk membuat berbagai jenis aplikasi seperti server web, aplikasi real-time, aplikasi berbasis mikro, dan banyak lagi. Node.js memiliki beberapa fitur utama seperti non-blocking I/O, skalabilitas, modul NPM yang kuat, dan fleksibilitas dalam pengembangan aplikasi dengan berbagai bahasa pemrograman. Platform yang dikembangkan oleh Ryan Dahl pada tahun 2009 ini cocok untuk aplikasi real-time yang membutuhkan respons cepat, seperti aplikasi chat dan streaming karena mempunyai fitur utamanya yaitu non-blocking I/O. Fitur ini memungkinkan aplikasi untuk mengelola banyak permintaan secara efisien dan cepat. Selain itu, Node.js juga menggunakan arsitektur event-driven yang memungkinkan server untuk menangani banyak koneksi secara bersamaan. Kelebihan Node.js Model non-blocking: Node.js menggunakan model non-blocking yang memungkinkan server untuk menangani banyak permintaan secara bersamaan tanpa harus menunggu permintaan selesai. Hal ini membuat Node.js sangat efisien dalam menangani beban kerja yang berat dan memberikan respons yang cepat kepada pengguna.Skalabilitas yang Baik: Node.js dirancang untuk skalabilitas yang baik. Dengan kemampuan untuk menangani banyak permintaan dalam waktu yang bersamaan, Node.js cocok untuk aplikasi yang membutuhkan skalabilitas tinggi, seperti aplikasi real-time dan aplikasi yang melayani banyak pengguna secara bersamaan.Penggunaan JavaScript di Kedua Sisi: Dengan Node.js, kalian dapat menggunakan JavaScript di sisi server maupun di sisi klien. Hal ini memungkinkan pengembang untuk menggunakan kembali kode JavaScript yang sama dan membuat pengembangan web menjadi lebih seragam dan efisien.Repositori Paket yang Kaya: Node.js memiliki NPM (Node Package Manager), yang merupakan repositori paket yang kaya dengan ribuan modul yang tersedia. Modul-modul ini memudahkan kalian untuk memperluas fungsionalitas aplikasi dengan menambahkan fitur-fitur yang sudah ada.Popularitas dan Komunitas yang Besar: Node.js telah menjadi sangat populer di kalangan pengembang dan memiliki komunitas yang besar. Dengan hal ini, kalian bisa menemukan dokumentasi, tutorial, dan dukungan dari komunitas dengan mudah untuk membantu dalam pengembangan aplikasi menggunakan Node.js. Cara Install Node.js Cara Install Node. js pada Windows 1. Buka https://nodejs.org/en/download 2.Pilih versi Node.js LTS (Long-Term-Support), lalu pilih Windows Installer dan sesuaikan dengan bit laptop/komputer kalian 3. Tunggu hingga proses download selesai kemudian jalankan installer Node.js 4. Tentukan folder untuk instalasi Node.js 5. Klik “Install” untuk memulai instalasi 6. Node.js berhasil terinstall 7. Setelah instalasi selesai, kalian bisa memeriksa versi Node.js dan NPM yang terinstall melalui command prompt dengan melakukan perintah berikut: node -v //untuk memeriksa versi Node.js npm -v //untuk memeriksa versi npm Cara Install Node.js pada macOS Buka https://nodejs.org/en/downloadPilih versi Node.js LTS (Long-Term-Support), lalu pilih macOS InstallerTunggu hingga proses download selesai kemudian jalankan installer Node.jsTentukan folder untuk instalasi Node.jsKlik “Install” untuk memulai instalasiNode.js berhasil terinstall di laptop kalianSetelah terinstall, kalian dapat memeriksa versi Node.js dan NPM dengan perintah yang sama seperti di Windows Jika kalian memiliki Homebrew pada macOS, kalian dapat langsung menginstall Node.js dengan cara berikut: 1. Buka terminal 2. Jalankah perintah brew install node 3. Setelah instalasi selesai, kalian dapat memeriksa versi Node.js dan NPM dengan perintah yang sama seperti di Windows Kesimpulan Nah, itulah Pengenalan Dasar tentang Node.js serta kelebihan dan cara install platform tersebut. Banyak kelebihan Node.js yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih platform ini, seperti model non-blocking, skalabilitas yang baik, penggunaan JavaScript di kedua sisi, repositori paket yang kaya, dan popularitas serta komunitas yang besar. Untuk menginstall Node.js, pada Windows dapat dilakukan melalui Windows Installer, sedangkan pada macOS dapat dilakukan melalui macOS Installer atau menggunakan Homebrew. Node.js menjadi pilihan yang kuat untuk pengembangan aplikasi web yang efisien, scalable, dan responsif. Bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari Node.js, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌 Kelas Online Gratis Node JavaScript DasarMempelajari Struktur Data dengan JavaScript secara gratis