flash sale
hamburger-menu

Tips Frontend Development

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Kelas Cara Memilih Frontend Framework yang Tepat Untuk Projek Anda di BuildWithAngga

Cara Memilih Frontend Framework yang Tepat Untuk Projek Anda

Hello, fellow learners! 📚✨ Kalian suka bingung ga sih? saking banyaknya framework untuk pengembangan web kalian jadi bingung mau pilih yang mana🤔. Padahal pemilihan frontend framework ini merupakan langkah yang krusial ketika kalian menggarap proyek pengembangan web. Dengan banyaknya opsi framework yang tersedia, memahami kriteria dan pertimbangan yang sesuai dengan kebutuhan proyek adalah kunci kelancaran pengembangan web kalian. Penggunaan framework akan membantu kalian mengatur tampilan dan fungsionalitas antarmuka pengguna (UI), mempercepat proses pembangunan, dan memastikan keseragaman dalam tampilan. Maka dari itu, di artikel ini kami akan memberikan panduan untuk kalian biar bisa memilih frontend framework yang tepat! Let's find out–shall we? Faktor-Faktor Penting Saat Memilih Frontend Framework🚀 Berikut faktor-faktor yang perlu kalian pertimbangkan saat memilih frontend framework: 1. Popularity Pilihlah framework dengan popularitas yang tinggi karena semakin tinggi popularitasnya, semakin besar komunitasnya serta menawarkan dukungan yang luas. Dengan begitu, kalian akan lebih mudah menemukan orang yang yang dapat kalian mintai bantuan ketika mengerjakan projek pengembangan web kalian. Menurut stack overflow survey 2023, Node.js dan React.js menjadi dua framework yang paling populer digunakan oleh kesuluruhan responden. 2. Performance Level Pastikan framework yang dipilih memiliki kinerja yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan projek kalian. Memahami dampak dari faktor seperti kecepatan rendering, efisiensi virtual DOM, ukuran bundle, dan mekanisme caching pada saat pemuatan halaman akan membantu kalian memilih framework yang tepat. 3. Server-Side Rendering (SSR) Server Side Rendering, atau yang sering disebut SSR, merupakan metode untuk merender aplikasi Single Page Application yang akan dirender di sisi server sebelum hasil render dikirimkan ke sisi klien. Rendering di sisi server ini memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik, terutama ketika menggunakan mobile networks. Jika proyek kalian memerlukan server-side rendering, pastikan framework yang dipilih mendukung fitur ini. 4. Support for Responsiveness Dengan berbagai macam perangkat komputasi digital yang tersedia di pasar saat ini, dan pengguna cenderung menggunakan perangkat seluler dengan berbagai ukuran layar, penting untuk memastikan responsivitas dalam pengembangan frontend web terhadap semua jenis perangkat tersebut. Banyak bisnis online yang juga membuat Progressive Web Applications, dimana memberikan pengalaman pengguna seperti menggunakan aplikasi native mobile di dalam browser. 5. Feature-Rich Menjadi hal yang penting untuk memilih framework dengan sejumlah besar fitur dan kemampuan yang beragam, yang dapat memperkaya pengalaman pengguna atau memenuhi kebutuhan proyek dengan baik. Perlu diperhatikan, bahwa framework tersebut mendukung template kustom, manajemen state, pengolahan formulir, koneksi HTTP, dan validasi permintaan. Ini merupakan fitur dan komponen yang seharusnya diperlukan oleh framework web untuk memberikan sumber daya yang kaya pada proyek kalian. 6. Documentation Pastikan framework yang dipilih memiliki dokumentasi yang baik dan mudah dipahami. Kalian harus memiliki akses ke tutorial dan panduan yang baik. Hal ini membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah. Dokumentasi yang lengkap juga membantu dalam mengintegrasikan dan memahami struktur kerja framework, memastikan konsistensi penggunaan, dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah atau menavigasi melalui kode. 7. Integration and Customization Flexibilities Pilihlah framework yang mendukung integrasi dengan alat dan teknologi lain yang mungkin diperlukan dalam proyek. Kemampuan untuk dengan mudah menggabungkan framework dengan perangkat lunak pihak ketiga, layanan API, atau komponen lainnya dapat meningkatkan efisiensi dan memperluas fungsionalitas proyek. 8. Post-Development Support Post-development support adalah faktor krusial yang sering kali terabaikan namun memiliki dampak yang signifikan dalam siklus hidup proyek. Pastikan framework yang dipilih memiliki komunitas pengguna yang aktif, forum diskusi yang ramah, dan dokumentasi yang terus diperbarui. Keberadaan komunitas yang kuat dapat menjadi sumber daya berharga ketika kalian menghadapi tantangan atau butuh bantuan setelah proyek selesai dikembangkan. Evaluasi Pro dan Kontra Beberapa Framework Populer Berikut perbandingan beberapa framework popular yang bisa kalian jadikan acuan dalam memilih framework frontend yang tepat untuk projek kalian. 1. React Framework React adalah framework open source yang dibuat dan dikembangkan oleh Facebook. React semakin banyak dipilih oleh para pengembang berkat fitur andal dan kemudahan penggunaannya. Sebagai frontend framework, React menonjol karena menggunakan Virtual Document Object Model (DOM), yang memberikan fungsionalitas yang sangat baik. React adalah framework yang sempurna bagi mereka yang mengharapkan high traffic dan membutuhkan platform yang stabil untuk mengelolanya. Kelebihan: Menghemat waktu dengan re-utilisasi komponenVirtual DOM meningkatkan pengalaman pengguna dan kemudahan kerja developerOpen-source library dengan beragam toolsKode yang stabil melalui aliran data satu arah Kekurangan: Ketidaktersediaan dokumentasi karena perkembangan yang cepatKurva pembelajaran yang relatif panjangTantangan dalam memahami kompleksitas JSX 2. Angular Framework Angular adalah framework UI yang sederhana dan mudah dimengerti yang didasarkan pada TypeScript. Diresmikan tahun 2016, framework Angular didirikan oleh Google untuk untuk mengembangkan aplikasi yang canggih dan responsif. Berbeda dengan React, Angular memiliki fitur two-way data binding yang memungkinkan perubahan pada data secara instan muncul dalam tampilan, serta konsep desain MVC (Model-View-Controller) yang memisahkan logika aplikasi dari tampilan. Kelebihan: Kemudahan dapam pengembangan aplikasi web berkat fitur two-way data bindingDukungan komunitas yang besarReusabilitas kode Kekurangan: Kompleksitas Angular yang terkadang sulit dipahami oleh developer pemuladokumentasi CLI yang kurang jelasKemampuan SEO yang terbatas sehingga kurang SEO Friendly. 3. Vue Javascript Framework Saat ini, Vue.js menjadi framework yang paling sederhana. Dimana framework ini menghilangkan kompleksitas yang dihadapi developer Angular. Vue.js memiliki ukuran kecil dan memberikan manfaat utama - virtual DOM dan berbasis komponen. Ia juga menggunakan two-way data binding. Framework frontend ini sangat fleksibel dan membantu dalam berbagai task dalam membangun aplikasi web. Kelebihan: Dokumentasi yang lengkap, rinci dan mudah dipahamiMendukung TypeScript, bahasa pemrograman berbasis JavaScriptKegunaan reusable code dan integrasi yang mudah Kekurangan: Komunitas developer yang terbatasFleksibilitas yang menyebabkan ketidakaturan kode Kesimpulan Pilihlah framework frontend yang tepat sesuai kebutuhan proyek kalian dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kebutuhan fungsional, kejelasan dokumentasi, dukungan komunitas, dan kemampuan pengembangan cepat. Pastikan untuk menguji framework tersebut dalam proyek kecil terlebih dahulu untuk memastikan kesesuaian dan kemudahan penggunaannya. Kalian bisa mulai dengan mengikuti kelas-kelas GRATIS di BuildWithAngga, seperti Kelas Online React JS dan Kelas Online Vue JS Framework agar dapat mengenal lebih jauh mengenai framework tersebut. Tunggu apalagi? Join kelas di BuildWithAngga sekarang juga untuk upgrade skill programming kamu! keep learning and see you in class!

Kelas Penggunaan Method Map pada Array JavaScript di BuildWithAngga

Penggunaan Method Map pada Array JavaScript

Hello, Spirit of Learning! 📑 Pada artikel kali ini kita akan membahas penggunaan method map() yang ada pada Array Prototype JavaScript. Buat kamu yang belum belajar JavaScript dasar, kamu bisa belajar terlebih dahulu ya di Kelas JavaScript ES6 Dasar dan buat kamu yang ingin belajar method map() alangkah baiknya membaca artikel sebelumnya, yaitu "Memahami Array Prototype dalam JavaScript". Mari kita bahas secara mendalam penggunaan method map dalam JavaScript. Mulai dari pengenalan dasar sampai contoh penggunaannya. Mari kita belajar bersama cara method map bisa membuat ngoding kamu lebih mudah dalam meproses array. Siap untuk belajar ? Ayo kita mulai! Pengenalan Method Map Saat kamu bekerja dengan data dalam bahasa pemrograman JavaScript, pasti kamu seringkali perlu melakukan berbagai manipulasi pada array, seperti mengubah setiap elemen, memfilter elemen tertentu, atau bahkan membuat array baru dari data yang sudah ada. Nah, inilah di mana method map akan digunakan!. Metode map() pada array JavaScript adalah method yang kuat yang memungkinkan kamu untuk mengubah setiap elemen dalam array dengan cara yang mudah dan efisien. Cara Penggunaan Method Map Method map() pada JavaScript adalah method yang powerful dan sederhana untuk memanipulasi array dengan mudah. Konsepnya tidak terlalu rumit, bayangkan aja kamu memiliki kantong penuh data dalam bentuk array, dan kamu ingin melakukan sesuatu pada setiap item di dalamnya. Nah, di sinilah peran map akan digunakan. Begini cara kerjanya, kamu memberikan sebuah fungsi kepada map() dan itu akan menerapkan fungsi tersebut pada setiap elemen di dalam array kamu. Setelah selesai, map() akan mengembalikan array baru yang berisi hasil transformasi dari setiap elemen. Contoh, mari kita katakan kamu memiliki array angka-angka yang mewakili harga produk dalam sebuah keranjang belanja online. Kamu ingin menambahkan simbol dolar ke setiap harga. Dengan map() kamu bisa melakukannya dengan mudah. Let’s write code guys 🔥 const prices = [10, 20, 30, 40]; const formattedPrices = prices.map(price => `$${price}`); console.log(formattedPrices); Hasil dari console kode di atas Dalam contoh di atas, kita memberikan arrow function ke dalam map() yang akan menambahkan simbol dolar ke setiap harga dalam array prices. Hasilnya adalah array baru yang berisi harga-harga yang diformat dengan benar. Jadi, intinya, method map() adalah method yang serbaguna yang membantu kamu melakukan transformasi data dalam array kamu dengan cara yang jelas dan mudah dipahami. Contoh Penggunaan Method Map Selanjutnya Bayangkan kamu memiliki sebuah array yang berisi objek-objek yang mewakili data pengguna dalam aplikasi kamu. Setiap objek mungkin memiliki properti seperti nama, usia, dan pekerjaan. Sekarang, mari kita lihat bagaimana kita dapat menggunakan method map() untuk melakukan transformasi pada array ini. Misalkan kita memiliki array users yang berisi objek-objek pengguna: const users = [ { id: 1, name: 'John', age: 30, job: 'Developer' }, { id: 2, name: 'Sarah', age: 25, job: 'Designer' }, { id: 3, name: 'Mike', age: 35, job: 'Manager' } ]; Sekarang, misalkan kita ingin membuat array baru yang berisi hanya nama-nama pengguna dari array users. Dengan bantuan method map() , kita dapat melakukan ini dengan mudah: const userNames = users.map(user => user.name); console.log(userNames) Gambar hasil dari console kode di atas Dalam contoh di atas, kita menggunakan method map() untuk membuat array baru userNames yang berisi nama-nama pengguna dari array users. Setiap elemen dalam array users diambil, dan properti name dari setiap objek pengguna digunakan untuk membuat elemen baru dalam array userNames. Dengan hanya beberapa baris kode, kita berhasil menghasilkan array baru yang berisi data yang kita perlukan tanpa melakukan iterasi manual atau mengubah array asli. Method map() membantu kita menghemat waktu dan upaya, serta membuat kode kita lebih mudah dibaca dan dimengerti. Keuntungan Menggunakan Method Map Method map() pada array JavaScript adalah method yang sangat berguna dalam pemrograman karena menyediakan beberapa keuntungan yang menonjol. 1. Kode Lebih Ringkas dan Mudah Dipahami Salah satu keunggulan utama dari method map() adalah kemampuannya untuk menyederhanakan kode. Dibandingkan menggunakan loop tradisional seperti for, map menyediakan sintaksis yang lebih singkat dan lebih mudah dipahami. 2. Mengurangi Kesalahan Dengan menggunakan method map() , developer dapat mengurangi risiko kesalahan yang mungkin terjadi saat menggunakan loop tradisional. Karena method map() berfungsi pada setiap elemen array secara otomatis. 3. Mendorong Paradigma Pemrograman Fungsional Method map() adalah salah satu contoh dari paradigma pemrograman fungsional dalam Javascript. Dengan memanfaatkannya, developer dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep fungsional seperti imutabilitas dan komposisi function. Ini memungkinkan developer untuk menulis secara clean code. Dengan menggabungkan ketiga keuntungan ini, method map() menjadi method yang membantu developer untuk menulis kode yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih mudah di-maintenance. Kesimpulan Setelah belajar method map() pada array JavaScript, kita menyadari betapa pentingnya method ini dalam mengoptimalkan proses pemrosesan data dalam kode kita. Dengan map() , kita dapat dengan mudah mengubah setiap elemen array, menciptakan array baru, dan menghindari kebingungan yang sering terjadi dalam penggunaan loop tradisional. Salah satu keunggulan terbesar dari map() adalah kesederhanaan dan keterbacaan kode yang disediakannya. Dengan sintaksis yang jelas dan mudah dimengerti, kita dapat dengan cepat memahami apa yang dilakukan setiap baris kode. So, semoga penjelasan dan contoh yang telah diberikan dapat memberikan manfaat dan menginspirasi kamu untuk terus mengeksplorasi bahasa pemrograman JavaScript See you guys!

Kelas 5 Ide Projek Pemula Menggunakan JavaScript di BuildWithAngga

5 Ide Projek Pemula Menggunakan JavaScript

JavaScript merupakan bahasa pemrograman yang sangat populer dan digunakan secara luas oleh programmer dalam developing web. Jika kamu seorang pemula yang ingin mengasah keterampilan pemrograman JavaScript, membuat proyek-proyek kecil adalah cara yang tepat dan bagus untuk mengasah skill JavaScript kamu. Dan kamu ga perlu repot-repot untuk mengeluarkan uang banyak, karena di kelas JavaScript BuildWithAngga GRATIS!! dan bisa di akses selamanya loh. Artikel ini akan membahas 5 ide proyek untuk pemula yang dapat membantu kamu memahami dan melatih konsep dasar JavaScript dan meningkatkan kemampuan pengembangan web kamu. So, let’s learn together! 1. To-Do List App: Membuat Manajemen Tugas yang Efisien Kelas Vanilla JavaScript OOP & LocalStorage: Web Task Management BuildWithAngga Deskripsi Projek: Membuat aplikasi To do list / daftar tugas sederhana yang memungkinkan user dapat menambahkan, mengedit, dan menghapus tugas. Projek ini dapat membantu user mengelola dan mengatur tugas-tugas mereka sehari-hari. Konsep dasar aplikasi ini adalah memberikan user tempat untuk mencatat, mengorganisir, dan melacak pekerjaan atau aktivitas yang perlu dilakukan/sedang dilakukan. Tujuannya adalah memberikan pengalaman manajemen tugas/aktifitas yang efisien dan terstruktur. Detail Implementasi:Gunakan HTML dan CSS untuk membuat tampilan antarmuka yang bersih.Menerapkan JavaScript untuk menangani operasi CRUD (Create, Read, Update, Delete).Memanfaatkan localStorage untuk menyimpan tugas sehingga data tetap ada setelah me-refresh halaman. Yang Bisa Kamu Pelajari Dari Projek Ini: Dengan membuat aplikasi To-Do List, kamu dapat belajar tentang:Manipulasi DOM: Bagaimana cara memanipulasi elemen HTML untuk menampilkan dan mengelola data.Implementasi Penyimpanan Lokal: User local storage untuk menyimpan data.Event Listeners: Menanggapi aksi user dan menjalankan fungsi yang sesuai.Desain Responsif: Membuat UI yang nyaman digunakan pada berbagai perangkat.Bingung mau mulai dari mana? di BuildWithAngga, ada kelas baru GRATIS loh untuk membahas tentang projek To-Do List App. Yuk, tingkatkan skill kamu dengan join kelas-kelas menarik di BuildWithAngga. Kamu bisa membuat project seperti diatas dengan memepalajari kelas dibawah ini: Kelas Dasar ES6 JavaScriptKelas UI/UX DesignKelas Web Development 2. Kalkulator BMI: Menerapkan Logika Pemrograman Deskripsi Projek: Proyek ini bertujuan untuk membangun kalkulator BMI (Body Mass Index) yang dapat memungkinkan user menghitung indeks massa tubuh mereka dan dapat memberikan informasi dasar terhadap masalah berat badan secara keseluruhan pengguna. BMI adalah metode yang umum digunakan untuk menilai dan menghitung apakah berat badan seseorang sesuai ideal dengan tinggi badannya. Yang Bisa Kamu Pelajari Dari Projek Ini:Formulir Input dan Hasil Kalkulasi:Implementasikan elemen formulir HTML dengan input untuk berat badan (dalam kilogram) dan tinggi badan (dalam meter).Tampilkan hasil kalkulasi BMI pada halaman.Logika Perhitungan BMI dengan JavaScript:Buat fungsi JavaScript yang mengambil nilai berat badan dan tinggi badan dari formulir.Gunakan rumus BMIMenampilkan Kategori Berat Badan:Tentukan kategori BMI berdasarkan hasil perhitungan:BMI < 18.5: Kurang berat badan.18.5 ≤ BMI < 25: Berat badan normal.BMI ≥ 25: Kelebihan berat badan atau obesitas.Tampilkan kategori ini bersamaan dengan hasil kalkulasi.Validasi Input: Berikan validasi untuk memastikan bahwa input berat badan dan tinggi badan sesuai dengan format yang diinginkan.Desain Responsif: Membuat UI yang nyaman digunakan pada berbagai perangkat. Yuk, tingkatkan skill kamu dengan join kelas-kelas menarik di BuildWithAngga. Kamu bisa membuat project seperti diatas dengan memepalajari kelas dibawah ini: Kelas Dasar ES6 JavaScriptKelas UI/UX DesignKelas Web Development 3. Game Rock Paper Scissors: Seru dan Edukatif Deskripsi Ide: Proyek ini bertujuan untuk membuat permainan sederhana Rock Paper Scissors (Batu Gunting Kertas). Permainan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga dapat menjadi cara yang edukatif untuk memahami logika pemrograman dasar dan interaksi pengguna. Yang Bisa Kamu Pelajari Dari Project Ini:Logika Pemrograman:Memahami alur kerja permainan dan aturan yang terlibat.Menerapkan kontrol alur dengan menggunakan struktur kondisional.Event Handling:Mengenal cara menangani event pengguna, seperti klik mouse.Memahami bagaimana membuat permainan responsif terhadap tindakan pemain.DOM Manipulation:Belajar cara memanipulasi elemen-elemen HTML untuk memperbarui tampilan permainan.Menyegarkan pemahaman tentang hierarki dan struktur DOM.Implementasi Fungsi:Menerapkan fungsi-fungsi untuk mengorganisir dan mengelola logika permainan.Belajar cara membuat fungsi yang dapat digunakan ulang.Struktur Proyek Sederhana:Membangun struktur dasar proyek untuk memahami cara mengatur kode secara terorganisir.Menggunakan HTML, CSS, dan JavaScript secara terintegrasi. Yuk, tingkatkan skill kamu dengan join kelas-kelas menarik di BuildWithAngga. Kamu bisa membuat project seperti diatas dengan memepalajari kelas dibawah ini: Kelas Dasar ES6 JavaScriptKelas UI/UX DesignKelas Web Development 4. Pemutar Audio: Integrasikan Kontrol Audio dengan JavaScript Deskripsi Ide: Kembangkan pemutar audio sederhana dengan kontrol dasar. Pemutar Audio adalah proyek yang menghadirkan pengalaman mendengarkan audio sederhana dengan kontrol dasar. Dengan menggunakan elemen HTML5 , proyek ini memanfaatkan kemampuan bawaan browser untuk memutar audio. Kontrol seperti play, pause, dan kontrol volume diterapkan dengan JavaScript, sedangkan tata letak pemutar audio disesuaikan dengan menggunakan CSS. Yang Bisa Kamu Pelajar Dari Projek Ini:Elemen HTML5 : Memahami dan menggunakan elemen HTML5 untuk menyematkan pemutar audio ke dalam halaman.JavaScript Audio Control: Menerapkan fungsi JavaScript untuk mengontrol pemutar audio, termasuk fungsi play, pause, dan kontrol volume.Styling dengan CSS: Menyesuaikan tata letak dan gaya pemutar audio menggunakan CSS. Yuk, tingkatkan skill kamu dengan join kelas-kelas menarik di BuildWithAngga. Kamu bisa membuat project seperti diatas dengan memepalajari kelas dibawah ini: Kelas Dasar ES6 JavaScriptKelas UI/UX DesignKelas Web Development 5. Aplikasi Cuaca: Terapkan Integrasi API dan AJAX Deskripsi Projek: Aplikasi Cuaca adalah proyek sederhana yang memungkinkan pengguna mendapatkan informasi cuaca waktu nyata. Dengan integrasi API cuaca, aplikasi ini memberikan data suhu, kelembaban, dan kondisi cuaca terkini untuk lokasi yang ditentukan. Yang Bisa Kamu Pelajari Dari Projek Ini:Integrasi API: Memahami dan mengimplementasikan koneksi ke API cuaca eksternal untuk mendapatkan data aktual.AJAX Handling: Menggunakan AJAX untuk mengelola permintaan dan tanggapan asinkron dengan API.Data Presentation: Menampilkan informasi cuaca secara dinamis di antarmuka pengguna.JavaScript Functions: Menerapkan fungsi JavaScript untuk mengelola data cuaca dan memperbarui tampilan dengan respons API yang diterima.Kemampuan Proyek Real-Time: Mengasah kemampuan mengembangkan aplikasi yang memberikan informasi terkini kepada pengguna. Yuk, tingkatkan skill kamu dengan join kelas-kelas menarik di BuildWithAngga. Kamu bisa membuat project seperti diatas dengan memepalajari kelas dibawah ini: Kelas Dasar ES6 JavaScriptKelas UI/UX DesignKelas Web Development Kesimpulan Melalui ide proyek-proyek yang telah dibahas ini, kamu dapat memahami dasar-dasar JavaScript dan menerapkannya dalam pengembangan web. Jangan ragu untuk belajar dan menyesuaikan proyek ini sesuai dengan minat dan kebutuhan kamu. Yuk belajar bersama mentor BuildWithAngga yang berpengalaman dan kamu juga dapat sertifikat juga loh setiap menyelesaikan kelasnya dan yang pasti di BuildWithAngga akses materi selamanya 🤯. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu, terima kasih sudah membaca and keep learning! ✨

Kelas Cara Mudah Bikin Website Interaktif Tanpa Koding di BuildWithAngga

Cara Mudah Bikin Website Interaktif Tanpa Koding

Hello, people with the spirit of learning! Pernahkan kalian terpikirkan untuk menciptakan website interaktif yang menarik tanpa harus menulis kode-kode rumit? Dalam artikel ini, kami akan memperkenalkan salah satu metode pengembangan web tanpa perlu penulisan kode yang panjang dan rumit. Bayangkan, sekarang orang yang masih awam dalam pemrograman pun dapat merancang dan mengembangkan website yang menarik dan interaktif tanpa perlu jago koding!😊✨ Sebelum itu, mari kita pelajari dasar no-code dan beberapa alat desain no-code yang dapat kalian gunakan untuk membuat website! Apa itu no-code? No-code adalah istilah yang merujuk pada pengembangan aplikasi atau situs web tanpa perlu menulis kode pemrograman secara manual. Pendekatan ini menggunakan antarmuka visual berbasis drag-and-drop untuk membuat aplikasi, bukan berbasis kode. Hal ini memungkinkan siapa pun, termasuk yang tidak mempunyai skill programming untuk bisa mengembagkan sebuah aplikasi atau situs web. Secara konvensional, pembuatan kode melibatkan proses penulisan menggunakan IDE (Integrated Development Environment) oleh seorang pengembang atau pemrogram. Menguasai keterampilan menulis kode memerlukan waktu yang cukup lama, terutama mengingat banyaknya bahasa pemrograman dan framework yang perlu dikuasai. No-code memberikan solusi alternatif dengan menghilangkan kebutuhan untuk menulis kode saat membuat aplikasi web, situs web, database, dan sebagainya. Tidak diperlukan alat pengkodean tradisional yang meminta penulisan kode secara manual; sebaliknya, pengguna dapat berinteraksi dengan antarmuka pengguna grafis (GUI) yang intuitif. Alat pembuat situs web No-code Dalam pengembangan no-code, kalian dapat memanfaatkan alat-alat seperti platform web builder, page builder, atau plugin WordPress untuk membuat tampilan frontend yang menarik dan responsif tanpa perlu menguasai bahasa pemrograman. Alat-alat ini menyediakan fitur-fitur yang memungkinkan pengguna untuk membuat tampilan frontend yang responsif, seperti sistem grid untuk desain responsif, tata letak yang fleksibel, dan kueri media untuk membuat situs yang menyesuaikan dengan ukuran layar yang sedang dilihat. Berikut beberapa alat pembuat situs web tanpa koding yang dapat membantu kalian menciptakan website interaktif dengan cepat dan mudah. 1. Wordpress WordPress tetap menjadi salah satu platform pembuatan situs web yang paling banyak digunakan. Wordpress memiliki keunggulan dalam memberikan fleksibilitas kepada berbagai pengguna, terlepas dari tingkat keahlian mereka dalam pengembangan web. Meskipun memberikan opsi untuk melakukan kostumisasi kode, situs web juga dapat dibangun tanpa coding dengan menggunakan plugin seperti Elementor dan Divi, dll. Berikut beberapa fitur kunci pada WordPress termasuk: Post dan Pages: Memungkinkan pengguna untuk membuat postingan (artikel, video, galeri, dll.) dan halaman statis.Appearance: Menyediakan kontrol atas tampilan situs, termasuk tema, kustomisasi, dan widget.Plugins: Memungkinkan pengguna untuk menambahkan fungsionalitas tambahan ke situs web mereka.Media: Memungkinkan pengguna untuk mengelola file media seperti gambar, video, dan audio.Comments: Memungkinkan interaksi pengguna melalui komentar.User Management: Memungkinkan pengguna untuk mengatur peran dan hak akses penggunaSettings: Menyediakan kontrol atas berbagai pengaturan situs, termasuk umum, tulisan, media, dan privasi. FYI! BuildWithAngga menyediakan kelas gratis untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai WordPress loh! Kalian bisa ikutan “Kelas Online GratisWordpress.com Website Development” untuk membuat website tanpa membutuhkan keahlian khusus koding. 2. Webflow Secara garis besar, Webflow memiliki kesamaan dengan WordPress. Webflow menampilkan sistem manajemen konten (CMS) yang intuitif, yang berperilaku mirip dengan CMS WordPress tetapi dengan sentuhan modern. Webflow menonjol dengan antarmuka visual yang lebih modern dan intuitif, sehingga sangat cocok untuk desainer grafis, business owner atau developer yang ingin menghasilkan situs web tanpa harus mendalami kode. Berikut adalah beberapa fitur pada Webflow: Desain Visual: Webflow menyediakan alat desain visual tanpa kode yang memungkinkan pengguna untuk membuat situs web secara visual.CMS Bawaan: Webflow memiliki CMS bawaan yang memungkinkan pengguna untuk mengelola konten situs web mereka dengan mudah.Hosting: Webflow menyediakan layanan hosting untuk situs web yang dibuat melalui platform mereka.Generasi Kode Otomatis: Saat pengguna merancang situs web, Webflow secara otomatis menghasilkan kode HTML, CSS, dan JavaScript yang bersih.Desain Responsif: Webflow mendukung desain responsif, sehingga situs web yang dibuat dapat diakses dengan mudah dari berbagai perangkat. Kalian tertarik untuk mempelajari Webflow lebih lanjut? Gabung yuk ke “Kelas Online Gratis Web Development Menggunakan Webflow” atau kunjungi web BuildWithAngga untuk mendapatkan kelas gratis seputar Webflow Workshop lainnya.🚀 3. Elementor Elementor adalah sebuah plugin pembuat situs web untuk platform WordPress yang memungkinkan pengguna untuk membuat desain situs web secara visual tanpa perlu menulis kode. Berikut adalah beberapa fitur utama dari Elementor: Editor Visual: Elementor menyediakan editor visual yang intuitif, memungkinkan pengguna untuk membuat situs web WordPress dengan mudah dan cepat.Widget dan Template: Platform ini menawarkan beragam widget dan template yang dapat disesuaikan.Integrasi Eksternal: Elementor unggul dalam kemampuannya berintegrasi secara mulus dengan sejumlah besar layanan eksternal, plugin, dan sumber daya.Antarmuka Drag-and-Drop: Elementor menyediakan antarmuka drag-and-drop yang memudahkan pengembangan situs web.Skalabilitas: Elementor mendukung skalabilitas situs web WordPress untuk menangani pertumbuhan pengguna dan data.Theme Builder: Elementor menyediakan fitur Theme Builder yang memungkinkan pengguna untuk membuat tema WordPress yang sepenuhnya disesuaikan. Kalian bisa mempelajari mengenai plugin WordPress ini lewat kelas-kelas di BuildWithAngga salah satunya “Kelas Online Gratis Nocode Development: Build Website with WordPress & Elementor”. Di kelas ini kalian akan mendapatkan arahan terbaru tentang bagaimana membangun website company profile yang menarik tanpa harus menggunakan coding. 4. Bubble Bubble diakui sebagai salah satu platform pembuat situs web no-code paling canggih. Bubble memberikan kebebasan penuh kepada pengguna dalam membangun berbagai jenis entitas online, termasuk aplikasi software as a Service(SaaS), marketplace, dan social networks. Dengan editor visual-nya, Bubble memungkinkan untuk membuat aplikasi web lengkap dengan berbagai fitur, termasuk otentikasi pengguna, penyimpanan data, dan integrasi dengan layanan pihak ketiga. Berikut beberapa kunci fitur pada Bubble: Platform All-Inclusive: Menyediakan pengalaman pengembangan aplikasi yang lengkap dengan fitur seperti pengoptimalan SEO, kemampuan pengiriman email, dan integrasi pelacakan aktivitas.Fleksibilitas dan Konektivitas: Memberikan fleksibilitas untuk terhubung dengan berbagai layanan eksternal, API, dan sumber data, memungkinkan pembangunan aplikasi yang serba guna.Menyediakan beragam dokumentasi yang komprehensif meliputi fitur dasar hingga lanjutan, tutorial langkah demi langkah, solusi masalah, dan panduan praktik terbaik. Didukung dengan tutorial video untuk membimbing pengguna dalam perjalanan pengembangan mereka. 5. Wix Wix merupakan salah satu pembuat platform tanpa kode yang cukup populer, dengan fokus utama pada pembuatan situs web dan aplikasi web yang responsif. Wix termasuk dalam website builder yang lengkap dan memudahkan pembuatan situs web yang terlihat profesional. Platform ini menyediakan fitur termasuk: antarmuka pengguna yang intuitif dan fitur drag-and-drop.pilihan templete dengan 800 lebih desain templete yang berbeda.menyediakan berbagai fitur tambahan yang dapat meningkatkan fungsionalitas dan daya tarik situs web, seperti menambahkan formulir kontak, galeri foto, tombol berbagi media sosial, dan banyak lagi.menyediakan hosting dan domain terintegrasi, sehingga Anda tidak perlu mencari penyedia hosting terpisah.menyediakan alat bantu SEO yang memungkinkan Anda mengoptimalkan situs web Anda agar dapat ditemukan dengan mudah oleh mesin pencari. Penutup Melalui kemudahan pembuatan website interaktif tanpa koding, setiap individu kini memiliki peluang untuk meningkatkan keterampilan pengembangan web mereka secara signifikan dan menghemat waktu. So, tunggu apalagi, mulai kembangkan skill kalian dengan mengikuti pembelajaran bersama BuildWithAngga. Ikuti kelas-kelas seputar Nocode Development dan mulai bangun website-mu sendiri! See you at class friends!✨

Kelas Memahami Array Prototype dalam JavaScript di BuildWithAngga

Memahami Array Prototype dalam JavaScript

Hello, Spirit of Learning! 📖 Pada artikel kali ini kita akan membahas tentang Array Prototype dalam JavaScript! Apakah kamu pernah bertanya-tanya bagaimana cara JavaScript mengelola data dalam bentuk array? Atau mungkin kamu ingin memanfaatkan fitur canggih yang disediakan oleh Javascript untuk memanipulasi array dengan lebih efisien? JavaScript, sebagai bahasa pemrograman yang sangat populer dalam pengembangan web, menyediakan berbagai cara untuk mengelola dan memanipulasi array. Salah satu fitur yang paling kuat dan sering digunakan dalam JavaScript adalah yang disebut Array Prototype. Jadi, apa sebenarnya Array Prototype itu? Mari kita belajar bersama-sama pada artikel ini. Apa itu Array Prototype? Pikirkan oleh kamu bahwa Array Prototype itu sebagai koleksi alat canggih yang telah disediakan oleh JavaScript untuk membantu kamu mengelola daftar item dalam kode. Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Array Prototype? Bayangkan kamu memiliki sebuah kotak besar, yang kita sebut Array. Di dalam kotak ini, kamu dapat meletakkan banyak barang, seperti kata-kata, angka, atau bahkan objek kompleks seperti buku, mobil, dan makanan. Nah, Array Prototype adalah serangkaian intruksi atau method yang terdapat di dalam kotak tersebut. Contoh ilustrasi sebuah array yang menyimpan beberapa barang: Lalu apa itu method? Method ini seperti peralatan yang dapat kamu gunakan untuk mengatur, memanipulasi, atau menemukan item tertentu di dalam kotak. Misalnya, kamu ingin menggunakan metode untuk menambah barang baru ke dalam kotak. Contoh ilustrasi jika kamu menggunakan method untuk menambah barang: Nah, yang menarik tentang Array Prototype adalah bahwa kamu tidak perlu menciptakan semua alat-alat secara manual. JavaScript sudah mempersiapkan beberapa method yang siap digunakan begitu kamu membuat sebuah array. Kamu bisa memanggil beberapa method ini secara langsung pada array kamu dan menggunakan fungsinya sesuai kebutuhan. Macam-Macam Metode dalam Array Prototype Pada dasarnya, dalam pemrograman Javascipt, Array Prototype adalah kumpulan method bawaan yang disediakan oleh JavaScript untuk mempermudah manipulasi dan pengelolaan array, yang pada dasarnya adalah kumpulan data. Mari kita belajar beberapa metode penting yang disediakan oleh Array Prototype dan lihat bagaimana setiap method bisa membantu kita dalam memanipulasi dan mengakses data dalam array. 1. Manipulasi Array: push() : Method ini digunakan untuk menambah satu atau lebih elemen ke akhir array.pop() : Menghapus elemen terakhir dari array dan mengembalikan elemen itu.shift() : Menghapus elemen pertama dari array dan menggeser semua elemen lain ke index yang lebih rendah.unshift() : Menambahkan satu atau lebih elemen ke awal array dan menggeser elemen lain untuk membuat ruang. 2. Akses dan Pencarian indexOf() : Mengembalikan index pertama dari elemen yang cocok dalam array.lastIndexOf() : Mengembalikan index terakhir dari elemen yang cocok dalam array.includes() : Memeriksa apakah array berisi elemen tertentu atau tidak.find() : Mengembalikan nilai elemen pertama dalam array yang memenuhi kondisi yang ditentukan.findIndex() : Mengembalikan index elemen pertama dalam array yang memenuhi kondisi yang ditentukan. 3. Transformasi dan Iterasi map() : Membuat array baru dengan hasil panggilan fungsi untuk setiap elemen dalam array.filter() : Membuat array baru dengan semua elemen yang lulus pengujian yang disediakanforEach() : Menjalankan fungsi yang diberikan sekali untuk setiap elemen array.reduce() : Menerapkan fungsi terhadap akumulator dan setiap nilai dalam array dari kiri ke kanan untuk mengurangi menjadi satu nilai.every() : Memeriksa apakah setidaknya semua elemen dalam array lulus pengujian yang diberikan.some() : Memeriksa apakah setidaknya satu elemen dalam array lulus pengujian yang diberikan. Implementasi Metode Array Prototype Yup, setelah kita mempelajari berbagai method yang disediakan oleh Array Prototype, langkah selanjutnya adalah memahami bagaimana setiap method ini bekerja dalam JavaScript. Mari kita coba beberapa method utama beserta contoh implementasinya: 1. push() Method push() digunakan untuk menambahkan satu atau lebih elemen ke akhir array dan mengembalikan panjang array yang baru. Let's write code guys let fruits = ['apel', 'pisang', 'anggur']; fruits.push('jeruk'); console.log(fruits); // Output: ['apel', 'pisang', 'anggur', 'jeruk'] Pada kode di atas awalnya kita hanya memiliki 3 data fruits di dalam array. Namun, setelah kita gunakan method push() dan memasukan nilai nya maka output dari array fruits menjadi 4 saat kita console. 2. pop() Method pop() digunakan untuk menghapus elemen terakhir dari array dan mengembalikan elemen yang dihapus. Let's write code guys let fruits = ['apel', 'pisang', 'anggur']; let removedFruit = fruits.pop(); console.log(removedFruit); // Output: 'anggur' console.log(fruits); // Output: ['apel', 'pisang'] Pada kode di atas awalnya kita memiliki 3 data fruits di dalam array. Namun, setelah kita gunakan method pop() pada array fruits maka elemen terakhir dari array akan dihapus. 3. map() Method map() digunakan untuk membuat array baru dengan hasil pemanggilan fungsi pada setiap elemen dalam array yang dipanggil. Let's write code guys let numbers = [1, 2, 3, 4, 5]; let doubledNumbers = numbers.map(function(num) { return num * 2; }); console.log(doubledNumbers); // Output: [2, 4, 6, 8, 10] Pada kode di atas kita telah memiliki array numbers yang berisi angka-angka 1 hingga 5. Kemudian kita, menggunakan method map() untuk melakukan operasi pada setiap elemen dalam array numbers. Kita menggandakan setiap elemen dengan mengalikannya dengan 2 return num * 2 . Dengan begitu, setiap angka dalam array numbers akan dijadikan dua kali lipat dari nilai hasilnya. Setelah proses mapping selesai, kita mendapatkan array baru yang berisi angka-angka yang sudah di-kalikan. Kemudian, kita mencetak array baru dengan menggunakan console.log(doubledNumbers) . 4. filter() Method filter() digunakan untuk membuat array baru dengan semua elemen yang lulus uji yang diberikan fungsi filter yang disediakan. Let's write code guys let numbers = [1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10]; let evenNumbers = numbers.filter(function(num) { return num % 2 === 0; }); console.log(evenNumbers); // Output: [2, 4, 6, 8, 10] Pada kode di atas, kita memiliki array numbers yang berisi daftar angka dari 1 hingga 10. Kemudian, kita menggunakan method filter() untuk menyaring hanya angka-angka genap dari array tersebut. Kita memeriksa apakah suatu angka habis dibagi dua (dalam arti lain, apakah itu angka genap). Jika iya, maka angka tersebut akan dimasukan dalam array hasil atau baru. Setelah itu, kita mencetak array baru berisi hanya angka-angka genap menggunakan console.log(evenNumbers) . 5. forEach() Method forEach() digunakan untuk menjalankan fungsi yang diberikan sekali untuk setiap elemen dalam array. Let's write code guys let colors = ['merah', 'hijau', 'biru']; colors.forEach(function(color) { console.log(color); }); // Output: // 'merah' // 'hijau' // 'biru' Pada kode di atas, kita memiliki sebuah array colors yang berisi daftar nama-nama warna. Kemudian, kita menggunakan method forEach() untuk melakukan iterasi atau perulangan melalu setiap elemen dalam array tersebut. Kita menggunakan parameter color untuk mewakili setiap elemen dalam array colors. Di dalam fungsi ini, kita hanya mencetak setiap elemen menggunakan console.log(fruit) . Setiap kali fungsi forEach() dijalankan, ia akan mencetak satu elemen dari array colors. Setelah selesai iterasi, kita mendapatkan output yang menampilkan setiap elemen array secara terpisah. Metode-metode ini hanya merupakan sebagian kecil dari apa yang disediakan oleh Array Prototype dalam JavaScript. Dengan memahami dan menggunakan metode-metode ini dengan benar, Kamu dapat mengoptimalkan kinerja dan kegunaaan array dalam aplikasi JavaScript kamu. Contoh Penerapan Praktis Mari kita bayangkan kita membangun sebuah situs web e-commerce sederhana untuk toko pakaian. Di sini, kita dapat menggunakan Array Prototype untuk mengelola daftar produk, keranjang belanja, dan riwayat transaksi. 1. Manajemen Daftar Produk Kita dapat menggunakan metode push() untuk menambahkan produk baru ke dalam daftar.Metode filter() bisa digunakan untuk menyaring produk berdasarkan kriteria tertentu seperti kategori, merk, atau harga.Misalnya: const products = []; products.push({ id: 1, name: 'Kemeja', price: 25 }); products.push({ id: 2, name: 'Celana Jeans', price: 35 }); const filteredProducts = products.filter(product => product.price > 30); //Perintah ini akan menyaring product yang hanya memiliki price lebih dari 30 2. Manajemen Keranjang Belanja Kita dapat menggunakan metode push() dan splice() untuk menambah atau menghapus item dari keranjang belanja.Metode reduce() berguna untuk mengitung total harga belanjaanMisalnya: const cart = []; cart.push({ id: 1, name: 'Kemeja', price: 25 }); cart.push({ id: 2, name: 'Celana Jeans', price: 35 }); const totalPrice = cart.reduce((acc, item) => acc + item.price, 0); 3. Manajemen Riwayat Transaksi Ketika kita berhasil, kita bisa menggunakan metode push() untuk menambahkan detail transaksi ke dalam riwayat.Metode slice() atau splice() bisa digunakan untuk mengelola riwayat transaksi yang terlalu panjang.Misalnya: const transactionHistory = []; const successfulTransaction = { id: 1, items: cart, total: totalPrice }; transactionHistory.push(successfulTransaction); // Menghapus transaksi terlama jika sudah melebihi batas if (transactionHistory.length > 10) { transactionHistory.splice(0, 1); } Dengan menggunakan Array Prototype secara selektif, kita dapat membangun dan mengelola fungsionalitas situs web dengan lebih efisien dan mudah di-maintenance. Ini hanya beberapa contoh bagaimana Array Prototype diterapkan dalam pengembangan aplikasi web. Kesimpulan Yup, dalam artikel ini, kita telah belajar konsep Array Prototype dalam JavaScript. Array Prototype adalah kumpulan method bawaan yang memungkinkan kita untuk memanipulasi, mengakses, dan mengubah data dalam array dengan cara yang efisien dan efektif. So, jangan ragu untuk menggali lebih dalam dan mencoba-coba berbagai metode yang telah kita bahas. Praktikkan pengetahuan yang kamu peroleh dalam artikel ini dalam proyek-proyek nyata, dan kamu akan melihat bagaimana Array Prototype dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam pengembangan aplikasi JavaScript kamu. Buat kamu yang ingin mempelajari web development lebih lanjut, di BuildWithAngga telah menyediakan beberapa kelas gratis JavaScript dari dasar hingga kelas yang berupa project based. Salah satunya, yaitu kelas terbaru Vanilla JavaScript OOP & LocalStorage: Web Task Management. So, ayo kita upgrade skill kita sampai menjadi expert bersama BuildWithAngga 🔥 See you guys! 👋

Kelas Cara Memanggil Fungsi di JavaScript di BuildWithAngga

Cara Memanggil Fungsi di JavaScript

JavaScript, sebagai bahasa pemrograman yang sering digunakan, memiliki fitur yang sangat penting, yaitu function. Function adalah fasilitas di setiap pemrograman untuk membuat suatu perintah yang fungsinya dapat kita gunakan berulang kali tanpa batas. Jadi, bayangkan jika kita memiliki langkah-langkah atau resep tertentu dalam program, kita dapat menyimpannya di dalam function dan menggunakannya kembali tanpa harus menulis ulang setiap kali. Nah, di artikel kali ini, kita akan membahas secara sederhana apa itu function di JavaScript. Mulai dari cara membuatnya, cara memanggilnya, hingga cara menggunakan function untuk membuat program sederhana. Jika kamu ingin belajar lebih banyak kelas-kelas pemrograman JavaScript dan pengembangan web, kamu bisa mengikuti kelas gratis JavaScript di BuildWithAngga yang dapat membantu kamu menguasai keterampilan pemrograman. Oke, let’s learn together! 🤩 Apa Itu Function JavaScript? Fungsi/Function dalam JavaScript adalah kumpulan pernyataan yang dirancang untuk melakukan tugas tertentu atau menghitung nilai tertentu. Dengan menggunakan function, kita dapat mengelompokkan code menjadi bagian-bagian yang dapat digunakan ulang tanpa batas. Contoh sederhana, bayangkan kita memiliki tugas untuk menghitung luas persegi panjang. Function ini dapat membantu kita untuk merapihkan dan memisahkan tugas ini. Contoh pemanggilan function digunakan berulang kali: // Definisikan function dengan nama sapaan function sapaan(nama) { console.log("Halo, " + nama + "!"); } // Panggil function dengan memberikan argumen berupa nama sapaan("Alif"); sapaan("Angga"); sapaan("Indonesia Cerdas"); Pada contoh code di atas, kita mendefinisikan function sapaan yang menerima satu parameter (nama) dan menampilkan ke konsol. Kemudian, kita dapat memanggil function ini tiga kali dengan memberikan argumen berbeda setiap kali dipanggil. Hasil outputnya akan seperti ini: Hasil output dari Function sapaan menggunakan compiler https://playcode.io/javascript Dengan cara ini, kita dapat membuat function sekali dan dapat menggunakan kembali sesuai kebutuhan, hal ini dapat menghemat usaha dan memudahkan pemeliharaan code. Apasih Kegunaan Function di JavaScript? Modularitas: Function dapat memungkinkan kita untuk memecah program menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mudah dikelola, yang disebut modularitas. Ini membuat code lebih terstruktur dan mudah dimengerti.Pengulangan Tugas: Function memungkinkan kita untuk menjalankan sekumpulan pernyataan kapan pun dibutuhkan, menghindari penulisan ulang code yang sama.Parameter dan Argumen: Function dapat menerima input dalam bentuk parameter, yang membuatnya dapat diterapkan dalam konteks yang berbeda dengan nilai yang berbeda.Return Value: Function dapat mengembalikan nilai setelah menjalankan operasinya. Hal ini memungkinkan hasil dari function digunakan di bagian-bagian lain dari program. Image by https://javascript.plainenglish.io/ Jenis-jenis Function di JavaScript 1. Function Declaration: Output: alert() dialog Function Declaration Dikenal juga sebagai function statements adalah function yang telah dideklarasikan sebelumnya dan dieksekusi jika function tersebut dipanggil (call). Function declarations harus dimulai dengan kata function. Contoh code: function salam() { alert("Halo, keep learning!"); } salam() // Output: Alert dialog "Halo, keep learning!" 2. Function Expression: Function yang disimpan ke dalam suatu variable. Setelah disimpan, maka variabel tersebut dapat digunakan sebagai function. Function yang disimpan di dalam function expression dapat diberi nama atau bisa disebut Named Function Expressions (NFEs) ataupun tidak diberi nama sama sekali (anonymous). Contoh code: // Versi anonymous function expression const tambah = function(a, b) { return a + b; }; // Memanggil Function Expression const hasilTambah = tambah(5, 3); console.log(hasilTambah); // Output: 8 3. Arrow Function: Adalah sintaks JavaScript modern (ES6), Dengan arrow function kita bisa menulis function tanpa harus menggunakan kata kunci “function”, “return”, dan kurung kurawal. Dengan kata lain, membuatnya menjadi lebih singkat dan ringkas. Contoh code: // Versi Regular Function function tambah(a, b) { return a + b; } // Memanggil regular function let hasilTambahRegular = tambah(3, 5); console.log(hasilTambahRegular); // Output: 8 // Versi Arrow function const tambahArrow = (a, b) => a + b; // Memanggil arrow function let hasilTambahArrow = tambahArrow(3, 5); console.log(hasilTambahArrow); // Output: 8 Bisa dilihat bukan? perbedaan antara Regular Function dan Arrow Function. 4. Recursive Function: Function yang mengeksekusi diri sendiri, nah jika tidak ada kondisi khusus, maka bisa membuat eksekusi kode terus berulang dan tak pernah stop. Berikut contoh code case implementasi dari recursive function untuk menghitung faktorial: // Recursive function untuk menghitung faktorial function faktorial(n) { if (n === 0 || n === 1) { return 1; } else { return n * faktorial(n - 1); } } // Memanggil recursive function let hasilFaktorial = faktorial(4); console.log(hasilFaktorial); // Output: 24 Kesimpulan Pembahasan artikel kali ini kamu telah mempelajari berbagai cara membuat function, apa itu function dan juga jenis-jenis function beserta contoh sederhananya. Kamu juga bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas gratis JavaScript di BuildWithAngga, disana selain bisa meningkatkan skill programming. Yuk belajar bersama mentor BuildWithAngga yang berpengalaman dan kamu juga dapat sertifikat juga loh setiap menyelesaikan kelasnya. Dan yang pasti di BuildWithAngga akses materi selamanya 🤯. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu, terima kasih sudah membaca and keep learning! ✨

Kelas 10 Rekomendasi Kelas Terbaik Untuk Belajar Front End di BuildWithAngga

10 Rekomendasi Kelas Terbaik Untuk Belajar Front End

Hello, fellow learners! 📚✨ Siapa di sini yang baru terjun dan penasaran dengan dunia front-end development? Masih bingung ingin memulai dari mana? Tenang, kamu berada di tempat yang tepat! Artikel ini memberikan 10 rekomendasi kelas terbaik dan tentunya GRATIS! untuk kalian yang mau membangun dasar pengetahuan front-end yang mendalam. Mulai dari dasar HTML dan CSS, kerangka kerja JavaScript hingga penggunaan framework yang bisa bikin website kalian makin keren. So, let’s dive in! 1. HTML5 Dasar HTML5 adalah bahasa markup yang digunakan untuk membangun suatu tampilan pada halaman web. HTML5 ini berperan sebagai pondasi utama ketika sebuah situs web sedang dalam tahap pengembangan, tanpa HTML maka website yang kita bangun akan terlihat tidak terstruktur. HTML5 menyediakan tag-tag khusus seperti tag header, tag body, dan tag footer yang memungkinkan pengembang web menentukan dan menyusun struktur dasar dari sebuah halaman web. Dengan menggunakan tag-tag ini, kita dapat memberikan tata letak yang terorganisir dan mempermudah pemahaman dalam membuat struktur dokumen web. So, buat kalian yang masih bingung mau mulai belajar darimana, langsung aja gabung di Kelas HTML5 dasar. Di kelas ini kalian akan dibimbing mulai dari: persiapan tools yang digunakan untuk belajar HTML5.pembuatan dokumen HTML pertama.pengenalan tag-tag HTML, seperti tag untuk membuat heading, paragraph, list, hyperlink, images, dsb.belajar membuat section agar website terlihat lebih rapi.hingga belajar menambahkan sebuah table pada halaman web. Kelas ini bisa kalian miliki secara gratis dan akses belajar seumur hidup loh! Kalian juga bisa upgrade ke kelas Starter Pro untuk mendapatkan materi tambahan dan benefits lainnya! 2. CSS Website Design Sebuah website yang baik ialah website yang mampu memberikan kesan User Experience yang hebat untuk pengguna. Kenyamanan pengguna adalah kunci utama! karena ketika pengguna merasa nyaman, keuntungan yang didapatkan pun menjadi besar. Membangun sebuah website juga tidak dapat dilakukan sembarangan; harus didasarkan pada visi dan misi yang jelas. Dengan menggunakan Cascade Style Sheet (CSS) kini kita dapat meningkatkan estetika website agar lebih eye-catching. Tujuan utamanya adalah agar pengguna kita lebih nyaman ketika menggunakan website kita. Warna dan jenis tipografi akan menentukan masing-masing dari tujuan sebuah website dibuat. Sebagai seorang web designer, penguasaan CSS menjadi suatu kewajiban. Ini tidak hanya untuk mempercantik tampilan website, tetapi juga memberikan efek animasi agar terlihat lebih interactive di mata pengguna. Kalian bisa mulai mempelajari CSS di Kelas CSS Website Design bareng BuildWithAngga! Di kelas ini kalian akan belajar tentang: pengenalan CSS dasar.cara memasukkan kode CSS dalam dokumen HTML.penggunaan properti CSS, seperti width, height, margin, padding, dsb.mengatur tampilan navigasi pada halaman web menggunakan CSS.serta mempelajari penggunaan pseudo-classes dalam CSS untuk memberikan efek tambahan pada elemen HTML. Segera daftarkan diri kalian ke kelas gratis ini dan miliki akses belajar seumur hidup! Kalian juga bisa mendapatkan benefits lainnya, seperti update materi tambahan dan sertifikat dengan meng-upgrade ke kelas Stater Pro. 3. Vanilla JavaScript Pada Website Development Dalam membangun website yang dinamis dengan kontan yang selalu up-to-date, JavaScript menjadi bahasa pemrograman yang sangat penting. Sementara CSS memberikan tampilan yang interaktif, JavaScript membawa kemampuan lebih jauh dengan memungkinkan manipulasi halaman secara dinamis. JavaScript sangat diperlukan bagi mereka yang ingin menjadi Front-End Developer. Sebelum melangkah lebih jauh dengan mempelajari framework JavaScript yang populer, seperti Angular, React, dan Vue, penting bagi pemula untuk memiliki pemahaman yang kokoh terhadap dasar-dasar JavaScript. Hal ini akan menjadi fondasi yang kuat untuk memahami konsep-konsep lebih lanjut dalam pengembangan web. Kalian perlu memahami terlebih dahulu mengenai: cara mendeklarasikan suatu variable pada JavaScript.mengetahui apa saja tipe data pada javascript.memahami penggunaan if statement, looping dan array pada JavaScript.memahami konsep object dan function dalam JavaScript.serta mengetahui tentang Document Object Model (DOM) untuk memanipulasi elemen-elemen pada halaman web. Don't worry guys! semua itu bisa kalian pelajari di Kelas Vanilla JavaScript secara GRATIS bersama mentor expert Yein Narayana. Selain itu, kalian bisa mengakses kelas ini sampai kapan-pun. Jadi, manfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan kemampuan pemrograman JavaScript kalian! 🚀 4. ES6 Dasar ES6 atau ECMAScript 2015 adalah versi terbaru dari standar JavaScript yang diperkenalkan pada tahun 2015. ES6 memperkenalkan banyak fitur baru dan perbaikan sintaksis yang akan memudahkan kalian dalam mengembangkan aplikasi web. ES6 penting untuk pengembangan JavaScript karena fitur-fitur baru ini memungkinkan pengembang untuk menulis kode yang lebih bersih, ekspresif, dan efisien. Selain itu, penggunaan ES6 juga membantu dalam memperbaiki kinerja aplikasi dan memudahkan dalam pengelolaan kode. Mempelajari ES6 akan sangat membantu kalian apabila kalian memutuskan untuk menggunakan framework Vue JS nantinya. Kalian dapat mempelajari versi terbaru dari standar JavaScript ini dikelas ES6 Dasar bersama mentor expert Angga Risky! Di kelas ini kalian dapat belajar mengenai: penulisan deklarasi variable menggunakan let dan const.penerapan String Concatenation yang lebih mudah dan simpel.pembuatan Object Literal yang lebih sederhana.penggunaan Array Foreach untuk mengulangi setiap elemen dalam array. Dengan belajar fitur-fitur ini, kalian akan lebih nyaman dan terampil dalam menulis kode JavaScript. Tentunya kelas ini dapat kalian akses secara gratis dan seumur hidup! Kalian juga bisa upgrade ke kelas Starter Pro untuk mendapatkan materi yang lebih banyak lagi. 5. CSS Tailwind Web Design Tailwind CSS adalah sebuah framework CSS yang memungkinkan pengembang untuk membangun tampilan website dengan lebih cepat dan mudah. Tailwind CSS menggunakan pendekatan utility-first, yang memungkinkan pengembang untuk menggunakan kelas utilitas untuk merancang tata letak responsif dan komponen desain. Dengan Tailwind CSS, pengembang dapat menghemat waktu dan usaha dalam merancang tampilan website, karena framework ini menyediakan banyak kelas utilitas yang dapat digunakan untuk membuat tampilan website yang menarik dan responsif. Tailwind CSS juga memungkinkan pengembang untuk menyesuaikan desain mereka dengan menggunakan beragam opsi konfigurasi yang disediakan oleh Tailwind CSS, seperti warna, font, dan spasi, sehingga pengembang dapat menciptakan desain yang sesuai dengan kebutuhan proyek mereka. Pelajari framework Tailwind CSS di kelas CSS Tailwind Web Design bareng mentor expert Yein Narayana, di kelas ini kalian akan belajar tentang: pengenalan Tailwind CSS sebagai framework CSS yang fokus pada utility classes.mempersiapkan tools dan setup workspace.membuat komponen dalam website seperti button dan cards.pengaturan grid untuk membantu membuat cards yang responsive.serta pembuatan Hero pada halaman web menggunakan Tailwind CSS. Kalian dapat mengakses kelas ini secara gratis dan tanpa batas waktu. Jangan lupa untuk upgrade ke kelas Starter Pro untuk mendapatkan update materi-materi terbaru. Jadi, tunggu apalagi mulai bangun website kalian jadi lebih menarik dan responsif bersama BuildWithAngga✨ 6. CSS Bootstrap 4 Web Design Website yang baik adalah ketika pengguna mengakses maka tampilan UI tidak berantakan atau susah dipahami. Dengan memanfaatkan Framework CSS Bootstrap, kita dapat dengan mudah mengelola tampilan tersebut. Bootstrap menyediakan beragam komponen yang memudahkan pengembang dalam merancang tampilan yang responsif dan menarik. Framework ini juga memudahkan dalam pengelolaan tata letak dan interaksi antarmuka pengguna. Bootstrap juga menyediakan beragam kelas CSS yang dapat digunakan untuk mempercepat pengembangan website. Jika kalian ingin mempelajari CSS Bootstrap lebih lanjut join Kelas CSS Bootstrap 4 Web Design. Di kelas ini kalian akan diberikan: tutorial instalasi Bootstrap Offline.penjelasan mengenai penerapan grid, column, row dan container.pengenalan konsep dasar flexbox.menerapkan auto column untuk mempermudah pengaturan tata letakdan pengenalan berbagai macam fitur-fitur Bootstrap lainnya yang dapat mempercantik website kalian. Ayo! segera daftarkan diri kalian ke Free Class atau upgrade ke kelas Starter Pro untuk mendapatkan lebih banyak materi terbaru lainnya! 7. SASS Workshop: Design Website Lebih Cepat SASS (Syntactically Awesome Style Sheets) adalah ekstensi CSS yang telah digunakan banyak komunitas Front-End di dunia. Airbnb dan StackShare adalah dua perusahaan komersil yang mengaplikasikan SASS untuk scripting kode yang lebih rapi dan cepat. Hal ini menjadikan SASS bermanfaat untuk sisi organization dan maintenance sebuah aplikasi yang scalable. Bagi kalian yang ingin memahami CSS dan mendalami SASS, ikuti kelas “SASS Workshop: Design Website Lebih Cepat” yang akan dibimbing oleh mentor expert Angga Risky. Di kelas ini kalian akan membangun sebuah landing page yang menarik. Pembelajaran akan dimulai dari: mempelajari instalasi SASS pada projek website.mempelajari dasar-dasar SASS.melakukan slicing desain Figma ke Bootstrap5 CSS.memperdalam fungsi-fungsi yang tersedia pada SASS.hingga dapat membangun sebuah website yang eye-catching. Pembelajaran diatas dapat kalian akses secara gratis dan seumur hidup melalui website BuildWithAngga. Dapatkan juga materi-materi tambahan dengan upgrade menjadi kelas Starter Pro! 8. Vue JavaScript Framework Vue.js adalah sebuah framework JavaScript yang digunakan untuk membangun antarmuka pengguna web. Vue.js memiliki fitur-fitur yang memudahkan pengembangan aplikasi web, seperti kemampuan untuk membuat tampilan website menjadi lebih interaktif dan kemudahan dalam integrasi dengan library lain. Vue.js juga memiliki dokumentasi yang baik dan API yang intuitif, sehingga memudahkan pengembang dalam mempelajari dan mengimplementasikan framework ini. Beberapa fitur dalam Vue.js antara lain kemampuan untuk membuat Single Page Application (SPA), kemudahan dalam menginisialisasi komponen HTML, serta kemampuan untuk membuat tampilan UI yang menarik. Jika kalian tertarik menggunakan Framework Vue Javascript untuk pengembangan situs web kalian, mulai pelajari Framework Vue.js di Kelas “Vue JavaScript Framework” bersama mentor expert Angga Risky. Di sini kalian akan belajar: dasar-dasar Vue JS mulai dari melakukan instalasi dan persiapan tools yang digunakan.mengenal alur kerja dasar Vue JS.membuat komponen website Vue JSmemodifikasi halaman web dengan Scope CSS - Vue JS.hingga cara menggunakan Vue UI sebagai project manager. Segera daftar dan mulai belajar di Kelas “Vue JavaScript Framework” dengan akses gratis dan seumur hidup! 9. React JavaScript React JS adalah sebuah library JavaScript yang digunakan untuk membangun antarmuka pengguna (UI) pada aplikasi web. React biasa digunakan oleh web developer dalam membangun website yang lebih interactive, fast, dan responsive. React menggunakan sintaksis JSX (JavaScript XML) yang memungkinkan penulisan kode yang lebih dekat dengan HTML, membuatnya lebih mudah dipahami dan dikembangkan. React juga mendukung pengembangan yang berbasis komponen, di mana setiap bagian UI dapat dipecah menjadi komponen independen yang dapat digunakan kembali. React telah menjadi salah satu pilihan utama bagi pengembang web karena kecepatan pengembangan, efisiensi, dan kemampuan untuk membangun aplikasi dengan antarmuka yang dinamis dan responsif. Tertarik untuk mempelajari React JS lebih lanjut? Gabung kelas “React JavaScript”. Di kelas ini kalian akan membangun toko online sederhana dengan menggunakan HTML, CSS, JavaScript (React JS). Kalian akan diberikan materi yang komprehensif mencakup: pengenalan Konsep JSX (JavaScript XML).pengenalan ReactDOM Render.mempelajari cara melakukan slicing component.mempelajari penggunaan props component.serta penerapan conditional rendering pada website kita. Pelajari selengkapnya dengan bergabung secara gratis di kelas “React JavaScript” atau upgrade ke kelas Strater Pro untuk akses materi yang lebih lengkap! 10. NextJS Basic Next.js adalah framework JavaScript buatan Vercel yang digunakan Front-End Developer untuk membangun sebuah website yang cepat dan ramah pengguna. Sudah banyak perusahaan dunia di berbagai bidang yang menggunakannya seperti TikTok, Nike, Starbucks, dan Twitch. Buat kalian yang tertarik dengan Next JS dan ingin belajar lebih dalam, BuildWithAngga menyediakan Kelas Online Gratis NextJS Basic. Pada kelas ini, kalian akan belajar: memahami dasar-dasar Next JS.mempelajari setup project Next JS.mempelajari pengaturan website yang SEO friendly.mempelajari code splitting untuk performance Next JS yang lebih cepat.dan mempelajari jenis hybrid rendering (Static Generation & Server Side). Dengan memahami semua fitur-fitur tersebut, kalian dapat menciptakan semua halaman yang diperlukan website (marketing page, product listing, help, dll) yang interaktif dengan lebih efisien. Penutup Nah, itu dia guys kelas-kelas yang bisa kalian manfaatkan! Selangkah demi selangkah, tingkatkan pengetahuan dan keterampilanmu dalam pengembangan front-end. Tunggu apalagi? Yuk segera join kelas yang kamu inginkan untuk upgrade skill front-end bersama BuildWithAngga ✨ See you di kelas yaa!

Kelas Bun.js: Era Baru dalam Dunia JavaScript yang Mengguncang Node.js di BuildWithAngga

Bun.js: Era Baru dalam Dunia JavaScript yang Mengguncang Node.js

JavaScript memang dikenal sebagai wadah konstan untuk inovasi, terutama dalam pengembangan kerangka kerja (framework) dan perpustakaan (library) terkini. Nah, pada bulan Juli 2022 komunitas JavaScript diramaikan oleh kehadiran Bun.js, yang membuat menarik banyak perhatian dan memicu diskusi luas di kalangan para developer. Banyak yang percaya bahwa Bun.js digadang-gadang memiliki potensi besar untuk menjadi penerus sebelumnya Node.js dan Deno.js, apalagi berkat dari segi kecepatannya yang dianggap luar biasa. Sebelum masuk ke pembahasan, kamu bisa mempelajari kelas JavaScript yang disediakan oleh BuildWithAngga. Di sana kamu juga dapat belajar lebih banyak studi kasus dan dapat menambah portfolio kamu untuk menunjang karir yang akan datang. Okee let’s go kita bahas, apa yang dimaksud dengan Bun.js dan kenapa bisa menjadi rival NodeJS dimasa yang akan datang ? Apa itu Bun.js ? Image official https://bun.sh | Pada artikel ini ditulis, Bun sekarang Versi 1.0.26 Dikutip dari website resmi, Bun.js adalah runtime dan toolkit JavaScript lengkap yang didesain untuk memberikan kinerja optimal. Bun.js tidak hanya mencakup runtime JavaScript, tetapi juga dilengkapi dengan bundler, test runner, dan manajer paket yang sepenuhnya kompatibel dengan lingkungan Node.js. Sebagai runtime JavaScript all-in-one, Bun.js sendiri diklaim memiliki kecepatan 4x lebih cepat sebagai salah satu keunggulannya. Ini menjadi runtime JavaScript ketiga setelah dua pendahulunya, Node.js dan Deno.js, yang dikembangkan oleh Jarred Sumner menggunakan bahasa pemrograman Zig. Tujuan terciptanya Bun.js Tujuan utama pembuatan Bun.js adalah menyediakan platform untuk menjalankan JavaScript di luar browser, sejalan dengan Node.js dan Deno.js. Namun, Bun.js memiliki pendekatan yang berbeda dengan menekankan tingkat kecepatan yang baru dan peningkatan kompleksitas. Terciptanya Bun.js, memiliki fokus pada tiga aspek utama, yaitu: Kecepatan Eksekusi Program: Bun.js didesain untuk memberikan kinerja eksekusi program yang optimal.Peningkatan Kinerja Baru: Mengembangkan kemampuan kinerja, termasuk memperluas JavaScriptCore.Kelengkapan Fungsionalitas: Menjadi alat yang canggih dan lengkap untuk mendukung berbagai kebutuhan pengembangan. Bun.js menggunakan mesin JavaScriptCore, yang cenderung memulai dan menjalankan tugas sedikit lebih cepat dibandingkan dengan opsi tradisional seperti V8. Sebagai informasi tambahan dari website resmi, Bun.js ditulis dalam bahasa pemrograman tingkat rendah dengan manajemen memori manual. Bun is a test runner! Bun adalah test runner yang membuat yang lain terlihat seperti test walkers. Apakah kamu tahu apa itu Test Walkers? Test walkers sendiri adalah ungkapan yang mungkin merujuk pada metode yang berjalan atau mengeksekusi uji coba (test) secara lebih lambat atau kurang efisien dibandingkan dengan test runner lain yang lebih canggih. Website official https://bun.sh Bisa dibilang, bapak Jarred Sumner ini menyampaikan bahwa Bun memiliki kinerja atau kemampuan eksekusi uji coba yang sangat baik dibanding yang lainnya. 4x Lebih Cepat Ketika Menjalankan Script Proses eksekusi script juga berlangsung jauh lebih cepat daripada yang terdapat pada Node.js. Dikutip dari laman resmi Bun, dibandingkan dengan menggunakan perintah NodeJS seperti npm run, Bun menawarkan alternatif dengan perintah bun run (Bun memiliki manajer paketnya sendiri), memberikan penghematan waktu sekitar 150ms (milidetik). Meskipun angka ini mungkin terlihat kecil, perbedaannya menjadi sangat signifikan saat menjalankan skrip melalui CLI. Sebagai perbandingan, penggunaan npm run masih menunjukkan adanya keterlambatan yang cukup terasa. Script runnerRata-rata waktunpm run176msyarn run131mspnpm run259msbun run7ms 🚀 Kesimpulan Yup, dan itulah dia pembahasan mengenai Bun.js; muncul sebagai runtime JavaScript terbaru dan menawarkan kecepatan eksekusi program yang superior. Dikembangkan oleh Jarred Sumner, Bun.js menjadi pilihan menarik dengan tujuan memberikan alternatif yang cepat dan kompleks. Selain menjadi test runner yang unggul, Bun.js membuktikan keunggulannya dalam eksekusi skrip, memberikan penghematan waktu yang signifikan dibandingkan pendahulunya, terutama Node.js. Eits, agar kalian tidak bingung. Kalian bisa kok mencoba Bun.js dengan mulai mengikuti kelas gratis dan latihan kelas JavaScript di BuildWithAngga loh. Di sini kalian bisa mempelajari beberapa kelas online, jadi tunggu apa lagi? Yuk gabung bersama BuildWithAngga dan sampai jumpa di kelas, babayy 🥰

Kelas Tutorial Fetching Data Menggunakan Alpine JS di BuildWithAngga

Tutorial Fetching Data Menggunakan Alpine JS

Setelah artikel sebelumnya yaitu Berkenalan Dengan Alpine JS dan Membuat Modal Dengan Alpine JS maka dalam artikel kali ini kita akan membahas studi kasus penggunaannya agar kita memahami keunggulan dari teknologi yang satu ini. Alpine JS sendiri merupakan sebuah lightweight framework Javascript yang dapat kita manfaatkan untuk membuat sebuah interaktif website tanpa harus menggunakan framework seperti React atau Vue. Ketika menggunakan Alpine JS kita dapat dengan mudah langsung menerapkan sifat Javascript kedalam file HTML tanpa perlu menuliskannya secara terpisah. Maka dari itu dalam artikel kali ini kita akan melakukan studi kasus yaitu Fetching Data Menggunakan Alpine JS. So let’s start the code! Persiapan Silahkan kamu buat file HTML dengan nama index.html, kemudian sisipkan kode berikut kedalam file HTML kamu. <!DOCTYPE html> <html lang="en"> <head> <meta charset="UTF-8" /> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>Tutorial Fetching Data Menggunakan Alpine JS</title> <!-- Import Alpine JS --> <script defer src="<https://cdn.jsdelivr.net/npm/[email protected]/dist/cdn.min.js>"></script> <!-- Fonts Google --> <link rel="preconnect" href="<https://fonts.googleapis.com>" /> <link rel="preconnect" href="<https://fonts.gstatic.com>" crossorigin /> <link href="<https://fonts.googleapis.com/css2?family=Poppins:wght@400;600&display=swap>" rel="stylesheet" /> <link href="<https://fonts.googleapis.com/css2?family=Inter&display=swap>" rel="stylesheet" /> <!-- Tailwind --> <script src="<https://cdn.tailwindcss.com>"></script> <!-- Font Awesome --> <link rel="stylesheet" href="<https://cdnjs.cloudflare.com/ajax/libs/font-awesome/6.5.1/css/all.min.css>" integrity="sha512-DTOQO9RWCH3ppGqcWaEA1BIZOC6xxalwEsw9c2QQeAIftl+Vegovlnee1c9QX4TctnWMn13TZye+giMm8e2LwA==" crossorigin="anonymous" referrerpolicy="no-referrer" /> <style> body { font-family: "Poppins", sans-serif; } </style> </head> <body> <div class="container mx-auto h-96 p-3 w-full max-w-screen-md"> <h1 class="font-bold md:text-3xl mb-3">Fetching Data Menggunakan Alpine JS</h1> </div> </body> </html> Akan didapatkan hasil seperti ini: Nothing special, mari kita lanjutkan lebih dalam. Lets’ Code Slicing Komponen Card Setelah mempersiapkan project, kita akan membuat komponen card menggunakan Tailwind CSS, berikut kode yang akan kita gunakan: <div> <div class="grid grid-cols-4 gap-4"> <div> <div class="card h-full w-64 bg-white border rounded-md p-2 flex flex-col justify-between"> <div class="card-image mb-3"> <img src="<https://placeholder.com/100x100>" alt="Product Image" class="w-full rounded-md h-32" /> </div> <div class="card-title"> <h1 class="font-bold">Title</h1> </div> <div class="card-body my-3"> <p class="text-gray-500 my-3 text-xs">Lorem ipsum dolor sit amet consectetur, adipisicing elit. Suscipit, natus?</p> </div> <div class="card-footer"> <button class="rounded-md py-2 px-5 bg-sky-500 text-white text-xs">See More</button> </div> </div> </div> </div> </div> Akan didapatkan komponen seperti ini: Fetching Data Setelah membuat komponen card, mari kita melakukan proses pengambilan data atau fetching data menggunakan Alpine JS. Link URL endpoint API yang akan digunakan bisa kamu lihat disini, maka akan didapatkan: <https://dummyjson.com/docs/products> Kemudian kita akan melakukan fetching data dengan membuat fungsi bernama fetchProduct dan menggunakan kata kunci fetch yang disertai dengan proses chaining dengan method then: <script> function fetchProduct() { fetch("<https://dummyjson.com/products>") .then((res) => res.json()) .then((result) => { const data = result.products; console.log(data); }); } fetchProduct(); </script> Apabila apabila dijalankan akan didapatkan hasil sebagai berikut: Tapi sampai disini kita belum menampilkan data tersebut kedalam komponen card yang sudah dibuat sebelumnya. Langkah selanjutnya mari tampilkan data tersebut menjadi sebuah tampilan yang dimengerti pengguna. Tampilkan Ke Pengguna Untuk menampilkan data tersebut kita harus memindahkan proses logic sebelumnya kedalam container / pembungkus dari komponen card sebelumnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan kode berikut: <div x-data="{ products: [] }" x-init="fetch('<https://dummyjson.com/products>') .then(response => response.json()) .then(data => { products = data.products })" > <!-- Komponen Card --> </div> Pada kode tersebut kita menggunakan dua directive yang disediakan oleh Alpine JS, yaitu: x-data berfungsi untuk menampung data logic Javascript agar berjalan langsung pada tag HTML tersebut. Pada kode tersebut kita membuat satu variabel dengan nama products yang bertipe data array. Variabel ini bertujuan untuk menampung data hasil fetching pada fungsi tersebut. x-init bertujuan untuk melakukan inisialisasi sebelum komponen tersebut di load. Pada kode tersebut kita menyisipkan fungsi fetch yang bertujuan untuk mengambil data dari endpoint API yang sudah kita siapkan sebelumnya. Kemudian sebelum halaman browser ditampilkan, Alpine JS akan melakukan proses fetching di belakang layar kemudian hasil dari fetching tersebut ditampung kedalam variabel products yang sudah dideklarasikan di awal. Langkah terakhir kita akan melakukan proses perulangan dari data tersebut agar bisa ditampilkan menjadi sebuah halaman yang dapat dimengerti pengguna. Untuk mencapai hal tersebut kita akan menggunakan directive dari Alpine JS yaitu x-for. <div class="grid grid-cols-4 gap-4"> <template x-for="product in products"> <div class="card bg-white border rounded-md p-2 flex flex-col justify-between"> <div class="card-image mb-3"> <img x-bind:src="product.thumbnail" x-bind:alt="product.description" class="w-full rounded-md h-32" /> </div> <div class="card-title"> <h1 class="font-bold text-md" x-text="product.title"></h1> </div> <div class="card-body my-3"> <p class="text-gray-500 my-3 truncate text-sm" x-text="product.description"></p> </div> <div class="card-footer"> <button class="rounded-md py-2 px-5 bg-sky-500 text-white">See More</button> </div> </div> </template> </div> Pada kode tersebut kita melakukan proses perulangan dari variabel products kemudian ditampung kembali dalam variabel product. Apabila kamu perhatikan, kita menggunakan directive bernama x-bind untuk menampilkan gambar berdasarkan data yang disediakan oleh endpoint tersebut. ... <img x-bind:src="product.thumbnail" x-bind:alt="product.description" class="w-full rounded-md h-32" /> ... Directive ini bertujuan agar kita dapat mencetak nilai dari Javascript langsung kedalam atribut HTML yang diinginkan. Kita juga menggunakan directive x-text untuk mencetak langsung data kedalam tampilan HTML. Apabila kita cek hasilnya akan didapatkan seperti ini: Selamat! kamu telah berhasil melakukan proses fetching dengan menggunakan Alpine JS dan langsung menampilkannya kepada pengguna tanpa harus menggunakan framework besar seperti React atau Vue. Kesimpulan Cukup simple bukan? Ketika menggunakan framework ini, kita dapat dengan mudah membuat website yang dinamis hanya dengan memanfaatkan HTML sebagai file utama dan tentunya ini sangat mempercepat waktu development website kamu. Oiya satu lagi, apabila kamu ingin mendalami dunia web development lebih jauh, yuk bergabung dalam kelas premium yang disediakan oleh BuildWithAngga. Di dalamnya kamu dapat belajar lebih banyak studi kasus dan dapat menambah portfolio kamu untuk menunjang karir yang akan datang. Mari bergabung dan sampai jumpa dikelas!

Kelas Membuat Modal Dengan Alpine JS di BuildWithAngga

Membuat Modal Dengan Alpine JS

Pada artikel ini, kita akan melakukan latihan studi kasus membuat modal menggunakan Alpine JS. Jika kamu baru menemui artikel ini, saya rekomendasikan untuk membaca artikel sebelumnya yaitu Berkenalan Dengan Alpine JS. So Let’s start code! Persiapan Design modal yang akan kita gunakan pada artikel kali ini bisa kamu lihat disini. Kemudian silahkan kamu buat file HTML dengan nama index.html, kemudian masukkan kode berikut untuk inisialisasi pertama kali. <!DOCTYPE html> <html lang="en"> <head> <meta charset="UTF-8" /> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>⛰ Membuat Modal Dengan Alpine JS</title> <!-- Import Alpine JS --> <script defer src="https://cdn.jsdelivr.net/npm/[email protected]/dist/cdn.min.js"></script> <!-- Fonts Google --> <link rel="preconnect" href="https://fonts.googleapis.com" /> <link rel="preconnect" href="https://fonts.gstatic.com" crossorigin /> <link href="https://fonts.googleapis.com/css2?family=Poppins:wght@400;600&display=swap" rel="stylesheet" /> <link href="https://fonts.googleapis.com/css2?family=Inter&display=swap" rel="stylesheet" /> <!-- Tailwind --> <script src="https://cdn.tailwindcss.com"></script> <!-- Font Awesome --> <link rel="stylesheet" href="https://cdnjs.cloudflare.com/ajax/libs/font-awesome/6.5.1/css/all.min.css" integrity="sha512-DTOQO9RWCH3ppGqcWaEA1BIZOC6xxalwEsw9c2QQeAIftl+Vegovlnee1c9QX4TctnWMn13TZye+giMm8e2LwA==" crossorigin="anonymous" referrerpolicy="no-referrer" /> <style> html { scroll-behavior: smooth; } body { font-family: "Poppins", sans-serif; } </style> </head> <body> <h1 class="font-bold text-center my-5">Membuat Modal Dengan Alpine JS 🎉</h1> </body> </html> Maka apabila kita buka file HTML tersebut, didapatkan hasil: Langkah selanjutnya mari kita lakukan proses slicing design modal tersebut menjadi code🔥 Slicing Design Modal Untuk membuat button, kita akan menggunakan Tailwind CSS sebagai proses main styling utama. Maka akan didapatkan kode sebagai berikut: <div class="flex flex-col justify-center items-center my-5"> <!-- Button Open Modal --> <button class="py-2 px-4 rounded-md border text-gray-600 border-gray-600 mb-3 shadow-sm" > Open Modal </button> </div> Kemudian kita akan melakukan proses slicing dari modal berdasarkan design yang sudah dipersiapkan di awal: <div class="flex flex-col justify-center items-center my-5"> <!-- Button Open Modal --> <button class="py-2 px-4 rounded-md border text-gray-600 border-gray-600 mb-3 shadow-sm" > Open Modal </button> <!-- Modal --> <div class="py-2 p-1 rounded-md border border-gray-600 w-96 shadow-md"> <div class="flex justify-end px-3"> <button> <i class="fa-solid fa-x hover:pointer"></i> </button> </div> <!-- Modal Content --> <div class="p-3"> <div class="flex items-center gap-x-3 text-gray-600 mb-5"> <div class="bg-gray-200 p-2 rounded-md w-10 h-10 flex items-center justify-center" > <i class="fa-regular fa-circle-check"></i> </div> <div> <p class="font-bold">Sure you want to accept?</p> <p class="text-gray-500">Are you sure want to accept this></p> </div> </div> <div class="flex items-center gap-2"> <button class="py-2 px-5 rounded-md border border-gray-600 text-gray-600 w-1/2" > No, cancel </button> <button class="py-2 px-5 rounded-md w-1/2 bg-gray-600 text-gray-100"> Yes, confirm </button> </div> </div> </div> </div> Didapatkan hasil: Implementasikan Alpine JS Setelah kita berhasil membuat kode dari hasil design figma yang sudah kita siapkan, maka pada langkah ini kita akan buat agar komponen tersebut memiliki fungsionalitas layaknya komponen modal pada umumnya. Silahkan kamu perhatikan tag div yang membungkus antara button dan komponen modal sebelumnya: <div class="flex flex-col justify-center items-center my-5" x-data="{openModal:false}" > <!-- Button --> <!-- Modal --> </div> Pada kode tersebut kita menambahkan inisialisasi data dengan menggunakan directive dari Alpine JS yaitu x-data untuk menampung sebuah variabel dengan nama openModal yang berisikan nilai awal berupa tipe data boolean. Kemudian kita akan menambahkan event ketika button tersebut di-klik maka akan mengubah isi nilai dari variabel openModal tersebut menjadi kebalikan dari nilai saat ini dengan menggunakan directive x-on:click, berikut implementasinya: <div class="flex flex-col justify-center items-center my-5" x-data="{openModal:false}" > <!-- Button --> <button class="py-2 px-4 rounded-md border text-gray-600 border-gray-600 mb-3 shadow-sm" x-on:click="openModal = !openModal" > Open Modal </button> <!-- Modal --> </div> Langkah selanjutnya kita akan menerapkan nilai dari variabel openModal tersebut terhadap modal yang sudah kita buat sebelumnya dengan menggunakan directive x-show: <div class="flex flex-col justify-center items-center my-5" x-data="{openModal:false}" > <!-- Button Open Modal --> <button class="py-2 px-4 rounded-md border text-gray-600 border-gray-600 mb-3 shadow-sm" x-on:click="openModal = !openModal" > Open Modal </button> <!-- Modal --> <div class="py-2 p-1 rounded-md border border-gray-600 w-96 shadow-md" x-show="openModal" > <!-- Modal Content --> </div> </div> Maka ketika button tersebut di-klik, akan didapatkan hasil seperti ini: Sampai sini kamu sudah berhasil membuat komponen modal menggunakan Alpine JS. Langkah selanjutnya merupakan opsional, jadi kita akan menambahkan transisi sederhana ketika modal tersebut muncul kepada pengguna. Tambahkan Transisi Perhatikan tag div yang membungkus modal tersebut, lalu tambahkan baris kode berikut: <!-- Modal --> <div class="py-2 p-1 rounded-md border border-gray-600 w-96 shadow-md" x-show="openModal" x-on:click.away="openModal=false" x-transition:enter="transition transform ease-out duration-300" x-transition:enter-start="opacity-0 translate-y-[-20%] scale-90" x-transition:enter-end="opacity-100 translate-y-0 scale-100" x-transition:leave="transition transform ease-in duration-300" x-transition:leave-start="opacity-100 translate-y-0 scale-100" x-transition:leave-end="opacity-0 translate-y-[-20%] scale-90" > <!-- Modal Content --> </div> Pada kode di atas kita memanfaatkan directive yang disediakan oleh Alpine JS yaitu x-transition yang bertujuan untuk membuat transisi ketika modal tersebut muncul maka akan secara halus dan tidak kaku. Berikut adalah full source code yang sudah kita buat dalam artikel kali ini: <!DOCTYPE html> <html lang="en"> <head> <meta charset="UTF-8" /> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>⛰ Membuat Modal Dengan Alpine JS</title> <!-- Import Alpine JS --> <script defer src="https://cdn.jsdelivr.net/npm/[email protected]/dist/cdn.min.js" ></script> <!-- Fonts Google --> <link rel="preconnect" href="https://fonts.googleapis.com" /> <link rel="preconnect" href="https://fonts.gstatic.com" crossorigin /> <link href="https://fonts.googleapis.com/css2?family=Poppins:wght@400;600&display=swap" rel="stylesheet" /> <link href="https://fonts.googleapis.com/css2?family=Inter&display=swap" rel="stylesheet" /> <!-- Tailwind --> <script src="https://cdn.tailwindcss.com"></script> <!-- Font Awesome --> <link rel="stylesheet" href="https://cdnjs.cloudflare.com/ajax/libs/font-awesome/6.5.1/css/all.min.css" integrity="sha512-DTOQO9RWCH3ppGqcWaEA1BIZOC6xxalwEsw9c2QQeAIftl+Vegovlnee1c9QX4TctnWMn13TZye+giMm8e2LwA==" crossorigin="anonymous" referrerpolicy="no-referrer" /> <style> html { scroll-behavior: smooth; } body { font-family: "Poppins", sans-serif; } </style> </head> <body> <div class="flex flex-col justify-center items-center my-5" x-data="{openModal:false}" > <!-- Button --> <button class="py-2 px-4 rounded-md border text-gray-600 border-gray-600 mb-3 shadow-sm" x-on:click="openModal = !openModal" > Open Modal </button> <!-- Modal --> <div class="py-2 p-1 rounded-md border border-gray-600 w-96 shadow-md" x-show="openModal" x-on:click.away="openModal=false" x-transition:enter="transition transform ease-out duration-300" x-transition:enter-start="opacity-0 translate-y-[-20%] scale-90" x-transition:enter-end="opacity-100 translate-y-0 scale-100" x-transition:leave="transition transform ease-in duration-300" x-transition:leave-start="opacity-100 translate-y-0 scale-100" x-transition:leave-end="opacity-0 translate-y-[-20%] scale-90" > <div class="flex justify-end px-3"> <button x-on:click="openModal = false"> <i class="fa-solid fa-x hover:pointer"></i> </button> </div> <!-- Modal Content --> <div class="p-3"> <div class="flex items-center gap-x-3 text-gray-600 mb-5"> <div class="bg-gray-200 p-2 rounded-md w-10 h-10 flex items-center justify-center" > <i class="fa-regular fa-circle-check"></i> </div> <div> <p class="font-bold">Sure you want to accept?</p> <p class="text-gray-500">Are you sure want to accept this?</p> </div> </div> <div class="flex items-center gap-2"> <button class="py-2 px-5 rounded-md border border-gray-600 text-gray-600 w-1/2" x-on:click="openModal = false" > No, cancel </button> <button class="py-2 px-5 rounded-md w-1/2 bg-gray-600 text-gray-100" x-on:click="alert('Confirmed🎉')" > Yes, confirm </button> </div> </div> </div> </div> </body> </html> Kesimpulan Ok, cukup untuk sampai disini. Saya berharap kamu belajar banyak dari artikel ini, dan jangan lupa tetap untuk terus melakukan eksplorasi dengan latihan berbagai studi kasus agar kamu bisa menguasainya secara keseluruhan tanpa adanya kendala. Dan bagi kamu yang ingin mendalami dunia web development lebih lanjut, bisa bergabung dalam kelas premium yang disediakan oleh BuildWithAngga. Tunggu apalagi? Mari bergabung dan sampai jumpa dikelas👋