flash sale
hamburger-menu

Tips All

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Reset
Kelas Cara Instalasi Dart Frog: CLI dan Extension di BuildWithAngga

Cara Instalasi Dart Frog: CLI dan Extension

Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu Cara Instalasi Dart Frog: CLI dan Extension. Kamu juga bisa belajar lebih dalam lagi tentang Flutter di kelas Flutter bersama BuildWithAngga. Pada pembahasan artikel ini, kita akan membahas Cara Instalasi Dart Frog: CLI dan Extension. Daripada penasaran, yuk kita bedah! Apa itu Dart Frog? Dart Frog adalah sebuah package dari ekosistem Dart yang memiliki fungsi untuk membantu developer dalam mengembangkan aplikasi server-side atau backend dengan Dart. Dart Frog dikenal juga sebagai package yang memiliki cara yang cepat, efisien, dan mudah untuk mengembangkan API, layanan web, atau aplikasi backend lainnya yang menggunakan Dart. Berbagai macam fitur-fitur yang dimiliki Dart Frog, seperti routing, middleware, autentikasi, dan integrasi database. Cara Instalasi Dart Frog Persiapan sebelum menginstall Dart Frog Pastikan sebelum menginstall Dart Frog, kita sudah menginstall Dart SDK. Dart Frog membutuhkan Dart versi ≥3.0.0 <4.0.0. Berikut cara untuk melihat versi Dart: dart --version 2. Instalasi Dart Frog Dart Frog membutuhkan Command Prompt atau Terminal yang ada pada Visual Studio Code. Kemudian kita perlu menjalankan perintah sebagai berikut: dart pub global activate dart_frog_cli 3. Membuat Proyek Dart Frog Setelah berhasil menginstall Dart Frog, Kita dapat membuat proyek baru dengan cara menjalankan perintah sebagai berikut: dart_frog create my_project 4. Menjalankan Server Pengembangan Menjalankan server pengembang ini ditujukan untuk kita dapat mengakses aplikasi web yang kita kembangkan melalui browser di alamat yang ada pada Dart Frog pada terminal contohnya seperti (http://localhost:8080). cd my_project dart_frog dev Kesimpulan Setelah belajar cara menginstall Dart Frog. Kita jadi lebih mengetahui apa itu Dart Frog yang dikenal oleh berbagai developer sebagai package yang memiliki cara yang cepat, efisien, dan mudah untuk mengembangkan API, layanan web, atau aplikasi backend lainnya yang menggunakan Dart. Berbagai macam fitur-fitur yang dimiliki Dart Frog, seperti routing, middleware, autentikasi, dan integrasi database. Kemudian utuk instalasi Dart Frog juga tergolong mudah, teman-teman hanya perlu memastikan apakah sudah menginstall Dart SDK sebelumnya, lalu install Dart Frog dengan menjalankan perintah di Command Prompt atau Visual Studio Code. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🤩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas Cara Membuat Link di Next.js App Router di BuildWithAngga

Cara Membuat Link di Next.js App Router

Hallo teman-teman developer web! Dalam dunia pengembangan web, navigasi antar halaman sangatlah penting. Dengan memiliki link yang baik di aplikasi web-mu, pengguna dapat dengan mudah menjelajahi berbagai bagian dari situsmu tanpa kehilangan arah. Pada artikel ini, kita akan menjelajahi cara membuat link di Next.js App Router. Next.js adalah framework React yang populer digunakan oleh banyak developer web karena kemudahan penggunaannya dan performa yang cepat. Yap, langsung saja kita ke-pembahasannya🚀 Pengenalan dan Penggunaan Link Component Pada saat membangun aplikasi web dengan Next.js, pengalaman pengguna menjadi prioritas utama. Salah satu aspek yang penting adalah kemampuan navigasi antar halaman dengan mulus dan cepat. Nah, untuk membantu kamu dalam hal ini, Next.js menyediakan sebuah komponen bawaan yang bernama Link. Komponen Link pada dasarnya adalah perluasan dari tag HTML <a> yang kita kenal. Tapi, yang membuatnya istimewa adalah kemampuannya untuk memprediksi halaman selanjutnya yang akan kamu kunjungi dan melakukan client-side navigation tanpa perlu memuat ulang halaman secara keseluruhan. Ini membuat pengalaman navigasi di aplikasi web-mu terasa lebih responsif dan cepat. Untuk menggunakan komponen Link di Next.js, kamu cukup mengimpornya dari modul next/link, dan kemudian mengirimkan atribut href ke dalam komponen tersebut. Let’s to write code🚀 import Link from 'next/link' export default function Page() { return <Link href="/dashboard">Dashboard</Link> } Dengan menggunakan kode seperti di atas, kamu sudah membuat sebuah link menuju halaman dashboard di web-mu. Sangat mudah, bukan? Contoh Lainnya Penggunaan Link Component Okee, sebelumnya kamu sudah membuat Link menuju halaman dashboard. Namun, Link memiliki banyak contoh penggunaan selain itu. Mari kita bahas satu persatu🚀 Contoh Pertama: Checking Active Links Kamu bisa menggunakan usePathname() untuk menentukan apakah sebuah link aktif. Misalnya, untuk menambahkan class ke link aktif, kamu bisa memeriksa apakah pathname saat ini cocok dengan href dari link: 'use client' import { usePathname } from 'next/navigation' import Link from 'next/link' export function Links() { const pathname = usePathname() return ( <nav> <ul> <li> <Link className={`link ${pathname === '/' ? 'active' : ''}`} href="/"> Home </Link> </li> <li> <Link className={`link ${pathname === '/about' ? 'active' : ''}`} href="/about" > About </Link> </li> </ul> </nav> ) } Contoh Kedua: Scrolling to an id Jika kamu ingin menggulir ke id tertentu saat navigasi, kamu bisa menambahkan URL-mu dengan tautan hash (#). Ini dimungkinkan karena <Link> akan dirender sebagai elemen <a>. <Link href="/dashboard#settings">Settings</Link> // Output <a href="/dashboard#settings">Settings</a> Contoh Ketiga: Linking to Dynamic Segments Ketika kamu ingin menghubungkan ke dynamic segments, kamu bisa menggunakan template literals dan interpolasi untuk menghasilkan daftar link. import Link from 'next/link' export default function PostList({ posts }) { return ( <ul> {posts.map((post) => ( <li key={post.id}> <Link href={`/blog/${post.slug}`}>{post.title}</Link> </li> ))} </ul> ) } Kesimpulan Dengan menggunakan Link Component di Next.js, kamu dapat membuat navigasi antar halaman menjadi lebih responsif dan cepat. Komponen ini memungkinkan kamu untuk membuat link di aplikasi web-mu tanpa perlu memuat ulang halaman secara keseluruhan, sehingga meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan. Dengan demikian, pengetahuan tentang penggunaan Link Component di Next.js dapat membantu meningkatkan kualitas navigasi dan interaksi pengguna dalam aplikasi web-mu. Buat kamu yang ingin mempelajari fitur-fitur selanjutnya, kamu bisa ikut kelas di BuildWithAngga. Salah satunya yaitu, Kelas Online Gratis NextJS Basic ataupun yang berupa project base yaitu, Kelas Online Complete React Native Beginner to Pro: Bikin Aplikasi Cari Kantor. So, ayo kita menjadi expert bersama BuildWithAngga🚀 See you guys!

Kelas 6 Website yang Harus Diketahui para Web Developer! di BuildWithAngga

6 Website yang Harus Diketahui para Web Developer!

Hai Sobat BWA!🙌 Untuk memudahkan pekerjaan sebagai web developer, banyak terdapat tools yang dapat membantu pekerjaan kita. Mulai dari extensions, website, Artificial Intelligence, dan lainnya dengan pilihan yang gratis hingga berbayar. Dengan menggunakan tools tersebut, pekerjaan kita sebagai developer akan menjadi lebih mudah dan efisien. Pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang beberapa website yang dapat membantu pekerjaan kita sebagai developer. Penasaran dengan apa aja sih website tersebut? Simak artikel berikut sampai habis ya! 1. CSS Matic CSS Matic adalah sebuah aplikasi web yang menyediakan berbagai fitur untuk membantu kita dalam menghasilkan kode CSS dengan cepat dan mudah. Website ini banyak digunakan oleh para web desginers dan front end developer karena fitur yang disediakan sangat mempermudah pekerjaan mereka. Beberapa fitur yang umumnya tersedia di CSS Matic meliputi: Gradient Generator: Pada fitur ini, kita dapat membuat gradient CSS dengan berbagai jenis dan warna *gradient*, termasuk linear dan radial gradient. Kita juga dapat mengatur posisi, warna, dan arah gradient sesuai kebutuhan, sehingga tidak perlu repot-repot menulis kode CSS karena CSS Matic akan menghasilkan kode yang sesuai.Border Radius: Fitur border radius ini dapat kita gunakan untuk membuat sudut border dengan radius tertentu. Kita dapat mengatur tiap sudut border, border width, border style, border color, hingga backgorund color. Ini membantu dalam membuat elemen-elemen dengan sudut yang melengkung.Box Shadow Generator: Ketika kita ingin menambahkan bayangan pada elemen-elemen HTML menggunakan CSS, fitur ini akan sangat membantu karena kita dapat menyesuaikan warna, blur, spread, dan arah bayangan untuk mencapai efek bayangan yang diinginkan. Kita dapat mengatur tiap-tiap efek yang akan digunakan sesuai keinginan kita.Noise Texture: Fitur ini biasanya digunakan untuk menambahkan tekstur atau detail ke latar belakang elemen HTML menggunakan CSS. Meskipun kita dapat membuat noise texture sendiri menggunakan CSS atau gambar noise texture yang telah dibuat sebelumnya, fitur ini akan tetap membantu loh! 2. Cruip.com Cruip.com adalah sebuah platform yang menyediakan berbagai macam template desain untuk kebutuhan pembuatan halaman web atau aplikasi berbasis web. Situs ini terkenal karena menyediakan template yang telah dirancang dengan baik dan siap pakai, khususnya untuk start up, small bussiness, atau proyek-proyek pengembangan web lainnya. Cruip.com menawarkan berbagai macam template yang telah dirancang dengan tampilan yang modern dan profesional yang dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, mulai dari landing page, aplikasi web, hingga e-commerce. Cruip.com juga sudah terintegrasi dengan berbagai platform web development populer seperti Bootstrap, Reeact JS, Vue JS, dan lainnya. 3. Crisp.chat Crisp.chat adalah platform yang menyediakan solusi untuk komunikasi dengan pelanggan secara langsung, terutama melalui live chat pada website. Crisp chat dirancang untuk membantu berinteraksi dengan pelanggan secara real-time, memberikan dukungan pelanggan, menjawab pertanyaan, dan meningkatkan keterlibatan pengguna. Berikut adalah beberapa fitur utama Crisp Chat: Live Chat: Ketika kita mengaktifkan fitur live chat pada website, pengguna nantinya dapat berkomunikasi secara langsung dengan customer support atau admin.Shared Inbox: Pada fitur ini, kita dapat melihat semua pesan dari berbagai saluran komunikasi seperti live chat, email, dan media sosial dalam satu tempat, sehingga memudahkan kita untuk mengelola dan meresponsnya.Auto Messages: Kita dapat mengatur pesan otomatis untuk menyambut pengunjung situs web, menjelaskan layanan, atau menawarkan bantuan jika diperlukan.Chat Bot: Adanya dukungan chat bot yang dapat diatur, memungkinkan kita untuk merespons otomatis kepada pengunjung website berdasarkan pertanyaan atau pesan yang ditentukan sebelumnya. 4. Codepen Codepen adalah sebuah platform yang banyak digunakan oleh developer untuk membuat, mendistribusikan, dan menjelajahi kode HTML, CSS, dan JavaScript secara interaktif. Dengan menggunakan CodePen, kita dapat membuat proyek-proyek kreatif, website prototype, atau bahkan membagikan source code untuk tujuan pembelajaran dan kolaborasi. Ketika menggunakan codepen, kita dapat mengedit kode secara langsung pada browser tanpa perlu menginstal perangkat lunak tambahan. Selain itu, codepen juga menyediakan fitur live preview sehingga kita dapat melihat hasil dari perubahan yang kita buat secara real-time. 5. Bootstrap Pasti kalian tidak asing lagi kan dengan website satu ini? Bootstrap adalah sebuah framework front-end yang digunakan untuk membangun situs web responsif dan mobile-first. Diciptakan oleh developer team Twitter, Bootstrap menyediakan serangkaian alat dan komponen yang memungkinkan developer untuk dengan cepat merancang dan mengembangkan tata letak yang responsif dan menarik secara visual. Banyak fitur-fitur yang ditawarkan oleh bootstrap, contohnya sebagai berikut: Grid System: Bootstrap menyediakan grid system yang fleksibel dan responsif, yang memudahkan kita untuk menata konten pada berbagai ukuran layar. Grid Bootstrap terbagi menjadi 12 kolom, yang dapat diatur untuk memenuhi kebutuhan desain situs web.UI Component: Bootstrap menyediakan berbagai komponen UI siap pakai, seperti button, forms, navibar, card, jumbotron, dan lain-lain. Komponen-komponen ini telah dirancang dan dikembangkan dengan baik, sehingga kita dapat menggunakannya langsung dalam proyek kita.Responsif dan Mobile-First: Bootstrap didesain dengan prinsip mobile-first, yang berarti desainnya dimulai dari perangkat seluler dan ditingkatkan untuk perangkat yang lebih besar. Ini memastikan bahwa situs web yang dibangun dengan Bootstrap responsif di berbagai perangkat, mulai dari smartphone hingga desktop.Dukungan untuk JavaScript: Bootstrap dilengkapi dengan plugin JavaScript yang siap pakai, seperti slider, tab, modal, dan lain-lain. Ini menyederhanakan implementasi fungsi-fungsi interaktif di situs web. 6. Can I Use Can I Use adalah sebuah website yang menyediakan informasi tentang kompatibilitas fitur-fitur web di berbagai browser. Tujuan utama dari Can I Use adalah membantu developer untuk menentukan apakah mereka dapat menggunakan suatu fitur tertentu dalam proyek mereka dengan mempertimbangkan dukungan dari berbagai browser. Situs web ini menampilkan informasi tentang dukungan fitur di berbagai versi dari berbagai browser web yang populer seperti Google Chrome, Mozilla Firefox, Safari, Microsoft Edge, dan lain-lain. Informasi ini disajikan dengan cara yang mudah dimengerti, seringkali dalam bentuk tabel atau diagram yang memudahkan pengguna untuk melihat apakah fitur tertentu didukung di browser yang mereka inginkan. Selain itu, Can I Use juga memberikan informasi tentang bagaimana fitur-fitur tersebut dapat diimplementasikan secara optimal, termasuk alternatif atau polifil untuk mendukung browser yang mungkin tidak mendukung fitur tersebut secara langsung. Dengan bantuan Can I Use, web developer dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dalam merancang dan mengembangkan situs web mereka, dengan mempertimbangkan kompatibilitas lintas browser untuk fitur-fitur tertentu. Kesimpulan Masih banyak lagi website yang dapat mempermudah pekerjaan kita sebagai web developer. Beberapa website yang telah dijelaskan di atas, harus kita ketahui sebagai tools yang dapat membantu kita, seperti CSS Matic untuk menghasilkan kode CSS dengan cepat, Cruip.com untuk template desain web, Crisp.chat untuk berkomunikasi dengan pelanggan secara langsung, Codepen untuk menjelajahi kode HTML, CSS, dan JavaScript, Bootstrap untuk membangun situs web responsif, dan Can I Use untuk informasi tentang kompatibilitas fitur web di berbagai browser. Semoga artikel ini dapat bermanfaat ya! Dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lagi tentang Web Development Tools, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌 Kelas Online Gratis Web Dev Tools

Kelas Tips dan Trik Menampilkan Gambar dengan Image Widget di Flutter di BuildWithAngga

Tips dan Trik Menampilkan Gambar dengan Image Widget di Flutter

Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu Tips dan Trik Desain Antarmuka yang Menarik dengan ListTile di Flutter. Kamu juga bisa belajar lebih dalam lagi tentang Flutter di kelas Flutter bersama BuildWithAngga. Pada pembahasan artikel ini, kita akan membahas Tips dan Trik Menampilkan Gambar dengan Image Widget di Flutter. Daripada penasaran, yuk kita bedah! Apa itu Image Widget? Image Widget adalah widget yang manfaatnya untuk menampilkan gambar di dalam aplikasi. Widget ini biasanya digunakan oleh developer yang ingin menampilkan gambar melalui berbagai sumber, seperti Image Widget bisa diaplikasikan melalui assets lokal yang ada didalam aplikasi, melalui jaringan dengan URL (Network), maupun file dari developer. Jenis-jenis penggunaan Image Widget di Flutter: Assets Assets dapat memungkinkan developer untuk menampilkan gambar melalui folder assets yang kita buat untuk aplikasi Flutter. Untuk menampilkan gambar dari assets lokal, teman-teman bisa menambahkan code ini: Image( image: AssetImage('assets/images/image01.jpg'), ) Tambahan untuk teman-teman: Setelah menambahkan image pada folder assets, perlu dipastikan untuk menambah asset image-nya pada pubspec.yaml 2. Network Network dapat memungkinkan developer untuk menampilkan gambar melalui URL, dan Network ini merupakan bagian dari ‘Image’ dari class ‘NetworkImage’. Untuk menampilkan gambar dari URL, teman-teman bisa menambahkan code ini: Image.network( 'https://www.example.com/image.jpg', ) Tidak hanya itu, dengan kita menambahkan image widget didalam aplikasi yang kita buat. Kita juga dapat menambahkan atribut fit yang berguna untuk menentukan tempat gambar yang kita tampilkan pada widget, antara lain: BoxFit.cover : Gambar yang ditampilkan akan diatur sepenuhnya untuk menutupi area kontainer, dengan tambahan tidak mengubah bentuk dari aspek rasio.BoxFit.fill : Gambar yang ditampilkan akan diatur untuk mengisi secara penuh kontainer, dengan tambahan akan menyebabkan distorsi pada aspek rasio gambar.BoxFit.contain : Gambar yang ditampilkan akan disesuaikan dengan area di dalam kontainer dengan tambahan aspek rasio dipertahankan tanpa melebihi area kontainer.BoxFit.width : Gambar yang ditampilkan akan disesuaikan dengan sesuai lebar dari kontainer, dengan tambahan aspek rasio tetap akan dipertahankan.BoxFit.height : Gambar yang ditampilkan akan disesuaikan dengan sesuai tinggi dari kontainer, dengan tambahan aspek rasion akan dipertahankan.BoxFit.none : Gambar yang ditampilkan tidak diubah ukurannya, sehingga gambar akan lebih besar dari kontainer dan bagian yang tidak dimuat akan terpotong.BoxFit.scaleDown : Gambar yang ditampilkan akan diperkecil sehingga dapat memuat dengan area kontainer, dengan tambahan tidak akan diperbesar jika lebih kecil dari kontainer. Contoh penggunaan Image Widget : import 'package:flutter/material.dart'; void main() => runApp(const MyApp()); class MyApp extends StatelessWidget { const MyApp({super.key}); @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( home: Scaffold( appBar: AppBar( title: const Text('Latihan Image Widget'), ), body: Center( child: Image.network( 'https://picsum.photos/200/300', width: 200, height: 300, fit: BoxFit.cover, ), ), ), ); } } Output Image Widget : Kesimpulan Image Widget di Flutter ini mempunyai manfaat untuk menampilkan gambar dalam aplikasi mobile yang kita buat. Penggunaan image widget ini memungkinkan kita untuk menampilkan gambar dari berbagai sumber seperti assets, URL gambar yang ada di internet, hingga gambar dari file penyimpanan perangkat. Dengan menggunakan image widget di Flutter, kita dapat mengontrol dengan baik terhadap pengembangan aplikasi yang kita buat dalam menampilkan gambar dari berbagai sumber, sehingga dapat membuat pekerjaan kita menjadi lebih fleksibel dan aplikasi pun berjalan dengan sesuai dengan yang kita inginkan. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🤩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas Cara Membuat Loading di Next.js  App Router di BuildWithAngga

Cara Membuat Loading di Next.js App Router

Hallo teman-teman developer web! Kamu pernah ngalamin nggak, waktu buka suatu halaman di web, tapi loading-nya lama banget, bikin kesel? Nah, jangan khawatir! Kali ini kita bakal bahas tentang cara bikin loading yang keren di aplikasi web pake Next.js. Dalam dunia pengembangan web, loading itu penting banget, lho! Bayangin aja, kamu buka halaman, trus loading-nya lama, bosen banget kan? Nah, dengan bikin loading yang keren, pengalaman pengguna bisa jadi lebih nyaman. Makanya, yuk kita pelajari cara bikin loading yang keren! Di artikel ini, kita bakal bahas step-by-step cara bikin loading yang keren abis pake Next.js. Jadi, simak terus ya🚀 Membuat State Loading Ketika kamu menjelajahi sebuah aplikasi, seringkali kamu melihat tanda putar-putar kecil atau mungkin skeleton yang muncul sebelum halaman benar-benar dimuat. Nah, itu disebut loading state, teman-teman! Loading state itu penting banget, lho! Dia memberitahu kita bahwa aplikasi sedang bekerja, sedang memuat sesuatu untuk kita lihat. Jadi, bagaimana sih cara bikin loading state itu? Gampang banget! Kamu cukup buat file baru dengan nama loading.js di dalam folder route yang ingin kamu gunakan. Sebagai contohnya saya ingin membuat loading untuk halaman home. Langsung saja kita bahas langkah-langkahnya: Langkah Pertama: Membuat File loading.js Kamu perlu bikin sebuah function di dalam file loading.js yang akan memberitahu aplikasi bagaimana tampilan loading state-nya. Misalnya, kamu bisa bikin gambar skeleton, atau mungkin tanda putar-putar yang keren. Contohnya begini, kamu bisa juga copy kode di bawah: export default function Loading() { return ( <main className="px-20 flex justify-between items-center flex-wrap p-10"> {Array.from({ length: 10 }).map(() => <div role="status" className="max-w-sm w-[300px] p-4 border border-gray-200 rounded shadow animate-pulse md:p-6 mb-4"> <div className="flex items-center justify-center h-48 mb-4 bg-gray-300 rounded "> <svg className="w-10 h-10 text-gray-200 " aria-hidden="true" xmlns="<http://www.w3.org/2000/svg>" fill="currentColor" viewBox="0 0 16 20"> <path d="M14.066 0H7v5a2 2 0 0 1-2 2H0v11a1.97 1.97 0 0 0 1.934 2h12.132A1.97 1.97 0 0 0 16 18V2a1.97 1.97 0 0 0-1.934-2ZM10.5 6a1.5 1.5 0 1 1 0 2.999A1.5 1.5 0 0 1 10.5 6Zm2.221 10.515a1 1 0 0 1-.858.485h-8a1 1 0 0 1-.9-1.43L5.6 10.039a.978.978 0 0 1 .936-.57 1 1 0 0 1 .9.632l1.181 2.981.541-1a.945.945 0 0 1 .883-.522 1 1 0 0 1 .879.529l1.832 3.438a1 1 0 0 1-.031.988Z" /> <path d="M5 5V.13a2.96 2.96 0 0 0-1.293.749L.879 3.707A2.98 2.98 0 0 0 .13 5H5Z" /> </svg> </div> <div className="h-2.5 bg-gray-200 rounded-full w-48 mb-4"></div> <div className="h-2 bg-gray-200 rounded-full mb-2.5"></div> <div className="h-2 bg-gray-200 rounded-full mb-2.5"></div> <div className="h-2 bg-gray-200 rounded-full "></div> <div className="flex items-center mt-4"> <div> <div className="h-2.5 bg-gray-200 rounded-full w-32 mb-2"></div> <div className="w-48 h-2 bg-gray-200 rounded-full "></div> </div> </div> <span className="sr-only">Loading...</span> </div>)} </main> ) } Nah, begitu kamu bikin file loading.js, dia bakal masuk ke dalam layout.js. Nah, layout.js ini yang membungkus semua halaman-halaman dan layout-layout kamu di aplikasi Next.js. Sebenarnya jika kamu sudah membuat file loading.js dan memberikan return function artinya kamu sudah membuat loading untuk halaman home beserta children-nya. Namun kali ini, kita akan mencoba latihan melakukan implementasi fetching data dan menampilkan loading sebelum data di-render. Langkah Kedua: Melakukan Fetching Data Nah, untuk implementasi kali ini, kita akan mencoba melakukan fetching data dari fake api. Kamu bisa copy dan paste pada file page.js : const getData = async () => { try { const response = await fetch('<https://fakestoreapi.com/products>', { cache: "no-store" }) if (response.ok) { const data = await response.json() return data } } catch (error) { console.log(error) } } Langkah Ketiga: Menampilkan Data ke User Interface Jika kita sudah membuat function untuk memanggil sebuah data dari fake api. Selanjutnya adalah menampilkannya ke user interface. Kamu bisa copy dan paste kode ini di bawahnya function getData() : export default async function Home() { const products = await getData() return ( <main className="flex justify-between flex-wrap p-10"> {products.map((product, idx) => <div key={idx + 1} className="max-w-sm w-[300px] bg-white border border-gray-200 rounded-lg shadow mb-4"> <div className="flex justify-center items-center object-contain"> <img className="rounded-t-lg w-[300px] h-[300px]" src={product.image} alt="" /> </div> <div className="p-5"> <a href="#"> <h5 className="mb-2 text-2xl font-bold tracking-tight text-gray-900 truncate">{product.title}</h5> </a> <p className="mb-3 font-normal text-gray-700 truncate">{product.description}</p> <a href="#" className="inline-flex items-center px-3 py-2 text-sm font-medium text-center text-white bg-blue-700 rounded-lg hover:bg-blue-800 focus:ring-4 focus:outline-none focus:ring-blue-300"> Read more <svg className="rtl:rotate-180 w-3.5 h-3.5 ms-2" aria-hidden="true" xmlns="<http://www.w3.org/2000/svg>" fill="none" viewBox="0 0 14 10"> <path stroke="currentColor" stroke-linecap="round" stroke-linejoin="round" stroke-width="2" d="M1 5h12m0 0L9 1m4 4L9 9" /> </svg> </a> </div> </div> )} </main> ) } Nah, sekarang kamu sudah bisa menampilkan sebuah data yang di-render setelah proses loading selesai. Saat kamu membuka halaman home. Halaman home akan menampilkan loading terlebih dahulu sebelum me-render data seperti gambar di bawah ini: Nah, jika loading selesai baru akan menampilkan data-nya seperti gambar di bawah ini: Kesimpulan Salah satu keuntungan bikin loading yang keren ini adalah bikin pengalaman pengguna jadi lebih nyaman. Mereka tidak akan ngerasa jengkel nungguin halaman aplikasimu dimuat. Dengan loading state yang bermakna, kamu bisa memberi tahu mereka bahwa sesuatu sedang terjadi di belakang layar. Jadi, apa yang bisa kamu dapet dari artikel ini? Pertama, kamu udah bisa bikin loading state yang keren di aplikasi Next.js-mu. Kedua, kamu udah tau cara mengambil data dan menampilkannya dengan baik di halaman web. Buat kamu yang ingin mempelajari fitur-fitur selanjutnya, kamu bisa ikut kelas di BuildWithAngga. Salah satunya yaitu, Kelas Online Gratis NextJS Basic ataupun yang berupa project base yaitu, Kelas Online Modern JavaScript: Bikin Projek Website Seperti Twitter. Sampai jumpa di artikel selanjutnya, ya! Teruslah belajar dan kembangkan skill kamu dalam mengembangkan aplikasi web yang keren. Semangat! 🚀

Kelas Tips dan Trik Desain Antarmuka yang Menarik dengan ListTile di Flutter di BuildWithAngga

Tips dan Trik Desain Antarmuka yang Menarik dengan ListTile di Flutter

Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu Tips dan Trik Desain Antarmuka yang Menarik dengan ListTile di Flutter. Kamu juga bisa belajar lebih dalam lagi tentang Flutter di kelas Flutter bersama BuildWithAngga. Pada pembahasan artikel ini, kita akan membahas Tips dan Trik Desain Antarmuka yang Menarik dengan ListTile di Flutter. Daripada penasaran, yuk kita bedah! Apa itu ListTile? ListTile adalah salah satu widget yang digunakan oleh Flutter Developer untuk mengembangkan aplikasi Flutter. ListTile mempunyai manfaat untuk membuat list yang berisi widget yang dapat membentuk sebuah daftar contohnya aplikasi layanan perpesanan instan. Widget utama pada ListTile: Title : Widget yang digunakan untuk membantu menampilkan judul dari item.Subtitle : Widget ini digunakan untuk menampilkan teks tambahan yang letaknya ada di bawah judul.Leading : Widget yang digunakan untuk menampilkan elemen di sebelah kiri item yang fungsinya adalah untuk menampilkan gambar atau avatar pada item.Trailing : Widget ini digunakan untuk menampilkan informasi waktu maupun angka yang dibutuhkan pada item. Manfaat ListTile dalam pengembangan aplikasi mobile: Widget ini dapat membantu developer untuk menampilkan tampilan item yang sama dan kompleks.Widget ini digunakan untuk mendukung fungsi interaksi antar pengguna, seperti mengembangkan aplikasi layanan perpesanan instan dan sebagainya.Developer dapat mengembangkan aplikasi dengan sangat mudah tanpa perlu mengatur setiap item dengan manual. Contoh penggunaan ListTile: import 'package:flutter/material.dart'; void main() { runApp(const MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { const MyApp({super.key}); @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( home: Scaffold( appBar: AppBar( title: const Text("BuildWithAngga"), ), body: ListView( children: const [ ListTile( title: Text("Nasrullah Firmansyah"), subtitle: Text("Yuk belajar Flutter di BuildWithAngga!"), leading: CircleAvatar(), trailing: Text("09.40"), ), Divider( color: Colors.black, ), ListTile( title: Text("Timbul Pradana"), subtitle: Text("Seru banget belajar Flutter di BuildWithAngga!"), leading: CircleAvatar(), trailing: Text("09.30"), ), Divider( color: Colors.black ), ListTile( title: Text("Heryanto Gunarto"), subtitle: Text("Kenapa ga dari dulu sih kenalin BuildWithAngga? HUHUHU"), leading: CircleAvatar(), trailing: Text("09.20"), ), Divider( color: Colors.black ), ListTile( title: Text("Ozy Waskita"), subtitle: Text("Info dong belajar Flutter yang lengkap?"), leading: CircleAvatar(), trailing: Text("09.15"), ), Divider( color: Colors.black ), ListTile( title: Text("Pranata Pradipta"), subtitle: Text("Belajar Flutter di BuildWithAngga lengkap banget sih!"), leading: CircleAvatar(), trailing: Text("09.00"), ) ], ), ), ); } } Tambahan untuk teman-teman : Divider dapat membantu menampilkan daftar item yang lebih terstruktur dengan membentuk garis pemisah.contentPadding dapat membantu untuk mengatur jarak baris horizontal dan vertikal pada setiap item. Sehingga item dapat terlihat lebih rapi. (Opsional)onTap dapat membantu untuk menambahkan fungsi item ketika di tap, contohnya seperti masuk ke chat room yang ada pada item. Output ListTile: Kesimpulan ListTile merupakan salah satu widget yang sangat penting dalam pengembangan aplikasi antarmuka. Dengan menggunakan ListTile, developer dapat dengan mudah membuat desain antarmuka yang lebih menarik, dan interaktif. Penggunaan ListTile ini dapat membantu kita mengembangkan aplikasi mobile yang kita buat, sehingga dapat memberikan pengalaman yang baik pada pengguna dalam menggunakan aplikasi yang kita kembangkan. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🤩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas 5 CSS Framework yang Bikin Desain Website Lebih Menarik dan Responsif di BuildWithAngga

5 CSS Framework yang Bikin Desain Website Lebih Menarik dan Responsif

Ketika berbicara tentang menata situs web dan aplikasi web, ada berbagai teknologi CSS yang dapat kita gunakan. Kita dapat tetap menggunakan vanilla CSS, CSS preprosesor seperti SaaS dan Less, atau CSS-in-JS tools, seperti Emotion dan Styled Components. Selain metode tersebut, kita juga dapat menata situs web dengan menggunakan CSS frameworks. Masalahnya adalah, sampai saat ini, sudah lebih dari 40 CSS frameworks yang tersedia! Dengan beragam opsi yang tersebut, memilih frameworks yang tidak hanya membuat desain lebih menarik tetapi juga responsif dapat menjadi tantangan tersendiri. Jika kalian mengalami kebingungan memilih di antara CSS frameworks tersebut, artikel ini mungkin sesuai dengan yang kalian butuhkan! Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi apa saja kerangka kerja CSS yang bisa bikin tampilan web kalian makin eye-catching dan responsif. Let’s dive in🚀 1. Bootstrap Bootstrap merupakan open-source web development framework yang menyediakan kumpulan komponen dan styles untuk HTML, CSS, dan Javascript. Bootstrap menyediakan serangkaian template dan komponen yang dapat digunakan kembali, seperti navigasi, tombol, formulir, dan grid, yang dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Alasan menggunakan Bootstrap: Kerangka Kerja Frontend Paling Populer: Bootstrap diakui sebagai salah satu kerangka kerja frontend sumber terbuka paling populer. Penggunaannya yang luas memastikan kalian dapat dengan mudah menemukan dan mengakses berbagai template yang sesuai untuk berbagai jenis proyek.Fitur Lengkap: Bootstrap tidak hanya sekadar menjadi kerangka pengembangan; ia juga berfungsi sebagai template dinamis yang telah siap pakai dengan berbagai komponen yang luas. Mulai dari alerts, modal hingga bar navigasi. Hal ini memudahkan pengembang, bahkan yang tidak memiliki pengalaman frontend sebelumnya, untuk membuat halaman yang terstruktur dengan baik.Mudah untuk Kostumisasi: Bootstrap dapat di-custom menggunakan SASS (Syntactically Awesome Stylesheets). Belajar cara melakukan kostumisasi situs web Bootstrap dengan SASS dapat secara signifikan mempercepat waktu pengembangan kalian.Dukungan Komunitas: Dukungan berkelanjutan membuat Bootstrap dapat diandalkan. Diperkenalkan oleh Twitter, Bootstrap kini dikelola oleh komunitas besar pengembang, memastikan rilis yang stabil dan dukungan jangka panjang. Kekurangan: Sulit untuk override: Bootstrap memiliki desain dan tampilan yang sangat spesifik, yang sulit untuk dikecualikan jika kalian menginginkan style yang berbeda. Karena menggunakan aturan CSS !important secara luas, mengesampingkan nilai default dapat menjadi rumit.Terlalu Sering Digunakan: Alasan utama mengapa orang tidak menyukai Bootstrap adalah penggunaannya yang luas. Hal ini menyebabkan muncul tampilan yang begitu sering digunakan sehingga para pengembang menciptakan frasa "semua situs web Bootstrap terlihat sama".Bergantung pada jQuery: Berbeda dengan kerangka kerja lain yang hanya menggunakan CSS, Bootstrap 4 bergantung pada jQuery untuk banyak fitur interaktifnya. Ini membuatnya lebih sulit, tetapi tidak tidak mungkin, untuk menggunakannya bersama dengan kerangka kerja JavaScript seperti React atau Vue. Untungnya, Bootstrap 5, yang akan segera dirilis, akan menghapus ketergantungan jQuery.Membutuhkan Memori yang Besar: Semua fitur Bootstrap datang dengan harga — cukup memakan memori untuk dimasukkan ke dalam proyek kalian. Meskipun, dapat mengimpor bagian-bagian dari proyek tersebut, tetapi tidak se-ringan atau modular seperti framework lain. 2. Tailwind CSS Tailwind CSS adalah salah satu framework CSS yang juga populer saat ini. Framework ini dikenal dengan pendekatan utility-first, yang menyediakan serangkaian kelas utilitas untuk mengatur tata letak, tipografi, warna, ruang, dan lainnya. Pendekatan ini menghilangkan kebutuhan untuk menulis CSS tambahan kecuali untuk skenario unik seperti ketika memerlukan animasi kustom. Meskipun merupakan salah satu framework terbaru, Tailwind CSS berhasil membuktikan diri sebagai pesaing utama di antara kerangka kerja CSS terkenal lainnya. Data dari State of CSS 2023 menunjukkan bahwa Tailwind CSS memiliki tingkat retensi tertinggi (75,5%) di antara kerangka kerja CSS lainnya. Alasan Menggunakan Tailwind: Atomic CSS: Memusatkan elemen, membuat tata letak fleksibel, atau menggunakan warna teks tertentu adalah hal-hal yang biasanya kalian kodekan dalam CSS. Tailwind membuat semua gaya umum ini mudah diimplementasikan dengan menawarkan kelas utilitas. Metodologi ini terkadang disebut CSS Atomik di mana kelas elemen HTML dengan jelas menjelaskan seperti apa tampilannya. Misalnya, <div class="m-1 text-center bg-black">...</div> akan menampilkan elemen dengan margin 1 (yaitu margin kecil), teks yang terpusat, dan latar belakang hitam.No-Desain: Tailwind tidak dilengkapi dengan komponen yang sudah dibuat atau bahasa desain tertentu. Artinya, kalian tidak perlu mengganti gaya yang sudah ada dan dapat lebih produktif saat mengimplementasikan desain kustom.Komponen yang Dapat Digunakan Kembali: Meskipun Tailwind tidak menyertakan komponen yang sudah dirancang sebelumnya, tetap memungkinkan kalian membuat komponen kustom sendiri yang dapat digunakan ulang di seluruh proyek. Kalian juga dapat menemukan beberapa contoh komponen di situs web resmi yang dapat digunakan sebagai titik awal.Integrasi PostCSS/SAS: Untuk memanfaatkan framework ini dengan lebih baik, kalian perlu menginstal dan mengimpornya ke proyek SASS atau PostCSS. Hal ini memungkinkan kalian memanfaatkan semua fitur Tailwind untuk menulis CSS yang lebih efektif. Kekurangan: Kurva Pembelajaran yang Curam: Tailwind bukanlah pilihan terbaik untuk pengembang yang kurang berpengalaman. Karena tidak menyediakan komponen siap pakai, kalain perlu sepenuhnya memahami bagaimana teknologi front-end bekerja. Kurva pembelajaran Tailwind agak agak sulit karena harus memahami sintaks untuk dapat produktif dengan framework ini.Tidak Dapat Digunakan Langsung: Tailwind dapat ditambahkan ke proyek sebagai file CSS yang digabungkan, mirip dengan kerangka kerja lainnya. Namun, panduan instalasi resmi menjelaskan bahwa jika kalian menambahkan dengan cara seperti ini, banyak fiturnya akan tidak tersedia. Untuk memanfaatkan sepenuhnya Tailwind, kalian perlu tahu cara menggunakan Webpack, Gulp, atau alat pengembangan frontend lainnya. 3. Bulma Bulma adalah alternatif untuk Bootstrap karena memiliki kode yang modern dan estetis. Mudah digunakan dan diimpor ke dalam proyek kalian, Bulma dilengkapi dengan berbagai komponen siap pakai. Bulma sangat diacungi jempol karena sintaksisnya yang sederhana dan desain minimalis namun estetis. Bulma benar-benar merupakan framework yang dapat membuat halaman web yang monoton terlihat lebih menarik. Alasan Menggunakan Bulma: Desain Estetis: Bulma dilengkapi dengan desain yang bersih dan modern — bahkan jika kalian tidak mengubah pengaturan default, kalian akan mendapatkan halaman web yang tampak menarik.Modern: Teknologi terus berkembang, dan apa yang dulunya rumit mungkin sekarang menjadi sederhana. Modul layout flexbox pada CSS memudahkan pembuatan tata letak responsif, dan Bulma adalah salah satu framework berbasis flexbox yang menerapkan prinsip-prinsip baru ini.Developer-friendly: Front-end developers memiliki tujuan untuk membuat tampilan yang memberikan pengalaman yang hebat kepada end-user, Sedangkan pencipta Bulma bertujuan untuk memberikan pengalaman yang hebat kepada developer. Dengan mempertimbangkan hal itu, Bulma dilengkapi dengan konvensi penamaan yang mudah digunakan dan diingat.Mudah Dikustomisasi: Warna, padding, dan banyak properti default Bulma dapat disesuaikan menggunakan SASS. Dengan cara ini, kalian dapat mengatur default proyek kalian dalam waktu beberapa menit.Tanpa Javascript: Bulma tidak menyertakan fitur Javascript. Karena hanya menggunakan CSS, Bulma dapat dengan mudah diintegrasikan dengan kerangka kerja JavaScript seperti Vue atau React. Kekurangan: Gaya yang Khas: Gaya yang unik dari Bulma dapat menjadi pisau bermata dua. Dikarenakan style-nya cukup khas, jika digunakan secara berlebihan, kita bisa mendapatkan situs web yang terlihat sangat mirip, seperti yang terjadi dengan Bootstrap.Kurang Lengkap: Bulma bersaing dengan Bootstrap dalam banyak hal, tetapi tidak se-lengkap Bootstrap dalam hal aksesibilitas dan fitur berkelas enterprise lainnya. 4. Pure.CSS Framework Pure CSS berasal dari pesaing tak terduga di dunia open source — Yahoo. Kerangka mikro ini sangat kecil, hanya memerlukan 3.7 KB (setelah dikompresi) ketika semua modul digunakan. Framework ini menyediakan modul CSS yang dapat digunakan ulang dan responsif yang dapat ditambahkan ke proyek web apa pun. Alasan Menggunakan Pure: Memori yang Kecil: Setiap baris CSS dipertimbangkan dan ditulis dengan cermat untuk membuat kerangka kerja ini ringan dan performa tinggi.Dapat Disesuaikan: Kalian dapat mengimpor Pure secara modular dan mengimplementasikan hanya apa yang kalian butuhkan.Community Support : Berbeda dengan proyek komunitas, Pure didukung oleh Yahoo, sehingga menjadikan proyek ini pilihan yang aman untuk penggunaan jangka panjang.Komponen Siap Pakai: Pure dilengkapi dengan komponen-komponen siap pakai yang responsif dan dibangun untuk web modern. Kekurangan: Untuk Pengembang Berpengalaman: Pure tidak cocok untuk pengembang yang kurang berpengalaman atau tim kecil, karena kalian perlu membuat desain sendiri untuk menggunakan framework ini. 5. Materialize CSS Material design adalah bahasa desain yang dikembangkan oleh Google dan digunakan di seluruh proyek-proyek mereka untuk banyak situs web dan tema admin. Materialize CSS adalah open-source framework CSS yang memudahkan implementasi tampilan dan nuansa material design dalam proyek kalian. Materialize CSS menampilkan banyak komponen interaktif yang mempercepat pengembangan dan membantu memberikan pengalaman hebat kepada pengguna. Animasi digunakan di seluruh framework untuk memberikan umpan balik visual kepada pengguna, dengan cara yang mudah digunakan oleh developers. Alasan Menggunakan Materialize: Desain Material: Bahasa desain ini banyak digunakan dan dikenal oleh orang. Hal ini dapat membuat kreasimu mudah digunakan oleh audiens targetmu.Fitur Lengkap: Materialize CSS menyertakan komponen-komponen siap pakai untuk hampir semua hal, juga dilengkapi dengan fitur-fitur Javascript yang lebih canggih untuk mendukung interaksi.Mobile-friendly: Kalian dapat membuat aplikasi web progresif menggunakan komponen-komponen mobile seperti floating navigation dan swipe interactions. Kekurangan: Bahasa Desain yang Ketat: Jika kalian ingin melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan material design, lebih baik hindari Materialize.Proyek Independen: Meskipun memiliki basis pengguna yang aktif, Materialize tidak didukung secara korporat, yang berarti proyek ini lebih bergantung pada kontribusi dan dukungan dari komunitas. Kesimpulan Kita telah menjelajahi berbagai opsi kerangka kerja CSS yang populer untuk pengembangan web, termasuk di dalamnya framework Bootstrap, Tailwind CSS, Pure CSS, Bulma, dan Materialize CSS. Masing-masing memiliki karakteristik unik yang dapat memenuhi kebutuhan proyek web kalian. Setelah mendalami kelima framework tersebut kita dapat mempertimbangkan hal-hal penting ketika memilih framework CSS, seperti dukungan dari komunitas, pembaruan, integrasi dengan teknologi lain, performa, ukuran serta dokumentasi yang baik. Pilihan mana framework yang terbaik tergantung pada kebutuhan spesifik dan preferensi desain proyek kalian. Dengan pemahaman yang baik tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing kerangka kerja, kalian dapat membuat keputusan yang tepat untuk menciptakan tampilan web yang tidak hanya menarik tetapi juga responsif. And don’t forget to learn this framework. You can learn it from scratch with BuildWithAngga! Terdapat kelas-kelas framework CSS yang dapat kalian ikuti, seperti Kelas Online CSS Bootstrap 4 Web Design dan Kelas Online Belajar Tailwind CSS Untuk Pemula Website Designer. Keep learning and see you at class!✨

Kelas Cara Mudah Install dan Menggunakan Flask Restful Python di BuildWithAngga

Cara Mudah Install dan Menggunakan Flask Restful Python

Haloo sobat ngodingg Semoga kalian sehat selaluu Kali ini saya mau bahas gimana caranya membuat RESTful API dengan Flask, yang pernah saya bahas di artikel sebelumnya, mungkin kita akan kasih sedikit review kembali yang mana Flask adalah microframework Python yang populer untuk membangun API. Flask Restful adalah ekstensi Flask yang memudahkan membangun API RESTful. . BTW framework ini ringan, mudah digunakan, dan memungkinkan kamu untuk fokus pada pengembangan API tanpa harus khawatir tentang detail implementasi. Jadii cuss kita mulaii BTW lagii kali ini adalah cara install-nya di windows yah guyyss Instalasi Flask Pertama pastiin dulu kalian udah install dua hal dibawah ini: Python versi 3.6PIP untuk Python 3 (Library instalasi Python, ya semacam NPM di NodeJS laah) PIP terdapat dua versi, yang versi 2.7 dan 3.6, jadi usahakan untuk cari PIP yang untuk versi Python 3 alias 3.6 ya! Step 1: Install Virtual Environment Virtualenv merupakan alat yang berguna yang akan membuat lingkungan pengembangan Python yang terisolasi dimana kita dapat mengerjakan semua pengembangan yang diperlukan. Buka command line dan ketik perintah, lalu install virtualenv dengan pip: pip install virtualenv Langkah 2: Buat dan Aktivasi Virtual Environment Buat virtualenv baru di folder project kalian: virtualenv venv Aktifkan virtualenv: .\\venv\\Scripts\\activate Langkah 3: Instal Flask dan Flask Restful Install Flask dan Flask Restful dengan pip: pip install Flask Flask-RESTful Langkah 4: Buat File Python dan Import Library Buat file Python baru, misal app.py, dan import library yang diperlukan: from flask import Flask, request from flask_restful import Resource, Api Langkah 5: Buat Resource dan API Buat subclass Resource untuk mendefinisikan endpoint API: class HelloWorld(Resource): def get(self): return {"message": "Hello, World!"} Buat API dan tambahkan resource: app = Flask(__name__) api = Api(app) api.add_resource(HelloWorld, '/') Langkah 6: Jalankan API Jalankan API dengan Flask: if __name__ == '__main__': app.run(debug=True) atau tidak kalian bisa run aplikasi Flask dengan: flask run output akan mencetak pesan konfirmasi dan alamat: Langkah 7: Testing API Buka browser dan kunjungi URL http://localhost:5000/hello. Kalian akan melihat JSON response: JSON {"message": "Hello, World!"} Contoh Code Lengkap: from flask import Flask, request from flask_restful import Resource, Api app = Flask(__name__) api = Api(app) class HelloWorld(Resource): def get(self): return {"message": "Hello, World!"} api.add_resource(HelloWorld, '/') if __name__ == '__main__': app.run(debug=True) Penjelasan Code: Flask(__name__): Membuat instance FlaskApi(app): Membuat instance API dari FlaskHelloWorld(Resource): Mendefinisikan resource *HelloWorld*get(self): Mendefinisikan method **GET** untuk resourcereturn {"message": "Hello, World!"}: Mengembalikan response JSONapi.add_resource(HelloWorld, '/hello'): Menambahkan resource ke API dengan URL /*hello*app.run(debug=True): Menjalankan Flask Tips: Gunakan Postman untuk testing API dengan mudah.Baca dokumentasi Flask dan Flask Restful untuk mempelajari lebih lanjut.Gunakan debugger Python untuk membantu debugging code kalian. Referensi: Flask Documentation: https://flask.palletsprojects.com/en/2.2.x/Flask-RESTful Documentation: https://flask-restful.readthedocs.io/en/latest/ Tambahan: Kalian juga bisa menambahkan lebih banyak resource dan method ke API kalian. Contohnya, Kalian dapat menambahkan resource untuk CRUD (Create, Read, Update, Delete) data. Kalian juga dapat menggunakan library lain seperti SQLAlchemy untuk mengelola database. Kesimpulan: Flask dan Flask Restful adalah alat yang powerfull untuk membangun API RESTful di Python. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kalian dapat dengan mudah install dan menggunakan Flask Restful Python di Windows. Jadi buat kawan - kawan yang mau mempelajari tentang python dari dasar kalian bisa mengikuti kelasnya di BuildWithAngga yaitu Kelas Online Gratis Python Pemrograman Dasar Kalian bisa akses kelasnya secara gratiss lohhh. Oke Sekian penjelasan tentang cara mudah install Flask, kalian bisa kembali untuk menguliknya sendiri tentunya. Semoga bermanfaat buat kalian. See you guysss !

Kelas 5 Framework JavaScript yang Populer serta Kelebihan dan Kekurangannya di BuildWithAngga

5 Framework JavaScript yang Populer serta Kelebihan dan Kekurangannya

Hai Sobat BWA!🙌 JavaScript merupakan salah satu bahasa pemorgraman yang digunakan secara luas untuk mengembangkan aplikasi web interaktif dan dinamis. JavaScript menjadi salah satu bahasa pemrograman yang paling populer karena dapat dieksekusi di sisi klien maupun di sisi server. Nah, pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang framework JavaScript yang populer, mulai dari fitur utama serta kelebihan dan kekurangannya. Simak artikel berikut sampai habis ya! 1. React.js React. js merupakan framework yang dikembangkan oleh Facebook yang dapat digunakan untuk membangun user interface yang dinamis dan interaktif untuk aplikasi web dan seluler. React.js dapat menjadi pilihan yang tepat untuk mengembangkan tampilan website karena memiliki performa dan kinerja yang baik. Fitur Utama:JSX (JavaScript XML): JSX adalah sintaks markup yang sangat mirip dengan HTML. JSX membuat penulisan komponen React lebih mudah dengan membuat sintaksisnya hampir identik dengan HTML yang dimasukkan ke halaman web.Virtual DOM : React menggunakan Virtual DOM untuk meningkatkan performa aplikasi. Virtual DOM adalah representasi virtual dari DOM yang ada di dalam memori, yang memungkinkan React untuk melakukan pembaruan hanya pada bagian-bagian yang diperlukan, tanpa harus memperbarui keseluruhan DOM.Komponen Reusable: React memungkinkan pengembang untuk membagi UI menjadi komponen-komponen yang dapat digunakan kembali. Hal ini mempermudah pengembangan, pemeliharaan, dan pengujian kode.Kelebihan dan Kekurangan: KelebihanKekuranganMudah dipelajari dan cocok untuk pemulaKomunitas yang dimiliki belum terlalu kecilMemiliki dokumentasi yang baikKurangnya plugin dan libraryMudah diintegrasikan dengan aplikasi yang sudah adaTerlalu banyak fleksibilitas karena basis kode yang tidak konsisten 2. Vue.js Vue.js disebut sebagai framework JavaScript yang progresif karena menyediakan struktur dan konvensi yang kuat untuk membangun aplikasi dan memiliki ekosistem yang matang. Framework ini juga populer untuk membangun user interface yang responsif dan interaktif. Fitur Utama:Server-Side Rendering (SSR): Vue.js mendukung Server-Side Rendering (SSR), yang memungkinkan pembuatan aplikasi Vue.js yang dapat di-render di sisi server sebelum dikirimkan ke browser. SSR membantu meningkatkan kinerja dan SEO aplikasi web dengan memungkinkan pembuatan halaman yang lebih cepat dan lebih mudah diindeks oleh mesin pencari.Transisi dan Animasi CSS: Vue memiliki beberapa metode untuk menerapkan transisi ke elemen HTML ketika ditambahkan, diperbarui, atau dihapus dari DOM.Reactivity: Salah satu fitur paling kuat dari Vue.js adalah reaktifitasnya. Vue.js secara otomatis melacak perubahan yang terjadi pada data aplikasi dan secara efisien memperbarui tampilan sesuai dengan perubahan tersebut. Ini membuat pengembangan aplikasi menjadi lebih mudah dan intuitif.Kelebihan dan Kekurangan: KelebihanKekuranganMudah dipelajari dan cocok untuk pemulaKomunitas yang dimiliki belum terlalu besarMemiliki dokumentasi yang baikKurangnya plugin dan libraryMudah diintegrasikan dengan aplikasi yang sudah adaTerlalu banyak fleksibilitas karena basis kode yang tidak konsisten 3. Next.js Next.js adalah sebuah framework yang populer untuk membangun aplikasi web React dengan fitur SSR (Server-Side Rendering), pembuatan halaman statis, dan routing yang kuat. Next.js juga merupakan salah satu framework yang SEO friendly karena kemampuan SSR dan SSG-nya. Fitur Utama:Image Optimization: Next.js menyediakan optimasi gambar otomatis, yang secara otomatis menyesuaikan ukuran dan format gambar untuk memaksimalkan kinerja dan pengalaman pengguna.Dukungan TypeScript: Next.js memberikan pengalaman TypeScript terintegrasi baik dalam proyek yang sudah ada maupun yang baru. Saat membuat proyek baru tidak memerlukan konfigurasi apa pun untuk menyiapkan TypeScript.CSS-in-JS Integration: Next.js memiliki integrasi yang baik dengan berbagai metode styling, termasuk CSS-in-JS libraries seperti styled-components dan Emotion, serta CSS Modules.Kelebihan dan Kekurangan: KelebihanKekuranganDapat digunakan untuk membangun sistus web statis dengan cepat dan fungsi dinamisHanya menggunakan route berbasis file dan tidak dapat dimodifikasiSet up mudah dengan konfigurasi yang siap pakaiSistem plugin yang burukMemiliki performa yang baikMemerlukan infrastruktur server yang memadai untuk menangani permintaan dari klien 4. Ember.js Ember.js merupakan framework JavaScript berbasis komponen yang dibuat oleh Yehuda Katz pada tahun 2011. Ember.js menggunakan teknologi FastBoot untuk rendering sisi server sehingga klien dapat melihat halaman HTML yang dirender ke browser tanpa harus mengunduh aset JavaScript terlebih dahulu. Fitur Utama:Handlebars Templating: Ember.js menggunakan Handlebars, sebuah bahasa templating yang mudah dipahami dan kuat, untuk memisahkan logika aplikasi dari tampilan. Ini memungkinkan developer untuk membuat tampilan yang dinamis dengan mudah menggunakan sintaks yang mirip dengan HTML.Komponen UI yang Reusable: Ember.js mendorong penggunaan komponen UI yang reusable dan terpisah. Komponen-komponen ini dapat digunakan kembali di berbagai bagian aplikasi, memungkinkan developer untuk membangun dan memelihara aplikasi dengan lebih efisien.Data Binding yang Kuat: Ember.js memiliki sistem data binding dua arah yang kuat, yang memungkinkan perubahan pada model data secara otomatis memperbarui tampilan yang terkait, dan sebaliknya.Kelebihan dan Kekurangan: KelebihanKekuranganMemiliki alat pengembangan yang terpasang di dalam ember-CLIKurangnya fleksibilitas Tersedia template yang memudahkan untuk mendesign UI yang mudaha dan fleksibelCukup susah dipelajari karena segala sesuatunya berubah dengan cepatModel inti menggunakan HTML dan CSS, sehingga mudah dipahami oleh pemulaTidak mempunyai sumber plugin khusus 5. Angular.js Angular.js didasarkan pada arsitektur Model-View-Controller (MVC), yang memudahkan pengembangan aplikasi web dinamis. Angular.js merupakan pilihan terbaik untuk mengembangkan aplikasi berskala besar dan berkinerja tinggi. Fitur Utama:Two-Way Data Binding: Salah satu fitur utama AngularJS adalah kemampuan untuk melakukan two-way data binding, yang memungkinkan perubahan pada model data secara otomatis diperbarui dalam tampilan, dan sebaliknya.Directives: AngularJS menyediakan berbagai direktif (directives) bawaan yang memungkinkan developer untuk menambahkan tambahan pada elemen HTML. Ini termasuk model untuk two-way data binding, perulangan untuk pengulangan elemen, if else untuk kondisional rendering, dan banyak lagi.Dependency Injection: AngularJS memiliki sistem dependency injection yang kuat, yang memudahkan dalam menyediakan dan mengelola dependensi antar komponen aplikasi. Ini membantu dalam membuat kode yang lebih bersih, terstruktur, dan mudah diuji.Kelebihan dan Kekurangan: KelebihanKekuranganKerangka kerja yang lengkap sehingga memudahkan untuk membangun aplikasi yang kompleksLebih kompleks untuk dipelajari dibandingkan dengan React dan VueMemiliki performa yang tinggiCukup sulit dipelajari bagi pemulaMemiliki komunitas yang besarHarus terbiasa dengan bahasa pemrograman TypeScript Kesimpulan Nah, itulah 5 Framework JavaScript yang populer hingga saat ini seperti: React.js, Vue.js, Next.js, Ember.js, dan Angular.js. Setiap framework memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. React.js yang menawarkan fitur seperti JSX, Virtual DOM, dan komponen yang dapat digunakan kembali. Lalu ada Vue.js yang menjadi framework progresif dengan fitur seperti Server-Side Rendering dan reaktivitas. Next.js yang digunakan untuk membangun aplikasi web React dengan fitur seperti Image Optimization dan dukungan TypeScript. Ada lagi Ember.js yang merupakan framework berbasis komponen dengan fitur seperti Handlebars Templating dan data binding yang kuat. Lalu yang terakhir ada Angular.js yang menawarkan fitur seperti two-way data binding dan dependency injection. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari tentang Framework JavaScript, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌 Belajar React.js GratisKelas Gratis VueJS

Kelas Konsep OOP Sebagai Landasan Pemrograman Bagi Frontend Developer di BuildWithAngga

Konsep OOP Sebagai Landasan Pemrograman Bagi Frontend Developer

Hello, fellow learners! Have you ever questioned how important the OOP concept is for frontend developers? Ketika pertama kalian bertemu dengan istilah ini, mungkin kalian merasa sedikit bingung. Diperlukan waktu untuk sepenuhnya memahami pentingnya OOP dalam dunia pemrograman. Namun, hal ini juga merupakan peluang untuk memahami konsep-konsep utama dan betapa vitalnya OOP bagi seorang pengembang serta kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai tantangan. Memahami pentingnya konsep OOP atau Pemrograman Berbasis Objek menjadi sebuah jalan bagi kalian sebagai frontend developer untuk mengembangkan kode yang lebih terstruktur dan efisien. Di dunia pengembangan frontend, di mana fokus utamanya adalah menciptakan antarmuka pengguna yang interaktif, prinsip-prinsip OOP memberikan fondasi yang kuat. Selain itu, konsep OOP membuktikan kebermanfaatannya ketika berhadapan dengan framework frontend terkemuka seperti React, Angular, atau Vue.js. Pemahaman ini memberikan landasan kepada kalian untuk memanfaatkan framework tersebut dengan lebih baik. So now, let’s get to know about this concept!😊 Apa itu Object-Oriented Programming (OOP)? Pemrograman Berorientasi Objek (OOP) adalah paradigma pemrograman yang berfokus pada konsep class dan object. Dalam dunia pemrograman, kita menggunakan class untuk membuat blok-blok kode yang dapat digunakan berulang, seolah-olah class adalah blueprints untuk menciptakan suatu object. Mirip ketika kita membangun sesuatu menggunakan balok-balok Lego. Sebagai analogi, class dapat diibaratkan sebagai kumpulan petunjuk atau buku instruksi membangun Lego, dan object adalah struktur Lego nyata yang kita bangun dengan mengikuti petunjuk itu. Kita dapat memiliki beberapa set Lego berbeda - satu untuk membuat rumah, satu untuk mobil, dan satu untuk pesawat luar angkasa. Setiap set dilengkapi dengan petunjuk khusus (class) untuk membangun suatu object tertentu (rumah, mobil, atau pesawat luar angkasa). Setiap struktur Lego (object) memiliki karakteristik dan fungsi unik berdasarkan petunjuk (class) yang kita gunakan. Jadi, dalam dunia pemrograman, OOP memungkinkan kita membuat kumpulan petunjuk (class) yang dapat digunakan berulang kali untuk membangun sesuatu (object) dengan karakteristik unik. Dengan konsep seperti ini, kalian dapat menciptakan program-program yang lebih fleksibel, mudah dikelola, dan dapat digunakan berulang kali untuk membangun aplikasi yang lebih kompleks. Struktur Pemrograman Berorientasi Objek Struktur dasar dalam OOP terdiri dari empat elemen utama: Class, Object, Attribute dan Method. Berikut penjelasan dari masing-masing elemen: Class Class merupakan tipe data yang didefinisikan oleh pengguna dan berfungsi sebagai blueprint atau cetak biru untuk menciptakan object. Class menentukan atribut (data) dan metode (fungsi) yang dimiliki oleh object yang akan dibuat berdasarkan class ini.Object object adalah instansiasi dari sebuah class, yang memiliki atribut dan metode sesuai dengan yang telah ditentukan oleh class tersebut.Attribute Attribute adalah variabel yang dideklarasikan di dalam class dan digunakan untuk menyimpan data atau informasi tentang objek. Attribute berperan menyimpan karakteristik atau state dari suatu objek yang dihasilkan dari class.Method Method adalah fungsi atau tindakan yang dapat dilakukan oleh objek, yang didefinisikan di dalam class. Method ini yang menentukan perilaku atau aksi yang dapat dilakukan oleh object yang dibuat berdasarkan class. Implementasi sederhana dari Class, Object, Attribute, dan Method dapat diilustrasikan dengan membuat sebuah class "Car" yang memiliki atribut seperti "model" dan "color," serta metode seperti "start" dan "stop”. Berikut contohnya: class Car { // Atribut constructor(model, color) { this.model = model; this.color = color; this.isStarted = false; } // Metode untuk memulai mesin start() { if (!this.isStarted) { this.isStarted = true; console.log(`${this.color} ${this.model} has started.`); } else { console.log(`${this.color} ${this.model} is already running.`); } } // Metode untuk mematikan mesin stop() { if (this.isStarted) { this.isStarted = false; console.log(`${this.color} ${this.model} has stopped.`); } else { console.log(`${this.color} ${this.model} is not running.`); } } } // Membuat objek menggunakan class Car const myCar = new Car("Sedan", "Blue"); const anotherCar = new Car("SUV", "Red"); // Memanggil metode pada objek myCar.start(); anotherCar.start(); myCar.stop(); Dalam contoh ini, class "Car" digunakan sebagai blueprint untuk menciptakan dua object, yaitu myCar dan anotherCar. Objek-objek ini memiliki atribut "model" dan "color," serta dapat memanggil metode "start" dan "stop" untuk mengendalikan status mesin. Konsep inilah yang membentuk dasar dari Pemrograman Berorientasi Objek. Prinsip Pemrograman Berorientasi Objek Untuk menulis kode OOP yang baik, kita perlu memahami 4 pilar OOP yang harus kita patuhi: 1. Encapsulation (Enkapsulasi) Encapsulation mengacu pada konsep menyembunyikan rincian implementasi internal suatu objek dan hanya mengekspos fungsionalitas yang diperlukan. Ini dilakukan dengan menggunakan private dan public access modifiers agar objek dapat beroperasi tanpa perlu memahami seluruh kompleksitas internalnya. 2. Abstraction (Abstraksi) Abstraksi melibatkan penyederhanaan kompleksitas dengan menentukan dan mengekspos fungsionalitas yang esensial, serta menyembunyikan detail yang tidak diperlukan. Class dan objek dalam OOP menyediakan tingkat abstraksi untuk merepresentasikan ide atau konsep secara lebih terfokus. 3. Inheritance (Pewarisan) Pewarisan memungkinkan suatu class untuk mewarisi sifat atau perilaku dari class lainnya. Hal ini memungkinkan kita untuk memanfaatkan dan memperluas fungsionalitas yang sudah ada tanpa perlu menulis ulang kode. Class yang mewarisi disebut subclass atau child class, sedangkan class yang diwarisi disebut superclass atau parent class. 4. Polymorphism (Polimorfisme) Polimorfisme memungkinkan suatu objek untuk memiliki banyak bentuk atau perilaku. Dengan menggunakan konsep ini, objek dapat diolah dengan cara yang berbeda tergantung pada konteks atau tipe data. Polimorfisme dapat mencakup overriding (penggantian) metode dan overloading (pembuatan beberapa versi) metode. Kesimpulan Konsep Pemrograman Berorientasi Objek (OOP) sangat penting, tak hanya bagi frontend developer tapi juga keseluruhan para developer. Pada artikel ini, kita telah membahas dasar-dasar OOP mulai dari definisi OOP, struktur dasar seperti class, object, atribut, dan metode, hingga prinsip-prinsip utama OOP, seperti encapsulation, abstraction, inheritance, dan polymorphism. Dengan memahami OOP, pengembang dapat membangun kode yang lebih terstruktur, mudah dimanajemen, dan dapat digunakan kembali. Kesadaran akan konsep ini memungkinkan pengembang untuk membuat solusi yang lebih efisien dan memahami cara bekerja dengan berbagai teknologi terkini dalam pengembangan frontend. Dengan demikian, pemahaman mendalam terhadap OOP dapat memberikan landasan yang kuat untuk kesuksesan dalam pengembangan aplikasi web. Pelajari lebih lanjut konsep OOP dengan mengikuti Kelas Gratis di BuildWithAngga seperti Kelas Online Vanilla JavaScript Pada Website Development atau dapatkan pemahaman praktikal dengan mengikuti kelas berbentuk project base seperti Kelas Online Vanilla JavaScript OOP & LocalStorage: Web Task Management. Keep learning and see you at class!✨