flash sale
hamburger-menu

Tips All

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Reset
Kelas Menjelajahi Teknologi Baru di Dunia Back-end di BuildWithAngga

Menjelajahi Teknologi Baru di Dunia Back-end

Dalam era digital yang berkembang pesat, paradigma pengembangan aplikasi dan situs web terus berubah untuk memenuhi tuntutan efisiensi, skalabilitas, dan responsivitas. Konsep-konsep seperti Serverless Computing, Static Site Generators, Headless CMS, dan Back-end as a Service (BaaS) menjadi pilar-pilar utama dalam evolusi teknologi pengembangan perangkat lunak. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi setiap konsep tersebut secara rinci, memahami esensi dari masing-masing dan bagaimana mereka mempengaruhi cara kita membangun dan mengelola aplikasi dan situs web di era modern. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar dan keuntungan masing-masing pendekatan ini, kita dapat mengoptimalkan proses pengembangan dan memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pengguna akhir. Serverless Computing Serverless Computing mengadopsi model aplikasi tanpa server yang memungkinkan pengembang back-end untuk menjalankan aplikasi di server berbasis cloud. Dalam model ini, pengembang tidak perlu khawatir tentang ketersediaan server, manajemen infrastruktur, atau kapasitas yang tidak terpakai. Aplikasi yang dibangun menggunakan serverless computing berjalan di atas platform cloud, di mana sumber daya komputasi dikelola secara otomatis oleh penyedia layanan cloud. Ini memungkinkan pengembang untuk fokus pada pengembangan fitur dan fungsionalitas aplikasi tanpa harus memikirkan aspek infrastruktur. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Serverless Computing: Tidak Ketergantungan pada Server: Pengembang hanya perlu mengunggah kode aplikasi, dan penyedia layanan serverless computing akan menangani penanganan permintaan dan alokasi sumber daya secara otomatis.Elastisitas: Aplikasi dapat menangani lonjakan lalu lintas tanpa perlu skala manual. Platform akan menyesuaikan sumber daya komputasi sesuai kebutuhan.Biaya Berbasis Penggunaan: Model serverless computing mengenakan biaya berdasarkan penggunaan nyata, menghindari biaya infrastruktur yang tidak terpakai.Pemantauan dan Ketersediaan: Penyedia serverless computing menangani pemantauan dan ketersediaan infrastruktur melalui dashboard.Integrasi dengan Layanan Cloud: Serverless computing dapat terhubung dengan cloud storage, database, dan layanan kecerdasan buatan. Static Site Generators Static Site Generators (SSGs) menyediakan solusi yang sederhana namun efisien dalam pengembangan situs web, dengan cara menciptakan situs web HTML statis berdasarkan data mentah dari sebuah template. Dalam konteks pengembangan web, situs web statis mengacu pada situs web yang terdiri dari berkas HTML, CSS, JavaScript, dan aset lainnya yang disajikan langsung kepada pengguna tanpa memerlukan proses server-side. Hal ini memungkinkan pengembangan tanpa ketergantungan pada database atau proses server-side, menjadikan pengalaman web lebih cepat dan responsif. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Static Site Generators: Tidak Ketergantungan pada Database: SSGs tidak memerlukan penggunaan database atau proses server-side. Situs web yang dihasilkan dapat di-host di platform statis tanpa infrastruktur back-end yang rumit.Peningkatan Kecepatan: Situs web SSGs cenderung lebih cepat karena tidak memerlukan proses server-side untuk menghasilkan konten pada setiap permintaan.Kustomisasi Tinggi: Meskipun statis, situs web SSGs dapat disesuaikan dengan desain, tata letak, dan fungsionalitas tambahan melalui JavaScript dan integrasi third-party.Beragamnya Pilihan: Ada banyak SSGs populer seperti Hugo, NuxtJS, Eleventy, dan Gatsby, masing-masing dengan fitur uniknya sendiri. Kamu bisa belajar mengenai NuxtJS di Build With Angga dengan rekomendasi kelas berikut: Kelas Online NuxtJS Javascript Framework | BuildWithAngga Kelas Online Full-Stack Golang Vue NuxtJS: Website Crowdfunding | BuildWithAngga Headless CMS Sebuah Headless Content Management System (CMS) menyediakan para pengembang dengan struktur back-end dasar untuk mengelola konten. Konsep headless CMS memisahkan repositori konten (tubuh) dari lapisan presentasi (kepala). Desain ini memberikan fleksibilitas kepada para pengembang untuk mengelola konten di satu tempat dan mengirimkannya ke berbagai lingkungan atau alat front-end. Karena back-end dan front-end dari situs web atau aplikasi terpisah, ini memudahkan untuk melindungi dan mengurangi dampak dari serangan yang ditargetkan. Sebuah headless CMS juga membuat lebih mudah bagi pengembang untuk memperbarui tumpukan teknologi mereka. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Static Site Generators: Pemisahan Konten dan Presentasi: Dalam model headless CMS, data konten (teks, gambar, video) disimpan terpusat tanpa ketergantungan pada tata letak atau presentasi. Ini memungkinkan akses dan manajemen konten tanpa terikat pada format tertentu.Fleksibilitas Penyampaian Konten: Back-end terpisah dari front-end, memungkinkan pengiriman konten ke berbagai platform (situs web, aplikasi seluler, desktop) dengan konsistensi pengalaman pengguna.Keamanan Ditingkatkan: Terpisahnya back-end dari front-end mengurangi risiko serangan terhadap kerentanan front-end.Pembaruan Teknologi Lebih Mudah: Perubahan teknologi di satu lapisan tidak mempengaruhi yang lain, memudahkan pengembangan dan pemeliharaan.Penyedia Terkemuka: Contoh penyedia headless CMS meliputi Strapi, Sanity, Netlify CMS, dan WordPress. Apakah kamu tertarik untuk membuat website dengan CMS? kamu bisa mengikuti kelas Kelas Online WordPress dan Elementor Mastery: Bikin Website Professional dan Menarik Untuk Portfolio | BuildWithAngga Back-end as a Service Back-end as a Service (BaaS) merupakan sebuah model cloud computing di mana tim teknis dapat mengalihdayakan layanan-layanan back-end dari situs web atau aplikasi mereka ke penyedia layanan eksternal. Dalam BaaS, pengembang tidak perlu membangun infrastruktur back-end mereka sendiri, melainkan menyewa layanan-layanan ini dari penyedia yang sudah ada, seperti Microsoft Azure, AWS Amplify, Firebase, atau Heroku. Layanan-layanan yang disediakan mencakup hosting, cloud storage, database management, authentication, dan banyak lagi. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Back-end as a Service (BaaS): Outsourcing Infrastruktur Back-end: Tim teknis dapat mengalihkan beban pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur back-end kepada penyedia layanan BaaS, membebaskan waktu dan sumber daya untuk fokus pada pengembangan fitur dan pengalaman pengguna.Jangkauan Layanan: BaaS menyediakan berbagai layanan back-end seperti hosting, data storage, database management, authentication, dan analyst. Pengembang dapat mengakses dan mengintegrasikan layanan-layanan ini melalui API dan SDK.Penggunaan API dan SDK: Pengembang dapat mengakses dan mengelola layanan-layanan BaaS menggunakan antarmuka pemrograman aplikasi (API) dan kit pengembangan perangkat lunak (SDK), memungkinkan integrasi yang mudah dan efisien dengan aplikasi yang ada.Fokus pada Pengembangan Front-end: Dengan mengalihdayakan tugas back-end kepada penyedia BaaS, tim pengembangan internal dapat lebih fokus pada pengembangan front-end, desain pengguna, dan fitur-fitur aplikasi.Pilihan Penyedia: Ada berbagai penyedia BaaS yang tersedia, masing-masing dengan keunggulan dan fitur-fitur khususnya. Pengembang dapat memilih penyedia yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan preferensi mereka. Apakah kamu tertarik mengenai Back-end as a Service? Kamu bisa mengikuti rekomendasi kelas berikut untuk belajar kegunaan Back-end as a Service pada Mobile Development: Kelas Online Full-Stack Flutter Android iOS Developer: Find Worker App | BuildWithAngga Kelas Online Full-Stack Android Developer | BuildWithAngga Kesimpulan Dalam era digital yang dinamis ini, terdapat beragam pendekatan dan teknologi yang mendefinisikan cara kita membangun dan mengelola aplikasi serta situs web. Melalui artikel ini, kita telah menjelajahi beberapa konsep utama, termasuk Serverless Computing, Static Site Generators, Headless CMS, dan Back-end as a Service (BaaS), serta memahami bagaimana masing-masing memainkan peran penting dalam transformasi teknologi. Penerapan Serverless Computing membebaskan pengembang dari beban manajemen infrastruktur, memungkinkan fokus pada pengembangan aplikasi tanpa ketergantungan pada server tradisional. Di sisi lain, Static Site Generators menawarkan pendekatan yang sederhana namun efisien dalam pembangunan situs web, memberikan kecepatan, kustomisasi, dan skalabilitas tanpa kompleksitas server-side processing. Headless CMS memberikan fleksibilitas dalam manajemen konten, memisahkan back-end dari front-end dan menghasilkan pengalaman pengguna yang konsisten di berbagai platform. Sementara itu, Back-end as a Service (BaaS) memungkinkan pengembang untuk menyewa layanan back-end dari penyedia eksternal, mengurangi beban infrastruktur dan mempercepat pengembangan aplikasi. Setelah melalui pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep ini, kita dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan proyek kita. Dengan memanfaatkan teknologi-teknologi ini secara optimal, kita dapat membangun aplikasi dan situs web yang responsif, skalabel, dan efisien, memenuhi tuntutan pasar yang terus berkembang.

Kelas Langkah Awal Jadi Seorang UI Designer di BuildWithAngga

Langkah Awal Jadi Seorang UI Designer

Ingat! “Your first design is going to suck and it’s okay!” ✨ Bingung gimana dan dari mana langkah awal yang harus kamu ambil untuk menjadi seorang UI Designer? Sebagai seorang yang tertarik memasuki dunia desain antarmuka (UI), langkah awal menjadi seorang UI designer memerlukan pemahaman mendalam tentang berbagai aspek desain dan penggunaan tools khusus. Sebelumnya, kamu sudah tahu belum apa itu UI a.k.a User Interface? User Interface (UI) atau antarmuka pengguna adalah proses pembuatan tampilan atau display di dalam perangkat komputer atau software yang berfokus pada desain (dilansir oleh interaction-design.org) dan ini mencakup elemen-elemen visual, seperti tombol, ikon, dan menu, serta elemen-elemen interaktif, seperti mouse, keyboard, dan layar sentuh. Tujuan dari UI adalah menyediakan pengalaman pengguna yang efektif, efisien, dan menyenangkan saat berinteraksi dengan suatu sistem atau aplikasi. Desain UI mencakup “pengorganisasian” elemen-elemen tersebut agar mudah dipahami, digunakan, dan memberikan pengguna pengalaman yang positif. Sesuai namanya “User” dan “Interface”, maka untuk menciptakan sebuah UI yang baik, kamu harus memperhatikan 2 aspek ini: User Mudah untuk dipahami Gampang digunakan Gak bikin bingung Seluruh elemen jelas. Mana yang bisa dipilih mana yang tidak.Interface Rapi Clean Keren Aesthetic Modern Colorful dan yang paling penting adalah “Tidak boring!” Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk memulai perjalananmu sebagai seorang UI designer. Yuk simak! 1. Pelajari Tools Design: Mengenal Figma, AdobeXD, dan Sketch Sebelum memulai petualangan desainmu, kenali terlebih dahulu tools yang akan kamu gunakan. Figma, AdobeXD, dan Sketch adalah platform desain yang populer, masing-masing dengan kelebihan dan keunikan fitur. Pahami fungsi dasar dan navigasi di setiap alat untuk memudahkan perjalananmu dalam menghasilkan karya desain yang memukau. Di BuildWithAngga, kamu gak usah khawatir karena kami menyediakan kelas-kelas gratis untuk pelajari tools di atas seperti: “Learn Figma for Beginner”, “Adobe XD untuk Pemula” dan “Belajar Sketch untuk Junior UI” 2. Pelajari Dasar-dasar UI Design Agar desainmu memiliki daya tarik dan fungsionalitas, pahami dasar-dasar desain antarmuka. Terapkan prinsip color theory, gunakan grid system untuk menyusun elemen, pilih tipografi dengan bijak, dan perhatikan aspek-aspek seperti ikon, aksesibilitas, hirarki, gradien, serta design system. Keahlian dalam aspek-aspek ini akan memberimu dasar yang kuat/kokoh dalam menciptakan desain yang efektif dan aesthetic. Berikut penjelasannya: Color Theory: Color theory adalah studi tentang cara warna berinteraksi satu sama lain dalam suatu desain. Ini mencakup pemahaman tentang roda warna, kontrast, harmoni, dan psikologi warna lho! Dalam desain antarmuka, pemilihan warna yang tepat dapat memengaruhi mood pengguna, membantu navigasi, dan meningkatkan daya tarik visual. Mari kita bedah satu per satu tentang cakupan color theory ini😀: Roda Warna: Alat penting yang menunjukkan hubungan antara warna. Warna-warna yang berdekatan di roda warna cenderung harmonis dan cocok satu sama lain, sementara warna yang berlawanan dapat menciptakan kontras yang kuat.Kontrast: Kontrast antara warna digunakan untuk menyoroti elemen dan menciptakan pemisahan visual. Misalnya, teks dengan warna yang kontras tinggi terhadap latar belakangnya akan lebih mudah dibaca.Harmoni Warna: Menciptakan kombinasi warna yang harmonis adalah kunci untuk menciptakan desain yang menyatu dan enak dilihat. Teknik seperti menggunakan skema warna analog dapat membantu menciptakan keselarasan visual.Psikologi Warna: Warna dapat memengaruhi perasaan dan emosi pengguna. Warna hangat seperti merah dan kuning sering dikaitkan dengan energi dan semangat, sementara warna dingin seperti biru dan hijau cenderung memberikan kesan tenang dan profesional. Kamu bisa membaca lebih lanjut tentang pemilihan warna pada UI design-mu dengan membaca artikel "Tips Pemilihan Warna Desain Antarmuka Website". Grid System: Grid system adalah kerangka dasar yang digunakan untuk menyusun elemen-elemen desain secara konsisten dan teratur. Dengan memanfaatkan grid, UI designer dapat menempatkan elemen-elemen seperti teks, gambar, dan tombol dengan proporsi yang seimbang. Grid system membantu menciptakan layout yang teratur dan memudahkan respon desain terhadap berbagai ukuran layar. Kalau kamu mau belajar lebih tentang Grid System, kami menyediakan kelas starter gratis juga nih! Klik link ini yuk! Typography: ^Contoh Typography. Source from Pinterest. Typography adalah seni dan teknik pemilihan, pengaturan, dan penyusunan teks. Pemilihan jenis huruf, ukuran, jarak antar huruf (kerning), dan jarak antar baris (leading) memiliki dampak signifikan terhadap keterbacaan dan kesan visual. Typography yang baik dapat meningkatkan pengalaman pengguna dan memberikan identitas visual pada desain. Kamu bisa baca lebih lanjut mengenai Typography di artikel ini :) ^Style Guide Typography untuk desain UI Icons: Icons atau ikon adalah gambar kecil yang digunakan untuk merepresentasikan konsep, fungsi, atau tindakan tanpa perlu kata-kata. Icons membantu menyederhanakan antarmuka dan memudahkan pemahaman pengguna terhadap informasi tertentu. Penting untuk memilih ikon yang jelas dan intuitif agar pengguna dapat dengan mudah mengidentifikasi maknanya. (Di atas merupakan file icon dari Iconsax. BuildWithAngga juga menyediakan kelas online gratis “Learn Icon Pack Design” jika kamu berminat mempelajari penggunaan Icon Design pada UI dan cara membuat Icon Pack.) Accessibility: Accessibility atau aksesibilitas adalah upaya untuk membuat desain antarmuka dapat diakses oleh semua orang. Desain yang memperhatikan aksesibilitas mencakup penggunaan kontrast yang cukup, navigasi yang jelas, dan elemen-elemen yang dapat diakses melalui teknologi pembantu. Ini melibatkan desain yang ramah bagi pengguna dengan berbagai kebutuhan, seperti peningkatan kontrast untuk memudahkan pengguna dengan masalah penglihatan, penggunaan teks alternatif untuk gambar bagi pengguna screen reader, serta perhatian terhadap navigasi yang responsof untuk memudahkan penggunaan oleh semua individu. Aksesibilitas bertujuan untuk menciptakan pengalaman yang setara bagi semua pengguna, tanpa mengabaikan kebutuhan mereka yang mungkin menghadapi tantangan aksesibilitas. Hierarchy (Hirarki): ^Visualisasi dari UI Hierarchy oleh Chris Berridge Hirarki dalam desain antarmuka tertuju pada pengaturan elemen-elemen berdasarkan tingkatannya dalam suatu layout. Pemilihan ukuran, warna, dan posisi elemen membantu pengguna untuk memahami urutan informasi dan interaksi. Hirarki membimbing mata user melalui desain, menekankan elemen yang paling penting dan membantu mengatur informasi dengan jelas. ^Contoh Visual Hierarchy pada tampilan website kelas BuildWithAngga Cara sederhana untuk menciptakan visual hierarchy adalah melibatkan penggunaan elemen-elemen seperti ukuran, warna, kontrast, dan posisi. Elemen-elemen yang lebih besar, lebih berwarna, memiliki kontrast yang tinggi, atau ditempatkan secara strategis akan menarik perhatian lebih dari pengguna. Sebaliknya, elemen-elemen yang lebih kecil, memiliki warna yang lebih netral, atau ditempatkan dengan posisi yang lebih rendah dalam hierarki akan mendapatkan perhatian yang lebih sedikit. Dengan menciptakan visual hierarchy yang efektif, desainer dapat membantu pengguna untuk mengenali informasi penting, mengarahkan mata mereka ke bagian-bagian yang relevan, dan memberi konten secara lebih terstruktur dan jelas. Masih bingung tentang hirarki ini? Yuk baca artikel “Hierarki Visual di UI/UX Design”! 😉 Gradients: Gradients adalah perubahan dalam warna dari satu ujung ke ujung lainnya. Dalam desain antarmuka, gradients dapat digunakan untuk memberikan dimensi, kedalaman, atau menarik perhatian pada suatu area. Pemilihan warna yang tepat dalam gradients dapat menciptakan efek visual yang menarik dan modern. Design System: ^Contoh Design System pada kelas Intro to Design System BuildWithAngga Next ada Design system. Design System adalah kumpulan prinsip, panduan, dan elemen desain yang digunakan secara konsisten dalam suatu proyek. Design system membantu menjaga konsistensi visual, mempercepat proses pengembangan, dan memudahkan kolaborasi antara anggota tim. Ini termasuk palet warna, jenis huruf, komponen UI, dan panduan desain lainnya yaa. Dengan menggunakan design system, perusahaan dapat membangun identitas visual yang kuat dan menyediakan pengalaman pengguna yang seragam. Di BuildWithAngga juga menyediakan kelas Intro to Design System lho! 3. Berlatih dengan Men-duplicate Desain yang Ada Praktik membuat ulang desain aplikasi atau menduplikat karya-karya untuk kepentingan belajar dari desainer terkenal seperti template UI gratis yang ada di Shaynakit.com. Tantang dirimu dengan projects ini untuk mengasah keterampilanmu. Setelah itu, unggah hasil desainmu ke platform online (LinkedIn, Behance, Dribble) dan perhatikan feedback dari desainer yang lebih berpengalaman. Proses ini akan membantumu memahami kelebihan dan kekurangan desainmu. Kenapa harus menjiplak desain? Langkah ini membuatmu menjadi familiar dengan ukuran font, tombol, jarak antar baris kalimat dan antar element lainnya 🤩 4. Perhatikan Feedback dan Latihan Lebih Lanjut! Setelah membuat desain, sangat penting nih untuk mendapatkan feedback dari desainer yang lebih berpengalaman atau komunitas desain. Unggah hasil karyamu di platform desain atau media sosial, dan berikan kesempatan bagi orang lain untuk memberikan masukan positif. Ini tidak hanya membantu kamu memperbaiki kesalahan, tetapi juga memperkaya perspektif desain kamu. ****Ohiya, kamu bisa mengunggah hasil karya UI-mu ke berbagai platform seperti LinkedIn, Behance, Dribble bahkan akun Instagram khusus desainmu :) 5. Mulailah Bikin Project Sendiri ;) Setelah merasa cukup percaya diri, mulailah project desain pribadimu. Sekarang kamu bisa coba buat aplikasi kecil atau situs web sederhana. Langkah ini memungkinkan kamu menggabungkan semua pengetahuan yang telah kamu pelajari dan menerapkannya dalam proyek nyata. Project pribadi juga dapat menjadi portofolio berharga saat kamu mencari pekerjaan atau client. Kesimpulan 💬 Menjadi seorang UI designer bukanlah perjalanan yang instan, melainkan sebuah proses pembelajaran berkelanjutan. Dengan memahami tools desain, dasar-dasar desain antarmuka, serta melibatkan diri dalam latihan dan projects pribadi, kamu dapat membangun fondasi yang solid menuju keberhasilan dalam dunia desain UI. Tetaplah terbuka terhadap feedback, terus tingkatkan skill dan jangan takut untuk mengeksplorasi kreativitas visualmu. Tertarik untuk belanar lebih dalam? Di BuildWithAngga, kamu bisa ikuti roadmap kelas belajar UI/UX gratis! Dan kelas-kelas ini sudah berurutan mulai dari mana kamu harus belajar 😍 See you di kelas ;) Bonus! 🤩 Jika kamu tertarik membaca buku tentang design, kami punya beberapa rekomendasi buku tentang designing untuk memperalam pengetahuanmu dalam dunia design! (Psstt, baca buku juga membantu banget loh untuk menambah knowledge kita dalam bidang yang sedang dikuasai!)🤗 "The Design of Everyday Things" by Don Norman Buku "The Design of Everyday Things" oleh Don Norman membahas prinsip-prinsip desain produk yang berfokus pada pengalaman pengguna sehari-hari. Norman membicarakan konsep kesederhanaan, keterpahaman, dan kesesuaian antarmuka untuk memastikan produk dapat digunakan dengan mudah dan efektif oleh pengguna. Buku ini menyoroti bagaimana desain yang baik dapat meningkatkan pengalaman pengguna sehari-hari dengan objek dan teknologi di sekitar kita.“Don’t Make Me Think” by Steve Krug Buku "Don't Make Me Think" oleh Steve Krug adalah tentang pengalaman pengguna dan desain antarmuka yang efektif di situs web. Krug membahas prinsip-prinsip desain yang memudahkan pengguna dalam berinteraksi dengan situs web, termasuk prinsip kesederhanaan, navigasi yang jelas, dan desain yang intuitif. Buku ini menyajikan pandangan praktis dan tips untuk membuat situs web yang mudah dipahami tanpa memerlukan pemikiran yang berlebihan dari pengguna."Sprint: How to Solve Big Problems and Test New Ideas in Just Five Days" by Jake Knapp Buku "Sprint: How to Solve Big Problems and Test New Ideas in Just Five Days" oleh Jake Knapp adalah panduan praktis tentang "Design Sprint." Design Sprint adalah metodologi pengembangan produk yang dikembangkan oleh Knapp ketika ia bekerja di Google Ventures. Buku ini membahas proses lima hari yang dirancang untuk mengatasi masalah besar dan menguji ide-ide baru dengan cepat. Melibatkan berbagai langkah, termasuk ideation, prototyping, dan pengujian, Design Sprint bertujuan untuk mempercepat inovasi dan pengembangan produk. Semoga membantu! 💞

Kelas Virtual DOM atau Shadow DOM? Mana yang Lebih Efisien? di BuildWithAngga

Virtual DOM atau Shadow DOM? Mana yang Lebih Efisien?

Hello, people with the spirit of learning! Pernahkah kalian mendengar istilah Virtual DOM dan shadow DOM? Meskipun terdengar mirip, keduanya memiliki tujuan dan karakteristik yang berbeda. Dalam dunia pengembangan web, penggunaan konsep seperti Virtual DOM dan Shadow DOM telah menjadi topik yang sering dibahas. Kedua konsep ini menyajikan pendekatan yang berbeda dalam mengembangkan aplikasi web yang responsif, efisien, dan mudah dikelola. Dalam artikel ini, kita akan mencoba menjelaskan perbedaan antara Virtual DOM dan Shadow DOM serta bagaimana keduanya berperan dalam meningkatkan kinerja aplikasi web. Let’s get started! Pengenalan DOM DOM atau Document Object Model adalah representasi struktur logis dari dokuman HTML atau XML yang dapat diakses dan dimanipulasi oleh bahasa pemrograman seperti Javascript. Implementasi DOM bertujuan untuk menyediakan antarmuka pemrograman standar yang dapat digunakan dengan berbagai bahasa pemrograman dalam berbagai lingkungan. Dalam DOM, setiap elemen pada halaman web direpresentasikan sebagai objek, dan struktur hubungan antara elemen-elemen tersebut ditetapkan dalam bentuk pohon hierarkis. Artinya, setiap elemen memiliki hubungan dengan elemen lainnya, seperti elemen induk dan elemen-anak. Lihat pohon hierarkis berikut. Melalui modifikasi DOM, developers dapat menambah, menghapus, atau mengubah elemen-elemen situs web serta memberikan perilaku yang berbeda pada elemen tersebut. Hal ini memungkinkan developers untuk menciptakan pengalaman pengguna yang dinamis dan responsif, seperti mengubah konten halaman berdasarkan input pengguna atau melakukan validasi formulir secara langsung. Apa itu Virtual DOM? Virtual DOM adalah konsep dalam pengembangan web di mana representasi virtual dari DOM (Document Object Model) dibuat dan disimpan di memori. Teknik ini digunakan untuk meningkatkan kinerja aplikasi web dengan mengurangi manipulasi langsung pada DOM aktual. Biasanya, konsep Virtual DOM digunakan oleh library seperti React dan Vue.js untuk meningkatkan kinerja aplikasi web. Ketika perubahan dilakukan pada status aplikasi, React membuat representasi baru dari Virtual DOM dan membandingkannya dengan yang sebelumnya untuk mengidentifikasi perbedaannya (yang dikenal sebagai "diffing"). Hanya perubahan yang diperlukan kemudian diterapkan pada DOM aktual, menghasilkan pembaruan yang efisien. Mari kita lihat lebih dalam bagaimana Virtual DOM bekerja langkah demi langkah. Pertama, perubahan dilakukan pada Virtual DOM, bukan pada DOM asli. Kemudian, Virtual DOM dibandingkan dengan Document Object Model, proses inilah yang disebut "diffing". Saat perbedaan ditemukan, browser mengetahui elemen-elemen mana dalam DOM asli yang harus diperbarui, dan pembaruan dilakukan. Dalam konsep Virtual DOM, mungkin untuk menerapkan lebih dari satu perubahan sekaligus, untuk menghindari me-render ulang setiap perubahan elemen secara terpisah. Apa itu Shadow DOM? Shadow DOM adalah konsep yang memungkinkan pembuatan struktur DOM terisolasi dan independen di dalam elemen HTML tertentu. Dalam Shadow DOM, elemen-elemen dan style CSS yang didefinisikan di dalamnya tidak mempengaruhi elemen-elemen di luar Shadow DOM tersebut, dan sebaliknya. Kita dapat melihatnya sebagai subpohon atau sebagai DOM terpisah untuk suatu elemen. Salah satu fitur utama Shadow DOM adalah kemampuannya untuk membuat elemen-elemen yang didefinisikan di dalamnya tersembunyi dari manipulasi CSS dan Javascript di luar Shadow DOM tersebut. Ini berguna dalam menciptakan komponen web yang modular dan terpisah secara konseptual, tanpa risiko konflik dengan gaya atau fungsi lain dalam halaman. Shadow DOM sering digunakan dalam pengembangan aplikasi web kompleks dan dalam pengembangan framework komponen web, di mana isolasi komponen dan peningkatan modularitas diperlukan untuk mempermudah pemeliharaan dan pengembangan aplikasi. Beberapa kerangka kerja Javascript seperti Polymer dan Angular menyediakan dukungan bawaan untuk Shadow DOM. Perbedaan antara Virtual DOM dan Shadow DOM Setelah kalian memahami dasar tentang Virtual DOM dan Shadow DOM, mari kita bandingkan keduanya berdasarkan beberapa aspek berikut: AspekVirtual DOMShadow DOMTujuanMeningkatkan kinerja dengan meminimalkan manipulasi langsung pada DOM aktual selama pembaruan.Mengisolasi gaya dan perilaku komponen web, menciptakan lingkungan terpisah untuk CSS dan Javascript.ImplementasiDiterapkan oleh kerangka kerja seperti React, Vue.js, dan Angular.Diimplementasikan secara langsung oleh browser untuk mendukung komponen web terenkapsulasi.KinerjaMengurangi jumlah manipulasi DOM, menghasilkan pembaruan lebih cepat.Tidak secara langsung memengaruhi kinerja, tetapi membantu dengan isolasi dan modularitas komponen.IsolasiTidak memberikan isolasi langsung, tetapi membantu mencegah efek samping tidak diinginkan.Memberikan isolasi style dan perilaku komponen, mencegah perubahan yang tidak diinginkan.PenggunaanDigunakan dalam pengembangan aplikasi web modern untuk meningkatkan efisiensi pembaruan tampilan.Digunakan ketika membuat komponen-komponen UI yang independen dan terisolasi untuk meningkatkan modularitas dan pemeliharaan aplikasi. Kesimpulan Jika kita membandingkan antara Virtual DOM dan Shadow DOM, keduanya memiliki peran yang penting dalam pengembangan aplikasi web. Virtual DOM berfokus pada mengoptimalkan pembaruan DOM untuk kinerja dengan meminimalkan manipulasi langsung pada DOM aktual. Di sisi lain, Shadow DOM menyediakan enkapsulasi dan isolasi untuk komponen web, meningkatkan modularitas dan kemudahan pemeliharaan. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang berbeda, keduanya saling melengkapi dalam menyediakan alat yang dibutuhkan untuk mengembangkan aplikasi web yang responsif, efisien, dan mudah dikelola. Satu-satunya kesamaan pada keduanya adalah bahwa keduanya membantu dalam masalah kinerja. Keduanya menciptakan instansi terpisah dari Document Object Model atau DOM aktual. Sebagai developers, pemahaman yang mendalam tentang kedua konsep ini dapat membantu kita membuat keputusan yang tepat dalam merancang dan mengembangkan aplikasi web yang berkualitas. Dengan memahami perbedaan dan kelebihan masing-masing, kita dapat menggunakan alat yang paling sesuai dengan kebutuhan proyek, sehingga menghasilkan aplikasi web yang optimal dan efisien. So, that wraps up the discussion on Virtual DOM and Shadow DOM in this article. Jika kalian ingin mengetahui tentang bagaimana penerapan DOM pada framework kalian bisa mempelajarinya di website BuildWithAngga dan gabung ke Kelas Online React JavaScript secara GRATIS! Keep learning and see you at class!

Kelas Pengelolaan String dan Array dalam Go: Tips dan Trik untuk Memanipulasi Data di BuildWithAngga

Pengelolaan String dan Array dalam Go: Tips dan Trik untuk Memanipulasi Data

Go, juga dikenal sebagai Golang, adalah bahasa pemrograman yang populer untuk pengembangan perangkat lunak berkinerja tinggi. Salah satu fitur utama dari Go adalah kemampuannya dalam pengelolaan string dan array dengan efisien. Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi beberapa tips dan trik untuk memanipulasi data dalam string dan array menggunakan Go. Pengelolaan String String adalah tipe data yang paling umum digunakan dalam pengembangan perangkat lunak. Go menyediakan berbagai fungsi dan metode bawaan untuk manipulasi string. Berikut adalah beberapa tips untuk efektif mengelola string dalam Go: 1. Penggabungan String: Gunakan + atau strings.Join() untuk menggabungkan string secara efisien. Penggunaan + akan membuat kode lebih mudah dibaca, sementara strings.Join() cocok untuk menggabungkan banyak string. 2. Manipulasi String: Go memiliki paket strings yang menyediakan berbagai fungsi untuk memanipulasi string, seperti strings.Split(), strings.ToLower(), dan strings.TrimSpace(). 3. Pengecekan String: Untuk memeriksa apakah sebuah string mengandung substring tertentu, gunakan strings.Contains(). Pengelolaan Array Array adalah kumpulan elemen dengan tipe data yang sama. Go menyediakan berbagai cara untuk mengelola array dengan efisien. Berikut adalah beberapa tips untuk mengelola array dalam Go: 1. Inisialisasi Array: Anda dapat menginisialisasi array menggunakan sintaks var atau langsung dengan nilai awal. 2. Iterasi Array: Gunakan perulangan for untuk melakukan iterasi melalui semua elemen array. 3. Slicing Array: Go mendukung operasi slicing untuk memperoleh bagian dari array. 4. Manipulasi Array: Anda dapat melakukan berbagai operasi pada array, seperti menggabungkan array, mengonversi array menjadi slice, atau menggabungkan slice. Kesimpulan Dengan memanfaatkan fitur-fitur ini, kamu dapat memanipulasi string dan array dengan efisien dalam bahasa pemrograman Go. Menggunakan teknik-teknik yang tepat akan membantu Anda mengembangkan kode yang lebih bersih, efisien, dan mudah dipelihara dalam pengembangan perangkat lunak. Semoga artikel ini membantu kamu memahami cara terbaik untuk mengelola data dalam Go. Semoga dengan pemahaman Go, Kamu lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan aplikasi Go yang lebih kompleks. Jangan ragu untuk terus belajar dan menjelajahi fitur-fitur menarik dalam bahasa Go! Dan untuk pengalaman belajar yang lebih mendalam, yuk bergabung di Build with Angga dan kembangkan keterampilan pemrograman Go Kamu bersama komunitas yang solid dan dukungan dari instruktur ahli. Mari bergabung dan berkembang bersama-sama! 🚀 BuildWithAngga

Kelas Menelusuri Database: Mendalami Ragam Jenis dan Karakteristiknya di BuildWithAngga

Menelusuri Database: Mendalami Ragam Jenis dan Karakteristiknya

Database merupakan fondasi yang mendukung penyimpanan, pengelolaan, dan akses data secara efisien. Namun, sebelum kita melangkah lebih jauh dalam memahami kompleksitas dan kebutuhan pengelolaan data, penting untuk memahami berbagai jenis database yang tersedia. Dari yang tradisional hingga yang inovatif, setiap jenis database memiliki karakteristik dan keunggulan unik yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik suatu aplikasi. Pengertian Database Database adalah kumpulan data yang terorganisir dan dapat diakses secara elektronik dari sistem komputer. Data tersebut disimpan dan dikelola dengan cara yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian dan pemfilteran informasi yang spesifik. Fungsi utama dari database adalah untuk menyimpan dan mengelola data dengan efisien, sehingga memudahkan pengguna dalam mengakses dan memanipulasi data tersebut. Tentunya, sebagai seorang back-end developer, kamu sering kali akan berurusan dengan beberapa jenis database yang paling umum digunakan dalam development sebuah aplikasi. Berikut adalah lima jenis database yang sering dijumpai oleh back-end developer: Relational Database (RDBMS) RDBMS seperti MySQL, PostgreSQL, dan SQL Server adalah pilihan utama untuk banyak aplikasi. RDBMS menyediakan model data yang terstruktur dengan tabel, baris, dan kolom, serta fitur-fitur seperti Primary Key dan Foreign Key untuk menjaga integritas data. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Integritas Data: Menjamin konsistensi data melalui kunci utama dan kunci asing.ACID Compliance: Mendukung transaksi yang aman dan dapat diandalkan.Struktur Data Terdefinisi: Memudahkan query dan manajemen data dengan struktur tabel yang jelas.Kekurangan:Skalabilitas Terbatas: Lebih sulit untuk diskalakan secara horizontal dibandingkan dengan NoSQL.Rigidity: Skema yang kaku dapat membatasi fleksibilitas dalam pengembangan aplikasi. Non-Relational Database (NoSQL) NoSQL databases seperti MongoDB dan Redis menjadi populer karena fleksibilitasnya dalam menangani data semi-struktural atau tidak terstruktur. NoSQL cocok untuk aplikasi dengan skema yang berubah-ubah dan memerlukan skalabilitas horizontal. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Fleksibilitas Skema: Dapat menangani berbagai jenis data tanpa skema tetap.Skalabilitas Horizontal: Mudah untuk menambahkan lebih banyak server untuk meningkatkan kapasitas.Kekurangan:Konsistensi: Mungkin tidak selalu menjamin konsistensi data seperti RDBMS.Transaksi: Dukungan transaksi mungkin lebih terbatas dibandingkan dengan RDBMS. Graph Database Dalam situasi di mana kita perlu mengelola hubungan kompleks antara entitas, seperti media sosial atau jaringan pengiriman barang, graph databases seperti Neo4j menjadi pilihan yang kuat. Graph Database memungkinkan analisis yang efisien terhadap koneksi antar data. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Analisis Hubungan: Efisien dalam mengelola dan menganalisis hubungan antar data.Fleksibilitas: Struktur data yang fleksibel untuk menyesuaikan dengan kebutuhan aplikasi.Kekurangan:Kompleksitas: Mungkin memerlukan kurva pembelajaran yang lebih tinggi.Optimasi: Memerlukan optimasi khusus untuk performa yang baik pada skala besar. Columnar Database Untuk aplikasi analisis data atau data warehousing, columnar databases seperti Apache Cassandra atau ClickHouse sering digunakan. Columnar database menyimpan data dalam kolom daripada baris, memungkinkan operasi agregasi yang cepat dan efisien. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Performa Agregasi: Efisien dalam melakukan operasi agregasi pada data besar.Optimasi Penyimpanan: Mengurangi penggunaan ruang penyimpanan dengan menyimpan data secara kolom.Kekurangan:Transaksi: Tidak dirancang untuk transaksi yang kompleks atau operasi CRUD yang sering.Keterbatasan: Lebih cocok untuk analisis daripada aplikasi transaksional. In-Memory Database (IMDB) Dalam kasus aplikasi yang memerlukan kinerja tinggi dan akses data real-time, in-memory databases seperti Redis atau mem-cached sangat berguna. In-Memory Database menyimpan seluruh data dalam memori, memungkinkan akses yang sangat cepat terhadap informasi. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Akses Cepat: Memungkinkan akses data real-time dengan performa tinggi.Sederhana: Struktur penyimpanan yang sederhana dan efisien.Kekurangan:Ketergantungan Memori: Rentan terhadap kehilangan data jika terjadi kegagalan listrik atau sistem.Biaya: Biaya lebih tinggi karena memerlukan memori yang lebih besar. Kesimpulan Penting untuk diingat bahwa memahami ragam jenis database merupakan langkah awal yang krusial dalam merancang dan mengimplementasikan solusi penyimpanan data yang efektif untuk setiap aplikasi. Dari RDBMS yang terstruktur hingga NoSQL yang fleksibel, setiap jenis database menawarkan karakteristik dan keunggulan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik suatu proyek. Sementara RDBMS menawarkan integritas data yang tinggi dan model yang terstruktur, NoSQL memberikan fleksibilitas skema dan skalabilitas horizontal. Sedangkan Graph Database, Columnar Database, dan In-Memory Database menyediakan solusi untuk kasus penggunaan yang lebih khusus, seperti analisis hubungan kompleks, operasi agregasi yang cepat, dan akses data real-time dengan performa tinggi. Dengan memilih jenis database yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan aplikasi, para pengembang dapat memastikan bahwa fondasi penyimpanan data memenuhi persyaratan fungsionalitas, kinerja, dan skalabilitas yang diinginkan. Jika kamu tertarik untuk mengenal Database, kamu bisa belajar dan bereksplorasi untuk menambah skill mendalami Database dengan mengikuti rekomendasi kelas di Build With Angga: Kelas Online ERD Essentials for Freelance Web Developers: Building Better Databases | BuildWithAngga Kelas Online SQL for Beginners: Learn SQL using MySQL and Database Design | BuildWithAngga Kelas Online Eloquent ORM Laravel | BuildWithAngga

Kelas Kenali Fitur-Fitur Terbaru Laravel 11 di BuildWithAngga

Kenali Fitur-Fitur Terbaru Laravel 11

Hai Sobat BWA!🙌 Laravel versi 11 telah dirilis pada tanggal 12 Maret 2024 loh! Dengan adanya versi terbaru dari Laravel, ada beberapa perubahan dari versi sebelumnya. Contoh sederhananya, ada sedikit perubahan pada cara pembuatan route dan perubahan welcome screen Laravel. Laravel 11 dirancang agar proses web development lebih mudah dikelola dan diakses. Nah, pasti kalian penasaran kan apa aja sih fitur-fitur terbaru Laravel 11? Simak artikel berikut sampai habis ya! 1. Adanya Perintah Artisan Baru Pada Laravel 11 tersedia beberapa artisan command terbaru yang semakin mempermudah kita sebagai developer. php artisan make:trait = Untuk membuat PHP Traitphp artisan:make interface = Untuk membuat PHP Interfacephp artisan make:class = Untuk membuat PHP Classphp artisan make:enum = Untuk membuat PHP Enum 2. Struktur Folder Lebih Sederhana Jika dibandingkan dengan Laravel 10, struktur folder pada Laravel 11 lebih sederhana, sehingga aplikasi kita lebih terstruktur karena mengurangi adanya file-file yang mungkin jarang digunakan. Contohnya saja pada folder app, Laravel 11 hanya menampilkan 3 folder utama yaitu Http, Models, dan Providers. 3. Default Route yang Berbeda Jika pada Laravel 10 tersedia 4 macam route, berbeda dengan Laravel 11 yang hanya menyediakan route untuk Web dan Console. Namun, jika kita ingin menambahkan API routing, kita bisa menambahkannya menggunakan perintah php artisan install:api dan perintah php artisan install:broadcasting untuk menambahkan routes channel.php. 4. File Config Lebih Sederhana Pada Laravel 11, beberapa config file dihapus terutama pada beberapa file yang jarang digunakan. Berikut ini adalah list config file yang ada pada Laravel 11. Namun, jika kita tetap membutuhkan file config yang lain, kita tetap bisa menggunakannya dengan menggunakan perintah php artisan config:publish . 5. Perubahan pada Middleware Jika sebelumnya file Middleware terletak pada direktori app/Http, pada Laravel 11 semua middleware tersebut disimpan pada Framework Laravel sendiri. Jika kita ingin mengelola middleware, kita bisa menggunakan class Middleware pada file bootstrap/app.php. 6. Tampilan “Welcome” yang Berubah Meskipun hal ini tidak terlalu penting, perbedaan ini cukup signifikan jika dibandingkan Laravel 10. Laravel memperbarui tampilan “welcome” nya pada pembaruan versi kali ini. 7. Perubahan pada Providers Pada Laravel 10, file Providers terletak pada direktori app dan memuat banyak file yang mungkin hanya kita gunakan sebagian. Dan jika ingin membuat Service Provider, kita perlu menambahkannya pada file config/app.php. Nah, pada Laravel 11, tidak ada lagi file Providers yang terletak pada folder app. Kita hanya perlu menggunakan file yang ada pada direktori bootstrap/providers.php jika ingin menambahkan Service Provider. 8. Penggunaan Exception Handler Pada Laravel 10, Exception Handler disimpan pada direktori Exceptions/Handler.php. Sekarang, cara menambahkan Exception Handler lebih mudah dan semua digabung pada file bootstrap/app.php. 9. Model Casts Attribute Casting adalah sebuah fitur pada Eloquent untuk melakukan konversi tipe data secara otomatis dari tipe data di database dengan tipe data di PHP. Pada Laravel 10, defaultnya akan menggunakan attribute $casts pada model, sedangkan pada Laravel 11 diubah menjadi Function casts. Hal ini membuat kita lebih fleksibel dalam menggunakan casting, contohnya seperti mengimplementasikan class atau function lain. protected $casts = [ 'email_verified_at' => 'datetime', 'password' => 'hashed', ]; Penggunaan atribut $casts pada Laravel versi 10 protected function casts(): array { return [ 'email_verified_at' => 'datetime', 'password' => 'hashed', ]; } Penggunaan function casts pada Laravel 11 10. Default Database Saat menggunakan Laravel 11, secara default Laravel akan menggunakan database Sqlite. Namun, jika kita ingin menggunakan MySQL sebagai database, kita tetap bisa menggunakannya dengan mengganti DB_CONNECTION pada file .env . 11. Slim Migration Pada project yang dibuat dengan Laravel 11, hanya ada 3 migration yang dibawa secara default yaitu: Sedangkan pada versi sebelumnya, ada file migrasi untuk reset_tokens dan personal_access_tokens . 12. Console Kernel Dihapus Pada Laravel 11, file app/Console/Kernel.php sekarang sudah tidak ada lagi. Sekarang, file console tersedia secara default pada direktori routes dan semua yang semula dilakukan pada file Kernel.php sekarang dipindahkan pada file Console.php. Perbedaan Laravel 10 dan Laravel 11 Laravel 10Laravel 11Menggunakan MySQL sebagai default databaseDefault database menggunakan SqliteTerdapat banyak file Providers yang mungkin jarang digunakanPenggunaan Providers diatur dalam file bootstrap/providers.phpFile Middleware terletak dalam direktori app/HttpPengelolaan Midlleware menggunakan classdalam file bootstrap/app.phpTerdapat 4 file dalam direktori routes (api.php, web.php, channels.php, console.php)Hanya ada 2 file dalam direktori routes dan jika ingin menggunakan API routing harus install terlebih dahuluTerdapat banyak direktori pada folder appStruktur folder app lebih sederhana Kesimpulan Itulah beberapa perubahan dari Laravel 10 ke Laravel 11 yang tidak terlalu signifikan. Banyaknya struktur folder yang diubah, yaitu tidak ada lagi file Kernel.php, route api yang harus di-install secara manual, dan adanya perubahan pada folder Middleware. Beberapa perubahan tersebut pastinya dilakukan agar proses development lebih cepat dan efisien. Dengan banyaknya alat dan fitur baru yang disertakan, Laravel akan tetap menjadi pilihan utama bagi developer untuk membangun sebuah aplikasi website yang kuat. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel 11, kalian dapat mempelejarinya melalui Laravel Documentation Versi 11. Di sana, sudah tersedia banyak documentation yang nantinya akan kalian gunakan sebagai referensi dalam pengembangan aplikasi web. Semoga artikel ini dapat bermanfaat ya! Dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌

Kelas Mengenal HTMX: Tools Baru untuk Tingkatkan Fungsionalitas Situs Web! di BuildWithAngga

Mengenal HTMX: Tools Baru untuk Tingkatkan Fungsionalitas Situs Web!

Hello, people with the spirit of learning!😎 Pernahkah kalian mendengar sebutan mengenai HTMX? Sebutan ini muncul dalam lingkungan pengembangan web yang terus berkembang, di mana batasan antara pemrograman dari sisi server dan sisi klien semakin kabur. HTMX adalah salah satu alat yang muncul sebagai respons terhadap kompleksitas penggunaan framework. “HTMX memberikan solusi yang sederhana namun efektif bagi para pengembang yang mencari cara untuk membangun aplikasi web yang interaktif tanpa perlu menguasai banyak bahasa pemrograman atau menggunakan framework yang kompleks.” Menarik bukan? Yuk cari tahu lebih dalam mengenai HTMX di artikel ini! Without further do, let’s get started! Apa itu HTMX?🤔 HTMX adalah sebuah library Javascript yang memungkinkan web developers untuk mengembangkan aplikasi web dengan menggunakan teknologi yang sudah ada (seperti HTML, CSS, dan Javascript) tanpa perlu menulis banyak kode Javascript tambahan. Dengan HTMX, developers dapat meningkatkan interaktivitas halaman web dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami. HTMX memungkinkan untuk melakukan pengambilan data dari server dan pembaruan halaman web secara dinamis menggunakan teknik-teknik seperti AJAX dan server-sent events (SSE). Hal ini memungkinkan kalian untuk memperbarui bagian-bagian tertentu dari halaman web tanpa harus memuat ulang seluruh halaman, memberikan pengalaman pengguna yang lebih responsif dan cepat. Apa Saja yang Bisa Dilakukan dengan HTMX? Dengan HTMX, kalian dapat melakukan berbagai hal yang meningkatkan interaktivitas dan responsivitas halaman web tanpa harus menulis banyak kode Javascript. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dengan HTMX: Pembaruan Halaman Tanpa Memuat Ulang: Kalian dapat memperbarui bagian-bagian tertentu dari halaman web secara dinamis tanpa perlu memuat ulang seluruh halaman.Pengambilan Data dari Server: HTMX memungkinkan kalian untuk mengambil data dari server dan menampilkan hasilnya secara langsung di halaman web tanpa harus me-refresh halaman, menggunakan fitur seperti AJAX, WebSockets, dan Server-Sent Events.Pengiriman Data ke Server: HTMX memudahkan pengiriman data ke server dengan mudah dan aman melalui berbagai metode, seperti metode HTTP POST atau GET, dengan menggunakan elemen HTML biasa.Interaksi Formulir yang Dinamis: Kalian dapat mengaktifkan interaksi dinamis pada formulir, seperti mengirimkan data ke server secara asinkron, melakukan validasi input, dan menampilkan pesan kesalahan atau berhasil tanpa perlu reload halaman.Animasi dan Transisi CSS: Kalian dapat menggunakan CSS Transitions untuk menambahkan animasi dan transisi pada elemen-elemen yang diperbarui secara dinamis, memberikan tampilan yang lebih menarik dan interaktif pada halaman web. Sintaks dan Fitur HTMX Fitur pokok dari HTMX adalah kemampuannya untuk mengirim permintaan AJAX langsung dari kode HTML, tanpa memerlukan penulisan kode Javascript tambahan. Hal ini dapat terjadi karena adanya atribut-atribut berikut: hx-get: Untuk melakukan permintaan GET ke URL yang diberikan.hx-post: Untuk melakukan permintaan POST ke URL yang diberikan.hx-put: Untuk melakukan permintaan PUT ke URL yang diberikan.hx-patch: Untuk melakukan permintaan PATCH ke URL yang diberikan.hx-delete: Untuk melakukan permintaan DELETE ke URL yang diberikan. Ketika terjadi suatu peristiwa tertentu pada halaman web, seperti pengguna melakukan klik pada suatu elemen HTML yang memiliki atribut HTMX, maka elemen HTML tersebut akan mengirimkan permintaan AJAX ke URL yang ditentukan. Lihat contoh berikut: <button hx-post="/api/v1/products/buy">Buy</button> Sintaks di atas memberitahu browser bahwa ketika pengguna mengklik  <button>, kirim permintaan POST ke URL '/api/v1/products/buy' dan muat respons ke dalam HTML dalam <button>. Keuntungan Menggunakan HTMX Mudah dipelajari Berbeda dengan frontend framework lengkap seperti React atau Angular yang membutuhkan kurva belajar tinggi, HTMX mengambil pendekatan yang lebih mudah. Dengan memperluas HTML, HTMX menciptakan lingkungan yang lebih familiar bagi para programmer, memungkinkan mereka untuk memulai dengan lebih mudah.Meningkatkan performance Sifat ringan HTMX menghasilkan loads halaman yang lebih cepat. Pengguna mendapatkan manfaat dari interaksi yang lebih cepat dan latensi yang lebih rendah karena mereka tidak perlu memuat library atau framework Javascript yang besar.Mengurangi kompleksitas client-side HTMX mengurangi kompleksitas di sisi klien dengan memindahkan sebagian besar perilaku dinamis ke logika server. Ini menghasilkan kode yang lebih bersih dan lebih mudah dipelihara.Meningkatkan user experience HTMX menyediakan user experience yang lebih baik dengan memungkinkan konten diperbarui secara dinamis tanpa memerlukan reload halaman penuh. Transisi berjalan lancar, dan pengguna tidak terganggu oleh refresh halaman yang tiba-tiba.Menghemat biaya pengembangan Proyek-proyek HTMX seringkali dapat diselesaikan lebih cepat karena sederhana dan kurangnya ketergantungan pada frontend development, menghasilkan manfaat biaya dalam hal waktu pengembangan dan sumber daya.Mudah diintegrasi HTMX mudah diintegrasikan dengan berbagai Javascript framework dan server-side framework, seperti Flask, Django, dan Rails. Hal ini memungkinkan HTMX digunakan dalam berbagai ekosistem web development. Kelemahan Menggunakan HTMX Kurang komunitas yang besar dan sumber daya belajar Meskipun HTMX sudah memiliki dokumentasi resmi yang baik, namun dukungan dan sumber daya belajar yang tersedia terbilang kurang memadai karena HTMX termasuk library yang relatif baru dan belum memiliki komunitas developers yang aktif.Perlu memahami pengetahuan dasar Javascript Walaupun HTMX memberi kemampuan untuk menyelesaikan banyak tugas secara langsung melalui HTML, pemahaman yang kuat tentang Javascript tetap diperlukan untuk memaksimalkan pemanfaatan fitur-fitur HTMX. Hal ini dapat menjadi suatu hambatan bagi developers yang belum terlalu berpengalaman dalam bahasa pemrograman Javascript.Keterbatasan pengguunaan state HTMX lebih sesuai digunakan untuk aplikasi yang sederhana dan memiliki sedikit state yang perlu dikelola. Sementera itu, untuk aplikasi yang lebih kompleks dengan banyak state, mungkin lebih baik menggunakan library React atau Vue karena mereka dilengkapi dengan sistem penanganan state yang lebih kuat.Risiko keamanan HTMX memungkinkan interaksi langsung antara klien dan server, hal ini dapat meningkatkan risiko keamanan, terutama jika tidak di-implementasikan dengan benar. Pengguna harus memperhatikan potensi masalah keamanan seperti XSS (Cross-Site Scripting) atau CSRF (Cross-Site Request Forgery) dan mengambil tindakan pencegahan untuk menjaga keamanan aplikasi mereka.Ketergantungan pada server HTMX mengandalkan server untuk berbagai operasi, termasuk pengambilan dan pembaruan konten. Situasi ini dapat mengakibatkan peningkatan beban pada server dan penundaan waktu tanggapan, terutama jika server tidak dioptimalkan secara efisien. Kesimpulan HTMX, sebuah alat baru yang menarik untuk meningkatkan fungsionalitas situs web, menawarkan pendekatan yang sederhana namun efektif dalam pengembangan aplikasi web. Dengan memanfaatkan teknologi yang sudah ada, seperti HTML, CSS, dan Javascript, HTMX memungkinkan pengembang untuk menciptakan aplikasi web yang interaktif tanpa harus terlalu bergantung pada bahasa pemrograman atau framework yang kompleks. Meskipun HTMX memiliki berbagai keuntungan, seperti kemudahan dalam penggunaan dan integrasi, kinerja yang cepat, biaya pengembangan yang hemat dan pengalaman pengguna yang lebih baik. Namun, ada juga beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Mulai dari kurangnya komunitas dan sumber daya belajar yang memadai, perlunya pemahaman dasar Javascript hingga risiko keamanan yang perlu diwaspadai, kalian perlu mempertimbangkan baik-baik sebelum mengadopsi HTMX dalam proyek web kalian. Nah! Bagi kalian yang ingin menerapkan HTMX pada proyek web kalian, cobalah pelajari terlebih dahulu pengetahuan tentang HTML dan Javascript. BuildWithAngga menyediakan kelas GRATIS HTML5 Dasar dan Vanilla JavaScript Pada Website Development yang bisa kalian ikuti untuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang HTML dan Javascript. Silahkan mencoba!😊

Kelas Memahami Konsep Dynamic Routes di Next.js di BuildWithAngga

Memahami Konsep Dynamic Routes di Next.js

Hallo teman-teman developer web! Pada artikel ini, kita akan membahas apa itu dynamic routes di Next.js. Mulai dari konsep dasarnya, sampai bagaimana cara mengimplementasikannya dalam project kamu. Yuk langsung saja kita bahas🚀 Pengenalan Dynamic Routes Mungkin kamu sering mendengar istilah dynamic routes saat membangun situs web. Tapi apa sih sebenernya dynamic routes itu? Tenang aja, kita akan bahas sekarang. Jadi begini, saat kamu membuat sebuah situs web, terkadang kamu perlu membuat rute atau jalur untuk berbagai halaman. Misalnya, rute untuk beranda, tentang kami, atau artikel di blogmu. Nah, dynamic routes itu adalah cara untuk membuat rute yang bisa menyesuaikan diri dengan data yang berubah-ubah. Bayangkan kamu punya situs blog. Setiap artikel di blogmu punya tautan unik, kan? Nah, dynamic routes ini membantu kamu membuat tautan yang berubah sesuai dengan judul artikel atau halaman yang kamu buat. Contohnya, mungkin kamu punya artikel dengan judul "Tips Jitu Meningkatkan Produktivitas". Kamu bisa membuat rute khusus untuk artikel ini menggunakan dynamic routes. Jadi, ketika seseorang mengunjungi tautan blogmu dengan judul "tips-jitu-meningkatkan-produktivitas", halaman itu akan muncul secara otomatis. Ini artinya, kamu nggak perlu buat rute baru setiap kali kamu nulis artikel baru. Jadi, intinya dynamic routes ini sangat membantu saat kamu punya banyak halaman atau data yang berubah terus. Mereka membuat situs web-mu lebih fleksibel dan mudah diatur. Jadi, sekarang kamu udah tahu kan apa itu dynamic routes? Yuk, kita coba implementasikan! Implementasi Dynamic Routes Kita bahas soal penamaan. Jadi, ketika kamu bikin dynamic routes, kamu harus pake kurung siku [ ] pada folder. Misalnya, [slug] atau [id]. Ini berguna biar Next.js tahu kalau bagian itu dinamis dan bisa berubah tergantung data yang diakses. Lalu, gimana cara implementasinya? Gampang kok! Misalnya, kita punya blog dan mau bikin halaman untuk tiap artikel dengan dynamic routes. Ikuti langkah-langkah berikut: Pertama: Membuat Folder dan File Kamu bisa membuat halaman blog dengan bikin folder dan file seperti ini “blog/[slug]/page.js”. Nah, [slug] di sini bisa diganti dengan judul unik dari artikelmu. Kedua: Konfigurasi page.js Selanjutnya adalah kita harus mengambil sebuah slug dari params dan menampilkannya di browser. Kamu bisa copy kode di bawah ini: export default function Page({ params }) { return <div>My Post: {params.slug}</div> } Pada kode di atas, artinya kita menerima sebuah props bernama params. Nah, params tersebut memiliki sebuah slug karena kita telah mendefiniskannya dengan membuat folder [slug] . Ketiga: Jalankan Project Selanjutnya adalah kita bisa menjalankan project nya terlebih dahulu, apakah berhasil atau tidak. Kamu bisa menjalankannya terlebih dahulu dengan perintah berikut: npm run dev Jika sudah berhasil dijalankan, kamu bisa mengakses halaman blog kamu di http://localhost:3000/blog/example. Pada contoh kali ini kita akan mengakses blog dengan judul “Kenapa Harus Belajar di BuildWithangga", maka kamu hanya perlu mengaksesnya di browser dengan alamat http://localhost:3000/blog/kenapa-harus-belajar-di-buildwithangga. Nah, Next.js bakal otomatis mengerti kalau setiap judul artikel baru itu adalah halaman baru. Contoh gambarnya seperti ini: Jadi, kamu bisa bikin banyak halaman tanpa repot-repot nambahin rute baru satu per satu. Lumayan kan? Dynamic routes ini memudahkan kamu dalam mengelola situs web-mu, terutama kalau kamu punya banyak data yang berubah-ubah. Pentingnya Dynamic Routes Kamu pasti pernah mikir, "Kenapa sih penting banget dynamic routes itu?" Nah, tenang aja, kita bakal bahas tentang pentingnya dynamic routes Pertama-tama, bayangkan kamu punya situs web yang isinya banyak banget, misalnya situs berita atau blog. Nah, di situs kayak gitu, pasti banyak banget halaman yang harus dibuat. Kalau kita harus bikin satu-satu rute buat setiap halaman, wah, bisa repot banget! Nah, inilah kehebatan dynamic routes. Dengan dynamic routes, kamu bisa membuat rute yang bisa menyesuaikan diri dengan data yang berubah-ubah. Misalnya, kamu punya blog dengan banyak artikel. Setiap artikel punya tautan unik, kan? Nah, dynamic routes ini bantu kamu buat tautan-tautan itu tanpa harus buat rute baru satu per satu. Selain itu, dynamic routes juga bikin situs web-mu lebih fleksibel. Maksudnya, kamu bisa dengan mudah menyesuaikan rute berdasarkan permintaan pengguna. Jadi, misalnya ada pengunjung yang cari artikel tertentu, kamu bisa tunjukin halaman artikel itu tanpa masalah. Selain itu lagi, dynamic routes juga membantu kamu dalam membuat aplikasi yang lebih skalabel. Artinya, kalau situs web-mu tumbuh besar, dynamic routes ini bisa ngebantu kamu mengelola semua halaman dengan lebih efisien. Kesimpulan Sekarang kamu udah tau nih tentang dynamic routes di Next.js! Singkatnya, dynamic routes ini adalah cara membuat rute yang bisa berubah-ubah sesuai dengan data yang kamu punya. Buat situs web yang banyak halamannya, dynamic routes ini bakal berguna sekali. Dengan dynamic routes, kamu bisa bikin tautan-tautan unik untuk setiap data, seperti artikel di blogmu. Tidak perlu repot bikin rute baru satu per satu. Selain itu, dynamic routes ini juga bikin situs web kamu lebih fleksibel, karena bisa menyesuaikan diri dengan permintaan pengguna. Bagi kamu yang ingin mengeksplorasi lebih lanjut, kamu bisa mengikuti kelas di BuildWithAngga. Ada Kelas Online Gratis NextJS Basic dan proyek berbasis web development lainnya seperti Kelas Online Bootcamp Full-Stack Web Developer: Sewa Mobil. Jadi, mari kita tingkatkan kemampuan bersama BuildWithAngga! 🚀 Sampai jumpa!

Kelas Mengenal Responsive dan Adaptive Apps di Flutter di BuildWithAngga

Mengenal Responsive dan Adaptive Apps di Flutter

Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu Responsive dan Adaptive Apps di Flutter. Kamu juga bisa belajar lebih dalam lagi tentang Flutter di kelas Flutter bersama BuildWithAngga. Pada pembahasan artikel ini, kita akan membahas Responsive dan Adaptive Apps di Flutter. Daripada penasaran, yuk kita bedah! Apa itu Responsive dan Adaptive Apps? Responsive Responsive adalah kemampuan aplikasi Flutter dalam merespon adanya perubahan ukuran UI pada tampilan layar. Perubahan ukuran UI mengikuti pada device yang digunakan saat merespon ukuran UI pada tampilan layar, contohnya seperti Portrait, Landscape, dan ukuran layar yang lebih besar. Kebanyakan developer menggunakan widget ini pada MediaQuery, LayoutBuilder, Flexible Widget, Expanded, dan lainnya. Contoh Responsive pada penggunaan widget MediaQuery: Widget build(BuildContext context) { final screenWidth = MediaQuery.of(context).size.width; if (screenWidth > 600) { // Berfungsi untuk menampilkan tata letak yang berbeda untuk layar yang lebih besar return DesktopLayout(); } else { return MobileLayout(); } } Tambahan untuk teman-teman: Penggunaan MediaQuery ini digunakan untuk membuat desain yang berdasarkan dengan ukuran. sehingga dengan adanya MediaQuery dapat membuat bagian pada UI dapat diatur sesuai dengan ruang yang tersedia. Contoh Responsive pada penggunaan widget Layout Builder: Widget build(BuildContext context) { return LayoutBuilder( builder: (context, constraints) { if (constraints.maxWidth > 600) { return WideLayout(); } else { return NarrowLayout(); } }, ); } Tambahan untuk teman-teman: Penggunaan LayoutBuilder dapat membuat tata letak menjadi lebih baik dan responsif dan disesuaikan dengan ukuran layar yang digunakan. 2. Adaptive Adaptive adalah kemampuan aplikasi Flutter dalam menyesuaikan tata letak dan desain yang disesuaikan dengan platform atau perangkat yang digunakan oleh pengguna aplikasi. Pengguna IOS akan mendapatkan tampilan aplikasi yang sesuai dengan perangkat IOS, sedangkan pengguna Android akan mendapatkan tampilan aplikasi yang sesuai dengan perangkat Android. Flutter juga menyediakan widget platform yang dapat digunakan oleh developer dalam mengembangkan aplikasi. Cupertino untuk IOS dan Material untuk Android. Contoh Adaptive pada penggunaan widget platform: import 'dart:io'; import 'package:flutter/cupertino.dart'; import 'package:flutter/material.dart'; Widget build(BuildContext context) { return Platform.isIOS ? CupertinoButton(child: const Text('iOS Button'), onPressed: () {}) : ElevatedButton(child: const Text('Android Button'), onPressed: () {}); } Kesimpulan Dengan kita menggunakan responsive dan adaptive pada aplikasi Flutter, kita dapat membuat aplikasi Flutter menjadi lebih baik dan dapat digunakan di semua perangkat, tanpa perlu memikirkan ukuran layar yang berbeda dan tampilan UI menjadi tidak sesuai. Aplikasi yang kita buat juga dapat berjalan dengan baik di semua platform tanpa terkecuali. sehingga dengan adanya kombinasi antara responsive dan adaptive akan sangat membantu kita dalam mengembangkan aplikasi Flutter yang optimal. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🤩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas Menata Route dengan Lebih Rapi Menggunakan Route Groups di Next.js di BuildWithAngga

Menata Route dengan Lebih Rapi Menggunakan Route Groups di Next.js

Hallo teman-teman developer web! Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang penggunaan Route Groups di Next.js untuk membuat pengaturan rute menjadi lebih terstruktur dan rapi. Route Groups memungkinkan kamu untuk mengelompokkan rute-rute tertentu ke dalam grup-grup tanpa harus memengaruhi struktur URL. Artinya, kamu bisa mengatur rute-rute tersebut dalam kelompok-kelompok sesuai dengan bagian atau fungsi tertentu dalam situs web kamu, tanpa harus khawatir tentang bagaimana tampilan URL-nya nantinya. Mari kita mulai ke pembahasan-nya🚀 Pengenalan Route Groups Kamu pernah merasa bingung dengan banyaknya rute dalam proyek aplikasi web-mu? Nah, di Next.js, ada fitur keren yang bisa membantumu mengatasi masalah itu, namanya Route Groups! Jadi, apa itu Route Groups? Route Groups adalah sebuah fitur untuk mengatur rute-rute dalam proyek Next.js kamu. Bayangkan kamu memiliki banyak rute untuk halaman-halaman berbeda di situs web-mu. Route Groups memungkinkan kamu untuk mengelompokkan rute-rute tersebut menjadi kelompok-kelompok yang lebih teratur dan terstruktur. Nah, kenapa kamu butuh Route Groups? Bayangkan kamu punya beberapa bagian dalam situs web-mu, misalnya bagian untuk halaman utama, bagian untuk blog, dan mungkin juga bagian untuk halaman kontak. Dengan Route Groups, kamu bisa memisahkan rute-rute untuk setiap bagian itu dengan lebih mudah. Jadi, kamu bisa lebih fokus dalam mengelola masing-masing bagian. Oh ya, satu lagi yang penting, penggunaan Route Groups juga membantu menghindari kekacauan dalam struktur URL. Jadi, ketika kamu mengelompokkan rute-rute, URL situs web-mu tetap teratur dan mudah dimengerti oleh pengguna. Dan yang menariknya, memakai Route Groups tidak akan mempengaruhi bagaimana URL terlihat. Contoh Penggunaan Route Groups Mari kita lihat lebih dalam bagaimana Route Groups membantu kita mengatur rute tanpa mengubah URL. Misalkan kamu memiliki dua bagian situs web, satu untuk marketing dan satu lagi untuk toko online. Sekarang, kedua bagian ini mungkin memiliki struktur URL yang sama. Contohnya, kamu bisa memiliki grup yang dinamakan (marketing) dan (shop). Misalnya, kamu bisa memiliki folder bernama (marketing) dan (shop). Di dalam masing-masing folder ini, kamu bisa menambahkan file layout.js yang berbeda. Ini berarti, meskipun kedua bagian situs web-mu menggunakan struktur URL yang sama, kamu bisa memiliki layout yang berbeda untuk masing-masing bagian tersebut. Jadi, dengan menggunakan Route Groups, kamu bisa merapikan struktur rute aplikasi web-mu tanpa harus khawatir mengganggu jalur URL yang sudah ada. Semua rute yang berhubungan dengan marketing bisa kamu kumpulkan dalam folder (marketing), dan semua hal tentang toko online bisa kamu susun dalam folder (shop). Praktis bukan? Kesimpulan Salah satu keuntungan utama dari penggunaan Route Groups adalah kemampuannya untuk membuat proyek kamu lebih terorganisir. Dengan mengelompokkan rute-rute ke dalam kategori-kategori yang sesuai, kamu dapat dengan cepat menavigasi dan memahami struktur keseluruhan aplikasi kamu tanpa harus melihat satu per satu rute yang ada. Di penghujung artikel ini, kamu sekarang telah mempelajari bagaimana Route Groups dapat membantu kamu mengatur rute aplikasi web dengan lebih terstruktur di Next.js. Dengan menggunakan Route Groups, kamu dapat dengan mudah mengelompokkan rute-rute yang terkait dalam satu tempat tanpa harus khawatir tentang bagaimana hal itu akan memengaruhi struktur URL kamu. Buat kamu yang ingin mempelajari fitur-fitur selanjutnya, kamu bisa ikut kelas di BuildWithAngga. Salah satunya yaitu, Kelas Online Gratis NextJS Basic ataupun yang berupa project base yaitu, Kelas Online Bootcamp Full-Stack JavaScript Developer MERN: Website Event. Sampai jumpa di artikel selanjutnya, ya! Teruslah belajar dan kembangkan skill kamu dalam mengembangkan aplikasi web yang keren. Semangat! 🚀