Akses kelas selamanya

Ambil Promo
flash sale
hamburger-menu

Tips All

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Reset
Kelas 15 Shortcut VsCode yang Sering Dipakai Programmer (Windows + MacOS) di BuildWithAngga

15 Shortcut VsCode yang Sering Dipakai Programmer (Windows + MacOS)

Daftar Isi PendahuluanBenefit Setelah BacaDownload Proyek (Free)Menampilkan di BrowserMenampilkan ke VSCodeOpen BrowserNavigasi & Pengelolaan FileQuick Open (Buka File Cepat)Buka ExplorerSembunyikan/Tampilkan SidebarEditing & Manipulasi KodeToggle Comment (Komentar/Unkomentar)Pindah Baris ke Atas/BawahDuplikat BarisHapus Baris CepatAutocomplete / Saran KodePencarianCari dalam File AktifCari & Ganti dalam FileCari di Semua File (Global Search)Multi-kursor & Editing CepatMulti-kursor Manual (Klik Beberapa Tempat Sekaligus)Pilih Kemunculan Selanjutnya dari Kata yang SamaPilih Semua Kemunculan Kata yang SamaTerminal & EksekusiToggle TerminalPenutup Pendahuluan Kalau kamu sering ngoding di VSCode, tapi cuma pakai mouse buat buka file, cari baris kode, atau pindah-pindah baris itu ibarat naik motor tapi lupa ada gigi 2, 3, dan 4. Bisa jalan sih, tapi lambat dan capek sendiri. Sebenernya, VSCode tuh punya segudang shortcut kece yang bisa bikin kamu ngoding kayak ninja. Cepet, efisien, dan tanpa banyak klik sana-sini. Ibaratnya, kamu dan keyboard jadi partner sejati yang saling ngerti tanpa banyak basa-basi. Di artikel ini, kita bakal ngebahas 15 shortcut paling sering dipakai programmer yang bisa langsung kamu pake di Windows, Linux, maupun macOS. Cocok banget buat kamu yang pengen ngoding lebih cepat, lebih rapi, dan lebih “pro-looking”. Benefit Setelah Baca ✅ Ngoding jadi lebih cepat ✅ Fokus tetap terjaga ✅ Ngerasa makin paham VSCode ✅ Terlihat lebih pro Download Proyek (Free) Shaynakit - Ngekos Template HTML Di tutorial kali ini, kita bakal main bareng proyek kece dari Shaynakit. Kabar baiknya: ini gratisan coy, dan yang lebih keren lagi, kodenya udah disediain. Jadi lo nggak perlu start dari nol, tinggal pakai atau oprek-oprek dikit biar sesuai sama kebutuhan lo. Proses ngoding jadi lebih ringan, cepet, dan pastinya nggak bikin pusing pala barbie. Nah, Shaynakit ini tuh ibarat warung makan buat front-end dev banyak pilihan desain yang udah sepaket sama kodenya. Ada yang gratis, ada juga yang premium. Tapi tenang, yang gratis pun udah lumayan royal kok. Biasanya yang dibatesin cuma jumlah halamannya aja. Kalau yang premium? Wah, itu mah all you can code! Semua bagian udah tinggal pakai, plug & play banget. Oke, sekarang bagian pentingnya cara dapetin template gratisnya. Gampang, nggak perlu ritual khusus. Cukup ikutin langkah-langkah ini: Buka situs utamanya di sini: https://shaynakit.com/landing.Klik menu Register atau langsung aja meluncur ke https://shaynakit.com/register buat daftar akun dulu.Setelah berhasil daftar dan login, buka halaman template yang mau dipakai di sini: https://shaynakit.com/details/ngekos-find-house-details-bokking-success-html-tailwind-css-template.Klik tombol Download, lalu pilih opsi Free Trial.Lanjut klik Start Today buat mulai akses gratisnya.Setelah itu, balik lagi ke halaman template tadi dan klik tombol Download sekali lagi.File-nya bakal langsung keunduh dalam format .zip.Simpan file .zip itu ke folder lokal kamu, misalnya ke: ./source-code/ngekos.zip. Udah, beres. Sekarang kamu punya satu paket desain + kode yang siap kamu eksplor. Tinggal buka, utak-atik, terus bawa ke proyek kamu. Menampilkan di Browser Sekarang kita masuk ke tahap pamer, alias nunjukin hasilnya. Soalnya, masa iya udah ngoprek tapi nggak dicek tampilannya? Kita harus lihat dong, bener nggak sih desainnya udah nongol sesuai ekspektasi atau masih perlu sentuhan manis. Nah, cara buat nampilin proyeknya biar langsung bisa dicek, gini nih langkah-langkahnya: Menampilkan ke VSCode Menampilkan Cari filenya yang udah kalian download kayak gambar ini: File Explorer - Zip File Extract All filenya biar jadi folder biasa, kalau udah, selanjutnya.Masuk ke dalam foldernya dulu klik 2x di “ngekos”: File Explorer - Folder Proyek Terus klik kanan, cari icon VSCodenya, kalau udah nemu tinggal klik aja, nanti bakal kebuka kok kayak gini : File Explorer - Want To Open in VSCode Install Proyek Sebelum kita ngapa-ngapain lebih jauh, kamu harus ngejalanin perintah npm install. Anggap aja ini kayak lagi nyiapin perlengkapan perang. 😄 Jadi gini, pas kamu ambil proyek dari orang lain apalagi dari template, biasanya sih kodenya udah lengkap. Tapi, alat-alat pendukungnya kayak library, plugin, atau tools lainnya belum otomatis ikut ke-download. Nah, npm install itu tugasnya buat manggil semua "anak buah" yang dibutuhin proyek ini, sesuai daftar yang ada di package.json. Ibaratnya kamu lagi masak, resepnya udah ada, tapi bahan-bahannya masih harus dibeli. Nah, npm install itu kayak pergi ke supermarket dan belanja semua bahan yang tertulis di resep. Setelah itu? Baru deh bisa masak tanpa drama. Atau dalam hal ini: ngoding tanpa error. Jalanin kayak gini : npm install VSCode - Proyek Access Open Browser Nah, kalau semua udah ke-install, sekarang saatnya nikmatin hasil kerja keras kita. Iya, kodenya udah bisa langsung dilihat di browser. Tapi... biar lebih santai dan nggak ribet bolak-balik buka file manual, mendingan kita pake bantuan dari temen setia: Live Preview extension kece di VSCode. Tinggal klik, dan boom! Proyek kamu langsung muncul di panel kanan, kayak lagi buka jendela buat ngintip hasil desain. Nggak perlu buka tab browser sendiri, nggak perlu ketik-ketik alamat lokal. Praktis, cepet, dan pastinya bikin workflow makin lancar. Download Extensionsnya VSCode - Live Preview Extension Jadi ceritanya gini... Live Preview itu semacam extension kece di VSCode yang bikin kita bisa langsung liat hasil HTML tanpa harus buka browser manual. Gampangnya, ini tuh kayak kamu lagi masak mi instan biasanya harus pindah ke meja makan buat nyicipin, kan? Nah, Live Preview tuh kayak kamu nyicip langsung di dapur. Praktis, hemat tenaga, dan nggak bolak-balik. Setiap kali kamu ngedit kodenya, hasilnya langsung muncul di panel dalam VSCode. Nggak perlu repot buka Chrome, buka tab baru, atau pencet refresh setiap detik. Pokoknya real-time banget, cocok buat kamu yang suka kerja cepat tapi tetap rapi. Cara installnya gini: Buka dulu VSCode kamu, pastikan project-nya udah kebuka juga biar langsung bisa lanjut. Lalu, klik ikon Extensions di sisi kiri, itu loh yang bentuknya kayak potongan puzzle. Kalau mau cepet, bisa juga pencet Ctrl + Shift + X. Di kolom pencarian, ketik aja: Live Preview Nanti bakal muncul beberapa pilihan. Pilih yang buatan Microsoft ya, itu yang resmi dan paling stabil. Kalau udah ketemu, tinggal klik tombol Install, dan tunggu sebentar sampai prosesnya kelar. Open Proyek Setelah extension-nya terpasang, kamu bisa langsung pakai. Caranya, klik kanan di file HTML kamu, terus pilih "Show Preview". VSCode - Open Proyek In Side Bar Hasilnya gini : VSCode - Result Proyek Hasilnya super mantap, jadi bisa edit sambil langsung lihat perubahannya disamping. Karena kita sudah berhasil menampilkan, yuk langsung kita bahas shortcut-shortcut andalan yang sering dipake programmer di bawah ini: Navigasi & Pengelolaan File Ngoding itu bukan cuma soal nulis kode, tapi juga soal navigasi alias gimana caranya kamu berpindah dari satu file ke file lain, atau dari satu folder ke folder lain, secepat kilat. Kalau kamu masih suka scroll-scroll manual di sidebar atau buka file lewat mouse, fix kamu butuh shortcut ini. Yuk kita bahas 3 shortcut penting yang bakal bikin kamu serasa punya GPS dalam dunia koding: Quick Open (Buka File Cepat) VSCode - Quck Open Bayangin kamu punya ratusan file dalam satu project. Masa iya mau klik satu-satu buat nyari LoginController.js? Dengan shortcut ini, cukup tekan tombolnya, ketik nama file-nya, langsung lompat ke sana. Cepat, efisien, gak bikin jari pegel. Shortcutnya : Windows/Linux: Ctrl + PmacOS: Cmd + P Buka Explorer Shortcut ini kayak pintu masuk utama ke rumah kamu alias ke struktur folder project. Sekali tekan, sidebar muncul. Tekan lagi, sidebar hilang. Cocok banget kalau kamu butuh liat-liat file tapi gak mau layar terlalu penuh. Shortcutnya : Windows/Linux: Ctrl + Shift + EmacOS: Cmd + Shift + E Sembunyikan/Tampilkan Sidebar Kadang kamu pengen fokus full ke kodingan tanpa gangguan sidebar. Nah, shortcut ini bisa langsung nyembunyiin sidebar dalam sekali pencet. Kapanpun kamu pengen workspace yang bersih dan lega, ini tombol penyelamatnya. Shortcutnya : Windows/Linux: Ctrl + BmacOS: Cmd + B Kalau shortcut ini udah kamu hafal dan jadi kebiasaan, kamu bakal ngerasa file explorer bukan lagi tempat yang ribet, tapi jadi "temen setia" yang siap dipanggil kapan aja. Editing & Manipulasi Kode Ngedit kode itu kayak ngerakit lego. Kadang kamu perlu nyusun, kadang pindahin, kadang duplikat, kadang juga yah, buang aja sekalian. Nah, bagian ini bakal ngebantu kamu ngelakuin semua itu tanpa ribet klik-klik mouse. Cuma modal jari dan shortcut, semua bisa beres! Toggle Comment (Komentar/Unkomentar) Lagi ngoding dan pengen matiin beberapa baris buat testing? Gak usah hapus, tinggal “slash” aja! Shortcut ini ibarat remote buat bisuin baris kode komentar atau unkomentar tinggal tekan satu tombol. Hemat waktu dan gak bikin kamu lupa logic aslinya. Shortcutnya : Windows/Linux: Ctrl + /macOS: Cmd + / Pindah Baris ke Atas/Bawah Kamu salah naruh baris kode dan pengen geser naik atau turun? Jangan di-cut paste, bro. Gunain shortcut ini, baris langsung lompat ke atas/bawah kayak ninja loncat. Super handy buat rapiin function atau urutan variabel. Shortcutnya : Windows/Linux: Alt + ↑ / ↓macOS: Option + ↑ / ↓ Duplikat Baris Lagi bikin baris yang mirip-mirip? Daripada ngetik ulang, mending duplikat aja! Shortcut ini bikin baris yang kamu pilih langsung kembar dalam sekejap. Cocok banget buat ngeluarin template, struktur data, atau elemen HTML yang berulang. Shortcutnya : Windows/Linux: Shift + Alt + ↑ / ↓macOS: Shift + Option + ↑ / ↓ Hapus Baris Cepat Ada baris nganggur yang bikin kode keliatan crowded? Shortcut ini langsung hapus satu baris tanpa perlu kamu sorot dulu. Sekali tekan, bersih kayak disapu satpam mall. Shortcutnya : Windows/Linux: Ctrl + Shift + KmacOS: Cmd + Shift + K Autocomplete / Saran Kode Ini dia senjata andalan VSCode. Lagi males ngetik panjang-panjang? Tekan shortcut ini, dan VSCode langsung kasih saran nama variabel, function, bahkan import otomatis. Serasa punya asisten pribadi yang ngerti kamu banget. Shortcutnya : Windows/Linux: Ctrl + SpacemacOS: Cmd + Space(Catatan: Bisa bentrok dengan Spotlight Search di macOS, bisa diubah di System Preferences) Pencarian Kadang yang bikin capek ngoding bukan nulis kodenya, tapi... nyari! Nyari bug, nyari nama function, nyari kata “error” yang entah nongol di mana. Untungnya, VSCode punya banyak shortcut pencarian yang bikin kamu serasa punya radar sendiri. Cari dalam File Aktif Ini basic banget, tapi wajib dikuasai. Lagi buka satu file, terus pengen cari kata atau variabel? Tinggal tekan shortcut ini, dan semua keyword langsung nongol dengan highlight. Gak perlu scroll kayak cari mantan di Instagram langsung ketemu. Shortcutnya : Windows/Linux: Ctrl + FmacOS: Cmd + F Cari & Ganti dalam File Misalnya kamu nulis const data = di banyak tempat, dan tiba-tiba harus ganti jadi const userData = jangan ganti satu-satu, bro. Tekan shortcut ini dan langsung edit massal dalam satu file. Ganti nama, ganti istilah, bahkan ganti nasib (kalau bisa) 😁 Shortcutnya : Windows/Linux: Ctrl + HmacOS: Cmd + Option + F Cari di Semua File (Global Search) Ini dia jurus pamungkas. Kamu gak tahu “handleSubmit” itu ditulis di file mana? Shortcut ini bakal nyisir seluruh project kamu. Serasa punya Google pribadi buat folder VSCode kamu. Super lifesaver pas nyari bug yang sembunyi. Shortcutnya : Windows/Linux: Ctrl + Shift + FmacOS: Cmd + Shift + F Multi-kursor & Editing Cepat Pernah gak sih, kamu pengen ngetik atau edit di banyak tempat sekaligus? Misalnya mau ganti nama variabel, nambah atribut HTML, atau ubah beberapa baris kode yang mirip. Nah, fitur-fitur ini bikin kamu bisa jadi kayak punya banyak tangan. Tinggal arahkan, ketik, dan semua baris ngikutin. Kayak kamu nyuruh pasukan buat ngetik bareng-bareng 💪 Multi-kursor Manual (Klik Beberapa Tempat Sekaligus) Mau nambah kursor di banyak tempat? Tinggal Alt + Klik aja. Cocok banget buat kamu yang pengen nulis atau hapus di beberapa titik berbeda. Serasa punya 10 jari tambahan yang bisa disuruh ngetik bareng. Shortcutnya : Windows/Linux: Alt + KlikmacOS: Option + Klik Pilih Kemunculan Selanjutnya dari Kata yang Sama Lagi ganti nama variabel yang muncul berkali-kali? Daripada cari satu-satu, cukup arahkan ke salah satunya lalu tekan shortcut ini. Kursor langsung lompat ke kemunculan berikutnya. Tekan terus sampai semua kepilih. Cepat dan elegan kayak ngetik sambil ngopi ☕. Shortcutnya : Windows/Linux: Ctrl + DmacOS: Cmd + D Pilih Semua Kemunculan Kata yang Sama Ini versi ekstrim dari Ctrl + D. Langsung pilih semua kemunculan kata dalam satu file. Sekali ketik, semuanya berubah. Cocok buat rename global dalam file, atau ganti kata yang salah ketik dari awal. Tinggal tekan dan boom semuanya seragam. Shortcutnya : Windows/Linux: Ctrl + Shift + LmacOS: Cmd + Shift + L Terminal & Eksekusi Kalau editor adalah panggung utama, terminal itu backstage-nya. Tempat semua "keajaiban" dieksekusi: running server, commit git, install package, atau kadang… cuma buat ngecek apakah npm run dev masih bisa jalan 😅. Nah, biar gak bolak-balik buka terminal luar, VSCode udah sediain semuanya langsung di dalem. Dan shortcut ini bikin kamu buka-tutup terminal secepat buka snack tengah malam. Toggle Terminal Tinggal tekan tombol ini dan... jreeeng, terminal langsung muncul di bawah layarmu. Tekan lagi, hilang. Kayak sulap. Ini bikin kamu bisa tetap fokus di satu jendela tanpa harus tab-tab ke luar. Kode di atas, terminal di bawah satu layar, dua dunia ✨. Catatan: Tombol ``` ini biasanya ada di sebelah kiri angka 1 (di atas tombol Tab). Jadi inget aja, deket banget sama angka 1… kayak shortcut ini yang bakal jadi shortcut nomor satu kamu 😎 Shortcutnya : Windows/Linux: `Ctrl + ``macOS: `Cmd + `` Penutup Nah bro, itu dia 15 shortcut VSCode yang sering banget dipakai para programmer baik yang masih ngoding sambil buka tutorial YouTube, maupun yang udah ngoding sambil tutup mata 🤓. Shortcut ini ibarat jurus ninja buat kamu yang pengen kerja lebih cepat, lebih rapi, dan pastinya lebih asik. Karena ngoding itu bukan soal seberapa banyak baris yang kamu ketik, tapi seberapa cerdas kamu mengendalikannya. Dan shortcut adalah alat tempur kamu di medan perang digital. Coba bayangin, kamu bisa buka file, edit cepat, cari bug, sampai ngejalanin terminal... semua cuma pake beberapa jari. Kerja lebih efisien = waktu lebih banyak buat ngopi, scroll TikTok, atau... belajar hal baru. Win-win kan? Terakhir, inget: shortcut itu kayak kebiasaan awalnya kagok, tapi lama-lama jadi refleks. Jadi mulai sekarang, coba satu per satu. Pakai terus, dan rasain sendiri bedanya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya! Keep ngoding, keep keren! 💻🔥

Kelas 10 Elemen HTML Penting untuk SEO: Panduan Lengkap + Contoh Kode + Kesalahan Umum di BuildWithAngga

10 Elemen HTML Penting untuk SEO: Panduan Lengkap + Contoh Kode + Kesalahan Umum

Daftar Isi PendahuluanBenefit Setelah Membaca Panduan Ini:🧠 1. Lebih Paham Tentang SEO dari Sisi HTML🔍 2. Bisa Bedakan Mana HTML Biasa dan Mana yang SEO-Friendly🛠️ 3. Tahu Tools Gratisan Buat Cek HTML📌 4. Bisa Hindari Kesalahan Umum yang Fatal☑️ 5. Siap Naik Level: Dari Front-End ke Front-End yang SEO ReadyPersiapan Proyek Dasar:Buat Folder ProyekMembuat File HTML BaruMenjalankan Proyek Menggunakan Live ServerPort Forwarding<title>: Judul Halaman yang Muncul di GoogleContoh Kode HTMLKesalahan Umum yang Harus DihindariCara NgetesTips Menulis Title yang SEO-Friendly<meta name="description"> – Penjelasan Singkat Halaman yang Mempengaruhi KlikFungsi <meta name="description"> untuk SEOContoh Kode HTMLKesalahan Umum yang Harus DihindariCara NgetesTips Menulis Deskripsi SEO-Friendly<h1> – Judul Utama di Dalam Halaman HTMLFungsi <h1> untuk SEOContoh Kode HTMLKesalahan Umum yang Harus DihindariCara NgetesTips Menulis <h1> yang Kuat<h2> – Subjudul untuk Bantu Struktur dan NavigasiFungsi <h2> untuk SEOContoh Kode HTMLKesalahan Umum yang Harus DihindariNgetes Heading <h2>Tips Praktis Penulisan Heading<a> – Tautan (Link) yang SEO-FriendlyFungsi <a> untuk SEOContoh Kode HTMLPenjelasan:Kesalahan Umum yang Harus DihindariTips Praktis Tautan SEO-Friendly<img> dan Atribut alt – Optimasi Gambar untuk SEOFungsi <img> + alt untuk SEOContoh Kode HTMLPenjelasan:Kesalahan Umum yang Harus DihindariTips Gambar SEO-Friendly<strong> dan <em> – Menegaskan Makna KontenFungsi <strong> dan <em> untuk SEOContoh Kode HTMLPenjelasan:Kesalahan Umum yang Harus DihindariTips Praktis<meta> – Metadata yang Berperan Besar dalam SEOFungsi <meta> untuk SEOContoh Kode HTMLPenjelasan:Kesalahan Umum yang Harus DihindariTips Meta Tag SEO-FriendlyStruktur HTML yang Valid – Biar SEO Nggak Babalas Karena Error!Fungsi Struktur HTML yang Valid untuk SEOContoh Struktur HTML yang Rapi dan ValidKesalahan Umum yang Harus DihindariTips Struktur HTML SEO-FriendlyPenutup Pendahuluan Kalau kamu lagi ngulik cara supaya website kamu nongol di halaman pertama Google, maka kamu wajib banget kenalan sama elemen-elemen HTML yang punya peran penting dalam SEO. Banyak orang mikir SEO itu cuma soal nulis artikel panjang atau pasang backlink di sana-sini. Padahal, struktur HTML di balik layar juga punya pengaruh besar. Search engine kayak Google baca struktur HTML buat ngerti isi halaman kamu mulai dari judul, deskripsi, heading, sampai gambar. Nah, artikel ini bakal ngebahas 10 elemen HTML yang paling krusial buat SEO, lengkap dengan: ✅ Penjelasan detail biar kamu paham fungsinya ✅ Contoh kode biar bisa langsung praktek ✅ Kesalahan umum biar kamu gak kejebak ✅ Cara ngetes dengan tools gratisan ✅ Bonus: alternatif tools premium kalau kamu mau level up Cocok banget buat kamu yang baru mulai belajar SEO ataupun yang udah lama ngoding tapi pengen optimasi web biar makin SEO-friendly. Yuk, kita bahas satu per satu elemen pentingnya. Mulai dari yang paling basic, tapi paling sering disepelein: <title>. Benefit Setelah Membaca Panduan Ini Setelah ngulik seluruh panduan ini, kamu bakal dapetin banyak manfaat langsung yang bisa kamu terapkan ke website kamu. Berikut daftarnya: 🔍 1. Lebih Paham Tentang SEO dari Sisi HTML Kamu nggak cuma ngerti teori, tapi juga tahu kode nyata yang berpengaruh langsung ke ranking di Google. 🧠 2. Bisa Bedakan Mana HTML Biasa dan Mana yang SEO-Friendly Sekarang kamu udah bisa bedain: <title> yang sekadar judul biasa vs yang teroptimasi SEO<meta> yang kosong vs yang nendang buat ranking<h1> yang asal tempel vs yang benar-benar satu per halaman 🛠️ 3. Tahu Tools Gratisan Buat Cek HTML Kamu jadi tahu: Cara publish lokal pakai VSCode port forwardingCara cek preview SEO pakai metatags.ioValidasi HTML pakai W3C Validator Dan ini semua GRATIS tanpa perlu install plugin aneh-aneh! 🧯 4. Bisa Hindari Kesalahan Umum yang Fatal Karena tiap elemen kita bahas lengkap bareng contoh kesalahan real, kamu bisa langsung ngehindarinya sebelum bikin kerusakan SEO yang susah diperbaiki. 📈 5. Siap Naik Level: Dari Front-End ke Front-End yang SEO Ready Buat kamu yang kerja di front-end atau bikin website sendiri, panduan ini bisa bantu kamu: Tampil lebih profesionalBikin klien makin percayaMeningkatkan performa website di Google Persiapan Proyek Dasar Sebelum masuk ke materi, pastikan kamu sudah menyiapkan proyek dasar untuk praktik. Berikut ini langkah-langkahnya: Buat Folder Proyek Buat folder khusus untuk proyek belajar HTML dan CSS.Misalnya, beri nama folder tersebut bwa-belajar-html.Letakkan folder ini di tempat yang mudah diakses, seperti Desktop atau Documents. Membuat File HTML Baru Di dalam folder bwa-belajar-html, buat file baru dengan nama index.html.File ini akan menjadi halaman utama proyek web yang kamu buat.Gunakan editor teks seperti Visual Studio Code untuk membuka dan mengedit file ini. <!DOCTYPE html> <html lang="id"> <head> <meta charset="UTF-8" /> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>10 Elemen HTML Penting untuk SEO | Panduan Lengkap BuildWithAngga</title> </head> <body> <!-- isi halaman --> </body> </html> Menjalankan Proyek Menggunakan Live Server Agar setiap perubahan yang kamu buat langsung terlihat di browser tanpa harus buka file manual, gunakan ekstensi Live Server di VS Code: Buka VS Code.Klik ikon ekstensi di sidebar, cari Live Server, lalu instal.Setelah ekstensi terpasang, klik kanan pada file index.html dan pilih “Open with Live Server”.Browser akan terbuka otomatis dan menampilkan halaman index.html.Setiap kali kamu menyimpan perubahan, browser akan merefresh secara otomatis. Port Forwarding Buka VS Code.Tekan ctrl + j klik pada bagian Ports.Tambahkan Port yang berjalan contoh: 8080.Kalau belum login GitHub, kamu akan diminta login dulu.Ubah Visibility menjadi Public agar bisa diakses dari internet. VSCode Port Forwarding <title>: Judul Halaman yang Muncul di Google Elemen <title> adalah salah satu elemen HTML paling penting buat SEO. Title ini muncul di tab browser, dan yang lebih penting lagi: ini yang biasanya ditampilkan Google sebagai judul di hasil pencarian. Google pakai <title> buat ngerti topik utama halaman kamu. Kalau title kamu menarik dan mengandung kata kunci, peluang buat diklik (CTR) bakal lebih tinggi. Tapi jangan asal nulis harus tetap relevan sama konten. Apa yang bikin title bagus? Mengandung kata kunci utamaRingkas tapi informatif (ideal 50–60 karakter)Bisa bikin orang penasaran dan mau klikUnik di tiap halaman (hindari duplikat) Contoh Kode HTML <head> <title>10 Tips SEO untuk Pemula yang Wajib Kamu Tahu</title> </head> Contoh ini cocok buat artikel panduan. Kalau kamu punya halaman produk, bisa kayak gini: <title>Hijab Instan Kekinian | Hijabku.id</title> Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Tag <title> adalah salah satu elemen HTML paling penting buat SEO. Ini yang muncul sebagai judul utama di hasil pencarian Google, dan juga di tab browser. Tapi, masih banyak banget yang nulisnya asal-asalan. Berikut kesalahan yang sering terjadi: Menulis <title>Home</title> Judul seperti “Home” terlalu umum dan nggak menggambarkan apa isi halamannya. Google juga nggak bisa tahu ini halaman tentang apa, jadi nilainya untuk SEO sangat rendah. Menulis <title>Untitled Document</title> Ini biasanya muncul kalau kita lupa ganti template default dari text editor. Hasilnya? Google bingung, user juga bingung. Bisa bikin halaman kamu dianggap tidak profesional. Judul terlalu panjang (lebih dari 60 karakter) Judul yang kepanjangan akan dipotong di hasil pencarian (SERP), jadi bagian penting di belakang bisa nggak kelihatan. Ini mengurangi peluang orang buat ngeklik halaman kamu. Tidak menyertakan nama brand atau nama website Kalau kamu nggak mencantumkan brand di judul, orang nggak tahu ini dari website mana. Padahal, nama brand bisa bikin halaman kamu lebih terpercaya dan mudah dikenali. Duplikat title di banyak halaman Kalau kamu punya banyak halaman dengan <title> yang sama, Google bisa menganggap konten kamu mirip atau bahkan duplikat. Ini bisa menurunkan nilai SEO secara keseluruhan karena Google jadi bingung mau memprioritaskan halaman yang mana. Cara Ngetes Jalankan file HTML pakai Live Server di VSCodeAktifkan Port Forwarding Bawaan → Dapatkan URL publikKunjungi https://metatags.ioTempel URL kamuCek bagian "Page Title" → Pastikan muncul dengan benar dan tidak terpotong Local Result: Page Title Tips Menulis Title yang SEO-Friendly: Taruh kata kunci di awalTambahkan nama brand di akhirBuat orang penasaran tanpa clickbaitMaksimal 60 karakter supaya nggak terpotong di Google <meta name="description"> – Penjelasan Singkat Halaman yang Mempengaruhi Klik Kalau <title> itu kayak judul besar, maka <meta name="description"> ini semacam caption atau teaser. Elemen ini nggak langsung berpengaruh ke ranking, tapi sangat penting buat ngundang klik dari hasil pencarian Google. Intinya: bikin orang tertarik buat klik halaman kamu. Fungsi <meta name="description"> untuk SEO Muncul di bawah judul saat tampil di hasil pencarian GoogleMembantu user memahami isi halaman sebelum klikMeningkatkan CTR (Click Through Rate), yang secara tidak langsung memengaruhi ranking Contoh Kode HTML <!DOCTYPE html> <html lang="id"> <head> <title>10 Elemen HTML Penting untuk SEO | Panduan Lengkap BuildWithAngga</title> <meta name="description" content="Pelajari 10 elemen HTML penting yang wajib ada di setiap halaman website kamu. Panduan lengkap, contoh kode, dan cara ngetes gratisan."/> </head> <body> <!-- isi halaman --> </body> </html> Contoh di atas konsisten dengan judul dan menawarkan value yang jelas: ada 10 elemen penting, contoh kode, dan cara testing gratis. Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Meta description itu ibarat iklan singkat buat halaman kamu di hasil pencarian Google. Tapi banyak orang kurang memanfaatkannya dengan baik. Yuk, simak beberapa kesalahan umum yang sering terjadi: Tidak menuliskan meta description sama sekali Kalau kamu nggak nulis tag <meta name="description">, Google akan ambil teks secara otomatis dari bagian lain halaman. Sayangnya, hasilnya bisa acak dan nggak nyambung dengan isi sebenarnya. Ini bikin hasil pencarian kamu kurang menarik untuk diklik. Menulis deskripsi terlalu panjang (lebih dari 160 karakter) Deskripsi yang kepanjangan akan dipotong di hasil pencarian (SERP). Akibatnya, informasi penting di bagian akhir bisa hilang dan pesan yang mau kamu sampaikan jadi nggak utuh. Hanya mengulang judul tanpa tambahan informasi baru Misalnya judulnya “10 Tips SEO” dan deskripsinya juga “10 Tips SEO” ini bikin meta description kamu jadi hambar dan nggak memberi alasan tambahan buat orang nge-klik. Padahal fungsinya untuk meyakinkan user bahwa halaman kamu layak dikunjungi. Menulis deskripsi yang terlalu umum atau nggak menggambarkan isi halaman Deskripsi seperti “Ini adalah artikel terbaik” atau “Lihat selengkapnya di sini” sangat tidak spesifik dan nggak menjelaskan apa yang user bakal dapat. Google dan user butuh kejelasan, bukan kalimat generik. Melakukan keyword stuffing dalam deskripsi Menjejalkan banyak kata kunci seperti “SEO, tips SEO, belajar SEO, teknik SEO” secara berlebihan bikin deskripsi terlihat nggak natural. Ini bisa dianggap spam oleh Google dan justru menurunkan peringkat halaman kamu. Cara Ngetes Klik Parse Meta DataCek bgian “Page Description” → Pastikan muncul semua Local Result: Page Description Tips Menulis Deskripsi SEO-Friendly Panjang ideal: 120–160 karakterSertakan kata kunci utama secara naturalTambahkan manfaat atau ajakan seperti “pelajari”, “temukan”, “gratis”, “panduan lengkap”Hindari gaya robot tulis seperti ngobrol sama manusia <h1> – Judul Utama di Dalam Halaman HTML Elemen <h1> adalah judul utama yang tampil di halaman, bukan di tab browser (itu tugasnya <title>). Mesin pencari seperti Google dan Bing nganggap <h1> sebagai penanda paling penting buat topik utama dari konten kamu. Fungsi <h1> untuk SEO Memberi tahu Google topik inti dari halamanMenjadi rujukan struktur heading lainnya (semacam kepala keluarga heading 😄)Meningkatkan aksesibilitas, terutama buat pembaca screen readerMeningkatkan pengalaman pengguna (UX) karena membantu struktur visual konten Contoh Kode HTML <!DOCTYPE html> <html lang="id"> <head> <meta charset="UTF-8" /> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title> 10 Elemen HTML Penting untuk SEO | Panduan Lengkap BuildWithAngga </title> <meta name="description" content="Pelajari 10 elemen HTML penting yang wajib ada di setiap halaman website kamu. Panduan lengkap, contoh kode, dan cara ngetes gratisan." /> </head> <body> <h1> 10 Elemen HTML Penting untuk SEO (Lengkap + Contoh Kode + Kesalahan Umum + Cara Ngetes Gratisan) </h1> </body> </html> <h1>-nya konsisten dengan judul artikel dan meta description. Ini penting banget biar sinyal SEO kuat dan nggak bikin bingung mesin pencari maupun pembaca. Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Heading <h1> adalah elemen paling penting untuk memberi tahu Google dan pembaca tentang inti utama dari sebuah halaman. Tapi sayangnya, masih banyak yang salah pakai. Ini dia beberapa kesalahan umum dan dampaknya: Tidak menambahkan <h1> sama sekali di halaman Kalau halaman kamu nggak punya <h1>, Google akan bingung menentukan apa topik utama dari halaman tersebut. Akibatnya, halaman kamu bisa sulit bersaing di hasil pencarian karena nggak punya sinyal yang kuat soal kontennya. Menggunakan lebih dari satu <h1> dalam satu halaman <h1> itu sebaiknya cuma satu. Kalau kamu pakai lebih dari satu, struktur dokumen jadi kacau dan bisa bikin crawler Google serta pengguna bingung tentang mana yang paling penting. Isi dari <h1> tidak sesuai dengan judul halaman (title tag) Misalnya, judul di browser “10 Tips Belajar SEO”, tapi <h1> kamu bilang “Panduan Lengkap HTML”. Ini bikin inkonsistensi yang membingungkan — baik untuk pengguna maupun mesin pencari. Bisa-bisa dianggap misleading. Ukuran visual <h1> terlalu kecil dan tidak menonjol Secara fungsional memang tetap dianggap <h1>, tapi kalau tampilannya kecil dan nggak terlihat penting di mata user, pengalaman pengguna (UX) jadi jelek. Padahal UX juga jadi faktor yang diperhitungkan oleh Google. Menjejalkan kata kunci berulang-ulang dalam <h1> Contohnya: “Belajar SEO | SEO untuk Pemula | Tips SEO Terbaik”. Ini kelihatan banget spammy. Google sekarang jauh lebih pintar dan justru bisa menurunkan nilai SEO kalau kamu terlihat terlalu “menargetkan” keyword. Cara Ngetes Untuk mengetes <h1> secara lokal dan memastikan: hanya ada satu <h1>isinya sesuai dan SEO-friendlyposisi dan struktur headingnya benar Kamu bisa gunakan cara berikut: Jalankan file HTML lokal kamu pakai Live Server di VSCodeKlik kanan pada halaman → Inspect / Periksa ElemenDi tab “Elements”, cari tag <h1>Pastikan hanya 1 kali munculCek apakah isinya relevan dan sesuai dengan topik halaman Local Result: Tag <h1> Tips Menulis <h1> yang Kuat Tulis dengan bahasa natural, tapi tetap mengandung kata kunciHindari singkatan atau istilah yang membingungkanPastikan tetap konsisten dengan judul <title> dan meta descriptionGunakan hanya satu <h1> per halaman, lalu lanjutkan dengan <h2>, <h3>, dst untuk subjudul <h2> – Subjudul untuk Bantu Struktur dan Navigasi Kalau <h1> itu judul utama, maka <h2> dan turunannya (<h3>, <h4>, dst) adalah struktur pendukung yang bikin konten kamu lebih rapi, terorganisir, dan lebih mudah dipahami oleh pembaca & mesin pencari. Fungsi <h2> untuk SEO Membagi konten menjadi bagian-bagian yang mudah dibacaMembantu Google memahami struktur isi halamanMeningkatkan pengalaman pengguna (UX)Berguna untuk featured snippet di Google (khususnya daftar dan step-by-step) Contoh Kode HTML <!DOCTYPE html> <html lang="id"> <head> <meta charset="UTF-8" /> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title> 10 Elemen HTML Penting untuk SEO | Panduan Lengkap BuildWithAngga </title> <meta name="description" content="Pelajari 10 elemen HTML penting yang wajib ada di setiap halaman website kamu. Panduan lengkap, contoh kode, dan cara ngetes gratisan." /> </head> <body> <h1> 10 Elemen HTML Penting untuk SEO (Lengkap + Contoh Kode + Kesalahan Umum + Cara Ngetes Gratisan) </h1> <h2>Bagian 1: <title></h2> <p> Ini adalah judul yang muncul di tab browser dan hasil pencarian Google. </p> <h2>Bagian 2: <meta name="description"></h2> <p> Ini adalah deskripsi singkat yang muncul di bawah judul di hasil pencarian. </p> <!-- dan seterusnya... --> </body> </html> Gunakan <h2> untuk setiap judul bagian, dan <h3> kalau kamu butuh sub-subjudul Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Heading (seperti <h1>, <h2>, dan seterusnya) bukan hanya buat mempercantik tampilan, tapi juga membantu Google dan pembaca memahami struktur isi halaman kamu. Tapi kalau salah penggunaannya, bisa berdampak negatif ke SEO dan aksesibilitas. Berikut beberapa kesalahan yang sering terjadi: Tidak menggunakan heading sama sekali (misalnya <h2>, <h3>, dll.) Kalau kamu hanya pakai paragraf biasa tanpa heading, Google akan kesulitan memahami struktur kontenmu. Mesin pencari suka halaman yang terorganisir dengan baik — dan heading adalah sinyal penting yang menunjukkan bagian-bagian utama dari halaman. Langsung lompat urutan heading, seperti dari <h2> ke <h4> tanpa <h3> Ini bikin hirarki dokumen jadi kacau. Heading itu seperti daftar isi: harus urut dan logis. Kalau kamu loncat-loncat, mesin pencari dan screen reader bisa bingung membaca struktur kontennya. Ini bisa merugikan pengalaman pengguna — termasuk pengguna disabilitas. Terlalu banyak heading tanpa isi yang jelas di bawahnya Misalnya kamu bikin <h2>Fitur Unggulan</h2>, tapi di bawahnya kosong atau cuma satu kata. Ini bisa dianggap sebagai spam atau manipulatif oleh Google. Heading seharusnya jadi pembuka untuk penjelasan di bawahnya, bukan cuma tempelan. Menjadikan semua teks sebagai heading hanya untuk styling Banyak yang menggunakan <h2> atau <h3> karena tampilannya lebih besar dan tebal, padahal itu bukan bagian penting dari struktur konten. Ini namanya overuse heading. Gunakan heading sesuai fungsinya, dan pakai CSS biasa (seperti font-size, font-weight) untuk styling teks yang tidak bersifat struktural. Ngetes Heading <h2> Lakukan seperti ngetes <h1> Tips Praktis Penulisan Heading Gunakan <h2> untuk tiap topik utama dalam kontenGunakan <h3> untuk menjelaskan poin-poin dalam <h2>Jangan pakai heading cuma buat besar-besarin tulisanKonsisten: jangan lompati level (misal dari <h2> langsung ke <h4>) <a> – Tautan (Link) yang SEO-Friendly Tag <a> (anchor) adalah salah satu elemen HTML paling penting buat SEO karena dia menghubungkan halaman satu dengan lainnya, baik itu halaman dalam (internal) maupun luar (eksternal). Google menggunakan link ini buat merayapi website kamu (crawling), memetakan struktur konten, dan menilai kredibilitas situs kamu berdasarkan link yang keluar masuk. Fungsi <a> untuk SEO Meningkatkan internal linking antar halaman di situs kamu → bantu Google paham konteksMembuat navigasi lebih jelas untuk userMemberi otoritas dari halaman satu ke lainnya (baik internal maupun eksternal)Bisa bantu ranking halaman lain yang kamu tautkan Contoh Kode HTML <p> Baca juga panduan lengkap kami tentang <a href="/panduan-seo-html" title="Panduan SEO HTML Lengkap">SEO HTML</a> untuk optimasi konten kamu. </p> <p> Untuk analisis SEO eksternal, kamu bisa coba tools seperti <a href="<https://ahrefs.com/>" target="_blank" rel="noopener noreferrer">Ahrefs</a>. </p> Penjelasan: href: tujuan tautantitle: teks tambahan yang muncul saat hover (opsional tapi bagus untuk UX)target="_blank": buka link di tab baru (umumnya dipakai untuk link eksternal)rel="noopener noreferrer": tambahan keamanan & performa saat pakai target="_blank" Kealahan Umum yang Harus Dihindari Link atau tautan itu penting banget buat pengalaman pengguna dan performa SEO. Tapi kalau salah penggunaannya, justru bisa merugikan. Yuk, simak beberapa kesalahan umum berikut: Menggunakan anchor text seperti “klik di sini” Ini kesalahan klasik. Teks link yang cuma bilang “klik di sini” nggak kasih informasi apa pun ke Google maupun pengguna tentang isi dari halaman tujuan. Padahal, Google menilai relevansi sebuah tautan dari anchor text-nya. Jadi, pastikan kamu pakai teks yang deskriptif dan relevan, misalnya: “lihat panduan lengkap SEO untuk pemula”. Menambahkan internal link yang nggak relevan atau terlalu banyak Internal link itu bagus buat navigasi dan SEO, tapi kalau kamu menautkan ke halaman yang nggak relevan, atau terlalu banyak link dalam satu paragraf, malah bisa merusak pengalaman pengguna. Konten jadi kelihatan spammy dan bikin pembaca kabur — efeknya bounce rate bisa naik. Tidak menggunakan rel="noopener" saat membuat link ke tab baru (target="_blank") Saat kamu bikin link eksternal yang membuka tab baru, wajib banget pakai rel="noopener". Kalau nggak, ada potensi risiko keamanan dan masalah performa karena halaman tujuan bisa akses window dari halaman kamu. Menjejalkan terlalu banyak link dalam satu halaman Kalau satu halaman dipenuhi oleh link yang nggak penting atau repetitif, Google bisa menganggapnya sebagai halaman spam. Selain itu, ini juga mengganggu kenyamanan pembaca karena kontennya jadi tidak fokus. Menggunakan JavaScript untuk link internal, bukan tag <a> Kalau kamu bikin navigasi atau link antar halaman pakai JavaScript (misalnya pakai onClick), dan nggak dibarengi dengan tag <a>, Google bisa kesulitan merayapi kontennya. Artinya, halaman kamu mungkin nggak terindeks dengan benar atau bahkan diabaikan oleh crawler. Tips Praktis Tautan SEO-Friendly Gunakan anchor text yang jelas dan mengandung kata kunciPrioritaskan internal link ke halaman pentingJangan kebanyakan link dalam 1 paragrafGunakan <a> daripada onClick JavaScript buat navigasi <img> dan Atribut alt – Optimasi Gambar untuk SEO Gambar bukan cuma bikin tampilan web lebih menarik, tapi juga bisa mendatangkan traffic dari Google Images. Tapi biar gambar kamu bisa dibaca mesin pencari, kamu harus pakai tag <img> dengan atribut alt yang benar. Fungsi <img> + alt untuk SEO Alt text membantu Google "membaca" isi gambarMemudahkan aksesibilitas (screen reader untuk tunanetra)Meningkatkan peluang muncul di Google Image SearchJika gambar gagal dimuat, alt text akan tampil sebagai pengganti Contoh Kode HTML <img src="/images/logo-seo.png" alt="Logo BuildWithAngga untuk kursus SEO" width="300" height="100" /> Penjelasan: src: lokasi file gambaralt: deskripsi isi gambar (bukan keyword stuffing ya!)width dan height: penting buat bantu browser ngatur layout & kecepatan muat halaman Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Gambar memang bisa mempercantik tampilan website, tapi kalau nggak dioptimasi dengan benar, justru bisa jadi masalah buat performa SEO. Ini dia beberapa kesalahan umum yang perlu kamu hindari: Tidak menambahkan atribut alt pada gambar Tanpa alt, Google nggak bisa memahami isi gambar yang kamu tampilkan. Ini membuat kamu kehilangan potensi traffic dari Google Images karena gambarnya tidak bisa dirayapi dengan baik oleh mesin pencari. Mengisi alt dengan keyword stuffing Memasukkan terlalu banyak keyword ke dalam atribut alt (misalnya: alt="sepatu murah sepatu keren sepatu casual pria sepatu kulit sepatu bagus") bikin deskripsi gambar terlihat spammy. Ini bisa mengundang penalti dari Google karena dianggap manipulatif. Menggunakan deskripsi alt yang terlalu umum, seperti “image” atau “foto” Alt seperti ini tidak memberikan informasi apapun. Google butuh konteks yang jelas untuk menilai gambar, jadi kamu kehilangan potensi peringkat gambar yang seharusnya bisa muncul di hasil pencarian. Menggunakan gambar berukuran besar tanpa optimasi Kalau kamu upload gambar langsung dari kamera atau desain tanpa dikompres dulu, ukuran file bisa sangat besar. Ini membuat loading halaman jadi lambat dan berdampak buruk ke skor Core Web Vitals salah satu faktor penting untuk SEO saat ini. Tidak memakai format gambar modern seperti WebP atau AVIF Masih menggunakan format lama seperti JPEG dan PNG untuk semua gambar bisa bikin ukuran file lebih besar dari seharusnya. Format modern seperti WebP dan AVIF lebih efisien dan bisa bantu meningkatkan kecepatan loading halaman. Tips Gambar SEO-Friendly Selalu isi alt dengan deskripsi singkat tapi jelasKompres gambar tanpa menurunkan kualitas (pakai TinyPNG, Squoosh, dll)Gunakan format modern seperti WebPJangan lupa atur dimensi gambar (width dan height) <strong> dan <em> – Menegaskan Makna Konten Banyak orang kira <strong> dan <em> itu cuma buat tulisan tebal dan miring. Padahal, secara semantik, dua tag ini punya arti penting untuk SEO dan juga buat aksesibilitas. Fungsi <strong> dan <em> untuk SEO Memberi penekanan makna pada kata atau kalimat → bantu Google paham fokus kontenMeningkatkan keterbacaan dan struktur informasiBantu screen reader membacakan kalimat dengan penekanan yang benarBisa memberi bobot tambahan ke kata kunci penting (jika digunakan dengan bijak) Contoh Kode HTML <p> <strong>Belajar HTML itu penting</strong> untuk semua web developer, terutama untuk optimasi SEO. </p> <p> Kursus ini <em>sangat cocok</em> buat kamu yang baru mulai ngoding dari nol. </p> Penjelasan: <strong> memberi penekanan penting → biasanya dibaca screen reader dengan intonasi berbeda<em> menunjukkan penekanan emosional atau logis (dibaca lebih ekspresif)Jangan pakai dua-duanya buat styling aja. Kalau cuma mau bold/italic, lebih baik pakai CSS (font-weight, font-style) Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Penggunaan tag <strong> dan <em> sebenarnya sangat penting untuk memberikan penekanan makna pada sebuah kalimat, tapi masih banyak yang salah dalam menggunakannya. Ini dia beberapa kesalahan yang sering terjadi: Menggunakan <strong> atau <em> hanya untuk keperluan styling Banyak orang memakai tag ini cuma supaya teks terlihat bold atau italic, padahal fungsi aslinya bukan untuk styling. Akibatnya, HTML jadi tidak semantik, dan ini berdampak buruk buat SEO serta membuat screen reader sulit memahami struktur kalimat. Terlalu sering menggunakan <strong> untuk semua keyword Kalau kamu menebalkan semua keyword dalam satu paragraf dengan <strong>, Google bisa menganggap itu sebagai upaya over-optimization. Hasilnya? Malah bisa merusak performa SEO karena kelihatan spammy. Tidak menggunakan <strong> atau <em> sama sekali padahal ada makna penting yang perlu ditegaskan Saat kamu punya bagian kalimat yang sebenarnya penting tapi tidak ditandai dengan <strong> atau <em>, Google dan mesin pencari lainnya jadi kesulitan menangkap fokus utama dari konten tersebut. Salah urutan nesting (misalnya: <strong><em>...</strong></em>) Kalau urutan penutup tag tidak konsisten seperti contoh di atas, HTML kamu jadi kacau. Ini bisa membuat tampilan tidak sesuai harapan dan tentu saja mengganggu validitas struktur HTML secara keseluruhan. Tips Praktis Gunakan <strong> untuk menandai poin penting, bukan hanya buat "tebalin" kataGunakan <em> untuk penekanan emosional/logis, misalnya saat meyakinkan userJangan berlebihan – pakai seperlunya biar tetap natural dan efektif <meta> – Metadata yang Berperan Besar dalam SEO Tag <meta> memang nggak kelihatan di halaman web, tapi justru inilah yang dibaca pertama kali oleh mesin pencari. Meta tag yang tepat bisa bikin halaman kamu lebih mudah ditemukan, lebih menarik di hasil pencarian, dan tentu saja... lebih SEO friendly! Fungsi <meta> untuk SEO Memberikan deskripsi halaman untuk ditampilkan di hasil pencarian (SERP)Mengatur charset (karakter teks) agar halaman bisa tampil dengan benarMengontrol behavior mesin pencari (index/noindex, follow/nofollow)Memberi tahu browser & platform sosial tentang konten kamu (Open Graph, Twitter Card, dsb.) Contoh Kode HTML <head> <meta charset="UTF-8" /> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <meta name="description" content="Panduan lengkap 10 elemen HTML penting untuk SEO dari BuildWithAngga. Disertai contoh kode, kesalahan umum, dan cara ngetes gratisan!" /> <meta name="robots" content="index, follow" /> </head> Penjelasan: charset: mengatur encoding halaman, biasanya pakai UTF-8viewport: penting untuk mobile-friendlydescription: muncul di bawah judul halaman di Google – bikin semenarik dan sejelas mungkin!robots: arahkan bot Google apakah halaman ini boleh diindeks/difollow Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Ada beberapa kesalahan yang sering terjadi saat menulis tag meta description, dan semuanya bisa berdampak buruk ke performa SEO. Yuk kita bahas satu per satu secara jelas: Tidak menulis <meta name="description"> Kalau kamu nggak menyertakan meta description, Google akan mengambil cuplikan secara otomatis dari konten halaman kamu. Hasilnya? Deskripsi yang muncul di hasil pencarian bisa asal-asalan dan kurang menarik perhatian orang buat ngeklik. Menulis description terlalu panjang (lebih dari 160 karakter) Kalau kamu menulis terlalu panjang, Google bakal memotongnya di halaman hasil pencarian (SERP). Akibatnya, pesan utama yang ingin disampaikan malah nggak tersampaikan dengan jelas. Mengulang keyword terlalu banyak dalam meta description Banyak yang berpikir kalau semakin sering menaruh keyword di meta description, makin bagus. Padahal justru sebaliknya — ini terlihat seperti spam dan bisa berdampak negatif pada SEO karena Google makin pintar membedakan mana yang natural dan mana yang manipulatif. Secara nggak sengaja pakai noindex di halaman penting Ini kesalahan teknis tapi fatal. Kalau kamu menambahkan tag noindex di halaman penting seperti homepage atau halaman produk, Google justru tidak akan menampilkan halaman itu sama sekali di hasil pencarian. Lupa menambahkan tag viewport untuk mobile (<meta name="viewport">) Tanpa tag ini, halaman kamu nggak akan tampil dengan baik di perangkat mobile. Akibatnya, SEO mobile kamu jadi jeblok dan bounce rate bisa meningkat karena user langsung pergi dari halaman yang tampilannya berantakan. Tips Meta Tag SEO-Friendly Buat deskripsi yang unik, menarik, dan mengandung kata kunci utamaPastikan setiap halaman punya deskripsi berbedaGunakan Open Graph (og:title, og:description, og:image) untuk preview di sosial mediaGunakan meta robots dengan hati-hati – jangan sampai kamu larang Google indeks halaman penting Struktur HTML yang Valid – Biar SEO Nggak Bablas Karena Error! SEO itu bukan cuma soal kata kunci. Mesin pencari kayak Google juga peduli sama struktur HTML yang bersih dan valid. Kalau struktur HTML kamu berantakan, bot Google bisa kesulitan memahami isi halaman… dan itu bisa berdampak ke ranking. Fungsi Struktur HTML yang Valid untuk SEO Memastikan konten terbaca jelas oleh crawler (Googlebot, Bingbot, dll.)Menghindari error parsing atau kegagalan render kontenMeningkatkan aksesibilitas dan pengalaman penggunaBantu tools SEO memahami halaman secara menyeluruh dan akurat Contoh Struktur HTML yang Rapi dan Valid <!DOCTYPE html> <html lang="id"> <head> <meta charset="UTF-8" /> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>10 Elemen HTML Penting untuk SEO | Panduan Lengkap BuildWithAngga</title> <meta name="description" content="Panduan lengkap elemen HTML SEO dengan contoh, kesalahan umum, dan tips tes gratisan."> </head> <body> <header> <h1>10 Elemen HTML Penting untuk SEO</h1> <nav> <ul> <li><a href="#judul">Judul</a></li> <li><a href="#meta">Meta</a></li> </ul> </nav> </header> <main> <section id="judul"> <h2>Elemen Judul</h2> <p>...</p> </section> <section id="meta"> <h2>Elemen Meta</h2> <p>...</p> </section> </main> <footer> <p>© 2025 BuildWithAngga</p> </footer> </body> </html> Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Ada beberapa kesalahan yang sering banget terjadi saat menulis HTML yang berpengaruh ke SEO. Berikut penjelasannya satu per satu: Tidak menggunakan <!DOCTYPE html> Ini adalah hal dasar, tapi sering dilupakan. Tanpa deklarasi ini, browser bisa masuk ke mode "quirks", yang menyebabkan tampilan jadi berantakan dan SEO bisa kena imbasnya karena struktur tidak dikenali dengan baik. Menempatkan elemen penting di luar <body> Beberapa orang secara tidak sengaja meletakkan tag penting seperti <meta> atau elemen lain di luar area yang seharusnya. Ini bisa bikin crawler seperti Google gagal membaca struktur halaman dengan benar. Struktur nesting HTML yang salah (contoh: <p><div>) Ini kesalahan umum juga. Misalnya, <div> tidak boleh berada di dalam <p> karena tidak valid secara struktur HTML. Kesalahan seperti ini bisa menyebabkan parsing error oleh browser maupun bot mesin pencari. Tidak menggunakan elemen semantik seperti <main>, <section>, atau <article> Akibatnya, struktur konten jadi flat dan membingungkan bagi crawler. Padahal, elemen-elemen semantik ini sangat membantu Google memahami konteks setiap bagian konten. Tag HTML yang tidak ditutup dengan benar atau bahkan hilang Kalau kamu lupa menutup tag seperti <div>, <li>, atau <header>, HTML kamu bisa error dan tampilannya jadi berantakan. Selain itu, bot Google mungkin gagal memahami konten secara utuh. Tips Struktur HTML SEO-Friendly Selalu mulai dengan <!DOCTYPE html>Gunakan elemen semantik (<header>, <main>, <section>, <footer>)Validasi HTML kamu secara rutin → mencegah kesalahan yang bikin SEO jeblokHindari nested yang salah atau tag yang tidak ditutup Penutup Sekarang kamu sudah kenal dan ngerti banget tentang 10 Elemen HTML Penting untuk SEO. Dari <title>, <meta>, <h1>, sampai struktur HTML, semuanya punya peran penting dalam menentukan bagaimana Google melihat dan menilai halaman kamu. 🔁 Recap cepat: Gunakan elemen HTML secara semantik, bukan cuma buat stylingHindari kesalahan umum yang bikin SEO jeblokSelalu uji HTML kamu secara gratis dengan bantuan:VSCode port forwarding (untuk publikasi lokal)Metatags.io (untuk preview konten)W3C Validator (untuk struktur HTML) 🚀 Praktikkan panduan ini di proyek kamu, dan kamu bakal lihat perbedaan signifikan dalam hasil pencarian. Selamat optimasi!

Kelas Tutorial Memakai Git dan Github Pada Projek Frontend Web (Free Code) di BuildWithAngga

Tutorial Memakai Git dan Github Pada Projek Frontend Web (Free Code)

Daftar Isi PendahuluanBenefit Setelah BacaGitDownload di WindowsDownload di MacOSGitHubPerumpamaanJadi Git Sama GitHub Itu Beda?DaftarDownload Proyek (Free)Menampilkan di BrowserMenampilkan ke VSCodeOpen BrowserMeletakkan ke GitHubAbaikan SesuatuMembuat Repository GitHubEksekusi Memindahkan ke GitHubHasil akhirnya gini:Melakukan Perubahan ProyekUbah KodeMeletakkan UlangPindah Perangkat (Bonus)Jual (Bonus)Penutup Pendahuluan Kalau kamu lagi ngoding frontend dan pengin belajar cara pakai Git dan GitHub, pas banget! Di tutorial ini, kita bakal bahas bareng gimana caranya ngatur proyek frontend kamu biar lebih rapi dan terorganisir pakai Git, terus gimana juga upload proyeknya ke GitHub. Tenang aja, tutorial ini nggak ribet dan cocok buat kamu yang masih pemula. Bonusnya, ada file kode gratis yang bisa langsung kamu download dan pakai buat latihan. Yuk, kita mulai. Benefit Setelah Baca ✅ Tau di mana nemuin kode gratis buat latihan (nggak mulai dari nol lagi!) ✅ Paham cara pakai Git & GitHub buat ngatur dan nyimpen proyek ✅ Udah bisa modifikasi kode sendiri terus upload ulang ke GitHub ✅ Tau caranya ngambil kode dari GitHub kalau pindah device atau kerja bareng temen ✅ Udah pasang Live Preview di VSCode biar tampilan desain langsung bisa dicek (terutama kalau buat mobile!) ✅ Plus, makin siap buat kolaborasi dan bikin proyek kamu jadi lebih profesional Git Git - Download Git itu alat yang bantu kita nyimpen dan ngatur perubahan kode dari waktu ke waktu. Jadi misalnya kamu lagi ngoding terus tiba-tiba mau balik ke versi sebelumnya karena ada yang error gampang, tinggal pakai Git. Selain itu, Git juga keren banget buat kerja tim. Semua orang bisa ngerjain bagian masing-masing tanpa takut nabrak kerjaan temen. Download di Windows Buka aja https://git-scm.com.Di halaman depan, langsung klik tombol Download for Windows.Tunggu file-nya selesai diunduh, terus tinggal klik dua kali buat install.Waktu install, cukup klik "Next" terus aja, setting bawaannya udah oke kok.Kalau udah kelar, buka Command Prompt, terus ketik git --version. Kalau muncul angka versinya, berarti Git udah berhasil diinstal. Hasil Terminal - Cek Version Download di MacOS Cara paling gampang: pakai Homebrew. Kalau belum punya, install dulu lewat Terminal dengan perintah ini: /bin/bash -c "$(curl -fsSL <https://raw.githubusercontent.com/Homebrew/install/HEAD/install.sh>)" Kalau Homebrew-nya udah siap, tinggal ketik: brew install git Atau kalau mau yang simpel, bisa juga download langsung dari https://git-scm.com dan pilih yang versi macOS.Habis itu, buka Terminal dan ketik git --version buat ngecek apakah udah terpasang. GitHub GitHub - Profile Kalau Git itu alat buat ngatur versi kode di komputer kamu, nah GitHub itu semacam “rumah online”-nya. Bayangin GitHub kayak Google Drive, tapi khusus buat nyimpen proyek kode kamu. Jadi, semua file dan riwayat perubahan yang kamu bikin pakai Git bisa kamu upload ke GitHub, biar aman dan bisa diakses dari mana aja. GitHub juga ngebantu banget kalau kamu kerja bareng tim semua orang bisa liat, kasih komentar, bahkan ikut bantuin ngoding lewat fitur seperti pull request. Dan serunya lagi, kamu bisa pamerin hasil karya kamu ke publik. Banyak recruiter atau perusahaan juga suka ngecek GitHub kandidat buat lihat portofolionya. Perumpamaan Git = alat buat nyimpen dan ngatur kode di lokal (komputer kamu).GitHub = tempat nyimpen hasil kerjaan Git kamu secara online. Jadi Git Sama GitHub Itu Beda? Iya, beda tapi saling berkaitan. Git jalan di komputer kamu, sementara GitHub ada di internet. GitHub butuh Git buat kerja, dan Git bisa jalan tanpa GitHub… tapi kalau digabung, jadi lebih powerful. Kalau udah ngerti GitHub, langkah selanjutnya tinggal bikin akun dan mulai upload proyek kamu. Nanti kita bahas bareng gimana cara bikin repo, push kode, dan lain-lain. Daftar Biar bisa mulai upload proyek ke GitHub, kamu perlu bikin akun dulu. Caranya gampang banget kok, ini dia langkah-langkahnya: 1. Buka Situs GitHub Akses https://github.com lewat browser kamu. 2. Klik Tombol Sign up Biasanya tombol ini ada di pojok kanan atas. Klik aja! 3. Masukkan Email Ketik email yang mau kamu pakai buat daftar GitHub, lalu klik Continue. 4. Buat Username Ini nama yang akan tampil di profil GitHub kamu. Bikin yang unik tapi gampang diingat atau sesuai nama kamu. 5. Buat Password Gunakan password yang kuat, tapi tetap kamu hafal. 6. Verifikasi Captcha GitHub biasanya akan minta kamu selesaikan semacam teka-teki kecil biar yakin kamu bukan robot. 7. Pilih Plan Abaikan yang berbayar, langsung scroll ke bawah dan pilih yang Free, ini udah cukup banget buat belajar dan proyek pribadi / barengan. 8. Verifikasi Email GitHub akan kirim email ke alamat yang tadi kamu daftarkan. Buka inbox kamu, cari email dari GitHub, dan klik tombol Verify Email di dalamnya. 9. Selesai Sekarang kamu udah resmi punya akun GitHub. Kamu bisa mulai bikin repository, upload proyek, dan explore open-source project dari orang lain juga. Download Proyek (Free) Shaynakit - Ngekos Page Di tutorial kali ini, kita bakal pakai proyek dari Shaynakit. Kabar baiknya, proyek ini gratis dan kodenya juga udah disediain. Jadi kamu bisa langsung pakai, atau modif-modif dikit biar sesuai sama kebutuhan. Nggak perlu mulai dari nol proses ngodingnya jadi jauh lebih gampang dan cepet. Shaynakit sendiri tuh semacam website yang nyediain kumpulan desain bareng sama kodenya. Ada yang gratis, ada juga yang premium. Tapi tenang aja, yang gratis juga nggak pelit-pelit banget kok biasanya cuma dibatesin di jumlah halamannya aja. Nah, kalau yang premium, tentu lebih lengkap dan komplit, semua bagian udah siap pakai. Cara donwloadnya kayak gini: Buka situs utama ShaynaKit di https://shaynakit.com/landing.Klik menu atau tombol Register atau langsung buka https://shaynakit.com/register untuk membuat akun terlebih dahulu.Setelah berhasil mendaftar dan login, buka halaman template kode yang akan digunakan di https://shaynakit.com/details/ngekos-find-house-details-bokking-success-html-tailwind-css-template.Klik tombol Download, lalu pada opsi yang tersedia, pilih Free Trial.Klik tombol Start Today untuk memulai akses gratis.Setelah itu, kembali ke halaman yang sama: https://shaynakit.com/details/ngekos-find-house-details-bokking-success-html-tailwind-css-template, dan klik tombol Download sekali lagi.File template code akan terunduh dalam format .zip.Simpan file .zip tersebut ke dalam folder lokal proyek Anda, misalnya ./source-code/ngekos.zip. Menampilkan di Browser Selanjutnya, kita perlu nunjukin proyeknya biar bisa langsung dilihat bener nggak sih tampilannya udah sesuai sama contoh desainnya? Nah, caranya gini nih: Menampilkan ke VSCode Menampilkan Cari filenya yang udah kalian download kayak gambar ini: File Explorer - Zip File Extract All filenya biar jadi folder biasa, kalau udah, selanjutnya.Masuk ke dalam foldernya dulu klik 2x di “ngekos”: Terus klik kanan, cari icon VSCodenya, kalau udah nemu tinggal klik aja, nanti bakal kebuka kok kayak gini : File Explorer - Want to Open VSCode Install Proyek Kamu harus jalanin npm install . Jadi gini, npm install itu kayak nyiapin semua alat yang dibutuhin biar proyek kita bisa jalan dengan bener. Waktu kita ngambil proyek dari orang lain atau mulai dari template, biasanya kodenya udah ada, tapi alat-alat pendukungnya (kayak library, plugin, dll) belum ikut ke-download. Nah, pas kita jalanin npm install, itu tuh kayak bilang ke komputer: "Eh, tolong downloadin semua alat yang dibutuhin ya, sesuai daftar yang ada di package.json." Jadi abis itu, proyeknya bisa langsung dipake atau diubah-ubah tanpa error karena semua alatnya udah siap. Jalanin kayak gini : npm install VSCode - Proyek Downloaded Open Browser Nah, kalau udah di-install, kita udah bisa liat hasil kodenya langsung di browser. Tapi biar tampilinnya lebih enak dan praktis, mending pake extension di VSCode yang namanya Live Preview. Tinggal klik, dan proyeknya langsung muncul di kanan. Download Extensionsnya VSCode - Live Preview Extension Jadi gini, Live Preview itu adalah extension di VSCode yang bisa bantu kita nampilin hasil kode HTML langsung di dalam VSCode, tanpa perlu buka browser manual. Bayangin aja kayak kamu masak mie instan, terus biasanya kan kamu harus pindah ke meja makan dulu buat nyicipin nah, dengan Live Preview, kamu bisa nyicip langsung di dapur. Praktis, nggak usah bolak-balik. Jadi setiap kali kamu ngedit kodenya, hasilnya bisa langsung muncul di panel yang ada di VSCode. Nggak perlu repot buka tab baru di Chrome atau pencet refresh tiap detik. Tinggal buka Live Preview, dan semua perubahan langsung keliatan di tempat. Cara installnya gini: Buka dulu VSCode kamu, pastikan project-nya udah kebuka juga biar langsung bisa lanjut. Lalu, klik ikon Extensions di sisi kiri, itu loh yang bentuknya kayak potongan puzzle. Kalau mau cepet, bisa juga pencet Ctrl + Shift + X. Di kolom pencarian, ketik aja: Live Preview Nanti bakal muncul beberapa pilihan. Pilih yang buatan Microsoft ya, itu yang resmi dan paling stabil. Kalau udah ketemu, tinggal klik tombol Install, dan tunggu sebentar sampai prosesnya kelar. Open Proyek Setelah extension-nya terpasang, kamu bisa langsung pakai. Caranya, klik kanan di file HTML kamu, terus pilih "Show Preview". VSCode - Show Code Hasilnya gini : VSCode - Result Hasilnya super mantap, jadi bisa edit sambil langsung lihat perubahannya disamping. Meletakkan ke GitHub Tarik napas dulu bentar... Sekarang kita lanjut ke bagian naruh project-nya ke GitHub. Tapi sebelum upload, ternyata ada beberapa hal penting yang perlu diperhatiin dulu, kayak gini nih: Abaikan Sesuatu VSCode - Ignore Folder Waktu kita naruh project ke GitHub, kita nggak mau semua folder atau file ikut ke-upload, terutama yang gede dan nggak penting buat disimpen di repo. Salah satunya adalah folder node_modules. Folder ini isinya semua library yang tadi kita install lewat npm install. Ukurannya bisa gede banget, dan sebenernya nggak perlu di-upload karena orang lain bisa install sendiri nanti cukup pake npm install juga. Nah di sinilah peran .gitignore. File ini isinya daftar nama folder atau file yang pengen kita abaikan alias nggak ikut dikirim ke GitHub. Jadi kita tinggal tulis: node_modules/ di dalam file .gitignore, dan Git bakal ngerti, “Oh oke, folder ini nggak usah dimasukin ke repo.” Kalau diibaratin, .gitignore itu kayak daftar "barang yang nggak usah dibawa pas pindahan" jadi yang dibawa ke GitHub cuma yang penting-penting aja. Membuat Repository GitHub Nah, selanjutnya kita perlu bikin repository dulu di GitHub. Caranya gampang, cari aja ikon “plus” yang ada tulisan “Create New”. Kalau udah ketemu, klik itu, nanti bakal muncul dropdown, terus pilih“New Repository” . Kurang lebih kayak gini nih: GitHub - New Repo Isi aja inputannya kayak gini lalu klik “Create Repository” : GitHub - Name Repo Kalau sudah sampai gini, lanjut eksekusi mindahinnya : GitHub - Remote Jadi, bikin new repository di GitHub itu ibarat kamu bikin “tempat penyimpanan online” buat proyek kamu. Dengan repository ini, kamu bisa simpan semua file kode, riwayat perubahan, dan kamu juga bisa kerja bareng teman tanpa takut kehilangan apa-apa. Intinya, repository ini jadi “rumah” buat proyek kamu di internet, biar bisa diakses kapan aja, dari mana aja, dan gampang untuk di-share ke orang lain juga. Eksekusi Memindahkan ke GitHub Sekarang kita mainan terminal hehehehe, di terimanal kita giniin secara berurutan: git init Hasilnya gini: VSCode - Git Init Lanjut ketik ini: git add . git add . itu intinya bilang ke Git, "Hey, siap-siap, semua perubahan di folder ini aku mau masukin ke daftar yang bakal di-save (commit) nanti." Jadi, titik (.) itu artinya semua file dan perubahan yang ada di folder sekarang. Bisa dibilang, ini kayak nge-tag semua barang yang mau kamu bawa ke gudang (commit) supaya Git tahu file mana yang harus diikutin perubahan selanjutnya. git commit -m "first commit" git commit -m "first commit" itu artinya kamu lagi nyimpen snapshot perubahan kode kamu ke dalam Git, lengkap sama catatan singkatnya. m itu singkatan dari “message” atau pesan, dan "first commit" itu isi pesannya. Jadi kamu kasih tahu Git, “Ini commit pertama aku, simpen ya!” Bisa dibilang, commit ini kayak ngerekam keadaan proyek kamu saat itu, supaya nanti kalau mau lihat perubahan atau balik ke versi sebelumnya gampang. git remote add origin <https://github.com/tegarfauzan/ngekos-latihan.git> Perintah git remote add origin <https://github.com/tegarfauzan/ngekos-latihan.git> itu intinya kamu lagi ngasih tahu Git kemana project ini harus dikirim (push). Jadi kayak bilang, “Eh Git, nanti kalau aku suruh upload, kirimnya ke link ini ya.” Kata origin itu cuma nama panggilan buat alamat GitHub-nya, biar kita gampang manggilnya nanti semacam shortcut-nya lah. git push -u origin master Jadi perintah ini artinya kamu lagi ngirim (upload) semua perubahan kode ke GitHub, tepatnya ke repository yang tadi kamu kasih nama origin, dan ke cabang (branch) utama yang namanya master. Nah, -u itu fungsinya buat ngingetin Git, biar next time kamu tinggal ketik git push aja tanpa harus sebutin origin master lagi. Jadi semacam bilang, “Ingat ya Git, ini jalur default aku buat ngirim project ke GitHub.” Hasil akhrinya gini: VSCode - Result Push on GitHub Melakukan Perubahan Proyek Yuk, sekarang kita coba ubah-ubah dulu proyek yang tadi udah kita upload ke GitHub. Tujuannya biar kamu bisa ngerasaain gimana sih proses ngirim ulang perubahan ke GitHub, atau istilah kerennya: push update. Manfaatnya? Kamu bakal makin paham gimana cara kerja GitHub buat nyimpan versi terbaru dari proyek kamu. Jadi misalnya kamu bikin revisi, nambah fitur, atau sekadar ganti tulisan semua bisa dilacak dan disimpan rapi. Ini penting banget, apalagi kalau kamu kerja bareng tim. Nggak bakal bingung lagi mana versi terbaru, dan kalau ada yang salah, tinggal balikin aja ke versi sebelumnya. Ubah Kode Di sini kita ubah judulnya aja dulu, biar gampang kelihatan perubahannya. VSCode - Modification Alert Kalau kamu lihat di sebelah nama file ada tanda huruf “M”, itu artinya file tersebut sudah dimodifikasi alias ada perubahan dari versi sebelumnya. “M” itu singkatan dari Modified. Jadi Git lagi ngasih tahu, “Eh, file ini udah kamu ubah lho, tapi belum kamu simpen (commit) perubahan barunya.” Ini jadi cara Git buat nge-track perubahan yang kamu lakukan, biar kamu nggak lupa bagian mana aja yang udah diedit. Meletakkan Ulang Jalankan perintah yang mirip kayak tadi gini: git add . git commit -m "change the page title" git push -u origin master Hasilnya gini: GitHub - Change Result Nah, kalau kamu lihat di pesan commit-nya ada tulisan “change the page title”, itu artinya kamu udah ngasih keterangan atau deskripsi buat perubahan yang kamu lakuin dalam hal ini, ganti judul halaman. Pesan ini penting banget, soalnya nanti pas kamu atau orang lain buka riwayat perubahan, bisa langsung ngerti: “Ohh ini commit yang isinya cuma ubah judul doang ya.” Jadi, meskipun cuma perubahan kecil, tetep bagus kasih pesan yang jelas dan sesuai biar proyek kamu rapi dan mudah dilacak. Pindah Perangkat ( Bonus ) Jadi gini, misalnya kamu sekarang ngodingnya di PC rumah. Terus tiba-tiba kamu pengen pindah tempat misalnya lanjut ngerjain di kafe sambil ngopi, tapi pake laptop. Atau bisa juga lagi nggak bawa laptop, terus pinjem laptop temen buat lanjutin. Nah, biar nggak ribet mindah-mindahin file satu-satu pake flashdisk, kamu tinggal ambil aja proyeknya dari GitHub. Praktis banget, tinggal buka GitHub, clone project-nya, dan semua file kamu udah siap di laptop mana pun. Terus mungkin kamu tanya, kenapa sih harus lewat GitHub? Karena di GitHub itu ada sistem yang namanya .git, semacam "mesin waktu" buat ngelacak semua perubahan di file kamu. Manfaatnya ya : Bisa nyimpen riwayat perubahan (jadi bisa lihat apa yang diubah, kapan, dan kenapa).Bisa kerja dari mana aja, asal ada internet.Kalau kamu kerja tim, bisa barengan ngedit kode tanpa saling timpa-timpaan. Jadi, GitHub itu bukan cuma tempat nyimpen file, tapi juga alat kolaborasi yang powerful banget buat ngoding. Caranya gini Pertama, buka halaman GitHub tempat kamu simpan proyeknya.Di sana kamu bakal lihat tombol warna hijau yang tulisannya "Code". Klik tombol itu, terus pilih yang "HTTPS", dan salin link-nya (biasanya formatnya kayak https://github.com/username/repo-nya.git). GitHub - Get Clone Sekarang buka terminal atau Git Bash di laptop yang baru. Terus ketik ini: git clone <https://github.com/username/ngekos-latihan.git> Abis itu kamu bisa langsung masuk ke foldernya: cd ngekos-latihan Terus tinggal buka di VSCode deh: code . Sekarang kamu udah siap lanjutin ngoding di laptop mana pun, kayak bawa "tas ajaib" berisi semua proyek kamu. Jual ( Bonus ) Kalau yang satu ini kita “menjual” atau membagikan kode, itu artinya kita pengen ngebagiin hasil kerja kita ke orang lain. Bisa dalam bentuk: Ngasih ke temen yang butuh proyek serupaUpload ke website kayak shaynakit.com , supaya orang lain bisa belajar atau pakaiAtau bahkan kamu jualin di platform kayak Gumroad, ThemeForest, Shaynakit, dll Jadi dari kode yang udah kamu bikin dengan susah payah, bisa banget jadi sesuatu yang bermanfaat buat orang lain. Manfaatnya ya: Orang lain terbantu karena nggak harus mulai dari nolKamu dikenal sebagai pembuatnya, bisa jadi portfolioBisa dapet cuan kalau dijualDan pastinya bikin kamu makin semangat ngoding, karena karya kamu dipakai banyak orang Caranya gini: GitHub - Get Zip Pertama, buka halaman GitHub proyek yang mau kamu download.Cari tombol hijau bertuliskan “Code”, biasanya ada di kanan atas tampilan repo.Klik tombol itu, nanti muncul dropdown.Di dropdown itu, kamu pilih opsi “Download ZIP”.Setelah itu, browser kamu bakal langsung mulai download file ZIP berisi seluruh isi proyek.Kalau sudah selesai, kamu tinggal ekstrak file ZIP itu di komputer kamu, misalnya di folder kerja favoritmu.Setelah diekstrak, kamu bisa buka folder itu di VSCode dengan klik kanan > Open with Code, atau buka VSCode dulu lalu buka foldernya. Nah, bedanya kalau kamu download file ZIP dari GitHub, itu cuma dapet isi file proyeknya aja, nggak ada “motor”nya, alias nggak ada folder .git yang biasanya nyimpen semua riwayat dan koneksi ke repository asal. Jadi, file ZIP itu nggak punya “remote” atau hubungan langsung ke GitHub, yang artinya kamu nggak bisa pakai perintah Git kayak git pull atau git push langsung di situ. File ZIP ini cuma cocok buat bagiin kode, belajar buat orang lain, atau pakai sementara buat kita kirim ke atasan, tapi kalau kamu mau terus update dan simpan versi perubahan, mending pakai Git clone langsung bakal kebawa juga .git-nya. Penutup Nah, itu dia langkah-langkah dasar pakai Git dan GitHub buat ngatur proyek frontend kamu. Gampang kan? Bayangin aja Git itu kayak buku harian buat proyek kamu, yang nyatet setiap perubahan kecil sampai besar, jadi kamu nggak bakal lupa apa yang kamu ubah dan kapan. Terus GitHub itu ibarat lemari arsip online tempat kamu nyimpen buku harian itu, jadi kamu bisa buka kapan aja, di mana aja, bahkan bisa berbagi sama temen buat ngerjain bareng. Dengan mulai pakai Git, kerjaan kamu bakal jadi lebih terorganisir, mudah diatur, dan siap kalau mau kolaborasi sama orang lain. Jangan lupa sering latihan pakai file kode yang udah disediain supaya makin paham.

Kelas Pengenalan dan Cara Pakai React Query Tanstack Sebagai Pemula Frontend Developer di BuildWithAngga

Pengenalan dan Cara Pakai React Query Tanstack Sebagai Pemula Frontend Developer

Kalau lo baru mulai belajar jadi frontend developer, mungkin lo masih mikir kalau kerjaan utama lo cuma ngatur layout, warna tombol, bikin animasi, atau ngubah font supaya keliatan lebih estetik. Dan memang, itu bagian dari kerjaan lo. Tapi sebenarnya, tugas lo lebih dari sekadar bikin UI yang “cantik”. Lo tuh ibarat gerbang utama dari sebuah aplikasi—semua data dan fitur yang udah disiapin backend developer, ujung-ujungnya lewat lo yang nampilin ke user. Kalau lo gagal nampilin data dengan cara yang efisien, cepet, dan mudah dipahami, user gak bakal peduli backend lo sekuat apa. Buat mereka, yang keliatan di layar itulah aplikasinya. Nah, di sinilah peran penting lo sebagai frontend developer: lo harus consume data dari backend API, lalu tampilkan data itu dengan baik. Tapi bukan cuma “manggil API” doang ya. Lo juga harus mikirin banyak hal lain—misalnya, gimana ngatur loading state biar user gak kebingungan, gimana handle error kalau ada masalah saat ambil data, gimana biar data yang udah lo ambil bisa dipakai ulang di halaman lain tanpa fetch ulang, atau gimna caranya lo bisa trigger update data dengan efisien kalau user ngelakuin aksi tertentu (kayak submit form, delete item, dan sebagainya). Kebayang gak tuh? Dari luar kelihatan simple, tapi di dalamnya banyak banget yang harus lo pikirin. Dan makin besar project lo, makin banyak data yang harus di-fetch, makin kompleks logic yang harus lo kelola. Apalagi kalau datanya saling bergantung satu sama lain. Salah langkah sedikit, bisa bikin aplikasi lo jadi lambat, boros request, atau bahkan ngebug karena salah urus state. Di titik inilah lo akan sadar bahwa ngatur data di frontend itu gak semudah useEffect + useState doang. Apa yang Bakal Kita Pelajari di Artikel Ini Nah, karena tantangan consume data dari backend itu ternyata lebih ribet dari kelihatannya, lo butuh tools yang bisa bantu lo ngelola semua itu dengan cara yang lebih rapi dan scalable. Dan di sinilah React Query (TanStack Query) hadir sebagai penyelamat. Tools ini secara khusus dibuat buat ngebantu frontend developer dalam hal pengambilan, penyimpanan, dan sinkronisasi data API tanpa harus ribet setup logic sendiri. Di artikel ini, kita gak langsung loncat ke coding atau implementasi yang kompleks. Gue pengen ajak lo buat pelan-pelan kenalan dulu sama React Query. Gimana sih mindset dasarnya, kenapa tools ini penting banget buat lo pelajari sebagai pemula, dan kenapa banyak developer pro yang udah gak mau balik lagi ke cara manual setelah pakai React Query. Tujuan utamanya sih sederhana—supaya lo bisa bikin aplikasi React yang lebih raapi, efisien, dan enak dipakai, tanpa harus psing ngatur state loading, error, atau cache secara manual. Karena pada akhirnya, frontend developer yang baik itu bukan cuma yang bisa bikin UI bagus, tapi juga bisa nyajikan data dengan cara yang benar, cepat, dan stabil. Jadi lo gak cuma belajar tools baru, tapi juga belajar cara mikir yang lebih profesional dalam ngelola data di aplikasi React. Santai aja, kita bahasnya pelan-pelan. Siapin kopi dulu kalau perlu, karena abis ini kita bakal masuk ke manfaat dan contoh implementasinya langsung di React project lo. 10 Manfaat Menggunakan React Query TanStack (dibanding cara manual) Setelah kita bahas pentingnya peran frontend developer dan kenapa React Query bisa jadi solusi buat ngatur data API, sekarang saatnya masuk ke bagian serunya: manfaat nyata ketika lo pakai React Query dibanding cara manual, lengkap dengan contoh kode real-world. Gue yakin, setelah lo lihat sendiri perbandingannya, lo bakal mikir, “kenapa gak dari dulu aja gue pake ini?” Manfaat pertama: otomatis ngatuar loading state tanpa bikin state manual Kalau lo gak pakai React Query, biasanya lo bikin useState buat loading, terus atur logic true dan false di dalam useEffect. Contoh tanpa React Query: import { useState, useEffect } from "react"; import axios from "axios"; const ProductList = () => { const [products, setProducts] = useState([]); const [loading, setLoading] = useState(true); useEffect(() => { axios.get("/api/products") .then(res => setProducts(res.data)) .finally(() => setLoading(false)); }, []); if (loading) return <p>Loading...</p>; return ( <ul> {products.map(product => <li key={product.id}>{product.name}</li>)} </ul> ); }; Sekarang bandingkan dengan React Query: import { useQuery } from "@tanstack/react-query"; import axios from "axios"; const fetchProducts = () => axios.get("/api/products").then(res => res.data); const ProductList = () => { const { data, isPending } = useQuery({ queryKey: ["products"], queryFn: fetchProducts, }); if (isPending) return <p>Loading...</p>; return ( <ul> {data.map(product => <li key={product.id}>{product.name}</li>)} </ul> ); }; Lebih clean, gak ada useEffect, gak ada useState, tapi semua tetap jalan rapi. Manfaat kedua: error handling lebih simpel dan konsisten Kalau gak pakai React Query, biasanya lo handle error pakai try/catch atau .catch() lalu simpen error ke state. Tanpa React Query: const [error, setError] = useState(null); useEffect(() => { axios.get("/api/products") .then(res => setProducts(res.data)) .catch(err => setError(err)); }, []); if (error) return <p>Something went wrong: {error.message}</p>; Dengan React Query: const { data, isError, error } = useQuery({ queryKey: ["products"], queryFn: fetchProducts, }); if (isError) return <p>Error: {error.message}</p>; Semuanya udah disediakan. Tinggal pakai. Manfaat ketiga: auto refetch data saat kembali ke tab browser React Query secara default akan refetch data saat user kembali ke halaman, jadi datanya selalu fresh. Tanpa React Query: useEffect(() => { const handleFocus = () => { axios.get("/api/products").then(res => setProducts(res.data)); }; window.addEventListener("focus", handleFocus); return () => window.removeEventListener("focsus", handleFocus); }, []); Dengan React Query: useQuery({ queryKey: ["products"], queryFn: fetchProducts, refetchOnWindowFocus: true, // default true }); Cuma tinggal nyebut opsinya aja. Manfaat keempat: caching otomatis dan smart React Query otomatis nyimpen hasil fetch, jadi data bisa dipakai ulang di koomponen lain tanpa loading ulang. Komponen A: const { data: products } = useQuery({ queryKey: ["products"], queryFn: fetchProducts, }); Komponen B (di halaman lain): const { data: products } = useQuery({ queryKey: ["products"], queryFn: fetchProducts, }); Kalau data udah pernah di-fetch sebelumnya, dia langsung tampil dari cache, gak loading ulang. Manfaat kelima: kontrol waktu validitas data (staleTime) Kadang kita pengen data dianggap fresh selama 5 menit. React Query bisa atur itu. useQuery({ queryKey: ["products"], queryFn: fetchProducts, staleTime: 1000 * 60 * 5, // data dianggap fresh selama 5 menit }); Kalau gak pakai React Query, lo harus bikin timer dan pengecekan manual sendiri. Manfaat keenam: cancel request lama secara otomatis Kalau user pindah halaman sebelum request selesai, React Query bakal otomatis cancel request tersebut. Manual approach? Lo harus pakai AbortController. Tanpa React Query: const controller = new AbortController(); useEffect(() => { axios.get("/api/products", { signal: controller.signal }) .then(res => setProducts(res.data)); return () => controller.abort(); }, []); Dengan React Query: cukup gunakan queryFn seperti biasa, dia handle sendiri. Manfaat ketujuh: mutation jaadi lebih rapi dengan hook useMutation Misal lo mau submit form dan setelah itu refetch data. Tanpa React Query: const handleSubmit = () => { axios.post("/api/products", newProduct) .then(() => { axios.get("/api/products").then(res => setProducts(res.data)); }); }; Dengan React Query: import { useMutation, useQueryClient } from "@tanstack/react-query"; const queryClient = useQueryClient(); const mutation = useMutation({ mutationFn: (newProduct) => axios.post("/api/products", newProduct), onSuccess: () => { queryClient.invalidateQueries({ queryKey: ["products"] }); }, }); Data langsung fresh setelah berhasil submit. Manfaat kedelapan: infinite scroll dan pagination jadi lebih gampang React Query punya useInfiniteQuery untuk bantu lo implementasi infinite scroll. useInfiniteQuery({ queryKey: ["products"], queryFn: ({ pageParam = 1 }) => fetch(`/api/products?page=${pageParam}`).then(res => res.json()), getNextPageParam: (lastPage, pages) => lastPage.nextPage, }); Kalau lo manual, lo harus simpen page number, track total data, handle load more state, dan logicnya bisa panjang banget. Manfaat kesembilan: query invalidation otomatis setelah mutasi Setelah lo update atau delete data, React Query bisa langsung re-fetch data terkait. useMutation({ mutationFn: deleteProduct, onSuccess: () => { queryClient.invalidateQueries({ queryKey: ["products"] }); }, }); Tanpa ini, user bisa lihat data lama atau harus refresh page. Manfaat kesepuluh: query logic bisa disimpan jadi custom hook Biar lebih reusable, lo bisa bikin custom hook kayak useProducts. export const useProducts = () => { return useQuery({ queryKey: ["products"], queryFn: fetchProducts, staleTime: 1000 * 60 * 5, }); }; Jadi tinggal panggil useProducts() di mana aja. Tanpa React Query, lo harus copy-paste logic useEffect dan useState di tiap komponen. Cara Membuat Project React Terbaru Menggunakan Vite Sebelum kita masuk ke dunia React Query, tentu kita harus punya dulu project React-nya. Dan sekarang, cara paling modern dan cepat untuk bikin project React adalah pakai Vite. Tools ini ringan, cepat banget waktu start-nya, dan udah jadi standar baru untuk banyak developer frontend. Langkah pertama, pastikan lo udah install Node.js versi terbaru. Cek lewat terminal: node -v Kalau udah, lo bisa langsung jalankan perintah berikut buat bikin project React dengan Vite: npm create vite@latest my-react-query-app -- --template react Perintah ini bakal bikin folder my-react-query-app dengan template React bawaan dari Vite. Setelah itu, masuk ke folder project dan install dependency-nya: cd my-react-query-app npm install Kalau lo pakai TypeScript, bisa ganti template --template react jadi --template react-ts. Setelah semuanya terpasang, jalankan development server-nya dengan: npm run dev Nanti lo bisa buka browser dan akses http://localhost:5173. Kalau tampilannya muncul tulisan “Vite + React”, berarti project lo udah berhasil dibuat dan siap dipakai. Cara Menambahkan React Query TanStack ke Project Vite React Sekarang, setelah project-nya jadi, saatnya kita tambahkan React Query ke dalam project ini. React Query itu paket resmi dari TanStack, dan cara install-nya sangat gampang. Di terminal, jalankan perintah berikut: npm install @tanstack/react-query Setelah berhasil, lo juga bisa tambahkan devtools-nya biar gampang ngecek status query saat ngembangin aplikasi: npm install @tanstack/react-query-devtools Langkah berikutnya adalah setup provider React Query di root aplikasi. Buka file main.jsx dan ubah isinya jadi seperti ini: import React from 'react'; import ReactDOM from 'react-dom/client'; import App from './App.jsx'; import './index.css'; import { QueryClient, QueryClientProvider } from '@tanstack/react-query'; const queryClient = new QueryClient(); ReactDOM.createRoot(document.getElementById('root')).render( <React.StrictMode> <QueryClientProvider client={queryClient}> <App /> </QueryClientProvider> </React.StrictMode>, ); Dengan ini, lo udah siap pakai semua fitur React Query di seluruh aplikasi lo. Sekarang mari kita coba implementasi sederhana buat fetch data. Misalnya kita mau ambil data users dari placeholder API. Pertama, buka App.jsx dan ubah jadi seperti ini: import { useQuery } from '@tanstack/react-query'; import axios from 'axios'; const fetchUsers = async () => { const response = await axios.get('<https://jsonplaceholder.typicode.com/users>'); return response.data; }; function App() { const { data, isPending, isError, error } = useQuery({ queryKey: ['users'], queryFn: fetchUsers, }); if (isPending) { return <p>Loading data...</p>; } if (isError) { return <p>Error occurred: {error.message}</p>; } return ( <div> <h1>Daftar Pengguna</h1> <ul> {data.map((user) => ( <li key={user.id}> {user.name} — {user.email} </li> ))} </ul> </div> ); } export default App; Dalam contoh di atas, lo bisa lihat bahwa kita gak prerlu bikin useState, useEffect, atau handle loading dan error state manual. Semuanya udah ditangani dengan rapi oleh React Query. Kalau lo juga install devtoolsa-nya tadi, lo bisa tambahkan satu baris di bawah <App /> buat bantu debugging: import { ReactQueryDevtools } from '@tanstack/react-query-devtools'; // Di dalam render: <QueryClientProvider client={queryClient}> <App /> <ReactQueryDevtools initialIsOpen={false} /> </QueryClientProvider> Dengan ini, lo bisa lihat status dari semua query yang lo buhat di aplikasi, termasuk apakah sedang loading, sukses, error, dan kapan terakhir kali data di-fetch. Sekarang lo udah punya project React modern dengan Vite, dan udah terpasang React Query lengkap dengan devtools. Ke depan, semua data fetching lo bakal jauh lebih clean, powerful, dan gampang dikelola — tinggal fokus ke logic aplikasinya, bukan mikirin boilerplate terus. Jika Tanppa Pake React Query Sekarang gue tunjukin versi tanpa menggunakan React Query, supaya lo bisa langsung bandingin effort dan kompleksitaasnya dengan versi yang pakai React Query tadi. Contoh ini akan ambil data dari https://jsonplaceholder.typicode.com/users dan nampilin daftar nama + email pengguna, sama seperti versi sebelumnya — tapi ditulis full manual pakai useState dan useEffect. import { useEffect, useState } from 'react'; import axios from 'axios'; function App() { const [users, setUsers] = useState([]); const [loading, setLoading] = useState(true); const [error, setError] = useState(null); useEffect(() => { const fetchUsers = async () => { try { setLoading(true); // mulai loading const response = await axios.get('<https://jsonplaceholder.typicode.com/users>'); setUsers(response.data); // simpan data } catch (err) { setError(err); // simpan error jika ada } finally { setLoading(false); // selesai loading } }; fetchUsers(); }, []); if (loading) { return <p>Loading data...</p>; } if (error) { return <p>Terjadi kesalahan: {error.message}</p>; } return ( <div> <h1>Daftar Pengguna</h1> <ul> {users.map((user) => ( <li key={user.id}> {user.name} — {user.email} </li> ))} </ul> </div> ); } export default App; Penjelasan singkatnya: Kita harus bikin useState tiga kali: satu buat data, satu buat loading, satu lagi buat error.Di useEffect, kita bikin fungsi async manaual buat nge-fetch data.Harus handle try, catch, dan finally sendiri untuk kelola state dengan benar.Gak ada caching, gak ada invalidation otomatis, gak ada refetch on window focus, semua harus diatur manual kalau dibutuhkan. Dengan contoh ini lo bisa ngerasain sendiri bedanya: React Query bikin semua logic itu jadi lebih pendek, bersih, dan bisa di-scale ke banyak tempat. Tapi di sisi lain, penting juga paham cara manual kayak gini, karena ini jadi dasar buat ngerti kenapa kita butuh abstraction seperti React Query. 5 Contoh Analogi React Query TanStack di Dunia Restoran (Plus Kode Nyatanya) Biar konsep React Query makin nempel di kepala, kita coba bandingkan dengan sesuatu yang lebih akrab: dunia restoran. Kenapa restoran? Karena alur kerja di restoran ternyata mirip banget sama alur ambil data di aplikasi—ada dapur (backend), ada pelayan (frontend), ada pelanggan (user), dan ada alur penyajian makanan (data). Kita bahas satu per satu ya, santai aja. Analogi pertama: caching seperti pelanggan tetap yang punya pesanan langganan Bayangin lo sering banget datang ke restoran yang sama, dan setiap kali lo datang, lo selalu pesen nasi goreng. Nah, pelayannya udah hafal sama kebiasaan lo, jadi dia gak perlu nanya ulang pesanan lo tiap kali lo datang. Itulah konsep caching di React Query. Kode tanpa React Query: useEffect(() => { axios.get('/api/nasi-goreng').then((res) => setData(res.data)); }, []); Tiap buka halaman, dia fetch lagi walau datanya sama. Kode dengan React Query: const { data } = useQuery({ queryKey: ['nasi-goreng'], queryFn: () => axios.get('/api/nasi-goreng').then(res => res.data), }); React Query otomatis simpan hasil fetch di cache. Jadi kalau lo buka halaman lain dan balik lagi, datanya langsung muncul tanpa harus fetch ulang. Analogi kedua: loading state seperti pelayan bilang "makanan sedang disiapkan ya, ditunggu sebentar" Waktu lo pesen makanan di restoran, lo gak langsung dapet makanannya kan? Tapi pelayan biasanya ngasih tahu statusnya: “mohon tungagu, sedang dimasak.” Itu sama dengan isPending atau isLoading di React Query. Tanpa React Query: const [loading, setLoading] = useState(true); useEffect(() => { axios.get('/api/makanan').then(() => { setLoading(false); }); }, []); Harus atur manual kapan loading selesai. Dengan React Query: const { isPending } = useQuery({ queryKey: ['makanan'], queryFn: () => axios.get('/api/makanan').then(res => res.data), }); Langsung dapet status loading tanpa bikin state sendiri. Analogi ketiga: refetch otomatis saat pelanggan nanya "mas, makanannya udah jadi belum?" Kadang pelanggan itu gak sabaran dan nanya ke pelayan lagi buat mastiin makanannya udah selesai atau belum. Nah, ini mirip kayak refetchOnWindowFocus di React Query. Kalau user balik lagi ke halaman (misalnya habis pindah tab), React Query akan otomatis nanya ulang ke server apakah datanya udah update. Tanpa React Query, harus bikin event listener sendiri: useEffect(() => { const onFocus = () => { axios.get('/api/menu').then(res => setMenu(res.data)); }; window.addEventListener('focus', onFocus); return () => window.removeEventListener('focus', onFocus); }, []); Dengan React Query: useQuery({ queryKey: ['menu'], queryFn: () => axios.get('/api/menu').then(res => res.data), refetchOnWindowFocus: true, }); React Query udah otomatis handle ini di balik layar. Gak perlu ribet. Analogi keempat: mutasi seperti pelanggan memesan makanan baru dan dapurnya langsung update Kalau pelanggan pesen makanan baru, dapurnya langsung proses dan pelayan update statusnya. Ini mirip banget dengan useMutation di React Query. Tanpa React Query: const addMenu = (newMenu) => { axios.post('/api/menu', newMenu).then(() => { axios.get('/api/menu').then(res => setMenu(res.data)); }); }; Dengan React Query: const queryClient = useQueryClient(); const { mutate } = useMutation({ mutationFn: (newMenu) => axios.post('/api/menu', newMenu), onSuccess: () => { queryClient.invalidateQueries({ queryKey: ['menu'] }); }, }); Langsung refetch menu terbaru setelah mutasi sukses. Kayak pelayan langsung ngecek ulang ke dapur. Analogi kelima: devtools seperti kamera CCTV di dapur yang bisa liat proses masaknya Restoran profesional biasanya punya dapur terbuka atau CCTV buat mantau proses masak biar tahu kalau ada masalah. Nah, React Query juga punya Devtools yang kasih lo visual semua query yang jalan, statusnya, apakah error, loading, atau udah sukses. Setup-nya super gampang: import { ReactQueryDevtools } from '@tanstack/react-query-devtools'; <QueryClientProvider client={queryClient}> <App /> <ReactQueryDevtools initialIsOpen={false} /> </QueryClientProvider> Kalau lo buka aplikasi, Devtools ini akan nunjukin query yang aktif, hasilnya, dan semua history fetch. Sangat berguna buat debugging atau lihat performa aplikasi real-time. Jadi kalau ditarik benang merahnya, React Query itu kayak sistem restoran modern. Dia hafal pelanggan (caching), kasih info status pesanan (loading), nanyain ulang secara berkala (refetch), langsung respon kalau ada pesanan baru (mutation), dan kasih visualisasi ke dapur (devtools). Gak heran kenapa React Query bikin kerjaan lo jauh lebih gampang dan profesional. 5 Kesalahan Umum Pemula Saat Awal Pakai React Query (dan Solusi Lengkapnya) Gue paham banget, pas pertama kali nyobain React Query, rasanya kayak "wah enak banget ya tinggal pakai hook buat ambil data", tapi ternyata... gak semudah itu juga. Karena meskipun React Query itu powerful, tetap aja banyak pemula yang sering kejebak kesalahan kecil yang bikin datanya gak muncul, loading gak kelar, atau bahkan malah error terus. Tenang bro, di bawah ini gue bakal kasih 5 contoh kesalahan paling sering terjadi saat pemula pakai React Query, lengkap sama solusi dan contoh kode real-nya. Biar lo gak perlu ngalamin sakit kepala yang sama. Kesalahan pertama: lupa bungkus aplikasi dengan QueryClientProvider Ini adalah kesalahan yang paling sering kejadian. Lo langsung pakai useQuery di komponen, tapi lupa bahwa QueryClientProvider itu wajib banget ada di root aplikasi. Contoh yang salah: import { useQuery } from '@tanstack/react-query'; function App() { const { data } = useQuery({ queryKey: ['users'], queryFn: () => axios.get('/api/users').then(res => res.data), }); return <div>{JSON.stringify(data)}</div>; } export default App; Kalau lo jalanin, ini bakal error karena React Query belum dikasih "klien" untuk jalanin hook-nya. Solusi: import React from 'react'; import ReactDOM from 'react-dom/client'; import App from './App.jsx'; import { QueryClient, QueryClientProvider } from '@tanstack/react-query'; const queryClient = new QueryClient(); ReactDOM.createRoot(document.getElementById('root')).render( <React.StrictMode> <QueryClientProvider client={queryClient}> <App /> </QueryClientProvider> </React.StrictMode> ); Baru setelah itu lo bisa pakai useQuery di komponen mana pun. Kesalahan kedua: queryKey tidak konsisten atau tidak unik Banyak pemula nulis queryKey sembarangan, misalnya pakai string doang tanpa kombinasi parameter. Akibatnya, cache-nya bentrok atau query-nya gak ke-trigger ulang ketika seharusnya dia refetch. Contoh salah: const { data } = useQuery({ queryKey: ['product'], queryFn: () => axios.get(`/api/product/${id}`).then(res => res.data), }); Kalau id berubah, data gak refetch karena queryKey gak berubah. Solusi: const { data } = useQuery({ queryKey: ['product', id], queryFn: () => axios.get(`/api/product/${id}`).then(res => res.data), }); Dengan begini, React Query tahu kalau id berubah, dia harus ambil data baru. Kesalahan ketiga: langsung pakai data.map() padahal data masih undefined Kadang lo terlalu semangat langsung render data.map() padahal data-nya belum dateng. Ini bikin error di render: Cannot read properties of undefined (reading 'map'). Contoh yang salah: const { data } = useQuery({ queryKey: ['users'], queryFn: fetchUsers, }); return ( <ul> {data.map(user => <li key={user.id}>{user.name}</li>)} </ul> ); Solusinya, pastikan lo cek dulu apakah data udah ada: if (!data) return <p>Loading...</p>; return ( <ul> {data.map(user => <li key={user.id}>{user.name}</li>)} </ul> ); Atau lo juga bisa pakai isPending: const { data, isPending } = useQuery({ queryKey: ['users'], queryFn: fetchUsers, }); if (isPending) return <p>Loading...</p>; Kesalahan keempat: pakai async di queryFn tapi lupa return data-nya Lo nulis fungsi async, tapi lupa return hasilnya. Akibatnya, React Query gak nerima data apapun. Contoh salah: const fetchUsers = async () => { axios.get('/api/users'); // lupa return }; useQuery({ queryKey: ['users'], queryFn: fetchUsers, }); Solusi: const fetchUsers = async () => { const res = await axios.get('/api/users'); return res.data; }; React Query butuh return dari queryFn buat nge-cache dan render datanya. Kesalahan kelima: lupa handle error state, bikin user bingung saat API gagal Banyak pemula cuma handle loading dan success, tapi gak kasih fallback pas data gagal di-fetch. User jadi diem aja ngeliat layar kosong, gak tahu kenapa. Contoh yang kurang lengkap: const { data, isPending } = useQuery({ queryKey: ['users'], queryFn: fetchUsers, }); if (isPending) return <p>Loading...</p>; // kalau error, gak ada apa-apa di layar Solusi: const { data, isPending, isError, error } = useQuery({ queryKey: ['users'], queryFn: fetchUsers, }); if (isPending) return <p>Loading...</p>; if (isError) return <p>Error: {error.message}</p>; return ( <ul> {data.map(user => <li key={user.id}>{user.name}</li>)} </ul> ); Dengan isError, lo bisa kasih feedback jelas ke user. Apalagi kalau project-nya production, penting banget transparan soal error. Kesimpulannya, React Query itu powerful banget, tapi juga butuh disiplin kecil dari kita sebagai developer buat gunain dengan benar. Kesalahan kecil kayak lupa return, queryKey gak rapi, atau lupa handle error, bisa bikin aplikasi lo gak maksimal. Tapi setelah paham logika dasarnya, semuanya jadi jauh lebih mudah. Yang penting: jangan buru-buru, pahami dulu alurnya, dan biasakan testing tiap kondisi dengan baik. Saran Buat Kamu yang Baru Mulai Jadi Web Developer Kalau lo baru masuk ke dunia web development, apalagi kalau fokusnya ke React, gue ngerti banget rasanya. Banyak hal yang harus dipelajari: dari dasar-dasar komponen, state, hingga cara kerja fetching data, dan semua itu bisa bikin lo bingung harus mulai dari mana. Apalagi kalau lo pengen serius dan punya target kerja remote, bersaing di pasar global, atau bahkan punya portofolio keren yang bisa dikirim ke klien luar negeri. Makanya, gue saranin banget buat ikut kelas React dari mentor expert di BuildWithAngga. Kelas ini bukan sekadar kumpulan video tutorial, tapi disusun langsung oleh mentor yang udah punya pengalaman kerja nyata — bahkan beberapa dari mereka udah bantu banyak student buat dapat kerja remote dan proyek global. Kelebihan dari kelas ini juga gak main-main: Portofolio berkualitas tinggi: lo bakal bangun project beneran, bukan cuma todo list. Project-nya realistis, punya tampilan profesional, dan bisa lo pajang langsung di CV atau LinkedIn lo buat narik perhatian recruiter.Akses kelas selamanya: lo gak perlu khawatir kejar-kejaran waktu. Mau belajar pagi, malam, atau pas weekend aja juga bisa. Cocok buat lo yang mungkin masih kuliah, kerja, atau punya kesibukan lain.Forum diskusi bareng mentor: ini salah satu fitur paling powerful. Lo bisa langsung tanya ke mentor kalau mentok, atau diskusi bareng temen-temen lain yang juga lagi belajar. Jadi lo gak akan merasa belajar sendirian. Kalau lo memang punya mimpi untuk jadi web developer profesional, kerja remote dari mana aja, dan bikin aplikasi yang keren dan beneran dipakai orang, gue yakin investasi waktu dan tenaga di kelas ini bakal jadi langkah awal yang sangat tepat. Jangan cuma puas bisa React. Kuasai mindset-nya, kuasai praktiknya, dan bangun portofolio yang bisa nunjukin skill lo. Kelas React di BuildWithAngga bisa bantu lo ke sana.

Kelas 10 Kesalahan Umum yang Harus Dihindari oleh Frontend Developer Pemula di BuildWithAngga

10 Kesalahan Umum yang Harus Dihindari oleh Frontend Developer Pemula

Daftar Isi PendahuluanTidak Memahami Dasar-Dasar HTML, CSS, dan JavaScriptMengabaikan Responsive DesignTidak Memperhatikan Struktur dan Semantik HTMLMengandalkan Framework Tanpa Memahami Cara KerjanyaStyling yang Tidak TerstrukturTidak Mengoptimalkan Performa WebsiteTidak Menggunakan Versi Kontrol (Git)Kurang Memahami Debugging dan KonsolTidak Terbiasa Membaca DokumentasiTidak Melatih Soft Skill dan KolaborasiPenutup Pendahuluan Menjadi seorang frontend developer adalah perjalanan yang seru dan menantang. Kita dituntut untuk membangun antarmuka yang bukan cuma menarik secara visual, tapi juga fungsional, responsif, dan mudah digunakan di berbagai perangkat. Tapi di balik semua itu, banyak pemula (dan kadang juga yang sudah berpengalaman) sering terjebak dalam kesalahan-kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari sejak awal. Kesalahan itu wajar, karena itulah bagian dari proses belajar. Tapi bukan berarti kita harus jatuh ke lubang yang sama berulang kali, kan? Dengan mengetahui kesalahan umum yang sering dilakukan, kamu bisa melangkah lebih percaya diri, menghindari jebakan yang bikin frustasi, dan fokus membangun skill dengan lebih terarah. Nah, di artikel ini, kita akan bahas 10 kesalahan yang sering banget dilakukan oleh frontend developer pemula. Harapannya, kamu bisa belajar dari pengalaman orang lain dan tumbuh lebih cepat sebagai developer yang solid dan siap menghadapi tantangan industri. Yuk, kita mulai! Tidak Memahami Dasar-Dasar HTML, CSS, dan JavaScript Banyak pemula langsung ingin belajar framework seperti React atau Vue karena terlihat keren dan banyak dipakai di industri. Padahal, fondasi dari semua itu tetap HTML, CSS, dan JavaScript. Kalau kamu belum paham struktur HTML, bagaimana CSS bekerja, atau gimana cara kerja event di JavaScript, kamu akan cepat merasa bingung dan frustrasi saat masuk ke framework. Contoh kesalahan umum: Menggunakan <div> untuk segalanya (bahkan untuk heading atau tombol)Tidak tahu perbedaan == dan === di JavaScriptStyling elemen dengan cara hardcode dan tidak konsisten Solusi: Luangkan waktu untuk benar-benar memahami dasar-dasar ini. Banyak resource gratis seperti MDN Web Docs yang bisa kamu pelajari. Mengabaikan Responsive Design Di era mobile seperti sekarang, mayoritas pengguna internet datang dari smartphone. Kalau tampilan web kamu cuma enak dilihat di desktop, siap-siap aja pengunjung kabur. Contoh kesalahan: Tidak menggunakan media queriesLayout rusak di layar kecilMenyusun elemen dengan fixed width Solusi: Pelajari cara membuat layout dengan Flexbox atau CSS Grid. Gunakan @media untuk menyesuaikan tampilan di berbagai perangkat. Coba buka website-mu di HP dan lihat apakah nyaman digunakan. Tidak Memperhatikan Struktur dan Semantik HTML HTML bukan cuma soal menampilkan konten. Elemen semantik seperti <header>, <nav>, <main>, dan <footer> sangat membantu dari sisi SEO dan aksesibilitas. Contoh kesalahan: Pakai <div> untuk semua struktur halamanTidak menggunakan heading (<h1>, <h2>, dst.) dengan benarTidak menambahkan atribut alt pada gambar Solusi: Biasakan menulis HTML yang terstruktur dan bermakna. Pikirkan bagaimana screen reader atau mesin pencari akan membaca halamanmu. Mengandalkan Framework Tanpa Memahami Cara Kerjanya Framework bisa bikin ngoding lebih cepat, tapi bukan berarti kamu boleh lewati tahap memahami cara kerja JavaScript dan DOM. Contoh kesalahan: Menggunakan React tapi tidak tahu cara kerja onClick atau useStateTidak paham perbedaan props dan stateAsal copy-paste kode dari StackOverflow Solusi: Framework adalah alat bantu, bukan jalan pintas. Pelajari JavaScript murni terlebih dulu agar kamu bisa benar-benar memaksimalkan framework yang kamu pakai. Styling yang Tidak Terstruktur Styling yang berantakan bikin pengembangan jangka panjang jadi mimpi buruk. Perubahan kecil bisa merusak elemen lain tanpa sengaja. Contoh kesalahan: CSS terlalu umum atau saling tumpang tindihTidak ada konsistensi warna, margin, padding, dllMenulis styling langsung di tag HTML (inline style) Solusi: Gunakan pendekatan seperti BEM (Block Element Modifier), CSS Modules, atau library seperti TailwindCSS agar styling lebih terorganisir dan scalable. Tidak Mengoptimalkan Performa Website Tampilan boleh keren, tapi kalau website kamu lambat dibuka, pengguna bisa langsung kabur sebelum sempat melihat apa-apa. Kecepatan adalah salah satu faktor penting dalam pengalaman pengguna. Contoh kesalahan: Menggunakan gambar berukuran besar tanpa kompresiTerlalu banyak animasi beratMemuat semua konten sekaligus tanpa lazy loading Solusi: Gunakan tools seperti ImageOptim atau SquooshTerapkan lazy loading untuk gambar atau komponen yang tidak langsung terlihatMinify CSS dan JavaScriptPertimbangkan penggunaan CDN untuk distribusi aset Tidak Menggunakan Versi Kontrol (Git) Banyak pemula merasa Git itu ribet dan akhirnya malah tidak digunakan. Padahal, versi kontrol seperti Git adalah senjata wajib buat developer modern. Git bukan cuma untuk backup, tapi juga memudahkan kolaborasi, tracking perubahan, dan rollback kalau ada error. Contoh kesalahan: Tidak membuat repository GitLangsung edit file tanpa commit historyTidak tahu cara membuat branch untuk fitur baru Solusi: Pelajari dasar Git: init, add, commit, push, pull, mergeGunakan platform seperti GitHub atau GitLab untuk menyimpan proyek kamuBiasakan commit dengan pesan yang jelas dan deskriptif Kurang Memahami Debugging dan Konsol Setiap developer pasti akan menghadapi error. Masalahnya, banyak pemula yang panik atau langsung cari jawaban di internet tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Contoh kesalahan: Tidak pernah membuka DevTools di browserMengabaikan error message di consoleHanya mengandalkan console.log tanpa strategi debugging Solusi: Biasakan menggunakan fitur Inspect Element dan Console di browserPelajari cara menggunakan breakpoints untuk melacak alur kodeJangan takut membaca dan memahami pesan error Tidak Terbiasa Membaca Dokumentasi Kebiasaan buruk lain yang sering muncul adalah langsung cari solusi cepat di forum atau YouTube tanpa membaca dokumentasi resmi. Padahal, dokumentasi adalah sumber paling akurat dan up-to-date. Contoh kesalahan: Tidak tahu ada fitur tertentu karena tidak baca docsSalah paham cara pakai API atau libraryMengandalkan tutorial yang sudah usang Solusi: Jadikan dokumentasi resmi sebagai referensi utamaBiasakan eksplorasi dokumen API, konfigurasi, dan contoh kode dari library yang kamu gunakanDokumentasi juga bisa melatih kamu memahami alur berpikir teknis dengan lebih dalam Tidak Melatih Soft Skill dan Kolaborasi Frontend developer bukan cuma kerja sendiri di balik layar. Dalam dunia kerja nyata, kamu akan sering berkolaborasi dengan designer, backend developer, bahkan stakeholder non-teknis. Keterampilan komunikasi dan kerja tim itu penting banget. Contoh kesalahan: Tidak menulis dokumentasi untuk kode sendiriAsal push ke repo tanpa diskusi dengan timSulit memahami feedback atau revisi Solusi: Gunakan tools kolaborasi seperti GitHub Issues, Trello, atau NotionLatih cara memberi dan menerima feedback dengan baikDokumentasikan fitur atau perubahan penting, walau hanya singkat Penutup Belajar frontend itu memang menantang, tapi sangat menyenangkan kalau dilakukan dengan cara yang tepat. Dengan menghindari kesalahan-kesalahan umum di atas, kamu bisa lebih cepat berkembang dan tampil lebih profesional di mata tim maupun klien. Ingat, setiap developer hebat juga pernah jadi pemula. Jadi jangan takut buat salah asal kamu belajar dari setiap kesalahan, kamu pasti terus berkembang. Terus eksplorasi, banyak latihan, dan jangan lupa bersenang-senang dalam prosesnya!

Kelas Apa Itu "Skip to Content" dan Mengapa Penting untuk Aksesibilitas Website? di BuildWithAngga

Apa Itu "Skip to Content" dan Mengapa Penting untuk Aksesibilitas Website?

Daftar Isi PendahuluanApa Itu "Skip to Content"?Kenapa "Skip to Content" Penting Banget?Cara Kerja "Skip to Content"Bikin Link-nya di AtasKasih Target di Konten UtamaGimana dengan Tampilannya?Contoh Kode Lengkap "Skip to Content"HTML:CSS (style.css):Hasilnya Gimana?Best Practices untuk "Skip to Content"Pastikan Link Bisa DifokuskanGunakan Posisi Awal yang Masuk AkalTampilan yang Jelas Saat FokusGunakan ID yang Jelas dan KonsistenUji di Berbagai BrowserTes Pakai Keyboard SajaKesalahan Umum yang Harus DihindariNgasih display: none ke Skip LinkNgasih Target ke Elemen yang Nggak Bisa DifokuskanMelupakan Uji Coba KeyboardDesain yang Nggak Kontras Saat FokusLupa Pasang di Semua HalamanKesimpulan Pendahuluan Pernah nggak sih kamu mengunjungi sebuah website, lalu harus menekan tombol tab berkali-kali cuma buat sampai ke bagian utama kontennya? Bayangin kalau kamu harus melakukannya setiap kali buka halaman baru capek banget, kan? Nah, di sinilah fitur “Skip to Content” punya peran penting. Meskipun kelihatannya sepele, fitur ini bisa bikin pengalaman berselancar di web jadi jauh lebih nyaman, terutama buat teman-teman yang mengandalkan keyboard atau screen reader. Sayangnya, fitur ini masih sering diabaikan oleh banyak pengembang web. Di artikel ini, kita bakal bahas apa itu “Skip to Content”, kenapa fitur ini penting banget buat aksesibilitas, dan gimana cara simpel buat nambahinnya ke website kamu. Yuk, kita mulai! Apa Itu "Skip to Content"? “Skip to Content” (atau kadang disebut juga “Skip Link”) adalah semacam jalan pintas yang bisa diakses pengguna keyboard untuk langsung loncat ke bagian utama dari halaman web biasanya isi artikel, produk, atau apapun yang jadi inti dari halaman tersebut. Biasanya, link ini diletakkan di bagian paling atas halaman, dan baru muncul saat pengguna menekan tombol Tab pertama kali. Jadi, daripada harus pencet Tab berkali-kali buat ngelewatin menu navigasi, pengguna cukup sekali tab, tekan enter, dan langsung nyampe ke konten utama. Simpel, tapi sangat membantu. Contohnya kayak gini: <a href="#main-content" class="skip-link">Skip to Content</a> Terus di bagian utama kontennya kamu kasih id: <main id="main-content"> <!-- isi kontennya di sini --> </main> Biasanya, link ini disembunyikan dari tampilan biasa dan cuma muncul saat difokusin, biar nggak ganggu desain tapi tetap bisa diakses. Kita akan bahas cara bikin tampilannya nanti, tapi intinya: fitur ini penting banget buat aksesibilitas. Kenapa "Skip to Content" Penting Banget? Buat kamu yang biasa pakai mouse atau touchpad, mungkin fitur ini keliatannya nggak terlalu penting. Tapi coba bayangin jadi orang yang mengandalkan keyboard atau screen reader untuk menjelajahi website setiap kali buka halaman baru, mereka harus pencet Tab berkali-kali buat lewatin header, menu, tombol-tombol, dan sidebar, sebelum akhirnya sampai ke kontennya. Melelahkan, ya? Nah, di sinilah “Skip to Content” jadi penyelamat. Dengan satu tab dan enter, pengguna bisa langsung lompat ke bagian yang mereka butuhkan. Cepat, efisien, dan nggak bikin frustrasi. Selain soal kenyamanan, fitur ini juga bisa bantu website kamu lebih ramah akses. Banyak standar aksesibilitas (kayak WCAG) yang menyarankan atau bahkan mewajibkan adanya fitur semacam ini, terutama kalau kamu ingin situsmu bisa dipakai semua orang, termasuk penyandang disabilitas. Dan jangan lupa, website yang ramah akses itu bukan cuma soal “kewajiban”, tapi juga soal pengalaman pengguna. Siapa sih yang nggak seneng kalau websitenya enak dipakai semua orang? Cara Kerja “Skip to Content” Secara teknis, cara kerja “Skip to Content” itu sederhana banget. Intinya, kita bikin sebuah link di bagian atas halaman yang mengarah langsung ke elemen utama konten kita biasanya elemen <main> atau div dengan id tertentu. Bikin Link-nya di Atas Link ini diletakkan paling atas di dalam <body>, kayak gini: <a href="#main-content" class="skip-link">Skip to Content</a> Kenapa harus di atas? Karena pengguna keyboard biasanya mulai navigasi dari atas, jadi link ini harus jadi hal pertama yang bisa mereka akses. Kasih Target di Konten Utama Pastikan bagian konten utama punya id yang sesuai: <main id="main-content"> <!-- isi artikel atau konten utama --> </main> Ketika pengguna menekan Tab, link “Skip to Content” akan muncul. Begitu mereka tekan Enter, fokus akan langsung lompat ke elemen dengan id="main-content" tadi. Gimana dengan Tampilannya? Biasanya, kita pengen link ini nggak kelihatan di tampilan normal, tapi tetap bisa diakses pas difokusin. Nah, ini contoh CSS yang bisa dipakai: .skip-link { position: absolute; top: -40px; left: 0; background: #000; color: #fff; padding: 8px 16px; z-index: 100; text-decoration: none; transition: top 0.3s; } .skip-link:focus { top: 10px; } Jadi, link ini akan "ngumpet" di luar layar dan baru muncul saat dapet fokus (misalnya saat ditekan Tab). Contoh Kode Lengkap "Skip to Content” Berikut ini contoh kode HTML dan CSS lengkap buat nambahin fitur Skip to Content di website kamu. Simpel tapi langsung bisa dipakai: 🧩 HTML: <!DOCTYPE html> <html lang="id"> <head> <meta charset="UTF-8" /> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>Contoh Skip to Content</title> <link rel="stylesheet" href="style.css" /> </head> <body> <a href="#main-content" class="skip-link">Skip to Content</a> <header> <nav> <ul> <li><a href="#">Beranda</a></li> <li><a href="#">Tentang</a></li> <li><a href="#">Kontak</a></li> </ul> </nav> </header> <main id="main-content"> <h1>Halo, Selamat Datang!</h1> <p>Ini adalah bagian utama dari halaman.</p> </main> </body> </html> 🎨 CSS (style.css): .skip-link { position: absolute; top: -40px; left: 0; background: #1e1e1e; color: #fff; padding: 8px 16px; z-index: 100; text-decoration: none; border-radius: 4px; transition: top 0.3s ease; } .skip-link:focus { top: 10px; } ✨ Hasilnya Gimana? Kalau kamu buka halaman ini di browser dan langsung pencet tombol Tab, link “Skip to Content” akan muncul di pojok atas. Tekan Enter, dan kamu bakal langsung lompat ke bagian utama. Nggak perlu tab-tab panjang lewat menu dulu. Praktis banget, kan? Local Result: Skip to content Best Practices untuk "Skip to Content” Walaupun fitur ini kelihatannya sederhana, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatiin biar “Skip to Content”-mu benar-benar bermanfaat dan nggak sekadar formalitas aja. Yuk, kita bahas beberapa tips terbaiknya! Pastikan Link Bisa Difokuskan Kalau link-nya nggak bisa difokusin (nggak muncul saat Tab ditekan), ya fitur ini jadi sia-sia. Jadi, jangan matiin outline fokus atau sembunyikan link secara permanen pakai display: none. Gunakan Posisi Awal yang Masuk Akal Link sebaiknya ada di bagian paling atas <body>. Kenapa? Karena pengguna keyboard akan mulai dari atas, dan kita pengen kasih opsi “lompat ke konten” secepat mungkin. Tampilan yang Jelas Saat Fokus Waktu link ini muncul, pastikan tampilannya kelihatan jelas. Kasih background yang kontras, padding yang cukup, dan posisi yang enak dilihat. Jangan sampai pengguna bingung atau nggak sadar kalau mereka lagi fokus di link tersebut. Gunakan ID yang Jelas dan Konsisten Pastikan target dari link-nya (#main-content) memang ada, dan diletakkan di sekitar elemen konten utama. Hindari salah tulis ID atau meletakkan link ke elemen yang bukan bagian inti halaman. Uji di Berbagai Browser Meskipun ini fitur dasar, beda browser kadang bisa ngasih pengalaman yang sedikit berbeda. Coba test di Chrome, Firefox, Edge, dan Safari, plus di mode mobile kalau perlu. Tes Pakai Keyboard Saja Coba akses websitemu tanpa mouse. Gunakan Tab, Shift+Tab, dan Enter. Rasain sendiri apakah pengalaman navigasinya nyaman dan logis. Dengan mengikuti best practices ini, fitur “Skip to Content” kamu bakal benar-benar berguna buat semua pengguna bukan cuma ada buat formalitas aja. ✨ Kesalahan Umum yang Harus Dihindari Walaupun simpel, ternyata masih banyak developer (termasuk yang udah berpengalaman) yang keliru waktu bikin fitur ini. Berikut beberapa kesalahan yang perlu kamu hindari: Ngasih display: none ke Skip Link Ini kesalahan klasik. Banyak yang pengen link-nya nggak kelihatan, lalu langsung kasih display: none. Padahal, ini bikin link-nya nggak bisa diakses sama sekali pakai keyboard. Solusinya? Pakai position: absolute dan sembunyikan di luar layar, lalu munculin lagi pas difokusin. Ngasih Target ke Elemen yang Nggak Bisa Difokuskan Kalau kamu ngarahin ke elemen kayak <div> biasa tanpa tabindex atau bukan elemen fokus, bisa jadi user nggak ngerasa udah "lompat" ke kontennya. Idealnya, targetnya adalah elemen <main>, <article>, atau elemen yang bisa menerima fokus dengan tabindex="-1". <div id="konten-utama" tabindex="-1"> <!-- isi konten --> </div> Melupakan Uji Coba Keyboard Kadang kita mikir semuanya udah beres, padahal belum pernah dites pakai keyboard beneran. Jangan cuma klik-klik mouse aja ya coba navigasi pakai Tab biar tahu pengalaman pengguna beneran. Desain yang Nggak Kontras Saat Fokus Kalau skip link muncul tapi tampilannya samar, kecil, atau nggak terbaca, itu sama aja kayak nggak ada. Pastikan saat focus, link-nya punya warna, ukuran, dan posisi yang stand out. Lupa Pasang di Semua Halaman Kadang fitur ini cuma dipasang di halaman depan doang. Padahal, setiap halaman harus punya akses ke konten utamanya. Pastikan skip link ini ada di layout global atau template utama situsmu. Dengan menghindari kesalahan-kesalahan di atas, kamu udah satu langkah lebih maju dalam bikin website yang inklusif dan ramah semua orang. Kesimpulan "Skip to Content" emang fitur kecil, tapi dampaknya luar biasa terutama buat teman-teman yang mengandalkan keyboard atau screen reader. Dengan adanya fitur ini, mereka nggak perlu repot bolak-balik Tab buat lewatin menu, sidebar, atau elemen-elemen lain yang bukan inti dari halaman. Kabar baiknya, cara implementasinya juga nggak ribet. Cukup bikin satu link di awal halaman, arahkan ke bagian utama konten, dan kasih styling supaya muncul saat difokusin. Simpel, cepat, dan bikin pengalaman pengguna jadi jauh lebih nyaman. Intinya, fitur kayak gini bukan cuma soal “aksesibilitas” dalam arti teknis tapi juga soal empati. Kita bikin web bukan cuma buat orang-orang dengan kondisi ideal, tapi juga buat semua orang, tanpa kecuali. Jadi, kalau kamu peduli sama pengalaman pengguna dan pengen websitemu bisa dinikmati siapa pun, tambahin deh fitur “Skip to Content” ini. Simple but powerful. 💪

Kelas Cara Gambar Cover tapi Titik Pusat di Atas di BuildWithAngga

Cara Gambar Cover tapi Titik Pusat di Atas

Daftar Isi PendahuluanBenefit Setelah BacaDummy CodeSolusiApa itu object-topPerbaiki kodenya kayak gini:Selain object-topPenutup Pendahuluan Pernah nggak sih kamu ngalamin, udah pasang gambar di website pakai object-cover, tapi kok malah bagian penting dari gambarnya nggak keliatan? Kayak potongan rambut keren, atau ekspresi wajah, malah ketutupan? Tenang, kamu nggak sendirian kok. Di bagian ini, kita bakal bahas kenapa itu bisa terjadi dan gimana cara paling gampang buat ngatasinnya. Benefit Setelah Baca Setelah baca ini, kamu bakal: ✅ Paham kenapa gambar bisa "aneh" pas ditampilin di card.✅ Tau fungsi object-top dan kenapa itu bisa nyelametin tampilan gambarmu.✅ Dapet contoh kode yang siap pakai buat project kamu. Dummy Code <!DOCTYPE html> <html lang="en"> <head> <meta charset="UTF-8" /> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <script src="<https://cdn.jsdelivr.net/npm/@tailwindcss/browser@4>"></script> <title>Image</title> </head> <body> <section class="px-5"> <div class="rounded-[24px] border bg-white p-4 transition-all duration-300 hover:border-orange-500"> <div class="flex h-[101px] w-full shrink-0 items-center justify-center overflow-hidden rounded-2xl"> <img src="<https://plus.unsplash.com/premium_photo-1689568126014-06fea9d5d341?q=80&w=2070&auto=format&fit=crop&ixlib=rb-4.1.0&ixid=M3wxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8fA%3D%3D>" alt="image" class="h-full w-full object-cover" /> </div> <div> <h4 class="font-semibold">Potong Rambut Terbaik Kami</h4> <strong class="font-semibold text-orange-500">Rp 18.560,00</strong> </div> </div> </section> </body> </html> Dan hasilnya bakal jadi begini: Mobile View Before Object Top Solusi Nah, jadi masalahnya ada di bagian object-cover. Memang sih, object-cover bikin gambar selalu nutupin wadahnya (container), tapi kadang bagian penting dari gambar misalnya wajah, potongan rambut, atau elemen fokus lainnya malah kepotong. Solusinya? Kasih tambahan object-top di tag <img> kamu. Jadi, selain gambar nutupin wadah, posisi fokusnya ditarik ke atas. Apa itu object-top object-top adalah salah satu utility dari Tailwind CSS (dan juga properti CSS bawaan) yang ngasih tahu browser: “Hei, kalau bagian gambar kelebihan, fokusin tampilin bagian atasnya ya.” Jadi, alih-alih potong bagian atas, dia potong bagian bawah. Perbaiki kodenya kayak gini: <img src="<https://plus.unsplash.com/premium_photo-1689568126014-06fea9d5d341?q=80&w=2070&auto=format&fit=crop&ixlib=rb-4.1.0&ixid=M3wxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8fA%3D%3D>" alt="image" class="h-full w-full object-cover object-top" /> Dan hasilnya bakal jadi begini: Mobile View After Object Top Selain object-top Tailwind juga nyediain beberapa pilihan lain tergantung arah fokus gambarnya: object-center → ini default-nya, posisi tengah.object-bottom → fokus di bagian bawah gambar.object-left dan object-right → fokus ke kiri atau kanan.Bahkan ada juga kombinasi kayak object-left-top, object-right-bottom, dll. Jadi, kamu bisa sesuaikan fokus gambarnya biar tampilannya makin kece sesuai desain. Penutup Itu dia solusi simpel tapi powerful buat ngatur gambar yang pakai object-cover. Kadang, hal kecil kayak posisi gambar bisa bikin desain jadi lebih enak dilihat. Jadi, jangan ragu buat eksplor utility Tailwind yang lain juga ya siapa tahu nemu trik baru yang makin bikin website kamu ciamik.

Kelas Tips Tag Head HTML SEO Friendly di BuildWithAngga

Tips Tag Head HTML SEO Friendly

Daftar Isi PendahuluanBenefit Setelah BacaMeta DescriptionTitleTips Nulis Title yang MantapFaviconTips Bikin Favicon yang KerenMeta ChartsetKenapa Ini Penting?Tag Viewport untuk ResponsivitasCara PakainyaPenjelasan SingkatKenapa Ini Wajib?Canonical TagCara pakainya:Kenapa harus pakai?Tips:Optimalkan Link dan ResourceApa sih maksudnya optimasi link dan resource?Cara gampangnya:Contoh simple:Kenapa ini penting?Open GraphContohnya kayak gimana?Cara pakai Open Graph gampang banget, taruh di <head>:Penjelasan singkatnya:Kenapa wajib?Twitter CardCara pakai Twitter CardPenjelasan singkat:Kenapa penting?Tag Language di HTMLCara pakainya gampang banget, tinggal pasang di tag <html> kamu:Kenapa ini penting?Hindari Penggunaan JavaScript BerlebihKenapa harus hati-hati sama JavaScript?Tips supaya JavaScript kamu tetap ngebut:Contoh loading JavaScript yang baik:Penutup Pendahuluan Kalau kamu sering ngoding HTML, pasti nggak asing sama yang namanya <head>. Nah, walaupun bagian ini nggak nongol langsung di tampilan web, tapi jangan salah, ini salah satu bagian yang paling penting buat bikin website kamu dilirik Google sama teman-temannya. Benefit Setelah Baca ✅ Nggak bingung lagi fungsi tag-tag di <head>.✅ Bisa bikin website yang nggak cuma keren tapi juga SEO-ready.✅ Bikin Google makin ngunggulin sama website kamu. Meta Description Ini kayak caption buat halaman web kamu. Kalau kamu bisa bikin caption IG, kamu pasti bisa bikin meta description. Intinya: singkat, padat, jelas, dan bikin orang pengen ngeklik. <meta name="description" content="BuildWithAngga adalah platform belajar coding terbaik di Indonesia yang di ajarkan berdasarkan kasus nyata."> Title Tag <title> adalah bagian dari HTML yang wajib ada di setiap halaman web. Letaknya di dalam <head>, dan fungsinya penting banget buat muncul di tab browser dan muncul di hasil pencarian Google. Title ini penting karena Google baca dan nilai isi <title> buat nentuin topik halaman kamu. Judul yang jelas dan nyantol bisa naikin CTR (Click-Through Rate) alias bikin orang lebih tertarik ngeklik link kamu di Google. Judul yang asal-asalan bisa bikin Google mikir halaman kamu gak relevan Tips Nulis Title yang Mantap Masukin Kata Kunci Utama Misalnya kamu nulis artikel tentang "Cara Membangun Website Belajar", ya tulis aja kata itu di judul. <title>Cara Membangun Website Belajar Buat Paling Pemula</title> Bikin Menarik & Jelas Judul itu ibarat etalase toko. Kalau membosankan, ya orang males masuk. Jadi tambahin daya tarik: <title>Cara Membangun Website Belajar Buat Paling Pemula</title> Pada bagian “Buat Paling Pemula” bikin orang langsung berpikir pembelajaran yang akan mereka dapatkan pasti tidak sangat sulit jadi bikin mereka pengen baca. Jangan Kepanjangan Idealnya antara 50–60 karakter. Kalau terlalu panjang, Google bisa motong dan hasilnya jadi kurang bagus. Favicon Favicon (singkatan dari favorite icon) adalah ikon kecil yang muncul di: Tab browserDaftar bookmarkHistory browserSidebar tab di mobile browserBahkan kadang muncul juga di hasil pencarian Google (kalau beruntung) Contohnya? Kalau kamu buka YouTube, pasti lihat logo merah kecil di tab browser. Nah itu favicon-nya YouTube. Keliatannya remeh, tapi ini bikin web kamu keliatan lebih “niat”. Contoh buatnya kayak gini : <link rel="icon" href="/favicon.ico" type="image/x-icon"> Tips Bikin Favicon yang Keren Ukurannya kecil, biasanya 16x16 px atau 32x32 pxSimpel, jelas, dan mudah dikenaliBoleh pakai logo, inisial, atau simbol khas dari brand kamuGunakan generator favicon kalau butuh banyak versi (favicon untuk dark mode, Android, iOS, dll) Meta Chartset Ini buat ngatur biar karakter kayak huruf é atau emoji bisa tampil dengan benar. <meta charset="UTF-8"> Kenapa Ini Penting? Supaya karakter tampil dengan benar, contohnya: <p>Saya suka belajar di BWA dan membaca artikel-nya!</p> Tanpa UTF-8, bisa-bisa emoji dan huruf artikel-nya jadi simbol aneh karena encoding-nya salah. Tag Viewport untuk Responsivitas Sekarang coba buka website yang nggak responsive di HP. Pasti tampilannya kayak nge-zoom out total, kecil semua, dan harus di-pinch buat baca isinya. Nah, itu karena web-nya belum pakai tag viewport. Tag ini penting banget supaya tampilan web kamu bisa menyesuaikan diri dengan ukuran layar pengunjung mau itu HP, tablet, laptop, atau monitor ultrawide. Tanpa tag ini, browser bakal nganggep lebar layar web kamu tuh tetap kayak layar desktop (sekitar 980px), padahal sekarang banyak user buka dari HP. Cara Pakainya Masukin ini ke dalam <head> HTML kamu: <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0"> Penjelasan Singkat width=device-width: Maksudnya, lebar tampilan website bakal ngikutin lebar layar perangkat yang dipakai.initial-scale=1.0: Ngatur tingkat zoom awal jadi 1 (alias 100%), biar tampilannya langsung pas. Kenapa Ini Wajib? Bikin tampilan web kamu mobile-friendly tanpa harus ngoding dua kali.Gak perlu zoom-zoom kalau buka dari HP.Desain kamu tetap rapi dan terbaca di semua ukuran layar.Google juga lebih suka web yang responsive (poin plus buat SEO!). Fun Fact: Google ngasih ranking lebih bagus ke website yang mobile-friendly, jadi jangan sampai ketinggalan pakai tag ini, ya! Canonical Tag Nah, pernah nggak sih kamu punya dua URL yang isinya sama aja? Contohnya nih, kamu punya: https://contoh.com/produk/sepatuhttps://contoh.com/produk/sepatu?ref=instagram Padahal isinya sama, cuma URL-nya doang yang beda. Nah, Google tuh bisa bingung, nih, kira-kira mana yang asli? Kalau bingung, bisa-bisa website kamu malah kalah saing di hasil pencarian. Makanya, ada yang namanya Canonical Tag. Fungsinya kayak bilang ke Google, “Eh, yang ini ya versi asli dan yang harus diutamain!” Cara pakainya: Pasang ini di <head> halaman kamu yang duplikat: <link rel="canonical" href="<https://contoh.com/produk/sepatu>"> Jadi Google ngerti, yang ini yang bener-bener kamu pengen muncul di pencarian. Kenapa harus pakai? Biar Google gak bingung dan gak kasih nilai jelek karena ada konten duplikat.Biar SEO kamu tetep joss dan gak ‘terpecah’ karena banyak URL.Biar website kamu kelihatan lebih profesional di mata Google. Tips: Selalu tulis URL lengkap, jangan setengah-setengah.Jangan dipakai buat halaman yang isinya beda ya, cuma buat yang mirip banget aja.Ini penting banget buat kamu yang suka upload produk sama konten yang mirip-mirip. Optimalkan Link dan Resource Nah, ini juga bagian penting banget supaya website kamu nggak cuma tampil keren, tapi juga cepat banget loadingnya. Kamu pasti nggak mau kan, pengunjung nunggu lama cuma buat liat gambar atau CSS yang berat? Apa sih maksudnya optimasi link dan resource? Intinya, kamu harus pinter-pinter ngatur gimana file-file kayak gambar, CSS, JavaScript, sama font dimuat di halaman web kamu. Kalau asal-asalan, bisa bikin website kamu lemot, dan itu bikin pengunjung bete dan cabut! Cara gampangnya: Gunakan file versi kecil (minified) buat CSS dan JS. Jadi, file-nya diperkecil tanpa mengurangi fungsi supaya loading lebih cepat.Pakai lazy loading buat gambar dan video, supaya file multimedia cuma dimuat saat pengunjung scroll ke situ.Gunakan format gambar modern kayak WebP yang ukurannya kecil tapi kualitas tetap oke.Manfaatkan caching browser supaya file yang sama nggak terus-terusan didownload ulang.Gunakan CDN (Content Delivery Network) supaya file kamu disimpan di server yang deket sama pengunjung. Contoh simple: <!-- Minified CSS --> <link rel="stylesheet" href="style.min.css"> <!-- Lazy loading gambar --> <img src="foto.webp" loading="lazy" alt="Foto BuildWithAngga"> <!-- Script di bagian bawah biar nggak blocking --> <script src="script.min.js" defer></script> Kenapa ini penting? Google suka banget sama website yang cepet loading-nya. Selain itu, pengunjung juga pasti senang karena gak perlu nunggu lama buat liat konten kamu. Open Graph Pernah nggak sih kamu share link website di sosmed kayak Facebook, Twitter, atau WhatsApp, terus yang muncul cuma link doang? Atau malah gambarnya nggak sesuai sama judulnya? Nah, itu karena kamu belum pasang yang namanya Open Graph. Ini semacam “kartu identitas” buat halaman web kamu supaya pas dibagiin ke sosmed, tampilannya cakep dan informatif. Contohnya kayak gimana? Pas kamu pasang Open Graph, kalau kamu share link, yang muncul bisa kaya gini: Gambar kerenJudul yang menarikDeskripsi singkat yang jelas Jadi yang liat langsung tergoda buat ngeklik. Cara pakai Open Graph gampang banget, taruh di <head>: <meta property="og:title" content="BuildWithAngga - Belajar Coding dari Kasus Nyata"> <meta property="og:description" content="Platform belajar coding terbaik yang bikin kamu siap kerja!"> <meta property="og:image" content="<https://buildwithangga.com/assets/og-image.jpg>"> <meta property="og:url" content="<https://buildwithangga.com>"> <meta property="og:type" content="website"> Penjelasan singkatnya: og:title = Judul yang tampil di preview.og:description = Deskripsi singkat.og:image = Gambar yang muncul di preview.og:url = URL halaman.og:type = Jenis konten, biasanya website atau article. Kenapa wajib? Biar link kamu di sosmed makin menarik dan profesional.Meningkatkan klik dari sosmed karena tampilannya kece.Biar branding kamu makin kuat. Twitter Card Kalau kamu aktif di Twitter dan sering share link, kamu pasti pengen tampilannya kece juga, kan? Nah, Twitter Card ini fungsinya mirip sama Open Graph, tapi khusus buat Twitter. Dengan Twitter Card, saat kamu share link, bakal muncul preview yang cakep: ada gambar, judul, dan deskripsi singkat yang bikin orang pengen klik. Cara pakai Twitter Card Taruh ini di <head> halaman kamu: <meta name="twitter:card" content="summary_large_image"> <meta name="twitter:title" content="BuildWithAngga - Belajar Coding dari Kasus Nyata"> <meta name="twitter:description" content="Platform belajar coding terbaik yang bikin kamu siap kerja!"> <meta name="twitter:image" content="<https://buildwithangga.com/assets/twitter-image.jpg>"> <meta name="twitter:site" content="@buildwithangga"> Penjelasan singkat: twitter:card: Jenis kartu yang mau dipakai. summary_large_image biasanya paling cakep karena ada gambar besar.twitter:title: Judul yang muncul di kartu.twitter:description: Deskripsi singkatnya.twitter:image: Link gambar yang mau ditampilkan.twitter:site: Username Twitter kamu (optional tapi bagus buat branding). Kenapa penting? Biar tweet kamu makin menarik perhatian.Bisa ningkatin klik dan followers juga karena tampilannya lebih kece.Bikin branding kamu makin dikenal. Tag Language di HTML Pernah nggak sih kamu buka halaman web terus teksnya aneh-aneh, kayak kebalik, atau malah hurufnya nggak muncul dengan benar? Salah satu penyebabnya bisa karena kamu nggak set bahasa di HTML kamu. Nah, tag language ini berguna buat ngasih tau browser dan mesin pencari, ini website kamu pakai bahasa apa. Jadi, mereka bisa nampilinnya dengan bener, dan mesin pencari juga ngerti target audiens kamu. Cara pakainya gampang banget, tinggal pasang di tag <html> kamu: <html lang="id"> Kalau website kamu pakai bahasa Indonesia, pakai id. Kalau bahasa Inggris, pakai en. Kenapa ini penting? Biar browser ngerti bahasa yang dipakai, supaya teks bisa ditampilkan dengan tepat.Mesin pencari bisa lebih mudah memahami target pengunjung kamu.Membantu tools aksesibilitas buat pengguna dengan kebutuhan khusus. Hindari Penggunaan JavaScript Berlebih Kadang, kita suka semangat banget pas bikin website, pengen segala fitur serba keren dan interaktif pake JavaScript. Tapi, jangan sampai kebanyakan JavaScript malah bikin website kamu jadi lemot dan berat, ya! Kenapa harus hati-hati sama JavaScript? Karena kalau file JS-nya besar atau kebanyakan, loading website jadi lama, pengunjung jadi bete, dan Google juga bisa kasih nilai kurang bagus buat SEO kamu. Tips supaya JavaScript kamu tetap ngebut: Gunakan hanya yang perlu saja. Jangan asal comot library atau script yang gak dipakai.Minify dan compress file JavaScript biar ukurannya kecil.Load script secara asynchronous pakai async atau defer supaya gak blocking proses loading halaman.Pakai lazy loading buat fitur yang gak langsung dipakai di awal.Evaluasi terus performa website kamu pake tools kayak Google PageSpeed Insights atau Lighthouse. Contoh loading JavaScript yang baik: <script src="script.min.js" defer></script> Dengan defer, browser bakal tetap ngebaca HTML dulu, baru eksekusi JavaScript setelahnya. Jadi, halaman bisa tampil lebih cepat. Penutup Nah, itu dia teman-teman, beberapa tag penting di <head> yang wajib kamu tahu biar website kamu nggak cuma cakep dilihat, tapi juga ramah sama mesin pencari dan pengunjung. Ingat, walaupun tag-tag ini kelihatannya kecil dan tersembunyi, pengaruhnya besar banget buat performa dan SEO web kamu. Jadi, jangan cuma asal bikin website, tapi pastiin juga kamu ngerti dan manfaatin tag-tag ini dengan baik. Dengan begitu, website kamu bukan cuma keren, tapi juga makin gampang ditemukan orang di internet. Selamat ngoding dan terus semangat bikin website kece.

Kelas Dasar-Dasar CSS yang Perlu Dipelajari Frontend Developer di BuildWithAngga

Dasar-Dasar CSS yang Perlu Dipelajari Frontend Developer

Daftar Isi PendahuluanBenefit Setelah Membaca Artikel IniPersiapan Proyek DasarBuat Folder ProyekMembuat File HTML BaruMembuat File CSS BaruMenautkan File CSS ke HTMLMenjalankan Proyek Menggunakan Live ServerApa Itu CSS dan Cara Menghubungkannya dengan HTMLSelektor Dasar CSSProperti WarnaFont dan TeksBox ModelWidth, Height, Max/MinDisplayPositionFlexbox DasarGrid Layout DasarBorder dan Border-RadiusShadow (Bayangan)Pseudo-Class dan Pseudo-ElementZ-index dan LayeringOverflow dan Text OverflowResponsive Design Dasar (Media Queries)Unit CSSTransition dan Animation DasarBackground PropertyCursor, Opacity, dan VisibilityCSS Variables (Custom Properties)Inheritance dan SpecificityBest Practice Penulisan CSSTools & Resources untuk Belajar CSSKesalahan Umum Pemula dalam CSSPenutup Pendahuluan Kalau HTML itu ibarat kerangka atau tulang dari sebuah website, maka CSS (Cascading Style Sheets) adalah kulit dan bajunya. CSS yang bikin website kelihatan keren, rapi, dan nyaman dilihat. Nah, biar kamu nggak bingung harus mulai dari mana, di sini aku rangkum 25 topik dasar CSS yang wajib kamu pahami dulu. Yuk, kita bahas satu per satu, lengkap dengan penjelasan dan contohnya! Benefit Setelah Membaca Artikel Ini Nah, dengan kamu ngerti dasar-dasarnya, kamu bakal lebih mudah: Ngatur tampilan halaman web mulai dari warna, ukuran font, sampai posisi elemen.Bikin desain yang responsif, jadi website kamu tetap oke dilihat dari HP maupun laptop.Nerapin layout modern pakai Flexbox dan Grid tanpa kebingungan.Ngerti cara kerja CSS, jadi kamu bisa ngedit atau nge-debug kode dengan percaya diri.Gabung ke proyek nyata tanpa minder karena udah paham istilah dan konsep dasarnya. Intinya, dengan menguasai dasar CSS, kamu udah selangkah lebih dekat buat jadi frontend developer yang jago dan siap ngebangun tampilan website yang keren dan profesional. Persiapan Proyek Dasar Sebelum masuk ke materi HTML dan CSS, pastikan kamu sudah menyiapkan proyek dasar untuk praktik. Berikut ini langkah-langkahnya: Buat Folder Proyek Buat folder khusus untuk proyek belajar HTML dan CSS.Misalnya, beri nama folder tersebut bwa-belajar-html.Letakkan folder ini di tempat yang mudah diakses, seperti Desktop atau Documents. Membuat File HTML Baru Di dalam folder bwa-belajar-html, buat file baru dengan nama index.html.File ini akan menjadi halaman utama proyek web yang kamu buat.Gunakan editor teks seperti Visual Studio Code untuk membuka dan mengedit file ini. <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> </head> <body> <h1>Halo, BuildWithAngga!</h1> <p>Ini adalah paragraf pertama.</p> </body> </html> Membuat File CSS Baru Masih di dalam folder yang sama, buat file baru dengan nama styles.css.File ini akan berisi aturan styling CSS untuk memperindah halaman webmu. Menautkan File CSS ke HTML Buka index.html dan di dalam tag <head>, tambahkan kode berikut agar file CSS terhubung dengan HTML: <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> Maka kodenya akan seperti ini: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <h1>Halo, BuildWithAngga!</h1> <p>Ini adalah paragraf pertama.</p> </body> </html> Menjalankan Proyek Menggunakan Live Server Agar setiap perubahan yang kamu buat langsung terlihat di browser tanpa harus buka file manual, gunakan ekstensi Live Server di VS Code: Buka VS Code.Klik ikon ekstensi di sidebar, cari Live Server, lalu instal.Setelah ekstensi terpasang, klik kanan pada file index.html dan pilih “Open with Live Server”.Browser akan terbuka otomatis dan menampilkan halaman index.html.Setiap kali kamu menyimpan perubahan, browser akan merefresh secara otomatis. Apa Itu CSS dan Cara Menghubungkannya dengan HTML CSS digunakan untuk mengatur tampilan elemen HTML. Ada 3 cara umum buat menghubungkan CSS ke HTML: Inline — Langsung di elemen HTML <p style="color: red;">Teks ini menggunakan inline CSS</p> Internal — CSS ditulis di dalam <style> di tag <head>. <head> <style> p.blue { color: blue; } </style> </head> External (Paling direkomendasikan) — CSS ditulis di file terpisah (styles.css), lalu dipanggil pakai <link>. <head> <link rel="stylesheet" href="styles.css"> </head> /* styles.css */ .yellow { background-color: yellow; width: fit-content; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> .blue { color: blue; } </style> </head> <body> <p style="color: red">Teks ini menggunakan inline CSS</p> <p class="blue">Teks ini menggunakan internal CSS</p> <p class="yellow">Teks ini menggunakan external CSS</p> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Menghubungkan CSS Selektor Dasar CSS Selektor ini berfungsi untuk “memilih” elemen mana yang mau di-style. /* Tag */ p { color: black; } /* Class */ .title { font-weight: bold; } /* ID */ #main { background-color: #f0f0f0; } Tag: langsung nama elemen HTML.Class: diawali dengan titik . dan bisa dipakai berulang.ID: diawali # dan idealnya unik (satu halaman, satu ID). Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> /* Tag */ p { color: red; } /* Class */ .title { font-weight: bold; } /* ID */ #main { font-style: italic; } </style> </head> <body> <p>Teks ini menggunakan style default</p> <p class="title">Teks ini menggunakan style title</p> <p id="main">Teks ini menggunakan style id</p> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Selektor Dasar CSS Properti Warna Atur warna teks dan background h1 { color: #ff6600; background-color: #f9f9f9; } Kamu bisa pakai: Nama warna (red, blue, dsb.)HEX (#ff0000)RGB (rgb(255, 0, 0))HSL (hsl(0, 100%, 50%)) Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> h1 { color: #ff6600; background-color: #f9f9f9; } h2 { color: whitesmoke; background-color: goldenrod; } </style> </head> <body> <h1>Ini heading 1</h1> <h2>Ini heading 2</h2> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Properti Warna Font dan Teks Ngatur tampilan huruf biar enak dilihat. CSS bisa dipakai buat ngatur tampilan teks biar lebih enak dilihat. Beberapa properti yang sering dipakai: font-family: jenis huruf (Arial, sans-serif, dll)font-size: ukuran huruffont-weight: ketebalan hurufline-height: tinggi baristext-align: posisi teks (kiri, tengah, kanan) p { font-family: 'Arial', sans-serif; font-size: 16px; font-weight: 400; line-height: 1.6; text-align: justify; } 📌 Tip: Gunakan unit rem atau em buat ukuran supaya responsif. Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> p.custom { font-family: "Arial", sans-serif; font-size: 16px; font-weight: 400; line-height: 1.6; text-align: justify; } </style> </head> <body> <p>Teks dengan style default</p> <p class="custom">Teks dengan style CSS</p> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Font dan Teks Box Model Setiap elemen HTML di halaman punya "kotak tak terlihat" yang disebut Box Model. Ini penting banget buat atur layout. Content: isi dari elemen, seperti teks atau gambar.Padding: jarak antara isi elemen dan garis pinggir (border).Border: garis pinggir dari elemen.Margin: jarak antara elemen dengan elemen lain. Ilustrasi urutan: margin → border → padding → content .kotak { width: 200px; padding: 20px; border: 2px solid black; margin: 30px; background-color: lightblue; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> .kotak { width: 200px; padding: 20px; border: 2px solid black; margin: 30px; background-color: lightblue; } </style> </head> <body> <div class="kotak">Ini contoh box model</div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Box Model Width, Height, Max/Min Kita bisa atur ukuran elemen pakai properti: width, height: lebar dan tinggi elemen.max-width, min-width: batas maksimal dan minimal lebar.max-height, min-height: sama, tapi untuk tinggi. .gambar { width: 100%; max-width: 500px; height: auto; } 📌 max-width dan min-height penting buat desain responsif. Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> .gambar { width: 100%; max-width: 500px; height: auto; } </style> </head> <body> <img src="./assets/logo_bwa_text.svg" alt="Gambar" class="gambar" /> </body> </html> Hasilnya: Local Result Display Nentuin bagaimana elemen ditampilkan: Properti display ngatur bagaimana elemen ditampilkan. block: elemen menempati satu baris penuh (contoh: <div>, <p>).inline: elemen menempel di baris yang sama (contoh: <span>, <a>).inline-block: seperti inline tapi bisa diatur width dan height.none: menyembunyikan elemen. .inline { display: inline; background-color: yellow; } .block { display: block; background-color: lightgreen; } .hilang { display: none; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> .inline { display: inline; background-color: yellow; } .block { display: block; background-color: lightgreen; } .hilang { display: none; } </style> </head> <body> <span class="inline">Ini inline</span> <div class="block">Ini block</div> <p class="hilang">Teks ini tidak terlihat</p> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Display Position Properti position digunakan untuk mengatur posisi elemen di halaman: static: default, ikut alur normal dokumen.relative: geser posisi relatif terhadap posisi awalnya.absolute: posisi relatif terhadap elemen induk terdekat yang memiliki position: relative.fixed: nempel di layar, nggak geser waktu di-scroll.sticky: nempel di posisi tertentu saat discroll. .relative-box { position: relative; top: 20px; left: 40px; background: coral; padding: 10px; } .fixed-box { position: fixed; top: 10px; right: 10px; background: black; color: white; padding: 10px; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> .relative-box { position: relative; top: 20px; left: 40px; background: coral; padding: 10px; } .fixed-box { position: fixed; top: 10px; right: 10px; background: black; color: white; padding: 10px; } </style> </head> <body> <div class="relative-box">Ini relative</div> <div class="fixed-box">Ini fixed</div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Position Flexbox Dasar Flexbox digunakan untuk menyusun elemen secara fleksibel dalam satu baris atau kolom. Kapan digunakan? ➡️ Gunakan Flexbox kalau kamu ingin menyusun elemen satu arah (horizontal atau vertical) dan butuh perataan yang fleksibel seperti center, space-between, wrap, dll. Properti penting: display: flexjustify-content: mengatur posisi horizontalalign-items: mengatur posisi vertical .container { display: flex; justify-content: space-between; align-items: center; background: #f0f0f0; padding: 20px; } .item { background: lightblue; padding: 10px 20px; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> .container { display: flex; justify-content: space-between; align-items: center; background: #f0f0f0; padding: 20px; } .item { background: lightblue; padding: 10px 20px; } </style> </head> <body> <div class="container"> <div class="item">Kiri</div> <div class="item">Tengah</div> <div class="item">Kanan</div> </div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Flexbox Dasar Grid Layout Dasar CSS Grid digunakan untuk menyusun layout dua arah (baris dan kolom) — cocok untuk membuat layout kompleks seperti galeri, dashboard, dll. Kapan digunakan? ➡️ Gunakan Grid jika kamu butuh kontrol penuh di baris dan kolom, seperti menyusun elemen dalam bentuk tabel, galeri, atau layout kompleks. Properti penting: display: gridgrid-template-columnsgrid-template-rowsgap .grid-container { display: grid; grid-template-columns: repeat(3, 1fr); gap: 10px; } .grid-item { background-color: #ddd; padding: 20px; text-align: center; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> .grid-container { display: grid; grid-template-columns: repeat(3, 1fr); gap: 10px; } .grid-item { background-color: #ddd; padding: 20px; text-align: center; } </style> </head> <body> <div class="grid-container"> <div class="grid-item">1</div> <div class="grid-item">2</div> <div class="grid-item">3</div> <div class="grid-item">4</div> <div class="grid-item">5</div> <div class="grid-item">6</div> </div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Grid Layout Dasar Border dan Border-Radius border digunakan untuk memberikan garis di sekeliling elemen, sedangkan border-radius bikin sudut elemen jadi melengkung. .kotak { border: 2px solid #333; padding: 20px; border-radius: 10px; background-color: #f5f5f5; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> .kotak { border: 2px solid #333; padding: 20px; border-radius: 10px; background-color: #f5f5f5; } </style> </head> <body> <div class="kotak">Ini contoh border dengan radius</div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Border dan Border-Radius Shadow (Bayangan) Bayangan bisa menambah efek visual. Ada dua properti: box-shadow: untuk elemen kotaktext-shadow: untuk teks .bayangan { padding: 20px; background: white; box-shadow: 0 4px 8px rgba(0, 0, 0, 0.2); text-shadow: 1px 1px 2px gray; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> .bayangan { padding: 20px; background: white; box-shadow: 0 4px 8px rgba(0, 0, 0, 0.2); text-shadow: 1px 1px 2px gray; } </style> </head> <body> <div class="bayangan">Teks ini punya bayangan!</div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Shadow Pseudo-Class dan Pseudo-Element Digunakan untuk menargetkan keadaan tertentu (:hover, :focus) atau bagian elemen (::before, ::after). a:hover { color: red; } .box::before { content: "👉 "; } .box::after { content: " ✅"; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> a:hover { color: red; } .box::before { content: "👉 "; } .box::after { content: " ✅"; } </style> </head> <body> <a href="#">Arahkan kursor ke link ini</a> <p class="box">Teks dengan before dan after</p> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Pseudo-Class dan Pseudo-Element Z-index dan Layering Kalau elemen saling tumpuk (overlapping), z-index mengatur siapa yang muncul di atas. Catatan: Hanya berfungsi pada elemen dengan position selain static. .kotak1, .kotak2 { width: 100px; height: 100px; position: absolute; } .kotak1 { background: red; top: 30px; left: 30px; z-index: 1; } .kotak2 { background: blue; top: 50px; left: 50px; z-index: 2; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> .kotak1, .kotak2 { width: 100px; height: 100px; position: absolute; } .kotak1 { background: red; top: 30px; left: 30px; z-index: 1; } .kotak2 { background: blue; top: 50px; left: 50px; z-index: 2; } </style> </head> <body> <div class="kotak1"></div> <div class="kotak2"></div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Z-Index dan Layering Overflow dan Text Overflow overflow: mengatur apa yang terjadi saat konten melebihi ukuran wadah.text-overflow: digunakan saat teks terlalu panjang.Biasanya dipakai bareng white-space: nowrap dan overflow: hidden. .teks { width: 200px; white-space: nowrap; overflow: hidden; text-overflow: ellipsis; border: 1px solid #000; padding: 10px; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> <style> .teks { width: 200px; white-space: nowrap; overflow: hidden; text-overflow: ellipsis; border: 1px solid #000; padding: 10px; } </style> </head> <body> <div class="teks"> Ini adalah teks yang sangat panjang dan tidak akan muat dalam satu baris. </div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Overflow dan Text Overflow Responsive Design Dasar (Media Queries) media queries memungkinkan tampilan berubah sesuai ukuran layar — penting untuk tampilan mobile. body { background: lightgreen; } @media (max-width: 600px) { body { background: lightcoral; } } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>Judul Halaman</title> <style> body { background: lightgreen; } @media (max-width: 600px) { body { background: lightcoral; } } </style> </head> <body> <p>Resize ukuran layar untuk melihat perubahan background!</p> </body> </html> Hasilnya: Unit CSS Satuan dalam CSS bisa dibagi jadi dua: Absolut: pxRelatif: %, em, rem, vh, vw UnitPenjelasanpxPixel (tetap)%Persentase dari elemen indukemBerdasarkan ukuran font elemen indukremBerdasarkan ukuran font root (html)vh1% dari tinggi viewportvw1% dari lebar viewport .box { width: 50vw; height: 20vh; background: teal; color: white; padding: 1rem; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>Judul Halaman</title> <style> .box { width: 50vw; height: 20vh; background: teal; color: white; padding: 1rem; } </style> </head> <body> <div class="box">Kotak ini pakai unit responsive</div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Unit CSS Transition dan Animation Dasar transition = efek halus saat suatu properti berubah (misalnya warna).animation = animasi yang bisa diatur sendiri dengan keyframes. /* Transition */ .tombol { padding: 10px 20px; background: dodgerblue; color: white; border: none; transition: background 0.3s ease; } .tombol:hover { background: navy; } /* Animation */ @keyframes geser { from { transform: translateX(0); } to { transform: translateX(100px); } } .kotak { width: 100px; height: 100px; background: orange; animation: geser 2s infinite alternate; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>Judul Halaman</title> <style> /* Transition */ .tombol { padding: 10px 20px; background: dodgerblue; color: white; border: none; transition: background 0.3s ease; } .tombol:hover { background: navy; } /* Animation */ @keyframes geser { from { transform: translateX(0); } to { transform: translateX(100px); } } .kotak { width: 100px; height: 100px; background: orange; animation: geser 2s infinite alternate; } </style> </head> <body> <button class="tombol">Hover saya!</button> <div class="kotak"></div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Transition dan Animation Background Property Properti background bisa digunakan untuk menambahkan warna, gambar, atau bahkan gradasi ke elemen. .kotak { padding: 30px; background-image: linear-gradient(to right, #6dd5ed, #2193b0); color: white; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>Judul Halaman</title> <style> .kotak { padding: 30px; background-image: linear-gradient(to right, #6dd5ed, #2193b0); color: white; } </style> </head> <body> <div class="kotak">Ini adalah background gradient</div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Background Property Cursor, Opacity, dan Visibility cursor: mengubah bentuk kursor saat diarahkan ke elemen.opacity: mengatur transparansi elemen.visibility: menyembunyikan elemen, tapi tetap mengambil ruang. .kotak { cursor: pointer; opacity: 0.7; } .hilang { visibility: hidden; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>Judul Halaman</title> <style> .kotak { cursor: pointer; opacity: 0.7; } .hilang { visibility: hidden; } </style> </head> <body> <div class="kotak">Arahkan kursor ke saya</div> <p class="hilang">Saya tidak terlihat tapi masih ada di halaman</p> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Cursor, Opacity, Visibility CSS Variables (Custom Properties) CSS sekarang bisa pakai "variabel" supaya styling lebih mudah dikelola dan diubah. :root { --warna-utama: teal; --padding-biasa: 20px; } .box { background: var(--warna-utama); color: white; padding: var(--padding-biasa); } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>Judul Halaman</title> <style> :root { --warna-utama: teal; --padding-biasa: 20px; } .box { background: var(--warna-utama); color: white; padding: var(--padding-biasa); } </style> </head> <body> <div class="box">Variabel CSS bikin kode lebih rapi</div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: CSS Variables Inheritance dan Specificity Inheritance: beberapa properti CSS (seperti color, font) akan diturunkan ke anak-anaknya.Specificity: urutan prioritas selector (ID > class > tag). /* Inheritance */ .parent { color: blue; } /* Specificity */ h1 { color: green; } .text { color: blue; } #utama { color: red; } Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>Judul Halaman</title> <style> /* Inheritance */ .parent { color: blue; } /* Specificity */ h1 { color: green; } .text { color: blue; } #utama { color: red; } </style> </head> <body> <div class="parent"> Ini teks parent <p>Ini anaknya, ikut warna biru</p> </div> <h1 id="utama" class="text">Warna ini akan merah karena ID menang</h1> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Inheritance dan Specificity Best Practice Penulisan CSS Tips-tips penting: Gunakan class, hindari terlalu banyak styling dengan ID.Buat kode terstruktur dan modular.Hindari penggunaan !important kecuali benar-benar perlu.Gunakan CSS reset atau normalize untuk hasil konsisten di semua browser.Pisahkan CSS eksternal (style.css) daripada menulis langsung di HTML. Tools & Resources untuk Belajar CSS MDN Web Docs - CSSCSS-TricksCodePenCan I use untuk cek dukungan browserFlexbox Froggy & Grid Garden — game belajar CSS interaktif Kesalahan Umum Pemula dalam CSS Terlalu bergantung pada !importantTidak memahami box model → layout jadi kacauPakai banyak ID untuk styling (susah di-reuse)Tidak pakai konsistensi unit (px vs rem)Menulis CSS langsung di HTML (inline) berantakan Penutup Nah, itu dia pembahasan lengkap soal dasar-dasar CSS yang wajib banget kamu kuasai kalau pengen jadi frontend developer. Mulai dari hal paling dasar kayak cara hubungin CSS ke HTML, sampai yang agak teknikal kayak Flexbox, Grid, dan animasi. Belajar CSS itu memang nggak instan, tapi kalau kamu rajin latihan dan eksperimen, pelan-pelan pasti paham kok. Coba aja otak-atik sendiri, bikin komponen kecil, atau tiru desain yang kamu suka. Semakin sering praktik, semakin cepat kamu terbiasa. Kalau kamu stuck atau bingung, jangan ragu buat buka dokumentasi kayak MDN Web Docs, main ke CodePen, atau cari inspirasi di CSS-Tricks. Terakhir, ingat: CSS bukan cuma soal bikin tampilan bagus, tapi juga soal bikin pengalaman pengguna yang nyaman dan konsisten di berbagai perangkat. Jadi, semangat belajar dan jangan takut eksplorasi! Selamat ngoding dan semoga makin jago styling halaman web! 🚀

Kelas Dasar-Dasar HTML yang Perlu Dipelajari Frontend Developer di BuildWithAngga

Dasar-Dasar HTML yang Perlu Dipelajari Frontend Developer

Daftar Isi PendahuluanBenefit Setelah Membaca Artikel IniPersyaratanPersiapan Proyek DasarBuat Folder ProyekMembuat File HTML BaruMembuat File CSS BaruMenautkan File CSS ke HTMLMenjalankan Proyek Menggunakan Live ServerDasar-Dasar HTMLStruktur Dasar HTMLHeading (Judul)Paragraf dan TeksGambarTautan atau LinkDaftar (List)TabelFormulir HTML SederhanaKomentar di HTMLElemen Semantic HTMLMedia (Audio & Video)Elemen Inline vs BlockAtribut HTML UmumElemen Inline vs BlockCharacter EntitiesElemen <div> dan <span>Aksesibilitas DasarMeta TagElemen <iframe>Elemen <script> dan <link>Elemen <style> dalam HTMLJavaScript dalam HTMLBest Practice Penulisan HTMLValidasi HTMLTools & ResourcesKesalahan Umum PemulaPenutup Pendahuluan Kalau kamu baru mulai belajar jadi frontend developer, HTML adalah hal pertama yang wajib banget kamu kuasai. HTML (HyperText Markup Language) ini ibarat kerangka bangunan dari sebuah website. Tanpa HTML, halaman web nggak bakal punya struktur—nggak ada judul, paragraf, gambar, atau tombol. Meski kelihatannya simpel, HTML punya banyak elemen penting yang perlu kamu pahami satu per satu. Mulai dari cara bikin heading, link, sampai form buat input data. Semua itu jadi dasar utama sebelum kamu lanjut ke styling dengan CSS atau interaktivitas pakai JavaScript. Nah, di artikel ini kita bakal kupas tuntas dasar-dasar HTML yang paling sering dipakai dalam dunia frontend. Cocok banget buat kamu yang baru mulai belajar atau pengen nge-review lagi biar makin paham. Benefit Setelah Membaca Artikel Ini Setelah kamu baca artikel ini sampai tuntas, kamu akan: Lebih paham struktur dasar HTML dan fungsinya.Bisa menulis HTML dengan benar dan rapi.Siap lanjut belajar CSS atau JavaScript tanpa bingung.Lebih percaya diri bikin halaman web sederhana dari nol. Siap? Yuk langsung mulai belajar HTML dengan cara yang santai tapi tetap ngena! 🚀 Persyaratan Sebelum mulai belajar HTML dan CSS, pastikan kamu sudah menyiapkan hal-hal berikut: Editor Teks – Gunakan Visual Studio Code (VS Code) karena ringan dan banyak fitur pendukung.Browser Modern – Seperti Google Chrome, Firefox, atau Edge untuk melihat hasil kode secara langsung.Pengetahuan Dasar Komputer – Misalnya membuat folder, menyimpan file, dan menyalin kode.Semangat dan Konsistensi – Karena belajar coding perlu ketekunan agar cepat mahir. Persiapan Proyek Dasar Sebelum masuk ke materi HTML dan CSS, pastikan kamu sudah menyiapkan proyek dasar untuk praktik. Berikut ini langkah-langkahnya: Buat Folder Proyek Buat folder khusus untuk proyek belajar HTML dan CSS.Misalnya, beri nama folder tersebut bwa-belajar-html.Letakkan folder ini di tempat yang mudah diakses, seperti Desktop atau Documents. Membuat File HTML Baru Di dalam folder bwa-belajar-html, buat file baru dengan nama index.html.File ini akan menjadi halaman utama proyek web yang kamu buat.Gunakan editor teks seperti Visual Studio Code untuk membuka dan mengedit file ini. <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> </head> <body> <h1>Halo, BuildWithAngga!</h1> <p>Ini adalah paragraf pertama.</p> </body> </html> Membuat File CSS Baru Masih di dalam folder yang sama, buat file baru dengan nama styles.css.File ini akan berisi aturan styling CSS untuk memperindah halaman webmu. Menautkan File CSS ke HTML Buka index.html dan di dalam tag <head>, tambahkan kode berikut agar file CSS terhubung dengan HTML: <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> Maka kodenya akan seperti ini: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <h1>Halo, BuildWithAngga!</h1> <p>Ini adalah paragraf pertama.</p> </body> </html> Menjalankan Proyek Menggunakan Live Server Agar setiap perubahan yang kamu buat langsung terlihat di browser tanpa harus buka file manual, gunakan ekstensi Live Server di VS Code: Buka VS Code.Klik ikon ekstensi di sidebar, cari Live Server, lalu instal.Setelah ekstensi terpasang, klik kanan pada file index.html dan pilih “Open with Live Server”.Browser akan terbuka otomatis dan menampilkan halaman index.html.Setiap kali kamu menyimpan perubahan, browser akan merefresh secara otomatis. Dasar-Dasar HTML HTML (HyperText Markup Language) itu bahasa yang dipakai buat nyusun struktur halaman web. Buat kamu yang pengen jadi frontend developer, ngerti dasar-dasar HTML itu penting banget biar bisa bikin halaman web yang rapi, gampang dipahami, dan gampang juga dirawat ke depannya. Nah, di bawah ini ada beberapa elemen HTML dasar yang wajib banget kamu pelajari di tahap awal: Struktur Dasar HTML Setiap dokumen HTML dimulai dengan deklarasi <!DOCTYPE html> diikuti dengan elemen dasar seperti <html>, <head>, dan <body>. Struktur ini menjadi fondasi dari setiap halaman web. <!DOCTYPE html> <html> <head> <meta charset="UTF-8" /> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0" /> <title>Judul Halaman</title> </head> <body> <h1>Halo, BuildWithAngga!</h1> <p>Ini adalah paragraf pertama.</p> </body> </html> Penjelasan: <!DOCTYPE html>: Mendefinisikan bahwa ini adalah dokumen HTML5.<html>: Elemen utama yang membungkus seluruh isi halaman.<head>: Berisi metadata, seperti judul halaman, karakter encoding, dan viewport.<body>: Berisi konten yang ditampilkan di browser. Maka hasilnya akan seperti berikut: Local Result: Struktur Dasar Heading (Judul) <h1>Judul Utama</h1> <h2>Sub Judul</h2> <h3>Sub-sub Judul</h3> Penjelasan: Heading digunakan untuk memberi struktur pada dokumen. <h1> adalah yang paling penting, sedangkan <h6> paling rendah. Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <h1>Belajar HTML dan CSS di BuildWithAngga!</h1> <h2>Struktur Dasar HTLM</h2> <h3>Membuat File index.html</h3> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Heading Tips SEO: Gunakan hanya satu <h1> per halaman, karena ini penting untuk optimasi mesin pencari. Paragraf dan Teks Gunakan tag <p> untuk membuat paragraf teks. <p><strong>Ini penting</strong> dan <em>ini miring</em>.</p> <p>Baris pertama<br>Baris kedua</p> <p>Kata ini <span style="color: red;">diwarnai</span>.</p> <p><mark>Disorot</mark> dengan tag mark.</p> Digunakan untuk memperkaya konten: <strong>: Penekanan penting (tebal).<em>: Penekanan (miring).<br>: Ganti baris.<span>: Kontainer inline.<mark>: Menyorot teks. Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <p><strong>Ini penting</strong> dan <em>ini miring</em>.</p> <p>Baris pertama<br>Baris kedua</p> <p>Kata ini <span style="color: red;">diwarnai</span>.</p> <p><mark>Disorot</mark> dengan tag mark.</p> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Paragraf dan Teks Gambar Menampilkan gambar dengan tag <img> Buat folder dengan nama assets dan simpan gambar di folder tersebut Struktur Proyek Maka tag <img> akan seperti berikut: <img src="./assets/logo_bwa_text.svg" alt="Logo BuildWithAngga" width="200" height="auto" /> Penjelasan: src: Lokasi file gambar.alt: Teks alternatif yang ditampilkan jika gambar gagal dimuat (dan penting untuk SEO & aksesibilitas).width & height: Mengatur ukuran gambar. Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <img src="./assets/logo_bwa_text.svg" alt="Logo BuildWithAngga" width="200" height="auto" /> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Tag <img> Tautan atau Link Gunakan tag <a> untuk membuat hyperlink: <a href="<https://buildwithangga.com>" target="_blank">Kunjungi BuildWithAngga</a> Penjelasan: href: URL tujuan.target="_blank": Membuka link di tab baru (jaga pengalaman pengguna). Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <a href="<https://buildwithangga.com>" target="_blank">Kunjungi BuildWithAngga</a> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Tautan atau Link Daftar (List) HTML memiliki dua jenis daftar: Daftar tidak berurutan (bullet points): <ul> <li>HTML</li> <li>CSS</li> <li>JavaScript</li> </ul> Daftar berurutan (angka): <ol> <li>Install editor</li> <li>Tulis HTML</li> <li>Lihat hasil di browser</li> </ol> Gunakan <li> (list item) di dalam <ul> atau <ol>. Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <p>Daftar tidak berurutan (bullet points):</p> <ul> <li>HTML</li> <li>CSS</li> <li>JavaScript</li> </ul> <p>Daftar berurutan (angka):</p> <ol> <li>Install editor</li> <li>Tulis HTML</li> <li>Lihat hasil di browser</li> </ol> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Daftar (List) Tabel Menampilkan data tabular. <table> <tr> <th>Nama</th> <th>Umur</th> </tr> <tr> <td>Ani</td> <td>22</td> </tr> </table> Penjelasan: <table>: Membuat tabel.<tr>: Table row (baris).<td>: Table data (sel data).<th>: Table heading (judul kolom).colspan, rowspan: Menggabungkan kolom atau baris. Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <table> <tr> <th>Nama</th> <th>Umur</th> </tr> <tr> <td>Ani</td> <td>22</td> </tr> </table> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Tabel Formulir HTML Sederhana Digunakan untuk mengumpulkan data dari pengguna. <form> <label for="nama">Nama:</label> <input type="text" id="nama" name="nama"> <label for="pesan">Pesan:</label> <textarea id="pesan" name="pesan"></textarea> <button type="submit">Kirim</button> </form> Penjelasan: <label>: Label untuk input.<input>: Bidang input (bisa text, email, password, dll.).<button>: Tombol kirim. Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <form> <label for="nama">Nama:</label> <input type="text" id="nama" name="nama" /> <label for="pesan">Pesan:</label> <textarea id="pesan" name="pesan"></textarea> <button type="submit">Kirim</button> </form> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Formulir Komentar di HTML Komentar digunakan untuk memberi catatan dalam kode, yang tidak akan ditampilkan di browser. <!-- Ini adalah komentar, tidak akan tampil di browser --> Komentar berguna saat bekerja dalam tim atau saat menulis catatan pribadi. Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <!-- Ini adalah komentar, tidak akan tampil di browser --> <p>Ini akan tampil di browser</p> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Komentar di HTML Element Semantic HTML Elemen semantik membuat kode lebih mudah dibaca dan dimengerti, baik oleh developer maupun mesin pencari. <header> <h1>Judul Website</h1> </header> <nav> <ul> <li><a href="/">Beranda</a></li> <li><a href="/tentang">Tentang</a></li> </ul> </nav> <main> <article> <h2>Artikel Terbaru</h2> <p>Konten artikel...</p> </article> </main> <footer> <p>© 2025 Website Kamu</p> </footer> Elemen semantik penting untuk: SEO (karena mesin pencari lebih memahami struktur konten).Aksesibilitas (pengguna pembaca layar bisa menjelajah lebih mudah). Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <header> <h1>Judul Website</h1> </header> <nav> <ul> <li><a href="/">Beranda</a></li> <li><a href="/tentang">Tentang</a></li> </ul> </nav> <main> <article> <h2>Artikel Terbaru</h2> <p>Konten artikel...</p> </article> </main> <footer> <p>© 2025 Website Kamu</p> </footer> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Semantic HTML Media (Audio & Video) Memutar media langsung dari halaman web. <audio controls> <source src="./assets/lagu.mp3" type="audio/mpeg" /> </audio> <video controls autoplay> <source src="./assets/video.mp4" type="video/mp4" /> </video> Tambahkan file audio dan video di folder assets Struktur Proyek Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <audio controls> <source src="./assets/lagu.mp3" type="audio/mpeg" /> </audio> <video controls autoplay> <source src="./assets/video.mp4" type="video/mp4" /> </video> </body> </html> Hasilnya: BuildWithAngga Elemen Inline vs Block Inline: Tidak mulai baris baru (<a>, <span>)Block: Mengisi satu baris penuh (<div>, <p>) Atribut HTML Umum Penjelasan: id: Identifikasi unik.class: Mengelompokkan elemen, berguna untuk styling.title: Tooltip ketika hover.alt: Alternatif teks gambar.value: Nilai awal input.name: Nama yang dikirim saat submit form. <input type="text" id="email" class="input-form" title="Masukkan email kamu" value="[email protected]" name="email"> Elemen Inline vs Block Penjelasan: Block: Mengambil satu baris penuh (<div>, <p>, <h1>, <section>)Inline: Tidak memulai baris baru (<span>, <a>, <strong>, <img>) Character Entities Digunakan untuk menampilkan karakter khusus: <p>5 < 10 dan 10 > 5</p> <p>© 2025</p> <p>Gunakan & untuk simbol &</p> Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <p>5 < 10 dan 10 > 5</p> <p>© 2025</p> <p>Gunakan & untuk simbol &</p> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Character Entities Elemen <div> dan <span> Perbedaan: <div>: Kontainer block.<span>: Kontainer inline. <div class="container"> <p><span class="highlight">Teks ini</span> memiliki latar belakang khusus.</p> </div> Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <div class="container"> <p> <span class="highlight">Teks ini</span> memiliki latar belakang khusus. </p> </div> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Element <div> dan <span> Aksesibilitas Dasar Tips: Gunakan alt pada gambar.Gunakan elemen semantik.Tambahkan aria-label untuk elemen interaktif. Meta Tag Berada di dalam <head>, mempengaruhi pengaturan dasar halaman. <meta charset="UTF-8"> <meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0"> <meta name="description" content="Belajar dasar-dasar HTML untuk pemula"> Elemen <iframe> Digunakan untuk menyematkan halaman lain ke dalam halaman saat ini. <iframe src="<https://www.youtube.com/embed/WxQnBRwm7h8>" width="600" height="400"></iframe> Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <iframe src="<https://www.youtube.com/embed/WxQnBRwm7h8>" width="600" height="400" ></iframe> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Elemen <iframe> Elemen <script> dan <link> <script>: Menyisipkan JavaScript, biasanya ditempatkan sebelum tag penutup </body>.<link>: Menghubungkan file CSS, biasanya ditempatkan sebelum tag penutup </head>. <link rel="stylesheet" href="styles.css"> <script src="script.js"></script> Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> <link rel="stylesheet" href="styles.css" /> </head> <body> <p>Teks style <span class="highlight">file CSS</span>.</p> <script src="script.js"></script> </body> </html> File styles.css .highlight { background-color: yellow; } File script.js alert("Halo BuildWithAngga!"); Hasilnya: Local Result: JavaScript Local Result: CSS Elemen <style> dalam HTML Kita juga bisa meletakkan CSS di file HTML dengan menggunakan tag <style>. Biasanya ditempatkan diantara tag <head> dan <body>. <style> p { color: red; } </style> Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> </head> <style> p { color: red; } </style> <body> <p>Tag style di file html</p> </body> </html> Hasilnya: Local Result: Tag <style> di file HTML JavaScript dalam HTML Kita juga bisa menuliskan kode JavaScript di dalam file HTML dengan menggunakan tag <script>. <script> alert("Halo BuildWithAngga!"); </script> Contoh: <!DOCTYPE html> <html> <head> <title>Judul Halaman</title> </head> <body> <p>JavaScript di dalam file HTML.</p> <script> alert("Halo BuildWithAngga!"); </script> </body> </html> Hasilnya: Local Result: JavaScript di dalam file HTML Best Practice Penulisan HTML Gunakan indentasi.Gunakan lowercase untuk tag.Tambahkan atribut alt untuk gambar.Gunakan elemen semantik untuk struktur. Validasi HTML Gunakan validator.w3.org untuk mengecek kesalahan HTML secara otomatis. Validasi HTML Tools & Resources Berikut beberapa tools dan resources yang bisa kita gunakan: 📚 MDN Web Docs📘 W3Schools🛠️ HTML Validator Kesalahan Umum Pemula Tidak menutup tag HTML.Tidak menggunakan elemen semantik.Duplikat id.Meletakkan elemen <script> sebelum konten selesai dimuat. Penutup Itu dia pembahasan lengkap tentang dasar-dasar HTML yang penting banget buat kamu kuasai sebagai frontend developer. Meskipun HTML terlihat simpel, sebenarnya fondasi ini punya peran besar dalam membangun struktur dan semantik sebuah website. Dengan paham HTML, kamu jadi tahu bagaimana cara menyusun konten yang rapi, mudah diakses, dan ramah SEO. Selain itu, kamu juga bakal lebih mudah kerja bareng CSS dan JavaScript nantinya, karena semuanya dimulai dari struktur HTML yang baik. Ingat, meskipun kamu udah masuk ke hal-hal yang lebih kompleks kayak React atau Tailwind, skill HTML yang kuat tetap jadi kunci biar hasil akhir websitemu nggak cuma keren, tapi juga terstruktur dan bisa di-maintain dengan baik. Jadi, terus latihan ya — bikin halaman web sederhana, otak-atik tag, dan pelajari elemen-elemen baru. Semakin sering kamu praktik, makin cepat kamu jadi makin jago! Selamat belajar dan semoga makin mantap jadi frontend developer! 💻✨