Akses kelas selamanya

Ambil Promo
flash sale
hamburger-menu

Tips All

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Reset
Kelas Rekomendasi Library Javascript Untuk Bikin Animasi Interaktif! di BuildWithAngga

Rekomendasi Library Javascript Untuk Bikin Animasi Interaktif!

Menyajikan animasi pada website adalah cara yang paling cepat dalam meningkatkan pengunjung ke website kalian*.* Dalam era di mana persaingan antar-website semakin ketat, memiliki animasi yang menarik dapat menjadi pembeda yang signifikan untuk menarik lebih banyak pengunjung dan membuat mereka tinggal lebih lama. Animation Library pada Javascript adalah salah satu tools paling populer bagi developers untuk membuat visual menarik dan interaktif untuk aplikasi web. Dengan kemajuan library Javascript, animasi telah menjadi lebih mudah dibuat dan diakses dari sebelumnya. Dengan library yang tepat, developers dapat membuat animasi yang memukau yang menambahkan tingkat keterlibatan dan pengalaman pengguna ke situs web dan aplikasi. Untuk membantu kalian menemukan animation library yang tepat untuk proyrek web kalian, kami akan merekomendasikan beberapa daftar animation library Javascript terbaik! Let’s dive in! 1. Anime.js Dari banyaknya animation libraries Javascript, Anime.js menjadi yang terbaik diantaranya. Library ini mudah digunakan, memiliki API yang berukuran kecil dan simple serta menyediakan semua modern animation engine yang kalian butuhkan. Dengan library ini kalian dapat membuat berbagai macam efek animasi, seperti scaling, morphing, dan rotating. Anime.js bagus digunakan ketika kalian ingin membuat animasi yang kompleks, seperti bola memantul atau roda yang berputar. Kalian juga dapat membuat animasi interaktif, seperti efek hover atau transisi halaman. Anime.js memiliki ukuran file yang kecil dan mendukung berbagai modern browsers, termasuk IE/Edge 11+. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan library ini. Kelebihan: API yang mudah digunakanRingan dan fleksibelMendukung semua browser utamaMenawarkan berbagai fiturSistem plugin Kekurangan: Tidak support browser lamaDukungan terbatas SVG 2. Three.js Three.js adalah sebuah library Javascript yang digunakan untuk membuat dan menampilkan grafika 3D interaktif di web browser. Library ini bergantung pada WebGL untuk membuat dan merender animasi 3D di browser. Dengan Three.js, kalian dapat membuat animasi, visualisasi data, game, dan aplikasi VR (Virtual Reality) yang menarik secara visual. Pustaka ini memberikan akses mudah ke fungsi-fungsi yang kompleks dalam pembuatan grafika 3D, seperti pembuatan objek, pencahayaan, tekstur, dan efek animasi. Three.js sangat cocok digunakan untuk pembuatan aplikasi interaktif 3D, seperti simulasi, visualisasi arsitektur, game 3D, atau proyek-proyek kreatif lainnya yang memanfaatkan elemen 3D secara intensif. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan: Memudahkan pembuatan dan tampilan grafika 3D di web browser.Memungkinkan penggunaan GPU untuk menghasilkan gambar dan animasi dengan cepatKompatibel dengan berbagai platform dan browser utama.Beragam dukungan komunitas dan dokumentasi yang luas. Kekurangan: Membutuhkan pemahaman yang cukup tentang konsep-konsep dasar grafika 3D.Kinerja mungkin menjadi masalah dalam proyek-proyek yang sangat kompleks.Membutuhkan waktu untuk mempelajari dan menguasai. 3. Popmotion.js Popmotion.js adalah sebuah library Javascript yang dirancang untuk membuat animasi interaktif dengan mudah di aplikasi web. Dengan Popmotion.js, kalian dapat membuat animasi yang mulus dan responsif dengan menggunakan berbagai jenis gerakan dan interpolasi. Library ini menyediakan berbagai fitur untuk mengontrol animasi, termasuk pengaturan kecepatan, durasi, dan perubahan properti dari waktu ke waktu. Popmotion.js ditulis dalam TypeScript, dan setiap fungsi dapat diporting secara individual ke dalam berbagai lingkungan Javascript. Popmotion.js cocok digunakan untuk pembuatan animasi sederhana hingga menengah di aplikasi web, seperti animasi UI, efek hover, transisi halaman, dan animasi interaktif lainnya. Library ini juga berguna untuk membuat elemen-elemen interaktif seperti drag-and-drop, serta animasi responsif yang merespons input pengguna dengan halus. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan: Mudah digunakan dan dipelajari.Mendukung berbagai jenis gerakan, termasuk tweening, drag, dan inertia.Ringan dan memiliki performa yang baik.Desain yang responsif. Kekurangan: Dukungan dokumentasi dan komunitas yang lebih terbatas dibandingkan dengan library animasi lainnya.Dukungan terbatas SVG 4. GSAP GSAP (GreenSock Animation Platform) adalah sebuah perpustakaan Javascript yang sangat populer dan powerful untuk membuat animasi di aplikasi web. GSAP memungkinkan pengembang untuk membuat animasi yang kompleks dan halus dengan mudah, termasuk animasi gerakan, transformasi, rotasi, dan lainnya. Dengan GSAP, pengembang memiliki kontrol yang sangat baik terhadap animasi, termasuk kontrol waktu, urutan, dan durasi. GSAP sangat cocok digunakan untuk pembuatan animasi kompleks dan responsif di aplikasi web, termasuk animasi interaktif, efek parallax, transisi halaman, dan banyak lagi. Ini juga berguna untuk pembuatan game berbasis web dan aplikasi web yang memerlukan kontrol animasi yang halus dan terperinci. Berikut kelebihan dan kekurangan GSAP. Kelebihan: Memiliki performa yang sangat baik, terutama untuk animasi kompleks dan intensif.Memiliki fitur dan kontrol animasi yang lengkap dan kuat.Dukungan lintas-browser yang baik.Dokumentasi yang kaya dan komunitas yang besar. Kekurangan: Memiliki kurva belajar yang agak tinggi, terutama untuk pengguna baru.Memiliki ukuran file yang relatif besar dibandingkan dengan beberapa library animasi lainnya. 5. Mo.js Mo.js adalah sebuah library animasi Javascript yang di rancang powerful dan fleksibel. Mo.js terkenal karena kemampuannya dalam menciptakan animasi yang mengesankan dengan sintaks yang mudah dipahami. Library ini juga memiliki API yang sederhana yang memudahkan penggunaan, dan mendukung semua browser serta menawarkan sistem plugin yang memungkinkan kalian memperluas library dengan fitur tambahan Mo.js cocok digunakan untuk pembuatan animasi interaktif sederhana hingga menengah di aplikasi web. Salah satu fitur kunci Mo.js adalah Kecepatan - library ini memberikan animasi dan efek yang halus untuk pengalaman pengguna yang menarik, efek independen kepadatan layar tinggi yang membuatnya tampak bagus pada perangkat apa pun. Library ini menawarkan banyak alat untuk membuat animasi menjadi lebih mudah, seperti Player untuk mengontrol animator, Editor Kurva, dan Editor Timeline untuk membuat custom eases dan pengeditan umum. Kelebihan: API sederhanaMemberikan animasi yang halus dan menarik.Mendukung berbagai jenis gerakan dan interpolasi.Ringan dan memiliki performa yang baik. Kekurangan: Dokumentasi yang tidak sekomprehensif perpustakaan animasi lainnya.Dukungan komunitas yang lebih terbatas. 6. Kute.js Kute.js adalah sebuah library animasi Javascript yang dibangun dengan standar ES6+ dengan fitur-fitur penting untuk web, memberikan metode-metode yang mudah digunakan untuk membuat animasi lintas-browser yang berperforma tinggi. Fokusnya adalah kualitas kode, fleksibilitas, performa, dan ukuran. Dibangun untuk menjadi ringan dan cepat, perpustakaan ini menawarkan berbagai fitur, seperti animasi berbasis timeline, dukungan SVG, dan fungsi easing. Library animasi ini kini merupakan mesin animasi yang lengkap yang dapat kalian gunakan untuk membuat animasi yang kompleks menggunakan properti atau komponen yang tidak dapat dianimasikan dengan transisi CSS3 atau mesin animasi lainnya, atau bahkan karakteristik yang belum ditulis dalam standar. Kelebihan: Ringan dan cepatMenawarkan berbagai fiturMendukung semua browser utamaSistem pluginDesain responsif Kekurangan: Dukungan terbatas untuk SVGTidak mendukung browser lama 7. Scroll Reveal JS Scroll Reveal adalah sebuah Javascript untuk memberikan efek animasi pada elemen-elemen saat elemen tersebut masuk atau keluar dari tampilan viewport pengguna. Library ini dirancang untuk memberikan fleksibilitas dalam penggunaannya, sehingga pengguna dapat dengan mudah mempelajarinya. Scroll Reveal mendukung berbagai jenis efek dan berfungsi baik dengan browser web dan mobile. Pustaka ini dirancang dengan konfigurasi yang sederhana, sehingga kalian dapat menggunakannya sebagai kanvas untuk mengeksplor kreativitas. Ada juga opsi untuk mengaktifkan/menonaktifkan animasi pada browser desktop. Scroll Reveal menggunakan matriks 3D tunggal untuk menggerakkan animasi. Hal ini membantu menghindari gaya transformasi CSS yang ada. Pada saat yang sama, ini berarti bahwa ScrollReveal hanya memahami beberapa jenis unit. Kelebihan: Mudah digunakan dan diintegrasikan ke dalam proyek web.Memiliki berbagai pilihan efek animasi untuk dipilih.Dapat dikonfigurasi untuk memenuhi kebutuhan desain yang berbeda.Dukungan lintas-browser yang baik.Memungkinkan animasi responsif terhadap perilaku pengguna. Kekurangan: Membutuhkan pemahaman tentang CSS dan Javascript dasar untuk penggunaan yang optimal.Tidak mendukung semua efek CSS 8. Howler.js Howler.js adalah sebuah pustaka audio Javascript open source. Library ini digunakan dalam pengembangan game dan aplikasi web yang terkait dengan audio. Howler.js membuat pengkodean menjadi mudah saat bekerja dengan audio dalam Javascript di platform web. Howler.js menyajikan sebuah library audio modern yang mendukung Web Audio API dan fallback teknik untuk HTML5 Audio. Howler.js mendukung semua jenis file yang siap digunakan oleh browser, mulai dari MP3, MP4, DOLBY, MPEG, WEBA, OGG hingga WAV. Pustaka ini mengontrol pola audio dengan playing, pausing, looping, dan seek to rate. Audio yang dimuat akan di-cache secara otomatis, sehingga menghasilkan kinerja yang lebih baik. Kelebihan: Mendukung berbagai jenis file audio, termasuk MP3, OGG, WAV, dan lainnya.Memiliki kontrol yang kuat terhadap pemutaran audio, seperti volume, kecepatan, dan looping.Dukungan untuk fitur-fitur lanjutan seperti pengaturan efek audio.Dokumentasi yang baik dan komunitas yang aktif. Kekurangan: Membutuhkan pemahaman dasar tentang Javascript dan audio HTML5 untuk penggunaan yang optimal.Beberapa fitur mungkin memerlukan penyesuaian lebih lanjut. Kesimpulan Terdapat berbagai library animasi Javascript yang dapat kalian implementasikan dalam proyek-proyek web. Library-library yang tercantum di atas merupakan beberapa library dengan kombinasi terbaik antara kompleksitas, kemudahan, dan stabilitas. Setiap library animasi berbeda dari yang lain dan masing-masing cocok untuk situasi yang berbeda. Ketika kalian mencari library animasi yang powerful, opsi library Javascript terbaik yang dapat kalian pilih adalah Anime.js, GreenSock.js, Mo.js, Kute.js dan Popmotion.js. Jika kalian mencari library untuk menambahkan efek suara animasi pada web, pilihan terbaik adalah Howler.js. Jika kalian menginginkan animasi 3D, library animasi Javascript terbaik untuk digunakan adalah Three.js. Jika kalian mencari library animasi Javascript untuk menambahkan efek animasi saat elemen muncul selama pengguliran halaman web, kalian dapat mencoba library Scroll Reveal. Meskipun menggunakan library animasi Javascript membuat aplikasi web kalian menjadi menonjol. Menerapkan terlalu banyak animasi akan menghilangkan tujuannya dan seringkali membingungkan pengguna. Berhati-hatilah dan gunakan animasi dengan bijak. And last! Penggunaan library-library di atas secara umum menuntut kalian untuk memiliki pemahaman tentang Javascript, sehingga disarankan untuk kalian mempelajari bahasa Javascript terlebih dahulu. Join Kelas Online Vanilla JavaScript Pada Website Development di BuildWithAngga untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang Javascript! Keep learning and see you at class!😊

Kelas Membangun Aplikasi CRUD Sederhana Menggunakan Laravel 11 di BuildWithAngga

Membangun Aplikasi CRUD Sederhana Menggunakan Laravel 11

Hai Sobat BWA!🙌 Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas tentang Fitur-Fitur Terbaru Laravel 11. Banyak perubahan yang tidak terlalu signifikan antara Laravel 10 dan Laravel 11. Laravel 11 dirancang agar proses web development lebih mudah dikelola dan diakses. Agar lebih mudah memahami secara langsung tentang perubahan yang ada, pada artikel kali ini kita akan membuat project sederhana menggunakan Laravel 11. Simak artikel berikut sampai habis ya! Persiapan Ada beberapa tools atau aplikasi yang perlu kalian persiapkan sebelum mulai membuat project Laravel. Visual Studio CodePostmanXAMPPComposer: Untuk mengecek apakah pada laptop kalian sudah ter-install composer, jalankan perintah composer -v . Dan jika belum ter-install, kalian dapat meng-installnya melalui https://getcomposer.org/PHP dengan versi ≥ 7.3 Langkah-Langkah Membuat Project 1. Step pertama yang harus kalian lakukan adalah create project menggunakan Laravel 11. Jalankan perintah berikut pada command prompt composer create-project laravel/laravel belajar_laravel 2. Tunggu hingga proses instalasi selesai. Di sini, kita akan menggunakan database MySQL sehingga kita perlu mengubahnya terlebih dahulu pada file .env Ubah port DB_CONNECTION dan DB_DATABASE 3. Buat database bernama belajar_laravel pada MySQL dan jangan lupa untuk menyesuaikan DB_DATABASE pada file .env 4. Lalu, jalankan perintah berikut untuk membuat migration tabel students php artisan make:migration create_students_table 5. Pada file migration, kita akan menambahkan beberapa kolom yang dibutuhkan untuk tabel students <?php use Illuminate\Database\Migrations\Migration; use Illuminate\Database\Schema\Blueprint; use Illuminate\Support\Facades\Schema; return new class extends Migration { /** * Run the migrations. */ public function up(): void { Schema::create('students', function (Blueprint $table) { $table->id(); $table->string('name'); $table->integer('class'); $table->string('address'); $table->integer('phone'); $table->timestamps(); }); } /** * Reverse the migrations. */ public function down(): void { Schema::dropIfExists('students'); } }; 6. Jalankan php artisan migrate untuk melakukan migrasi database 7. Selanjutnya buat model untuk tabel students dengan menjalankan perintah php artisan make:model Students. Fungsi model adalah untuk mengakses database, mewakili tabel dalam database, dan mengelola data yang memungkinkan kita untuk melakukan operasi CRUD (Create, Read, Update, dan Delete) pada data tersebut. <?php namespace App\Models; use Illuminate\Database\Eloquent\Factories\HasFactory; use Illuminate\Database\Eloquent\Model; class Students extends Model { use HasFactory; protected $fillable = [ 'name', 'class', 'address', 'phone', ]; } 8. Buat file controller dengan menjalankan perintah php artisan make:controller StudentsController --api . Fungsi --api adalah untuk menambahkan public function CRUD pada controller secara otomatis. 9. Selanjutnya kita akan menambahkan function untuk melakukan add data, update data, delete data, dan get data. Modifikasi file StudentsController dengan menambahkan kode berikut: Function Create Data public function store(Request $request) { $request->validate([ 'name' => 'required|string', 'address' => 'required|string', 'class' => 'required|integer', 'phone' => 'required|integer' ]); $students = new Students([ 'name' => $request->name, 'address' => $request->address, 'class' => $request->class, 'phone' => $request->phone ]); $students->save(); if($students) { return response()->json([ 'status' => 'success', 'message' => 'Data added succesfully', 'data' => $students ]); } else { return Response ()->json([ 'status' => 'error', 'message' => 'Error adding data', 'data' => $students ]); } } Function Get Data public function index() { try { $students = Students::all(); return response()->json([ 'status' => 'success', 'message' => 'Get all students success', 'data' => $students, ]); } catch (\Exception $e) { return response()->json([ 'status' => 'error', 'message' => 'Get all students failed', 'error' => $e->getMessage(), ]); } } Function Update Data public function update(Request $request, string $id) { $students = Students::find($id); // Jika data siswa tidak ditemukan if (!$students) { return response()->json(['message' => 'Student not found'], 404); } $request->validate([ 'name' => 'required|string', 'class' => 'required|string', 'address' => 'required|integer', 'phone' => 'required|integer', ]); $students->update([ 'name' => $request->name, 'class' => $request->class, 'address' => $request->address, 'phone' => $request->phone, ]); return response()->json([ 'status' => 'success', 'message' => 'Data updated succesfully', 'data' => $students ]); } Function Delete Data public function destroy(string $id) { $students = Students::find($id); // Jika data siswa tidak ditemukan if (!$students) { return response()->json(['message' => 'Student not found'], 404); } $students->delete(); return response()->json([ 'status' => 'success', 'message' => 'Data deleted succesfully', 'data' => $students ]); } 10. Langkah selanjutnya adalah membuat route api. Karena pada Laravel 11 tidak menyediakan route api secara langsung, kita harus membuatnya secara manual. Jalankan perintah php artisan install:api untuk membuat file route api 11. Tunggu hingga proses selesai, kemudian file api.php akan terletak pada folder routes dan tambahkan list route berikut pada file api.php Route::apiResource('/students', StudentsController::class); Eitss, jangan lupa untuk menambahkan use App\Http\Controllers\StudentsController; pada bagian atas ya! 12. Kemudian, jalankan php artisan serve dan buka aplikasi Postman untuk melakukan testing function CRUD yang telah kita buat 13. Berikut adalah contoh jika function CRUD yang kita buat berhasil dijalankan Contoh jika function delete data berhasil Contoh jika function add data berhasil Keunggulan Membangun RESTful Api Menggunakan Laravel 11 Struktur folder yang sederhana: Hal ini memudahkan kita dalam membangun sebuah project karena tidak tersedia file-file yang mungkin jarang digunakanAdanya Function Casts: Pada Laravel 11, $casts diubah menjadi Function casts yang membuat kita lebih fleksibel dalam menggunakan casting, contohnya seperti mengimplementasikan class atau function lain.Penggunaan Providers: Pada Laravel 10, file Providers terletak pada direktori app dan memuat banyak file yang mungkin hanya kita gunakan sebagian. Sedangkan jika menggunakan Laravel 11, kita hanya perlu menggunakan file yang ada pada direktori bootstrap/providers.php jika ingin menambahkan Service Provider. Kesimpulan Itulah tutorial membangun aplikasi CRUD menggunakan Laravel 11. Sebelum membuat project, tentunya kita perlu menyiapkan beberapa hal agar aplikasi dapat berjalan dengan lancar. Kita harus mempersiapkan VS Code sebagai text editor, XAMPP sebagai server component, dan aplikasi Postman untuk melakukan testing API. Selain itu, kita juga harus memastikan komputer kita sudah ter-install composer dan PHP dengan versi yang sesuai. Setelah beberapa hal tersebut siap, kita dapat langsung mengeksekusi project Laravel 11 sesuai dengan tutorial di atas! Semoga artikel ini dapat bermanfaat ya! Dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌

Kelas Mengenal Fitur Middleware di Next.js App Router di BuildWithAngga

Mengenal Fitur Middleware di Next.js App Router

Hai teman-teman developer web yang sedang mempelajari Next.js! Apa kabar? Saat kamu membangun sebuah situs web, pasti kamu ingin itu berjalan dengan lancar, aman, dan cepat, kan? Nah, kali ini kita akan mulai membahas salah satu fitur keren yang bisa membantu kita yaitu middleware. Jadi, dalam artikel ini, kamu akan belajar lebih banyak tentang apa itu Middleware, bagaimana kita bisa menggunakannya dalam proyek Next.js kita, dan mengapa fitur ini sangat penting untuk membuat situs web-mu jadi lebih canggih dan aman. Mari kita masuk ke-pembahasan🚀 Pengenalan Middleware di Next.js Middleware dalam Next.js adalah seperti penjaga untuk situs web-mu. Ketika seseorang mengunjungi web kamu, middleware akan memeriksa permintaannya sebelum mengizinkannya masuk ke web kamu. Tapi, mengapa ini penting? Nah, middleware memungkinkan kamu untuk melakukan banyak hal sebelum situs web-mu memberikan respons kepada pengunjung. Misalnya, kamu bisa memeriksa apakah pengunjung tersebut sudah login atau belum (biasa disebut autentikasi), atau mungkin mengarahkan mereka ke halaman lain berdasarkan kondisi tertentu. Jadi, middleware bukan hanya sekadar fitur tambahan. Ini adalah bagian penting dari mesin situs web-mu yang membantu menjaga segalanya tetap berjalan lancar dan aman. Konvensi dan Contoh Implementasi Sekarang kamu sudah tahu apa itu middleware dan mengapa penting di Next.js. Sekarang waktunya untuk memahami bagaimana kamu bisa menggunakannya dalam proyekmu. Di sini, kita akan membahas singkat tentang bagaimana cara menggunakan middleware dan contoh implementasinya. Pertama-tama, ada baiknya untuk mengetahui bahwa ada aturan tertentu yang harus kamu ikuti saat menambahkan middleware ke proyek Next.js-mu. Salah satunya adalah tentang penamaan file dan lokasi tempat kamu menyimpan kode middleware. Misalnya, kamu bisa menamai file-nya middleware.ts dan menyimpannya di folder utama proyekmu atau di dalam folder src dan sejajar dengan folder app. Tapi, jangan khawatir jika itu terdengar rumit. Kita akan membuat contoh sederhana tentang bagaimana kamu bisa menulis middleware dalam file middleware.ts: Let’s write code guys🚀 import { cookies } from "next/headers"; import { NextRequest, NextResponse } from "next/server"; export function middleware(request: NextRequest) { const cookie = cookies(); const token = cookie.get("token"); if (!token) { return NextResponse.redirect(new URL("/", request.url)); } } export const config = { matcher: "/dashboard/:path*", }; Pada kode di atas, kita memiliki sebuah middleware yang ditujukan untuk digunakan pada halaman dashboard di sebuah aplikasi Next.js. Pertama-tama, kita mencoba untuk mengambil cookie bernama token dari permintaan yang masuk dengan menggunakan fungsi cookies() yang disediakan oleh next/headers. Jika tidak ada token yang ditemukan, artinya pengguna belum terotentikasi, maka mereka akan diarahkan kembali ke halaman utama atau home dengan menggunakan NextResponse.redirect(). Dengan menggunakan kode ini, kita memastikan bahwa pengguna yang mencoba mengakses halaman dashboard harus terotentikasi terlebih dahulu. Jika tidak, mereka akan diarahkan kembali ke halaman utama untuk melakukan proses otentikasi. Dengan demikian, kita menjaga keamanan aplikasi dan memastikan bahwa hanya pengguna yang sah yang memiliki akses ke halaman dashboard. Manfaat Menggunakan Middleware Kamu mungkin bertanya-tanya, "Kenapa sih aku harus ribet-ribet pakai middleware di proyek Next.js?" Nah, ada beberapa alasan kuat kenapa middleware itu penting dan bisa memberikan banyak manfaat. Yuk, mari kita bahas beberapa manfaatnya! Keamanan yang Lebih Baik: Middleware bisa membantu meningkatkan keamanan situs web-mu dengan cara memeriksa dan memvalidasi setiap permintaan yang masuk sebelum diteruskan ke halaman atau API lainnya.Peningkatan Kinerja: Dengan menggunakan middleware, kamu bisa melakukan berbagai optimasi yang dapat meningkatkan kinerja situs web-mu. Misalnya, kamu bisa melakukan caching atau kompresi untuk mengurangi waktu muat halaman.Fleksibilitas dalam Pengelolaan Fitur: Middleware memberikan fleksibilitas tambahan dalam pengelolaan fitur di situs web-mu. Kamu bisa dengan mudah mengaktifkan, menonaktifkan, atau memodifikasi fitur-fitur tertentu tanpa harus mengubah kode di seluruh proyekmu. Jadi, menggunakan middleware bukan hanya sekadar tambahan fitur, tapi juga dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap keamanan, kinerja, dan fleksibilitas situs web-mu. Dengan memahami manfaatnya, kamu dapat memanfaatkannya secara optimal dalam development proyek Next.js kamu. Kesimpulan Sekarang, kamu sudah mengenal betul tentang fitur middleware di Next.js! Dari pengenalan hingga contoh implementasi, kamu telah memahami betapa pentingnya middleware dalam mengoptimalkan keamanan, kinerja, dan fleksibilitas situs web-mu. Dengan memahami konsep dan manfaatnya, kamu bisa lebih percaya diri dalam mengembangkan proyek Next.js kamu. Ingatlah bahwa menggunakan middleware bukanlah sesuatu yang sulit. Dengan mengikuti konvensi penggunaan dan memahami contoh implementasinya, kamu bisa dengan mudah mengintegrasikan middleware ke dalam proyekmu. Bagi kamu yang ingin mengeksplorasi lebih lanjut, kamu bisa mengikuti kelas di BuildWithAngga. Ada Kelas Online Gratis NextJS Basic dan proyek berbasis web development lainnya seperti Kelas Online Full-Stack Web Development: Bikin Projek Ujian Online CBT. Sampai jumpa di artikel selanjutnya, ya! Teruslah belajar dan kembangkan skill kamu dalam mengembangkan aplikasi web yang keren. Semangat! 🚀

Kelas Cara Install dan Menjalankan Aplikasi Flutter di Emulator pada Windows di BuildWithAngga

Cara Install dan Menjalankan Aplikasi Flutter di Emulator pada Windows

Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu Cara Install dan Menjalankan Aplikasi Flutter di Emulator pada Windows. Kamu juga bisa belajar lebih dalam lagi tentang Flutter di kelas Flutter bersama BuildWithAngga. Pada pembahasan artikel ini, kita akan membahas Cara Install dan Menjalankan Aplikasi Flutter di Emulator pada Windows. Daripada penasaran, yuk kita bedah! Apa itu Flutter? Flutter merupakan sebuah framework open-source yang dibuat oleh Google yang bertujuan untuk dapat membuat aplikasi antarmuka yang responsif dan konsisten di berbagai platform, contohnya seperti IOS, Android, Web maupun Desktop. Satu kode yang digunakan sebagai sumber utama bagi developer agar aplikasi yang dikembangkan dapat berjalan dengan baik, yaitu dengan menggunakan bahasa pemrograman Dart. Dengan menggunakan Flutter dapat membantu developer dalam membuat aplikasi yang kaya akan fitur, kinerja dan tampilan yang baik. Cara Install dan Menjalankan Aplikasi Flutter di Emulator pada Windows Lalu, bagaimana caranya untuk install dan menjalankan Flutter di emulator pada Windows? berikut langkah-langkahnya: Download dan Install Flutter - Pertama-tama silahkan kunjungi terlebih dahulu website resmi Flutter di flutter.dev.- Klik pada “Get Started” lalu silahkan pilih “Windows” pada bagian “Choose your development platform to get started”. - Selanjutnya silahkan pilih “Desktop” lalu download ZIP file Flutter untuk Windows.- Ekstrak file ZIP dan masukkan path Flutter ke Path Environment. Buka “Control Panel” > “System and Security” > “System” > “Advanced system settings” > “Environment Variables”. - Teman-teman akan menemukan “Path” di bagian User Variables, dan selanjutnya silahkan klik “Edit” > “New” untuk menambahkan path ke direktori Flutter, misalnya “C:\Flutter\bin”. Jangan lupa untuk menyimpan path yang ditambahkan. Tambahan untuk teman-teman: - Jalankan “flutter doctor” pada Command Prompt (CMD) atau PowerShell, untuk memastikan tidak ada masalah yang muncul dan aplikasi siap digunakan. 2. Download dan Install Android Studio - Silahkan kunjungi website resmi Android Studio di developer.android.com/studio.- Kemudian klik “Download” untuk mengunduh installer Android Studio untuk Windows. Lalu Install Android Studio sesuai dengan instruksi yang ada. - Pastikan versi SDK Platform dan SDK Tools terbaru yang telah diinstall. Kemudian pastikan plugin “Flutter” telah di Instal di dalam “Plugins”. 3. Menginstall dan Menjalankan Emulator pada Windows - Buka Android Studio yang telah diinstal. - Buat emulator melalui “AVD Manager” dari toolbar > klik “Create Virtual Device” > Silahkan pilih perangkat yang ingin digunakan sebagai emulator > Jangan lupa untuk memilih sistem operasi yang ingin digunakan pada emulator > Klik “Next” dan “Finish” untuk membuat emulator. Tambahan untuk teman-teman: - Pastikan sebelum menggunakan emulator, Running Devices sudah sesuai dan dapat digunakan untuk menjadi emulator dari aplikasi yang sedang dikembangkan. 4. Output penggunaan emulator via Android Studio: Kesimpulan Dengan langkah-langkah di atas, developer mampu untuk memulai membuat aplikasi Flutter dengan emulator Android pada Windows. Emulator merupakan hal yang wajib dimiliki oleh developer sebagai implementasi pada perangkat fisik untuk menguji aplikasi yang dikembangkan. Tentu dengan menggunakan emulator, developer dapat terus mengembangkan aplikasinya dengan keunggulan fitur-fitur emulator yang dimiliki seperti Hot Reload dan sebagainya. Flutter terus menjadi pilihan yang terbaik untuk mengembangkan aplikasi hingga saat ini. Keunggulan menggunakan emulator Android pada Windows seperti Multi-Platform Development yang sangat membantu developer dalam mengembangkan aplikasi Flutter, Akses yang luas dalam hal perbaikan bug dan pengujian lainnya, dan dengan menggunakan emulator dapat membantu developer dalam memastikan aplikasi berjalan dengan baik di berbagai platform. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🤩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas Menjelajahi Teknologi Baru di Dunia Back-end di BuildWithAngga

Menjelajahi Teknologi Baru di Dunia Back-end

Dalam era digital yang berkembang pesat, paradigma pengembangan aplikasi dan situs web terus berubah untuk memenuhi tuntutan efisiensi, skalabilitas, dan responsivitas. Konsep-konsep seperti Serverless Computing, Static Site Generators, Headless CMS, dan Back-end as a Service (BaaS) menjadi pilar-pilar utama dalam evolusi teknologi pengembangan perangkat lunak. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi setiap konsep tersebut secara rinci, memahami esensi dari masing-masing dan bagaimana mereka mempengaruhi cara kita membangun dan mengelola aplikasi dan situs web di era modern. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar dan keuntungan masing-masing pendekatan ini, kita dapat mengoptimalkan proses pengembangan dan memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pengguna akhir. Serverless Computing Serverless Computing mengadopsi model aplikasi tanpa server yang memungkinkan pengembang back-end untuk menjalankan aplikasi di server berbasis cloud. Dalam model ini, pengembang tidak perlu khawatir tentang ketersediaan server, manajemen infrastruktur, atau kapasitas yang tidak terpakai. Aplikasi yang dibangun menggunakan serverless computing berjalan di atas platform cloud, di mana sumber daya komputasi dikelola secara otomatis oleh penyedia layanan cloud. Ini memungkinkan pengembang untuk fokus pada pengembangan fitur dan fungsionalitas aplikasi tanpa harus memikirkan aspek infrastruktur. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Serverless Computing: Tidak Ketergantungan pada Server: Pengembang hanya perlu mengunggah kode aplikasi, dan penyedia layanan serverless computing akan menangani penanganan permintaan dan alokasi sumber daya secara otomatis.Elastisitas: Aplikasi dapat menangani lonjakan lalu lintas tanpa perlu skala manual. Platform akan menyesuaikan sumber daya komputasi sesuai kebutuhan.Biaya Berbasis Penggunaan: Model serverless computing mengenakan biaya berdasarkan penggunaan nyata, menghindari biaya infrastruktur yang tidak terpakai.Pemantauan dan Ketersediaan: Penyedia serverless computing menangani pemantauan dan ketersediaan infrastruktur melalui dashboard.Integrasi dengan Layanan Cloud: Serverless computing dapat terhubung dengan cloud storage, database, dan layanan kecerdasan buatan. Static Site Generators Static Site Generators (SSGs) menyediakan solusi yang sederhana namun efisien dalam pengembangan situs web, dengan cara menciptakan situs web HTML statis berdasarkan data mentah dari sebuah template. Dalam konteks pengembangan web, situs web statis mengacu pada situs web yang terdiri dari berkas HTML, CSS, JavaScript, dan aset lainnya yang disajikan langsung kepada pengguna tanpa memerlukan proses server-side. Hal ini memungkinkan pengembangan tanpa ketergantungan pada database atau proses server-side, menjadikan pengalaman web lebih cepat dan responsif. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Static Site Generators: Tidak Ketergantungan pada Database: SSGs tidak memerlukan penggunaan database atau proses server-side. Situs web yang dihasilkan dapat di-host di platform statis tanpa infrastruktur back-end yang rumit.Peningkatan Kecepatan: Situs web SSGs cenderung lebih cepat karena tidak memerlukan proses server-side untuk menghasilkan konten pada setiap permintaan.Kustomisasi Tinggi: Meskipun statis, situs web SSGs dapat disesuaikan dengan desain, tata letak, dan fungsionalitas tambahan melalui JavaScript dan integrasi third-party.Beragamnya Pilihan: Ada banyak SSGs populer seperti Hugo, NuxtJS, Eleventy, dan Gatsby, masing-masing dengan fitur uniknya sendiri. Kamu bisa belajar mengenai NuxtJS di Build With Angga dengan rekomendasi kelas berikut: Kelas Online NuxtJS Javascript Framework | BuildWithAngga Kelas Online Full-Stack Golang Vue NuxtJS: Website Crowdfunding | BuildWithAngga Headless CMS Sebuah Headless Content Management System (CMS) menyediakan para pengembang dengan struktur back-end dasar untuk mengelola konten. Konsep headless CMS memisahkan repositori konten (tubuh) dari lapisan presentasi (kepala). Desain ini memberikan fleksibilitas kepada para pengembang untuk mengelola konten di satu tempat dan mengirimkannya ke berbagai lingkungan atau alat front-end. Karena back-end dan front-end dari situs web atau aplikasi terpisah, ini memudahkan untuk melindungi dan mengurangi dampak dari serangan yang ditargetkan. Sebuah headless CMS juga membuat lebih mudah bagi pengembang untuk memperbarui tumpukan teknologi mereka. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Static Site Generators: Pemisahan Konten dan Presentasi: Dalam model headless CMS, data konten (teks, gambar, video) disimpan terpusat tanpa ketergantungan pada tata letak atau presentasi. Ini memungkinkan akses dan manajemen konten tanpa terikat pada format tertentu.Fleksibilitas Penyampaian Konten: Back-end terpisah dari front-end, memungkinkan pengiriman konten ke berbagai platform (situs web, aplikasi seluler, desktop) dengan konsistensi pengalaman pengguna.Keamanan Ditingkatkan: Terpisahnya back-end dari front-end mengurangi risiko serangan terhadap kerentanan front-end.Pembaruan Teknologi Lebih Mudah: Perubahan teknologi di satu lapisan tidak mempengaruhi yang lain, memudahkan pengembangan dan pemeliharaan.Penyedia Terkemuka: Contoh penyedia headless CMS meliputi Strapi, Sanity, Netlify CMS, dan WordPress. Apakah kamu tertarik untuk membuat website dengan CMS? kamu bisa mengikuti kelas Kelas Online WordPress dan Elementor Mastery: Bikin Website Professional dan Menarik Untuk Portfolio | BuildWithAngga Back-end as a Service Back-end as a Service (BaaS) merupakan sebuah model cloud computing di mana tim teknis dapat mengalihdayakan layanan-layanan back-end dari situs web atau aplikasi mereka ke penyedia layanan eksternal. Dalam BaaS, pengembang tidak perlu membangun infrastruktur back-end mereka sendiri, melainkan menyewa layanan-layanan ini dari penyedia yang sudah ada, seperti Microsoft Azure, AWS Amplify, Firebase, atau Heroku. Layanan-layanan yang disediakan mencakup hosting, cloud storage, database management, authentication, dan banyak lagi. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Back-end as a Service (BaaS): Outsourcing Infrastruktur Back-end: Tim teknis dapat mengalihkan beban pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur back-end kepada penyedia layanan BaaS, membebaskan waktu dan sumber daya untuk fokus pada pengembangan fitur dan pengalaman pengguna.Jangkauan Layanan: BaaS menyediakan berbagai layanan back-end seperti hosting, data storage, database management, authentication, dan analyst. Pengembang dapat mengakses dan mengintegrasikan layanan-layanan ini melalui API dan SDK.Penggunaan API dan SDK: Pengembang dapat mengakses dan mengelola layanan-layanan BaaS menggunakan antarmuka pemrograman aplikasi (API) dan kit pengembangan perangkat lunak (SDK), memungkinkan integrasi yang mudah dan efisien dengan aplikasi yang ada.Fokus pada Pengembangan Front-end: Dengan mengalihdayakan tugas back-end kepada penyedia BaaS, tim pengembangan internal dapat lebih fokus pada pengembangan front-end, desain pengguna, dan fitur-fitur aplikasi.Pilihan Penyedia: Ada berbagai penyedia BaaS yang tersedia, masing-masing dengan keunggulan dan fitur-fitur khususnya. Pengembang dapat memilih penyedia yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan preferensi mereka. Apakah kamu tertarik mengenai Back-end as a Service? Kamu bisa mengikuti rekomendasi kelas berikut untuk belajar kegunaan Back-end as a Service pada Mobile Development: Kelas Online Full-Stack Flutter Android iOS Developer: Find Worker App | BuildWithAngga Kelas Online Full-Stack Android Developer | BuildWithAngga Kesimpulan Dalam era digital yang dinamis ini, terdapat beragam pendekatan dan teknologi yang mendefinisikan cara kita membangun dan mengelola aplikasi serta situs web. Melalui artikel ini, kita telah menjelajahi beberapa konsep utama, termasuk Serverless Computing, Static Site Generators, Headless CMS, dan Back-end as a Service (BaaS), serta memahami bagaimana masing-masing memainkan peran penting dalam transformasi teknologi. Penerapan Serverless Computing membebaskan pengembang dari beban manajemen infrastruktur, memungkinkan fokus pada pengembangan aplikasi tanpa ketergantungan pada server tradisional. Di sisi lain, Static Site Generators menawarkan pendekatan yang sederhana namun efisien dalam pembangunan situs web, memberikan kecepatan, kustomisasi, dan skalabilitas tanpa kompleksitas server-side processing. Headless CMS memberikan fleksibilitas dalam manajemen konten, memisahkan back-end dari front-end dan menghasilkan pengalaman pengguna yang konsisten di berbagai platform. Sementara itu, Back-end as a Service (BaaS) memungkinkan pengembang untuk menyewa layanan back-end dari penyedia eksternal, mengurangi beban infrastruktur dan mempercepat pengembangan aplikasi. Setelah melalui pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep ini, kita dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan proyek kita. Dengan memanfaatkan teknologi-teknologi ini secara optimal, kita dapat membangun aplikasi dan situs web yang responsif, skalabel, dan efisien, memenuhi tuntutan pasar yang terus berkembang.

Kelas Langkah Awal Jadi Seorang UI Designer di BuildWithAngga

Langkah Awal Jadi Seorang UI Designer

Ingat! “Your first design is going to suck and it’s okay!” ✨ Bingung gimana dan dari mana langkah awal yang harus kamu ambil untuk menjadi seorang UI Designer? Sebagai seorang yang tertarik memasuki dunia desain antarmuka (UI), langkah awal menjadi seorang UI designer memerlukan pemahaman mendalam tentang berbagai aspek desain dan penggunaan tools khusus. Sebelumnya, kamu sudah tahu belum apa itu UI a.k.a User Interface? User Interface (UI) atau antarmuka pengguna adalah proses pembuatan tampilan atau display di dalam perangkat komputer atau software yang berfokus pada desain (dilansir oleh interaction-design.org) dan ini mencakup elemen-elemen visual, seperti tombol, ikon, dan menu, serta elemen-elemen interaktif, seperti mouse, keyboard, dan layar sentuh. Tujuan dari UI adalah menyediakan pengalaman pengguna yang efektif, efisien, dan menyenangkan saat berinteraksi dengan suatu sistem atau aplikasi. Desain UI mencakup “pengorganisasian” elemen-elemen tersebut agar mudah dipahami, digunakan, dan memberikan pengguna pengalaman yang positif. Sesuai namanya “User” dan “Interface”, maka untuk menciptakan sebuah UI yang baik, kamu harus memperhatikan 2 aspek ini: User Mudah untuk dipahami Gampang digunakan Gak bikin bingung Seluruh elemen jelas. Mana yang bisa dipilih mana yang tidak.Interface Rapi Clean Keren Aesthetic Modern Colorful dan yang paling penting adalah “Tidak boring!” Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk memulai perjalananmu sebagai seorang UI designer. Yuk simak! 1. Pelajari Tools Design: Mengenal Figma, AdobeXD, dan Sketch Sebelum memulai petualangan desainmu, kenali terlebih dahulu tools yang akan kamu gunakan. Figma, AdobeXD, dan Sketch adalah platform desain yang populer, masing-masing dengan kelebihan dan keunikan fitur. Pahami fungsi dasar dan navigasi di setiap alat untuk memudahkan perjalananmu dalam menghasilkan karya desain yang memukau. Di BuildWithAngga, kamu gak usah khawatir karena kami menyediakan kelas-kelas gratis untuk pelajari tools di atas seperti: “Learn Figma for Beginner”, “Adobe XD untuk Pemula” dan “Belajar Sketch untuk Junior UI” 2. Pelajari Dasar-dasar UI Design Agar desainmu memiliki daya tarik dan fungsionalitas, pahami dasar-dasar desain antarmuka. Terapkan prinsip color theory, gunakan grid system untuk menyusun elemen, pilih tipografi dengan bijak, dan perhatikan aspek-aspek seperti ikon, aksesibilitas, hirarki, gradien, serta design system. Keahlian dalam aspek-aspek ini akan memberimu dasar yang kuat/kokoh dalam menciptakan desain yang efektif dan aesthetic. Berikut penjelasannya: Color Theory: Color theory adalah studi tentang cara warna berinteraksi satu sama lain dalam suatu desain. Ini mencakup pemahaman tentang roda warna, kontrast, harmoni, dan psikologi warna lho! Dalam desain antarmuka, pemilihan warna yang tepat dapat memengaruhi mood pengguna, membantu navigasi, dan meningkatkan daya tarik visual. Mari kita bedah satu per satu tentang cakupan color theory ini😀: Roda Warna: Alat penting yang menunjukkan hubungan antara warna. Warna-warna yang berdekatan di roda warna cenderung harmonis dan cocok satu sama lain, sementara warna yang berlawanan dapat menciptakan kontras yang kuat.Kontrast: Kontrast antara warna digunakan untuk menyoroti elemen dan menciptakan pemisahan visual. Misalnya, teks dengan warna yang kontras tinggi terhadap latar belakangnya akan lebih mudah dibaca.Harmoni Warna: Menciptakan kombinasi warna yang harmonis adalah kunci untuk menciptakan desain yang menyatu dan enak dilihat. Teknik seperti menggunakan skema warna analog dapat membantu menciptakan keselarasan visual.Psikologi Warna: Warna dapat memengaruhi perasaan dan emosi pengguna. Warna hangat seperti merah dan kuning sering dikaitkan dengan energi dan semangat, sementara warna dingin seperti biru dan hijau cenderung memberikan kesan tenang dan profesional. Kamu bisa membaca lebih lanjut tentang pemilihan warna pada UI design-mu dengan membaca artikel "Tips Pemilihan Warna Desain Antarmuka Website". Grid System: Grid system adalah kerangka dasar yang digunakan untuk menyusun elemen-elemen desain secara konsisten dan teratur. Dengan memanfaatkan grid, UI designer dapat menempatkan elemen-elemen seperti teks, gambar, dan tombol dengan proporsi yang seimbang. Grid system membantu menciptakan layout yang teratur dan memudahkan respon desain terhadap berbagai ukuran layar. Kalau kamu mau belajar lebih tentang Grid System, kami menyediakan kelas starter gratis juga nih! Klik link ini yuk! Typography: ^Contoh Typography. Source from Pinterest. Typography adalah seni dan teknik pemilihan, pengaturan, dan penyusunan teks. Pemilihan jenis huruf, ukuran, jarak antar huruf (kerning), dan jarak antar baris (leading) memiliki dampak signifikan terhadap keterbacaan dan kesan visual. Typography yang baik dapat meningkatkan pengalaman pengguna dan memberikan identitas visual pada desain. Kamu bisa baca lebih lanjut mengenai Typography di artikel ini :) ^Style Guide Typography untuk desain UI Icons: Icons atau ikon adalah gambar kecil yang digunakan untuk merepresentasikan konsep, fungsi, atau tindakan tanpa perlu kata-kata. Icons membantu menyederhanakan antarmuka dan memudahkan pemahaman pengguna terhadap informasi tertentu. Penting untuk memilih ikon yang jelas dan intuitif agar pengguna dapat dengan mudah mengidentifikasi maknanya. (Di atas merupakan file icon dari Iconsax. BuildWithAngga juga menyediakan kelas online gratis “Learn Icon Pack Design” jika kamu berminat mempelajari penggunaan Icon Design pada UI dan cara membuat Icon Pack.) Accessibility: Accessibility atau aksesibilitas adalah upaya untuk membuat desain antarmuka dapat diakses oleh semua orang. Desain yang memperhatikan aksesibilitas mencakup penggunaan kontrast yang cukup, navigasi yang jelas, dan elemen-elemen yang dapat diakses melalui teknologi pembantu. Ini melibatkan desain yang ramah bagi pengguna dengan berbagai kebutuhan, seperti peningkatan kontrast untuk memudahkan pengguna dengan masalah penglihatan, penggunaan teks alternatif untuk gambar bagi pengguna screen reader, serta perhatian terhadap navigasi yang responsof untuk memudahkan penggunaan oleh semua individu. Aksesibilitas bertujuan untuk menciptakan pengalaman yang setara bagi semua pengguna, tanpa mengabaikan kebutuhan mereka yang mungkin menghadapi tantangan aksesibilitas. Hierarchy (Hirarki): ^Visualisasi dari UI Hierarchy oleh Chris Berridge Hirarki dalam desain antarmuka tertuju pada pengaturan elemen-elemen berdasarkan tingkatannya dalam suatu layout. Pemilihan ukuran, warna, dan posisi elemen membantu pengguna untuk memahami urutan informasi dan interaksi. Hirarki membimbing mata user melalui desain, menekankan elemen yang paling penting dan membantu mengatur informasi dengan jelas. ^Contoh Visual Hierarchy pada tampilan website kelas BuildWithAngga Cara sederhana untuk menciptakan visual hierarchy adalah melibatkan penggunaan elemen-elemen seperti ukuran, warna, kontrast, dan posisi. Elemen-elemen yang lebih besar, lebih berwarna, memiliki kontrast yang tinggi, atau ditempatkan secara strategis akan menarik perhatian lebih dari pengguna. Sebaliknya, elemen-elemen yang lebih kecil, memiliki warna yang lebih netral, atau ditempatkan dengan posisi yang lebih rendah dalam hierarki akan mendapatkan perhatian yang lebih sedikit. Dengan menciptakan visual hierarchy yang efektif, desainer dapat membantu pengguna untuk mengenali informasi penting, mengarahkan mata mereka ke bagian-bagian yang relevan, dan memberi konten secara lebih terstruktur dan jelas. Masih bingung tentang hirarki ini? Yuk baca artikel “Hierarki Visual di UI/UX Design”! 😉 Gradients: Gradients adalah perubahan dalam warna dari satu ujung ke ujung lainnya. Dalam desain antarmuka, gradients dapat digunakan untuk memberikan dimensi, kedalaman, atau menarik perhatian pada suatu area. Pemilihan warna yang tepat dalam gradients dapat menciptakan efek visual yang menarik dan modern. Design System: ^Contoh Design System pada kelas Intro to Design System BuildWithAngga Next ada Design system. Design System adalah kumpulan prinsip, panduan, dan elemen desain yang digunakan secara konsisten dalam suatu proyek. Design system membantu menjaga konsistensi visual, mempercepat proses pengembangan, dan memudahkan kolaborasi antara anggota tim. Ini termasuk palet warna, jenis huruf, komponen UI, dan panduan desain lainnya yaa. Dengan menggunakan design system, perusahaan dapat membangun identitas visual yang kuat dan menyediakan pengalaman pengguna yang seragam. Di BuildWithAngga juga menyediakan kelas Intro to Design System lho! 3. Berlatih dengan Men-duplicate Desain yang Ada Praktik membuat ulang desain aplikasi atau menduplikat karya-karya untuk kepentingan belajar dari desainer terkenal seperti template UI gratis yang ada di Shaynakit.com. Tantang dirimu dengan projects ini untuk mengasah keterampilanmu. Setelah itu, unggah hasil desainmu ke platform online (LinkedIn, Behance, Dribble) dan perhatikan feedback dari desainer yang lebih berpengalaman. Proses ini akan membantumu memahami kelebihan dan kekurangan desainmu. Kenapa harus menjiplak desain? Langkah ini membuatmu menjadi familiar dengan ukuran font, tombol, jarak antar baris kalimat dan antar element lainnya 🤩 4. Perhatikan Feedback dan Latihan Lebih Lanjut! Setelah membuat desain, sangat penting nih untuk mendapatkan feedback dari desainer yang lebih berpengalaman atau komunitas desain. Unggah hasil karyamu di platform desain atau media sosial, dan berikan kesempatan bagi orang lain untuk memberikan masukan positif. Ini tidak hanya membantu kamu memperbaiki kesalahan, tetapi juga memperkaya perspektif desain kamu. ****Ohiya, kamu bisa mengunggah hasil karya UI-mu ke berbagai platform seperti LinkedIn, Behance, Dribble bahkan akun Instagram khusus desainmu :) 5. Mulailah Bikin Project Sendiri ;) Setelah merasa cukup percaya diri, mulailah project desain pribadimu. Sekarang kamu bisa coba buat aplikasi kecil atau situs web sederhana. Langkah ini memungkinkan kamu menggabungkan semua pengetahuan yang telah kamu pelajari dan menerapkannya dalam proyek nyata. Project pribadi juga dapat menjadi portofolio berharga saat kamu mencari pekerjaan atau client. Kesimpulan 💬 Menjadi seorang UI designer bukanlah perjalanan yang instan, melainkan sebuah proses pembelajaran berkelanjutan. Dengan memahami tools desain, dasar-dasar desain antarmuka, serta melibatkan diri dalam latihan dan projects pribadi, kamu dapat membangun fondasi yang solid menuju keberhasilan dalam dunia desain UI. Tetaplah terbuka terhadap feedback, terus tingkatkan skill dan jangan takut untuk mengeksplorasi kreativitas visualmu. Tertarik untuk belanar lebih dalam? Di BuildWithAngga, kamu bisa ikuti roadmap kelas belajar UI/UX gratis! Dan kelas-kelas ini sudah berurutan mulai dari mana kamu harus belajar 😍 See you di kelas ;) Bonus! 🤩 Jika kamu tertarik membaca buku tentang design, kami punya beberapa rekomendasi buku tentang designing untuk memperalam pengetahuanmu dalam dunia design! (Psstt, baca buku juga membantu banget loh untuk menambah knowledge kita dalam bidang yang sedang dikuasai!)🤗 "The Design of Everyday Things" by Don Norman Buku "The Design of Everyday Things" oleh Don Norman membahas prinsip-prinsip desain produk yang berfokus pada pengalaman pengguna sehari-hari. Norman membicarakan konsep kesederhanaan, keterpahaman, dan kesesuaian antarmuka untuk memastikan produk dapat digunakan dengan mudah dan efektif oleh pengguna. Buku ini menyoroti bagaimana desain yang baik dapat meningkatkan pengalaman pengguna sehari-hari dengan objek dan teknologi di sekitar kita.“Don’t Make Me Think” by Steve Krug Buku "Don't Make Me Think" oleh Steve Krug adalah tentang pengalaman pengguna dan desain antarmuka yang efektif di situs web. Krug membahas prinsip-prinsip desain yang memudahkan pengguna dalam berinteraksi dengan situs web, termasuk prinsip kesederhanaan, navigasi yang jelas, dan desain yang intuitif. Buku ini menyajikan pandangan praktis dan tips untuk membuat situs web yang mudah dipahami tanpa memerlukan pemikiran yang berlebihan dari pengguna."Sprint: How to Solve Big Problems and Test New Ideas in Just Five Days" by Jake Knapp Buku "Sprint: How to Solve Big Problems and Test New Ideas in Just Five Days" oleh Jake Knapp adalah panduan praktis tentang "Design Sprint." Design Sprint adalah metodologi pengembangan produk yang dikembangkan oleh Knapp ketika ia bekerja di Google Ventures. Buku ini membahas proses lima hari yang dirancang untuk mengatasi masalah besar dan menguji ide-ide baru dengan cepat. Melibatkan berbagai langkah, termasuk ideation, prototyping, dan pengujian, Design Sprint bertujuan untuk mempercepat inovasi dan pengembangan produk. Semoga membantu! 💞

Kelas Virtual DOM atau Shadow DOM? Mana yang Lebih Efisien? di BuildWithAngga

Virtual DOM atau Shadow DOM? Mana yang Lebih Efisien?

Hello, people with the spirit of learning! Pernahkah kalian mendengar istilah Virtual DOM dan shadow DOM? Meskipun terdengar mirip, keduanya memiliki tujuan dan karakteristik yang berbeda. Dalam dunia pengembangan web, penggunaan konsep seperti Virtual DOM dan Shadow DOM telah menjadi topik yang sering dibahas. Kedua konsep ini menyajikan pendekatan yang berbeda dalam mengembangkan aplikasi web yang responsif, efisien, dan mudah dikelola. Dalam artikel ini, kita akan mencoba menjelaskan perbedaan antara Virtual DOM dan Shadow DOM serta bagaimana keduanya berperan dalam meningkatkan kinerja aplikasi web. Let’s get started! Pengenalan DOM DOM atau Document Object Model adalah representasi struktur logis dari dokuman HTML atau XML yang dapat diakses dan dimanipulasi oleh bahasa pemrograman seperti Javascript. Implementasi DOM bertujuan untuk menyediakan antarmuka pemrograman standar yang dapat digunakan dengan berbagai bahasa pemrograman dalam berbagai lingkungan. Dalam DOM, setiap elemen pada halaman web direpresentasikan sebagai objek, dan struktur hubungan antara elemen-elemen tersebut ditetapkan dalam bentuk pohon hierarkis. Artinya, setiap elemen memiliki hubungan dengan elemen lainnya, seperti elemen induk dan elemen-anak. Lihat pohon hierarkis berikut. Melalui modifikasi DOM, developers dapat menambah, menghapus, atau mengubah elemen-elemen situs web serta memberikan perilaku yang berbeda pada elemen tersebut. Hal ini memungkinkan developers untuk menciptakan pengalaman pengguna yang dinamis dan responsif, seperti mengubah konten halaman berdasarkan input pengguna atau melakukan validasi formulir secara langsung. Apa itu Virtual DOM? Virtual DOM adalah konsep dalam pengembangan web di mana representasi virtual dari DOM (Document Object Model) dibuat dan disimpan di memori. Teknik ini digunakan untuk meningkatkan kinerja aplikasi web dengan mengurangi manipulasi langsung pada DOM aktual. Biasanya, konsep Virtual DOM digunakan oleh library seperti React dan Vue.js untuk meningkatkan kinerja aplikasi web. Ketika perubahan dilakukan pada status aplikasi, React membuat representasi baru dari Virtual DOM dan membandingkannya dengan yang sebelumnya untuk mengidentifikasi perbedaannya (yang dikenal sebagai "diffing"). Hanya perubahan yang diperlukan kemudian diterapkan pada DOM aktual, menghasilkan pembaruan yang efisien. Mari kita lihat lebih dalam bagaimana Virtual DOM bekerja langkah demi langkah. Pertama, perubahan dilakukan pada Virtual DOM, bukan pada DOM asli. Kemudian, Virtual DOM dibandingkan dengan Document Object Model, proses inilah yang disebut "diffing". Saat perbedaan ditemukan, browser mengetahui elemen-elemen mana dalam DOM asli yang harus diperbarui, dan pembaruan dilakukan. Dalam konsep Virtual DOM, mungkin untuk menerapkan lebih dari satu perubahan sekaligus, untuk menghindari me-render ulang setiap perubahan elemen secara terpisah. Apa itu Shadow DOM? Shadow DOM adalah konsep yang memungkinkan pembuatan struktur DOM terisolasi dan independen di dalam elemen HTML tertentu. Dalam Shadow DOM, elemen-elemen dan style CSS yang didefinisikan di dalamnya tidak mempengaruhi elemen-elemen di luar Shadow DOM tersebut, dan sebaliknya. Kita dapat melihatnya sebagai subpohon atau sebagai DOM terpisah untuk suatu elemen. Salah satu fitur utama Shadow DOM adalah kemampuannya untuk membuat elemen-elemen yang didefinisikan di dalamnya tersembunyi dari manipulasi CSS dan Javascript di luar Shadow DOM tersebut. Ini berguna dalam menciptakan komponen web yang modular dan terpisah secara konseptual, tanpa risiko konflik dengan gaya atau fungsi lain dalam halaman. Shadow DOM sering digunakan dalam pengembangan aplikasi web kompleks dan dalam pengembangan framework komponen web, di mana isolasi komponen dan peningkatan modularitas diperlukan untuk mempermudah pemeliharaan dan pengembangan aplikasi. Beberapa kerangka kerja Javascript seperti Polymer dan Angular menyediakan dukungan bawaan untuk Shadow DOM. Perbedaan antara Virtual DOM dan Shadow DOM Setelah kalian memahami dasar tentang Virtual DOM dan Shadow DOM, mari kita bandingkan keduanya berdasarkan beberapa aspek berikut: AspekVirtual DOMShadow DOMTujuanMeningkatkan kinerja dengan meminimalkan manipulasi langsung pada DOM aktual selama pembaruan.Mengisolasi gaya dan perilaku komponen web, menciptakan lingkungan terpisah untuk CSS dan Javascript.ImplementasiDiterapkan oleh kerangka kerja seperti React, Vue.js, dan Angular.Diimplementasikan secara langsung oleh browser untuk mendukung komponen web terenkapsulasi.KinerjaMengurangi jumlah manipulasi DOM, menghasilkan pembaruan lebih cepat.Tidak secara langsung memengaruhi kinerja, tetapi membantu dengan isolasi dan modularitas komponen.IsolasiTidak memberikan isolasi langsung, tetapi membantu mencegah efek samping tidak diinginkan.Memberikan isolasi style dan perilaku komponen, mencegah perubahan yang tidak diinginkan.PenggunaanDigunakan dalam pengembangan aplikasi web modern untuk meningkatkan efisiensi pembaruan tampilan.Digunakan ketika membuat komponen-komponen UI yang independen dan terisolasi untuk meningkatkan modularitas dan pemeliharaan aplikasi. Kesimpulan Jika kita membandingkan antara Virtual DOM dan Shadow DOM, keduanya memiliki peran yang penting dalam pengembangan aplikasi web. Virtual DOM berfokus pada mengoptimalkan pembaruan DOM untuk kinerja dengan meminimalkan manipulasi langsung pada DOM aktual. Di sisi lain, Shadow DOM menyediakan enkapsulasi dan isolasi untuk komponen web, meningkatkan modularitas dan kemudahan pemeliharaan. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang berbeda, keduanya saling melengkapi dalam menyediakan alat yang dibutuhkan untuk mengembangkan aplikasi web yang responsif, efisien, dan mudah dikelola. Satu-satunya kesamaan pada keduanya adalah bahwa keduanya membantu dalam masalah kinerja. Keduanya menciptakan instansi terpisah dari Document Object Model atau DOM aktual. Sebagai developers, pemahaman yang mendalam tentang kedua konsep ini dapat membantu kita membuat keputusan yang tepat dalam merancang dan mengembangkan aplikasi web yang berkualitas. Dengan memahami perbedaan dan kelebihan masing-masing, kita dapat menggunakan alat yang paling sesuai dengan kebutuhan proyek, sehingga menghasilkan aplikasi web yang optimal dan efisien. So, that wraps up the discussion on Virtual DOM and Shadow DOM in this article. Jika kalian ingin mengetahui tentang bagaimana penerapan DOM pada framework kalian bisa mempelajarinya di website BuildWithAngga dan gabung ke Kelas Online React JavaScript secara GRATIS! Keep learning and see you at class!

Kelas Pengelolaan String dan Array dalam Go: Tips dan Trik untuk Memanipulasi Data di BuildWithAngga

Pengelolaan String dan Array dalam Go: Tips dan Trik untuk Memanipulasi Data

Go, juga dikenal sebagai Golang, adalah bahasa pemrograman yang populer untuk pengembangan perangkat lunak berkinerja tinggi. Salah satu fitur utama dari Go adalah kemampuannya dalam pengelolaan string dan array dengan efisien. Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi beberapa tips dan trik untuk memanipulasi data dalam string dan array menggunakan Go. Pengelolaan String String adalah tipe data yang paling umum digunakan dalam pengembangan perangkat lunak. Go menyediakan berbagai fungsi dan metode bawaan untuk manipulasi string. Berikut adalah beberapa tips untuk efektif mengelola string dalam Go: 1. Penggabungan String: Gunakan + atau strings.Join() untuk menggabungkan string secara efisien. Penggunaan + akan membuat kode lebih mudah dibaca, sementara strings.Join() cocok untuk menggabungkan banyak string. 2. Manipulasi String: Go memiliki paket strings yang menyediakan berbagai fungsi untuk memanipulasi string, seperti strings.Split(), strings.ToLower(), dan strings.TrimSpace(). 3. Pengecekan String: Untuk memeriksa apakah sebuah string mengandung substring tertentu, gunakan strings.Contains(). Pengelolaan Array Array adalah kumpulan elemen dengan tipe data yang sama. Go menyediakan berbagai cara untuk mengelola array dengan efisien. Berikut adalah beberapa tips untuk mengelola array dalam Go: 1. Inisialisasi Array: Anda dapat menginisialisasi array menggunakan sintaks var atau langsung dengan nilai awal. 2. Iterasi Array: Gunakan perulangan for untuk melakukan iterasi melalui semua elemen array. 3. Slicing Array: Go mendukung operasi slicing untuk memperoleh bagian dari array. 4. Manipulasi Array: Anda dapat melakukan berbagai operasi pada array, seperti menggabungkan array, mengonversi array menjadi slice, atau menggabungkan slice. Kesimpulan Dengan memanfaatkan fitur-fitur ini, kamu dapat memanipulasi string dan array dengan efisien dalam bahasa pemrograman Go. Menggunakan teknik-teknik yang tepat akan membantu Anda mengembangkan kode yang lebih bersih, efisien, dan mudah dipelihara dalam pengembangan perangkat lunak. Semoga artikel ini membantu kamu memahami cara terbaik untuk mengelola data dalam Go. Semoga dengan pemahaman Go, Kamu lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan aplikasi Go yang lebih kompleks. Jangan ragu untuk terus belajar dan menjelajahi fitur-fitur menarik dalam bahasa Go! Dan untuk pengalaman belajar yang lebih mendalam, yuk bergabung di Build with Angga dan kembangkan keterampilan pemrograman Go Kamu bersama komunitas yang solid dan dukungan dari instruktur ahli. Mari bergabung dan berkembang bersama-sama! 🚀 BuildWithAngga

Kelas Menelusuri Database: Mendalami Ragam Jenis dan Karakteristiknya di BuildWithAngga

Menelusuri Database: Mendalami Ragam Jenis dan Karakteristiknya

Database merupakan fondasi yang mendukung penyimpanan, pengelolaan, dan akses data secara efisien. Namun, sebelum kita melangkah lebih jauh dalam memahami kompleksitas dan kebutuhan pengelolaan data, penting untuk memahami berbagai jenis database yang tersedia. Dari yang tradisional hingga yang inovatif, setiap jenis database memiliki karakteristik dan keunggulan unik yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik suatu aplikasi. Pengertian Database Database adalah kumpulan data yang terorganisir dan dapat diakses secara elektronik dari sistem komputer. Data tersebut disimpan dan dikelola dengan cara yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian dan pemfilteran informasi yang spesifik. Fungsi utama dari database adalah untuk menyimpan dan mengelola data dengan efisien, sehingga memudahkan pengguna dalam mengakses dan memanipulasi data tersebut. Tentunya, sebagai seorang back-end developer, kamu sering kali akan berurusan dengan beberapa jenis database yang paling umum digunakan dalam development sebuah aplikasi. Berikut adalah lima jenis database yang sering dijumpai oleh back-end developer: Relational Database (RDBMS) RDBMS seperti MySQL, PostgreSQL, dan SQL Server adalah pilihan utama untuk banyak aplikasi. RDBMS menyediakan model data yang terstruktur dengan tabel, baris, dan kolom, serta fitur-fitur seperti Primary Key dan Foreign Key untuk menjaga integritas data. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Integritas Data: Menjamin konsistensi data melalui kunci utama dan kunci asing.ACID Compliance: Mendukung transaksi yang aman dan dapat diandalkan.Struktur Data Terdefinisi: Memudahkan query dan manajemen data dengan struktur tabel yang jelas.Kekurangan:Skalabilitas Terbatas: Lebih sulit untuk diskalakan secara horizontal dibandingkan dengan NoSQL.Rigidity: Skema yang kaku dapat membatasi fleksibilitas dalam pengembangan aplikasi. Non-Relational Database (NoSQL) NoSQL databases seperti MongoDB dan Redis menjadi populer karena fleksibilitasnya dalam menangani data semi-struktural atau tidak terstruktur. NoSQL cocok untuk aplikasi dengan skema yang berubah-ubah dan memerlukan skalabilitas horizontal. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Fleksibilitas Skema: Dapat menangani berbagai jenis data tanpa skema tetap.Skalabilitas Horizontal: Mudah untuk menambahkan lebih banyak server untuk meningkatkan kapasitas.Kekurangan:Konsistensi: Mungkin tidak selalu menjamin konsistensi data seperti RDBMS.Transaksi: Dukungan transaksi mungkin lebih terbatas dibandingkan dengan RDBMS. Graph Database Dalam situasi di mana kita perlu mengelola hubungan kompleks antara entitas, seperti media sosial atau jaringan pengiriman barang, graph databases seperti Neo4j menjadi pilihan yang kuat. Graph Database memungkinkan analisis yang efisien terhadap koneksi antar data. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Analisis Hubungan: Efisien dalam mengelola dan menganalisis hubungan antar data.Fleksibilitas: Struktur data yang fleksibel untuk menyesuaikan dengan kebutuhan aplikasi.Kekurangan:Kompleksitas: Mungkin memerlukan kurva pembelajaran yang lebih tinggi.Optimasi: Memerlukan optimasi khusus untuk performa yang baik pada skala besar. Columnar Database Untuk aplikasi analisis data atau data warehousing, columnar databases seperti Apache Cassandra atau ClickHouse sering digunakan. Columnar database menyimpan data dalam kolom daripada baris, memungkinkan operasi agregasi yang cepat dan efisien. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Performa Agregasi: Efisien dalam melakukan operasi agregasi pada data besar.Optimasi Penyimpanan: Mengurangi penggunaan ruang penyimpanan dengan menyimpan data secara kolom.Kekurangan:Transaksi: Tidak dirancang untuk transaksi yang kompleks atau operasi CRUD yang sering.Keterbatasan: Lebih cocok untuk analisis daripada aplikasi transaksional. In-Memory Database (IMDB) Dalam kasus aplikasi yang memerlukan kinerja tinggi dan akses data real-time, in-memory databases seperti Redis atau mem-cached sangat berguna. In-Memory Database menyimpan seluruh data dalam memori, memungkinkan akses yang sangat cepat terhadap informasi. Kelebihan:Akses Cepat: Memungkinkan akses data real-time dengan performa tinggi.Sederhana: Struktur penyimpanan yang sederhana dan efisien.Kekurangan:Ketergantungan Memori: Rentan terhadap kehilangan data jika terjadi kegagalan listrik atau sistem.Biaya: Biaya lebih tinggi karena memerlukan memori yang lebih besar. Kesimpulan Penting untuk diingat bahwa memahami ragam jenis database merupakan langkah awal yang krusial dalam merancang dan mengimplementasikan solusi penyimpanan data yang efektif untuk setiap aplikasi. Dari RDBMS yang terstruktur hingga NoSQL yang fleksibel, setiap jenis database menawarkan karakteristik dan keunggulan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik suatu proyek. Sementara RDBMS menawarkan integritas data yang tinggi dan model yang terstruktur, NoSQL memberikan fleksibilitas skema dan skalabilitas horizontal. Sedangkan Graph Database, Columnar Database, dan In-Memory Database menyediakan solusi untuk kasus penggunaan yang lebih khusus, seperti analisis hubungan kompleks, operasi agregasi yang cepat, dan akses data real-time dengan performa tinggi. Dengan memilih jenis database yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan aplikasi, para pengembang dapat memastikan bahwa fondasi penyimpanan data memenuhi persyaratan fungsionalitas, kinerja, dan skalabilitas yang diinginkan. Jika kamu tertarik untuk mengenal Database, kamu bisa belajar dan bereksplorasi untuk menambah skill mendalami Database dengan mengikuti rekomendasi kelas di Build With Angga: Kelas Online ERD Essentials for Freelance Web Developers: Building Better Databases | BuildWithAngga Kelas Online SQL for Beginners: Learn SQL using MySQL and Database Design | BuildWithAngga Kelas Online Eloquent ORM Laravel | BuildWithAngga

Kelas Kenali Fitur-Fitur Terbaru Laravel 11 di BuildWithAngga

Kenali Fitur-Fitur Terbaru Laravel 11

Hai Sobat BWA!🙌 Laravel versi 11 telah dirilis pada tanggal 12 Maret 2024 loh! Dengan adanya versi terbaru dari Laravel, ada beberapa perubahan dari versi sebelumnya. Contoh sederhananya, ada sedikit perubahan pada cara pembuatan route dan perubahan welcome screen Laravel. Laravel 11 dirancang agar proses web development lebih mudah dikelola dan diakses. Nah, pasti kalian penasaran kan apa aja sih fitur-fitur terbaru Laravel 11? Simak artikel berikut sampai habis ya! 1. Adanya Perintah Artisan Baru Pada Laravel 11 tersedia beberapa artisan command terbaru yang semakin mempermudah kita sebagai developer. php artisan make:trait = Untuk membuat PHP Traitphp artisan:make interface = Untuk membuat PHP Interfacephp artisan make:class = Untuk membuat PHP Classphp artisan make:enum = Untuk membuat PHP Enum 2. Struktur Folder Lebih Sederhana Jika dibandingkan dengan Laravel 10, struktur folder pada Laravel 11 lebih sederhana, sehingga aplikasi kita lebih terstruktur karena mengurangi adanya file-file yang mungkin jarang digunakan. Contohnya saja pada folder app, Laravel 11 hanya menampilkan 3 folder utama yaitu Http, Models, dan Providers. 3. Default Route yang Berbeda Jika pada Laravel 10 tersedia 4 macam route, berbeda dengan Laravel 11 yang hanya menyediakan route untuk Web dan Console. Namun, jika kita ingin menambahkan API routing, kita bisa menambahkannya menggunakan perintah php artisan install:api dan perintah php artisan install:broadcasting untuk menambahkan routes channel.php. 4. File Config Lebih Sederhana Pada Laravel 11, beberapa config file dihapus terutama pada beberapa file yang jarang digunakan. Berikut ini adalah list config file yang ada pada Laravel 11. Namun, jika kita tetap membutuhkan file config yang lain, kita tetap bisa menggunakannya dengan menggunakan perintah php artisan config:publish . 5. Perubahan pada Middleware Jika sebelumnya file Middleware terletak pada direktori app/Http, pada Laravel 11 semua middleware tersebut disimpan pada Framework Laravel sendiri. Jika kita ingin mengelola middleware, kita bisa menggunakan class Middleware pada file bootstrap/app.php. 6. Tampilan “Welcome” yang Berubah Meskipun hal ini tidak terlalu penting, perbedaan ini cukup signifikan jika dibandingkan Laravel 10. Laravel memperbarui tampilan “welcome” nya pada pembaruan versi kali ini. 7. Perubahan pada Providers Pada Laravel 10, file Providers terletak pada direktori app dan memuat banyak file yang mungkin hanya kita gunakan sebagian. Dan jika ingin membuat Service Provider, kita perlu menambahkannya pada file config/app.php. Nah, pada Laravel 11, tidak ada lagi file Providers yang terletak pada folder app. Kita hanya perlu menggunakan file yang ada pada direktori bootstrap/providers.php jika ingin menambahkan Service Provider. 8. Penggunaan Exception Handler Pada Laravel 10, Exception Handler disimpan pada direktori Exceptions/Handler.php. Sekarang, cara menambahkan Exception Handler lebih mudah dan semua digabung pada file bootstrap/app.php. 9. Model Casts Attribute Casting adalah sebuah fitur pada Eloquent untuk melakukan konversi tipe data secara otomatis dari tipe data di database dengan tipe data di PHP. Pada Laravel 10, defaultnya akan menggunakan attribute $casts pada model, sedangkan pada Laravel 11 diubah menjadi Function casts. Hal ini membuat kita lebih fleksibel dalam menggunakan casting, contohnya seperti mengimplementasikan class atau function lain. protected $casts = [ 'email_verified_at' => 'datetime', 'password' => 'hashed', ]; Penggunaan atribut $casts pada Laravel versi 10 protected function casts(): array { return [ 'email_verified_at' => 'datetime', 'password' => 'hashed', ]; } Penggunaan function casts pada Laravel 11 10. Default Database Saat menggunakan Laravel 11, secara default Laravel akan menggunakan database Sqlite. Namun, jika kita ingin menggunakan MySQL sebagai database, kita tetap bisa menggunakannya dengan mengganti DB_CONNECTION pada file .env . 11. Slim Migration Pada project yang dibuat dengan Laravel 11, hanya ada 3 migration yang dibawa secara default yaitu: Sedangkan pada versi sebelumnya, ada file migrasi untuk reset_tokens dan personal_access_tokens . 12. Console Kernel Dihapus Pada Laravel 11, file app/Console/Kernel.php sekarang sudah tidak ada lagi. Sekarang, file console tersedia secara default pada direktori routes dan semua yang semula dilakukan pada file Kernel.php sekarang dipindahkan pada file Console.php. Perbedaan Laravel 10 dan Laravel 11 Laravel 10Laravel 11Menggunakan MySQL sebagai default databaseDefault database menggunakan SqliteTerdapat banyak file Providers yang mungkin jarang digunakanPenggunaan Providers diatur dalam file bootstrap/providers.phpFile Middleware terletak dalam direktori app/HttpPengelolaan Midlleware menggunakan classdalam file bootstrap/app.phpTerdapat 4 file dalam direktori routes (api.php, web.php, channels.php, console.php)Hanya ada 2 file dalam direktori routes dan jika ingin menggunakan API routing harus install terlebih dahuluTerdapat banyak direktori pada folder appStruktur folder app lebih sederhana Kesimpulan Itulah beberapa perubahan dari Laravel 10 ke Laravel 11 yang tidak terlalu signifikan. Banyaknya struktur folder yang diubah, yaitu tidak ada lagi file Kernel.php, route api yang harus di-install secara manual, dan adanya perubahan pada folder Middleware. Beberapa perubahan tersebut pastinya dilakukan agar proses development lebih cepat dan efisien. Dengan banyaknya alat dan fitur baru yang disertakan, Laravel akan tetap menjadi pilihan utama bagi developer untuk membangun sebuah aplikasi website yang kuat. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel 11, kalian dapat mempelejarinya melalui Laravel Documentation Versi 11. Di sana, sudah tersedia banyak documentation yang nantinya akan kalian gunakan sebagai referensi dalam pengembangan aplikasi web. Semoga artikel ini dapat bermanfaat ya! Dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌