Akses kelas selamanya

Ambil Promo
flash sale
hamburger-menu

Tips All

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Reset
Kelas Menelusuri Database: Mendalami Ragam Jenis dan Karakteristiknya di BuildWithAngga

Menelusuri Database: Mendalami Ragam Jenis dan Karakteristiknya

Database merupakan fondasi yang mendukung penyimpanan, pengelolaan, dan akses data secara efisien. Namun, sebelum kita melangkah lebih jauh dalam memahami kompleksitas dan kebutuhan pengelolaan data, penting untuk memahami berbagai jenis database yang tersedia. Dari yang tradisional hingga yang inovatif, setiap jenis database memiliki karakteristik dan keunggulan unik yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik suatu aplikasi. Pengertian Database Database adalah kumpulan data yang terorganisir dan dapat diakses secara elektronik dari sistem komputer. Data tersebut disimpan dan dikelola dengan cara yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian dan pemfilteran informasi yang spesifik. Fungsi utama dari database adalah untuk menyimpan dan mengelola data dengan efisien, sehingga memudahkan pengguna dalam mengakses dan memanipulasi data tersebut. Tentunya, sebagai seorang back-end developer, kamu sering kali akan berurusan dengan beberapa jenis database yang paling umum digunakan dalam development sebuah aplikasi. Berikut adalah lima jenis database yang sering dijumpai oleh back-end developer: Relational Database (RDBMS) RDBMS seperti MySQL, PostgreSQL, dan SQL Server adalah pilihan utama untuk banyak aplikasi. RDBMS menyediakan model data yang terstruktur dengan tabel, baris, dan kolom, serta fitur-fitur seperti Primary Key dan Foreign Key untuk menjaga integritas data. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Integritas Data: Menjamin konsistensi data melalui kunci utama dan kunci asing.ACID Compliance: Mendukung transaksi yang aman dan dapat diandalkan.Struktur Data Terdefinisi: Memudahkan query dan manajemen data dengan struktur tabel yang jelas.Kekurangan:Skalabilitas Terbatas: Lebih sulit untuk diskalakan secara horizontal dibandingkan dengan NoSQL.Rigidity: Skema yang kaku dapat membatasi fleksibilitas dalam pengembangan aplikasi. Non-Relational Database (NoSQL) NoSQL databases seperti MongoDB dan Redis menjadi populer karena fleksibilitasnya dalam menangani data semi-struktural atau tidak terstruktur. NoSQL cocok untuk aplikasi dengan skema yang berubah-ubah dan memerlukan skalabilitas horizontal. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Fleksibilitas Skema: Dapat menangani berbagai jenis data tanpa skema tetap.Skalabilitas Horizontal: Mudah untuk menambahkan lebih banyak server untuk meningkatkan kapasitas.Kekurangan:Konsistensi: Mungkin tidak selalu menjamin konsistensi data seperti RDBMS.Transaksi: Dukungan transaksi mungkin lebih terbatas dibandingkan dengan RDBMS. Graph Database Dalam situasi di mana kita perlu mengelola hubungan kompleks antara entitas, seperti media sosial atau jaringan pengiriman barang, graph databases seperti Neo4j menjadi pilihan yang kuat. Graph Database memungkinkan analisis yang efisien terhadap koneksi antar data. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Analisis Hubungan: Efisien dalam mengelola dan menganalisis hubungan antar data.Fleksibilitas: Struktur data yang fleksibel untuk menyesuaikan dengan kebutuhan aplikasi.Kekurangan:Kompleksitas: Mungkin memerlukan kurva pembelajaran yang lebih tinggi.Optimasi: Memerlukan optimasi khusus untuk performa yang baik pada skala besar. Columnar Database Untuk aplikasi analisis data atau data warehousing, columnar databases seperti Apache Cassandra atau ClickHouse sering digunakan. Columnar database menyimpan data dalam kolom daripada baris, memungkinkan operasi agregasi yang cepat dan efisien. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Performa Agregasi: Efisien dalam melakukan operasi agregasi pada data besar.Optimasi Penyimpanan: Mengurangi penggunaan ruang penyimpanan dengan menyimpan data secara kolom.Kekurangan:Transaksi: Tidak dirancang untuk transaksi yang kompleks atau operasi CRUD yang sering.Keterbatasan: Lebih cocok untuk analisis daripada aplikasi transaksional. In-Memory Database (IMDB) Dalam kasus aplikasi yang memerlukan kinerja tinggi dan akses data real-time, in-memory databases seperti Redis atau mem-cached sangat berguna. In-Memory Database menyimpan seluruh data dalam memori, memungkinkan akses yang sangat cepat terhadap informasi. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Akses Cepat: Memungkinkan akses data real-time dengan performa tinggi.Sederhana: Struktur penyimpanan yang sederhana dan efisien.Kekurangan:Ketergantungan Memori: Rentan terhadap kehilangan data jika terjadi kegagalan listrik atau sistem.Biaya: Biaya lebih tinggi karena memerlukan memori yang lebih besar. Kesimpulan Penting untuk diingat bahwa memahami ragam jenis database merupakan langkah awal yang krusial dalam merancang dan mengimplementasikan solusi penyimpanan data yang efektif untuk setiap aplikasi. Dari RDBMS yang terstruktur hingga NoSQL yang fleksibel, setiap jenis database menawarkan karakteristik dan keunggulan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik suatu proyek. Sementara RDBMS menawarkan integritas data yang tinggi dan model yang terstruktur, NoSQL memberikan fleksibilitas skema dan skalabilitas horizontal. Sedangkan Graph Database, Columnar Database, dan In-Memory Database menyediakan solusi untuk kasus penggunaan yang lebih khusus, seperti analisis hubungan kompleks, operasi agregasi yang cepat, dan akses data real-time dengan performa tinggi. Dengan memilih jenis database yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan aplikasi, para pengembang dapat memastikan bahwa fondasi penyimpanan data memenuhi persyaratan fungsionalitas, kinerja, dan skalabilitas yang diinginkan. Jika kamu tertarik untuk mengenal Database, kamu bisa belajar dan bereksplorasi untuk menambah skill mendalami Database dengan mengikuti rekomendasi kelas di Build With Angga: Kelas Online ERD Essentials for Freelance Web Developers: Building Better Databases | BuildWithAngga Kelas Online SQL for Beginners: Learn SQL using MySQL and Database Design | BuildWithAngga Kelas Online Eloquent ORM Laravel | BuildWithAngga

Kelas Kenali Fitur-Fitur Terbaru Laravel 11 di BuildWithAngga

Kenali Fitur-Fitur Terbaru Laravel 11

Hai Sobat BWA!πŸ™Œ Laravel versi 11 telah dirilis pada tanggal 12 Maret 2024 loh! Dengan adanya versi terbaru dari Laravel, ada beberapa perubahan dari versi sebelumnya. Contoh sederhananya, ada sedikit perubahan pada cara pembuatan route dan perubahan welcome screen Laravel. Laravel 11 dirancang agar proses web development lebih mudah dikelola dan diakses. Nah, pasti kalian penasaran kan apa aja sih fitur-fitur terbaru Laravel 11? Simak artikel berikut sampai habis ya! 1. Adanya Perintah Artisan Baru Pada Laravel 11 tersedia beberapa artisan command terbaru yang semakin mempermudah kita sebagai developer. php artisan make:trait = Untuk membuat PHP Traitphp artisan:make interface = Untuk membuat PHP Interfacephp artisan make:class = Untuk membuat PHP Classphp artisan make:enum = Untuk membuat PHP Enum 2. Struktur Folder Lebih Sederhana Jika dibandingkan dengan Laravel 10, struktur folder pada Laravel 11 lebih sederhana, sehingga aplikasi kita lebih terstruktur karena mengurangi adanya file-file yang mungkin jarang digunakan. Contohnya saja pada folder app, Laravel 11 hanya menampilkan 3 folder utama yaitu Http, Models, dan Providers. 3. Default Route yang Berbeda Jika pada Laravel 10 tersedia 4 macam route, berbeda dengan Laravel 11 yang hanya menyediakan route untuk Web dan Console. Namun, jika kita ingin menambahkan API routing, kita bisa menambahkannya menggunakan perintah php artisan install:api dan perintah php artisan install:broadcasting untuk menambahkan routes channel.php. 4. File Config Lebih Sederhana Pada Laravel 11, beberapa config file dihapus terutama pada beberapa file yang jarang digunakan. Berikut ini adalah list config file yang ada pada Laravel 11. Namun, jika kita tetap membutuhkan file config yang lain, kita tetap bisa menggunakannya dengan menggunakan perintah php artisan config:publish . 5. Perubahan pada Middleware Jika sebelumnya file Middleware terletak pada direktori app/Http, pada Laravel 11 semua middleware tersebut disimpan pada Framework Laravel sendiri. Jika kita ingin mengelola middleware, kita bisa menggunakan class Middleware pada file bootstrap/app.php. 6. Tampilan β€œWelcome” yang Berubah Meskipun hal ini tidak terlalu penting, perbedaan ini cukup signifikan jika dibandingkan Laravel 10. Laravel memperbarui tampilan β€œwelcome” nya pada pembaruan versi kali ini. 7. Perubahan pada Providers Pada Laravel 10, file Providers terletak pada direktori app dan memuat banyak file yang mungkin hanya kita gunakan sebagian. Dan jika ingin membuat Service Provider, kita perlu menambahkannya pada file config/app.php. Nah, pada Laravel 11, tidak ada lagi file Providers yang terletak pada folder app. Kita hanya perlu menggunakan file yang ada pada direktori bootstrap/providers.php jika ingin menambahkan Service Provider. 8. Penggunaan Exception Handler Pada Laravel 10, Exception Handler disimpan pada direktori Exceptions/Handler.php. Sekarang, cara menambahkan Exception Handler lebih mudah dan semua digabung pada file bootstrap/app.php. 9. Model Casts Attribute Casting adalah sebuah fitur pada Eloquent untuk melakukan konversi tipe data secara otomatis dari tipe data di database dengan tipe data di PHP. Pada Laravel 10, defaultnya akan menggunakan attribute $casts pada model, sedangkan pada Laravel 11 diubah menjadi Function casts. Hal ini membuat kita lebih fleksibel dalam menggunakan casting, contohnya seperti mengimplementasikan class atau function lain. protected $casts = [ 'email_verified_at' => 'datetime', 'password' => 'hashed', ]; Penggunaan atribut $casts pada Laravel versi 10 protected function casts(): array { return [ 'email_verified_at' => 'datetime', 'password' => 'hashed', ]; } Penggunaan function casts pada Laravel 11 10. Default Database Saat menggunakan Laravel 11, secara default Laravel akan menggunakan database Sqlite. Namun, jika kita ingin menggunakan MySQL sebagai database, kita tetap bisa menggunakannya dengan mengganti DB_CONNECTION pada file .env . 11. Slim Migration Pada project yang dibuat dengan Laravel 11, hanya ada 3 migration yang dibawa secara default yaitu: Sedangkan pada versi sebelumnya, ada file migrasi untuk reset_tokens dan personal_access_tokens . 12. Console Kernel Dihapus Pada Laravel 11, file app/Console/Kernel.php sekarang sudah tidak ada lagi. Sekarang, file console tersedia secara default pada direktori routes dan semua yang semula dilakukan pada file Kernel.php sekarang dipindahkan pada file Console.php. Perbedaan Laravel 10 dan Laravel 11 Laravel 10Laravel 11Menggunakan MySQL sebagai default databaseDefault database menggunakan SqliteTerdapat banyak file Providers yang mungkin jarang digunakanPenggunaan Providers diatur dalam file bootstrap/providers.phpFile Middleware terletak dalam direktori app/HttpPengelolaan Midlleware menggunakan classdalam file bootstrap/app.phpTerdapat 4 file dalam direktori routes (api.php, web.php, channels.php, console.php)Hanya ada 2 file dalam direktori routes dan jika ingin menggunakan API routing harus install terlebih dahuluTerdapat banyak direktori pada folder appStruktur folder app lebih sederhana Kesimpulan Itulah beberapa perubahan dari Laravel 10 ke Laravel 11 yang tidak terlalu signifikan. Banyaknya struktur folder yang diubah, yaitu tidak ada lagi file Kernel.php, route api yang harus di-install secara manual, dan adanya perubahan pada folder Middleware. Beberapa perubahan tersebut pastinya dilakukan agar proses development lebih cepat dan efisien. Dengan banyaknya alat dan fitur baru yang disertakan, Laravel akan tetap menjadi pilihan utama bagi developer untuk membangun sebuah aplikasi website yang kuat. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel 11, kalian dapat mempelejarinya melalui Laravel Documentation Versi 11. Di sana, sudah tersedia banyak documentation yang nantinya akan kalian gunakan sebagai referensi dalam pengembangan aplikasi web. Semoga artikel ini dapat bermanfaat ya! Dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnyaπŸ™Œ

Kelas Mengenal HTMX: Tools Baru untuk Tingkatkan Fungsionalitas Situs Web! di BuildWithAngga

Mengenal HTMX: Tools Baru untuk Tingkatkan Fungsionalitas Situs Web!

Hello, people with the spirit of learning!😎 Pernahkah kalian mendengar sebutan mengenai HTMX? Sebutan ini muncul dalam lingkungan pengembangan web yang terus berkembang, di mana batasan antara pemrograman dari sisi server dan sisi klien semakin kabur. HTMX adalah salah satu alat yang muncul sebagai respons terhadap kompleksitas penggunaan framework. β€œHTMX memberikan solusi yang sederhana namun efektif bagi para pengembang yang mencari cara untuk membangun aplikasi web yang interaktif tanpa perlu menguasai banyak bahasa pemrograman atau menggunakan framework yang kompleks.” Menarik bukan? Yuk cari tahu lebih dalam mengenai HTMX di artikel ini! Without further do, let’s get started! Apa itu HTMX?πŸ€” HTMX adalah sebuah library Javascript yang memungkinkan web developers untuk mengembangkan aplikasi web dengan menggunakan teknologi yang sudah ada (seperti HTML, CSS, dan Javascript) tanpa perlu menulis banyak kode Javascript tambahan. Dengan HTMX, developers dapat meningkatkan interaktivitas halaman web dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami. HTMX memungkinkan untuk melakukan pengambilan data dari server dan pembaruan halaman web secara dinamis menggunakan teknik-teknik seperti AJAX dan server-sent events (SSE). Hal ini memungkinkan kalian untuk memperbarui bagian-bagian tertentu dari halaman web tanpa harus memuat ulang seluruh halaman, memberikan pengalaman pengguna yang lebih responsif dan cepat. Apa Saja yang Bisa Dilakukan dengan HTMX? Dengan HTMX, kalian dapat melakukan berbagai hal yang meningkatkan interaktivitas dan responsivitas halaman web tanpa harus menulis banyak kode Javascript. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dengan HTMX: Pembaruan Halaman Tanpa Memuat Ulang: Kalian dapat memperbarui bagian-bagian tertentu dari halaman web secara dinamis tanpa perlu memuat ulang seluruh halaman.Pengambilan Data dari Server: HTMX memungkinkan kalian untuk mengambil data dari server dan menampilkan hasilnya secara langsung di halaman web tanpa harus me-refresh halaman, menggunakan fitur seperti AJAX, WebSockets, dan Server-Sent Events.Pengiriman Data ke Server: HTMX memudahkan pengiriman data ke server dengan mudah dan aman melalui berbagai metode, seperti metode HTTP POST atau GET, dengan menggunakan elemen HTML biasa.Interaksi Formulir yang Dinamis: Kalian dapat mengaktifkan interaksi dinamis pada formulir, seperti mengirimkan data ke server secara asinkron, melakukan validasi input, dan menampilkan pesan kesalahan atau berhasil tanpa perlu reload halaman.Animasi dan Transisi CSS: Kalian dapat menggunakan CSS Transitions untuk menambahkan animasi dan transisi pada elemen-elemen yang diperbarui secara dinamis, memberikan tampilan yang lebih menarik dan interaktif pada halaman web. Sintaks dan Fitur HTMX Fitur pokok dari HTMX adalah kemampuannya untuk mengirim permintaan AJAX langsung dari kode HTML, tanpa memerlukan penulisan kode Javascript tambahan. Hal ini dapat terjadi karena adanya atribut-atribut berikut: hx-get: Untuk melakukan permintaan GET ke URL yang diberikan.hx-post: Untuk melakukan permintaan POST ke URL yang diberikan.hx-put: Untuk melakukan permintaan PUT ke URL yang diberikan.hx-patch: Untuk melakukan permintaan PATCH ke URL yang diberikan.hx-delete: Untuk melakukan permintaan DELETE ke URL yang diberikan. Ketika terjadi suatu peristiwa tertentu pada halaman web, seperti pengguna melakukan klik pada suatu elemen HTML yang memiliki atribut HTMX, maka elemen HTML tersebut akan mengirimkan permintaan AJAX ke URL yang ditentukan. Lihat contoh berikut: <button hx-post="/api/v1/products/buy">Buy</button> Sintaks di atas memberitahu browser bahwa ketika pengguna mengklik  <button>, kirim permintaan POST ke URL '/api/v1/products/buy' dan muat respons ke dalam HTML dalam <button>. Keuntungan Menggunakan HTMX Mudah dipelajari Berbeda dengan frontend framework lengkap seperti React atau Angular yang membutuhkan kurva belajar tinggi, HTMX mengambil pendekatan yang lebih mudah. Dengan memperluas HTML, HTMX menciptakan lingkungan yang lebih familiar bagi para programmer, memungkinkan mereka untuk memulai dengan lebih mudah.Meningkatkan performance Sifat ringan HTMX menghasilkan loads halaman yang lebih cepat. Pengguna mendapatkan manfaat dari interaksi yang lebih cepat dan latensi yang lebih rendah karena mereka tidak perlu memuat library atau framework Javascript yang besar.Mengurangi kompleksitas client-side HTMX mengurangi kompleksitas di sisi klien dengan memindahkan sebagian besar perilaku dinamis ke logika server. Ini menghasilkan kode yang lebih bersih dan lebih mudah dipelihara.Meningkatkan user experience HTMX menyediakan user experience yang lebih baik dengan memungkinkan konten diperbarui secara dinamis tanpa memerlukan reload halaman penuh. Transisi berjalan lancar, dan pengguna tidak terganggu oleh refresh halaman yang tiba-tiba.Menghemat biaya pengembangan Proyek-proyek HTMX seringkali dapat diselesaikan lebih cepat karena sederhana dan kurangnya ketergantungan pada frontend development, menghasilkan manfaat biaya dalam hal waktu pengembangan dan sumber daya.Mudah diintegrasi HTMX mudah diintegrasikan dengan berbagai Javascript framework dan server-side framework, seperti Flask, Django, dan Rails. Hal ini memungkinkan HTMX digunakan dalam berbagai ekosistem web development. Kelemahan Menggunakan HTMX Kurang komunitas yang besar dan sumber daya belajar Meskipun HTMX sudah memiliki dokumentasi resmi yang baik, namun dukungan dan sumber daya belajar yang tersedia terbilang kurang memadai karena HTMX termasuk library yang relatif baru dan belum memiliki komunitas developers yang aktif.Perlu memahami pengetahuan dasar Javascript Walaupun HTMX memberi kemampuan untuk menyelesaikan banyak tugas secara langsung melalui HTML, pemahaman yang kuat tentang Javascript tetap diperlukan untuk memaksimalkan pemanfaatan fitur-fitur HTMX. Hal ini dapat menjadi suatu hambatan bagi developers yang belum terlalu berpengalaman dalam bahasa pemrograman Javascript.Keterbatasan pengguunaan state HTMX lebih sesuai digunakan untuk aplikasi yang sederhana dan memiliki sedikit state yang perlu dikelola. Sementera itu, untuk aplikasi yang lebih kompleks dengan banyak state, mungkin lebih baik menggunakan library React atau Vue karena mereka dilengkapi dengan sistem penanganan state yang lebih kuat.Risiko keamanan HTMX memungkinkan interaksi langsung antara klien dan server, hal ini dapat meningkatkan risiko keamanan, terutama jika tidak di-implementasikan dengan benar. Pengguna harus memperhatikan potensi masalah keamanan seperti XSS (Cross-Site Scripting) atau CSRF (Cross-Site Request Forgery) dan mengambil tindakan pencegahan untuk menjaga keamanan aplikasi mereka.Ketergantungan pada server HTMX mengandalkan server untuk berbagai operasi, termasuk pengambilan dan pembaruan konten. Situasi ini dapat mengakibatkan peningkatan beban pada server dan penundaan waktu tanggapan, terutama jika server tidak dioptimalkan secara efisien. Kesimpulan HTMX, sebuah alat baru yang menarik untuk meningkatkan fungsionalitas situs web, menawarkan pendekatan yang sederhana namun efektif dalam pengembangan aplikasi web. Dengan memanfaatkan teknologi yang sudah ada, seperti HTML, CSS, dan Javascript, HTMX memungkinkan pengembang untuk menciptakan aplikasi web yang interaktif tanpa harus terlalu bergantung pada bahasa pemrograman atau framework yang kompleks. Meskipun HTMX memiliki berbagai keuntungan, seperti kemudahan dalam penggunaan dan integrasi, kinerja yang cepat, biaya pengembangan yang hemat dan pengalaman pengguna yang lebih baik. Namun, ada juga beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Mulai dari kurangnya komunitas dan sumber daya belajar yang memadai, perlunya pemahaman dasar Javascript hingga risiko keamanan yang perlu diwaspadai, kalian perlu mempertimbangkan baik-baik sebelum mengadopsi HTMX dalam proyek web kalian. Nah! Bagi kalian yang ingin menerapkan HTMX pada proyek web kalian, cobalah pelajari terlebih dahulu pengetahuan tentang HTML dan Javascript. BuildWithAngga menyediakan kelas GRATIS HTML5 Dasar dan Vanilla JavaScript Pada Website Development yang bisa kalian ikuti untuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang HTML dan Javascript. Silahkan mencoba!😊

Kelas Memahami Konsep Dynamic Routes di Next.js di BuildWithAngga

Memahami Konsep Dynamic Routes di Next.js

Hallo teman-teman developer web! Pada artikel ini, kita akan membahas apa itu dynamic routes di Next.js. Mulai dari konsep dasarnya, sampai bagaimana cara mengimplementasikannya dalam project kamu. Yuk langsung saja kita bahasπŸš€ Pengenalan Dynamic Routes Mungkin kamu sering mendengar istilah dynamic routes saat membangun situs web. Tapi apa sih sebenernya dynamic routes itu? Tenang aja, kita akan bahas sekarang. Jadi begini, saat kamu membuat sebuah situs web, terkadang kamu perlu membuat rute atau jalur untuk berbagai halaman. Misalnya, rute untuk beranda, tentang kami, atau artikel di blogmu. Nah, dynamic routes itu adalah cara untuk membuat rute yang bisa menyesuaikan diri dengan data yang berubah-ubah. Bayangkan kamu punya situs blog. Setiap artikel di blogmu punya tautan unik, kan? Nah, dynamic routes ini membantu kamu membuat tautan yang berubah sesuai dengan judul artikel atau halaman yang kamu buat. Contohnya, mungkin kamu punya artikel dengan judul "Tips Jitu Meningkatkan Produktivitas". Kamu bisa membuat rute khusus untuk artikel ini menggunakan dynamic routes. Jadi, ketika seseorang mengunjungi tautan blogmu dengan judul "tips-jitu-meningkatkan-produktivitas", halaman itu akan muncul secara otomatis. Ini artinya, kamu nggak perlu buat rute baru setiap kali kamu nulis artikel baru. Jadi, intinya dynamic routes ini sangat membantu saat kamu punya banyak halaman atau data yang berubah terus. Mereka membuat situs web-mu lebih fleksibel dan mudah diatur. Jadi, sekarang kamu udah tahu kan apa itu dynamic routes? Yuk, kita coba implementasikan! Implementasi Dynamic Routes Kita bahas soal penamaan. Jadi, ketika kamu bikin dynamic routes, kamu harus pake kurung siku [ ] pada folder. Misalnya, [slug] atau [id]. Ini berguna biar Next.js tahu kalau bagian itu dinamis dan bisa berubah tergantung data yang diakses. Lalu, gimana cara implementasinya? Gampang kok! Misalnya, kita punya blog dan mau bikin halaman untuk tiap artikel dengan dynamic routes. Ikuti langkah-langkah berikut: Pertama: Membuat Folder dan File Kamu bisa membuat halaman blog dengan bikin folder dan file seperti ini β€œblog/[slug]/page.js”. Nah, [slug] di sini bisa diganti dengan judul unik dari artikelmu. Kedua: Konfigurasi page.js Selanjutnya adalah kita harus mengambil sebuah slug dari params dan menampilkannya di browser. Kamu bisa copy kode di bawah ini: export default function Page({ params }) { return <div>My Post: {params.slug}</div> } Pada kode di atas, artinya kita menerima sebuah props bernama params. Nah, params tersebut memiliki sebuah slug karena kita telah mendefiniskannya dengan membuat folder [slug] . Ketiga: Jalankan Project Selanjutnya adalah kita bisa menjalankan project nya terlebih dahulu, apakah berhasil atau tidak. Kamu bisa menjalankannya terlebih dahulu dengan perintah berikut: npm run dev Jika sudah berhasil dijalankan, kamu bisa mengakses halaman blog kamu di http://localhost:3000/blog/example. Pada contoh kali ini kita akan mengakses blog dengan judul β€œKenapa Harus Belajar di BuildWithangga", maka kamu hanya perlu mengaksesnya di browser dengan alamat http://localhost:3000/blog/kenapa-harus-belajar-di-buildwithangga. Nah, Next.js bakal otomatis mengerti kalau setiap judul artikel baru itu adalah halaman baru. Contoh gambarnya seperti ini: Jadi, kamu bisa bikin banyak halaman tanpa repot-repot nambahin rute baru satu per satu. Lumayan kan? Dynamic routes ini memudahkan kamu dalam mengelola situs web-mu, terutama kalau kamu punya banyak data yang berubah-ubah. Pentingnya Dynamic Routes Kamu pasti pernah mikir, "Kenapa sih penting banget dynamic routes itu?" Nah, tenang aja, kita bakal bahas tentang pentingnya dynamic routes Pertama-tama, bayangkan kamu punya situs web yang isinya banyak banget, misalnya situs berita atau blog. Nah, di situs kayak gitu, pasti banyak banget halaman yang harus dibuat. Kalau kita harus bikin satu-satu rute buat setiap halaman, wah, bisa repot banget! Nah, inilah kehebatan dynamic routes. Dengan dynamic routes, kamu bisa membuat rute yang bisa menyesuaikan diri dengan data yang berubah-ubah. Misalnya, kamu punya blog dengan banyak artikel. Setiap artikel punya tautan unik, kan? Nah, dynamic routes ini bantu kamu buat tautan-tautan itu tanpa harus buat rute baru satu per satu. Selain itu, dynamic routes juga bikin situs web-mu lebih fleksibel. Maksudnya, kamu bisa dengan mudah menyesuaikan rute berdasarkan permintaan pengguna. Jadi, misalnya ada pengunjung yang cari artikel tertentu, kamu bisa tunjukin halaman artikel itu tanpa masalah. Selain itu lagi, dynamic routes juga membantu kamu dalam membuat aplikasi yang lebih skalabel. Artinya, kalau situs web-mu tumbuh besar, dynamic routes ini bisa ngebantu kamu mengelola semua halaman dengan lebih efisien. Kesimpulan Sekarang kamu udah tau nih tentang dynamic routes di Next.js! Singkatnya, dynamic routes ini adalah cara membuat rute yang bisa berubah-ubah sesuai dengan data yang kamu punya. Buat situs web yang banyak halamannya, dynamic routes ini bakal berguna sekali. Dengan dynamic routes, kamu bisa bikin tautan-tautan unik untuk setiap data, seperti artikel di blogmu. Tidak perlu repot bikin rute baru satu per satu. Selain itu, dynamic routes ini juga bikin situs web kamu lebih fleksibel, karena bisa menyesuaikan diri dengan permintaan pengguna. Bagi kamu yang ingin mengeksplorasi lebih lanjut, kamu bisa mengikuti kelas di BuildWithAngga. Ada Kelas Online Gratis NextJS Basic dan proyek berbasis web development lainnya seperti Kelas Online Bootcamp Full-Stack Web Developer: Sewa Mobil. Jadi, mari kita tingkatkan kemampuan bersama BuildWithAngga! πŸš€ Sampai jumpa!

Kelas Mengenal Responsive dan Adaptive Apps di Flutter di BuildWithAngga

Mengenal Responsive dan Adaptive Apps di Flutter

Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu Responsive dan Adaptive Apps di Flutter. Kamu juga bisa belajar lebih dalam lagi tentang Flutter di kelas Flutter bersama BuildWithAngga. Pada pembahasan artikel ini, kita akan membahas Responsive dan Adaptive Apps di Flutter. Daripada penasaran, yuk kita bedah! Apa itu Responsive dan Adaptive Apps? Responsive Responsive adalah kemampuan aplikasi Flutter dalam merespon adanya perubahan ukuran UI pada tampilan layar. Perubahan ukuran UI mengikuti pada device yang digunakan saat merespon ukuran UI pada tampilan layar, contohnya seperti Portrait, Landscape, dan ukuran layar yang lebih besar. Kebanyakan developer menggunakan widget ini pada MediaQuery, LayoutBuilder, Flexible Widget, Expanded, dan lainnya. Contoh Responsive pada penggunaan widget MediaQuery: Widget build(BuildContext context) { final screenWidth = MediaQuery.of(context).size.width; if (screenWidth > 600) { // Berfungsi untuk menampilkan tata letak yang berbeda untuk layar yang lebih besar return DesktopLayout(); } else { return MobileLayout(); } } Tambahan untuk teman-teman: Penggunaan MediaQuery ini digunakan untuk membuat desain yang berdasarkan dengan ukuran. sehingga dengan adanya MediaQuery dapat membuat bagian pada UI dapat diatur sesuai dengan ruang yang tersedia. Contoh Responsive pada penggunaan widget Layout Builder: Widget build(BuildContext context) { return LayoutBuilder( builder: (context, constraints) { if (constraints.maxWidth > 600) { return WideLayout(); } else { return NarrowLayout(); } }, ); } Tambahan untuk teman-teman: Penggunaan LayoutBuilder dapat membuat tata letak menjadi lebih baik dan responsif dan disesuaikan dengan ukuran layar yang digunakan. 2. Adaptive Adaptive adalah kemampuan aplikasi Flutter dalam menyesuaikan tata letak dan desain yang disesuaikan dengan platform atau perangkat yang digunakan oleh pengguna aplikasi. Pengguna IOS akan mendapatkan tampilan aplikasi yang sesuai dengan perangkat IOS, sedangkan pengguna Android akan mendapatkan tampilan aplikasi yang sesuai dengan perangkat Android. Flutter juga menyediakan widget platform yang dapat digunakan oleh developer dalam mengembangkan aplikasi. Cupertino untuk IOS dan Material untuk Android. Contoh Adaptive pada penggunaan widget platform: import 'dart:io'; import 'package:flutter/cupertino.dart'; import 'package:flutter/material.dart'; Widget build(BuildContext context) { return Platform.isIOS ? CupertinoButton(child: const Text('iOS Button'), onPressed: () {}) : ElevatedButton(child: const Text('Android Button'), onPressed: () {}); } Kesimpulan Dengan kita menggunakan responsive dan adaptive pada aplikasi Flutter, kita dapat membuat aplikasi Flutter menjadi lebih baik dan dapat digunakan di semua perangkat, tanpa perlu memikirkan ukuran layar yang berbeda dan tampilan UI menjadi tidak sesuai. Aplikasi yang kita buat juga dapat berjalan dengan baik di semua platform tanpa terkecuali. sehingga dengan adanya kombinasi antara responsive dan adaptive akan sangat membantu kita dalam mengembangkan aplikasi Flutter yang optimal. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🀩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas Menata Route dengan Lebih Rapi Menggunakan Route Groups di Next.js di BuildWithAngga

Menata Route dengan Lebih Rapi Menggunakan Route Groups di Next.js

Hallo teman-teman developer web! Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang penggunaan Route Groups di Next.js untuk membuat pengaturan rute menjadi lebih terstruktur dan rapi. Route Groups memungkinkan kamu untuk mengelompokkan rute-rute tertentu ke dalam grup-grup tanpa harus memengaruhi struktur URL. Artinya, kamu bisa mengatur rute-rute tersebut dalam kelompok-kelompok sesuai dengan bagian atau fungsi tertentu dalam situs web kamu, tanpa harus khawatir tentang bagaimana tampilan URL-nya nantinya. Mari kita mulai ke pembahasan-nyaπŸš€ Pengenalan Route Groups Kamu pernah merasa bingung dengan banyaknya rute dalam proyek aplikasi web-mu? Nah, di Next.js, ada fitur keren yang bisa membantumu mengatasi masalah itu, namanya Route Groups! Jadi, apa itu Route Groups? Route Groups adalah sebuah fitur untuk mengatur rute-rute dalam proyek Next.js kamu. Bayangkan kamu memiliki banyak rute untuk halaman-halaman berbeda di situs web-mu. Route Groups memungkinkan kamu untuk mengelompokkan rute-rute tersebut menjadi kelompok-kelompok yang lebih teratur dan terstruktur. Nah, kenapa kamu butuh Route Groups? Bayangkan kamu punya beberapa bagian dalam situs web-mu, misalnya bagian untuk halaman utama, bagian untuk blog, dan mungkin juga bagian untuk halaman kontak. Dengan Route Groups, kamu bisa memisahkan rute-rute untuk setiap bagian itu dengan lebih mudah. Jadi, kamu bisa lebih fokus dalam mengelola masing-masing bagian. Oh ya, satu lagi yang penting, penggunaan Route Groups juga membantu menghindari kekacauan dalam struktur URL. Jadi, ketika kamu mengelompokkan rute-rute, URL situs web-mu tetap teratur dan mudah dimengerti oleh pengguna. Dan yang menariknya, memakai Route Groups tidak akan mempengaruhi bagaimana URL terlihat. Contoh Penggunaan Route Groups Mari kita lihat lebih dalam bagaimana Route Groups membantu kita mengatur rute tanpa mengubah URL. Misalkan kamu memiliki dua bagian situs web, satu untuk marketing dan satu lagi untuk toko online. Sekarang, kedua bagian ini mungkin memiliki struktur URL yang sama. Contohnya, kamu bisa memiliki grup yang dinamakan (marketing) dan (shop). Misalnya, kamu bisa memiliki folder bernama (marketing) dan (shop). Di dalam masing-masing folder ini, kamu bisa menambahkan file layout.js yang berbeda. Ini berarti, meskipun kedua bagian situs web-mu menggunakan struktur URL yang sama, kamu bisa memiliki layout yang berbeda untuk masing-masing bagian tersebut. Jadi, dengan menggunakan Route Groups, kamu bisa merapikan struktur rute aplikasi web-mu tanpa harus khawatir mengganggu jalur URL yang sudah ada. Semua rute yang berhubungan dengan marketing bisa kamu kumpulkan dalam folder (marketing), dan semua hal tentang toko online bisa kamu susun dalam folder (shop). Praktis bukan? Kesimpulan Salah satu keuntungan utama dari penggunaan Route Groups adalah kemampuannya untuk membuat proyek kamu lebih terorganisir. Dengan mengelompokkan rute-rute ke dalam kategori-kategori yang sesuai, kamu dapat dengan cepat menavigasi dan memahami struktur keseluruhan aplikasi kamu tanpa harus melihat satu per satu rute yang ada. Di penghujung artikel ini, kamu sekarang telah mempelajari bagaimana Route Groups dapat membantu kamu mengatur rute aplikasi web dengan lebih terstruktur di Next.js. Dengan menggunakan Route Groups, kamu dapat dengan mudah mengelompokkan rute-rute yang terkait dalam satu tempat tanpa harus khawatir tentang bagaimana hal itu akan memengaruhi struktur URL kamu. Buat kamu yang ingin mempelajari fitur-fitur selanjutnya, kamu bisa ikut kelas di BuildWithAngga. Salah satunya yaitu, Kelas Online Gratis NextJS Basic ataupun yang berupa project base yaitu, Kelas Online Bootcamp Full-Stack JavaScript Developer MERN: Website Event. Sampai jumpa di artikel selanjutnya, ya! Teruslah belajar dan kembangkan skill kamu dalam mengembangkan aplikasi web yang keren. Semangat! πŸš€

Kelas Ketahui Cara Konvensi Penamaan Javascript Untuk Hasilkan Kode yang Berkualitas di BuildWithAngga

Ketahui Cara Konvensi Penamaan Javascript Untuk Hasilkan Kode yang Berkualitas

Salah satu hal krusial yang seringkali terabaikan oleh para developer adalah penerapan konvensi penamaan dengan tepat. Sayangnya, tak jarang dari mereka justru menghasilkan penamaan yang kompleks dan sulit dipahami. Menjaga penulisan kode kalian agar tetap sedarhana mudah dibaca dan dipelihara menjadi sangat penting dalam mengelola proyek Javascript yang kompleks. Kunci utama untuk menjaga hal ini terletak pada konsistensi dalam menggunakan konvensi penamaan. Variabel, boolean, fungsi, konstanta, kelas, komponen, metode dan file, semuanya merupakan elemen-elemen dalam Javascript yang membutuhkan penerapan konvensi penamaan yang konsisten. Dengan menerapkan konvensi penamaan standar pada semua komponen ini, kalian dapat meningkatkan pengorganisasian dan pemahaman kode, menghasilkan efisiensi dalam jangka panjang sambil menghemat waktu dan tenaga. Lalu, bagaimana kita menerapkan konvensi penamaan yang konsisten? Let’s find out now! Konvensi Penamaan untuk Variabel Penamaan variabel pada Javascript bersifat case-sensitive, di mana penggunaan lowercase dan uppercase dianggap berbeda*.* Kalian bisa saja mendefinisikan suatu variabel unik untuk menyimpan nama kucing, seperti: var CatName = 'Garfield'; var catName = 'Kitty'; var CATNAME = 'Ollie'; Namun, pendekatan yang paling direkomendasikan adalah menggunakan camel case untuk semua jenis variabel dalam Javascript. Hal ini dapat memastikan tidak ada variabel ganda dengan nama yang sama. Gunakan nama variabel yang bersifat deskriptif dan menjelaskan tentang nilai yang disimpan. Alih-alih menggunakan variabel name untuk menyimpan nama kucing, gunakanlah variabel catName yang lebih memberikan makna dari nilai yang disimpan. // salah var d = 'Garfield'; // salah var name = 'Garfield'; // benar var catName = 'Garfield'; Konvensi Penamaan untuk Boolean Untuk variabel boolean, sebaiknya gunakan awalan is atau has. Misalnya, jika kalian membutuhkan variabel boolean untuk memeriksa apakah seekor kucing memiliki pemilik, gunakan hasOwner sebagai nama variabel. Contoh seperti berikut: // salah var owner = true; // benar var hasOwner = true; Konvesi Penamaan untuk Fungsi Sama halnya dengan variabel penulisan nama fungsi juga bersifat case-sensitive. Sehingga pendekatan camel case direkomendasikan untuk mendeklarasikan nama fungsi. Selain itu, gunakan kata benda dan kata kerja deskriptif sebagai awalan. Misalnya, jika kalian mendeklarasikan sebuah fungsi untuk mendapatkan nama, nama fungsi tersebut seharusnya getName. Perhatikan contoh berikut. // salah function name(catName, ownerName) { return '${catName} ${ownerName}'; } // benar function getName(catName, ownerName) { return '${catName} ${ownerName}'; } Konvensi Penamaan Konstanta Konstanta dalam Javascript juga bersifat case-sensitive, tetapi sebaiknya ditulis dalam uppercase atau huruf besar karena konstan tersebut tidak berubah. Penggunaan huruf kapital juga dapat membantu kalian untuk membedakan konstanta dari variabel biasa. Semua konstanta sebaiknya didefinisikan di awal file, method, atau class. Berikut contoh penamaan konstanta untuk menyimpan nilai phi: const PHI = 3.14159; Apabila variabel konstanta yang kalian buat memiliki lebih dari satu kata, gunakan underscore ( _ ) untuk memisahkan tiap kata-nya. Berikut contohnya: const HOURS_IN_DAY = 24; const USER_AGE = 19; Konvensi Penamaan untuk Kelas Aturan konvensi penamaan untuk kelas Javascript mirip dengan fungsi. Gunakan judul yang deskriptif untuk menjelaskan kemampuan kelas dengan menggunakan Pascal case, yang berarti setiap kata dimulai dengan huruf kapital tanpa ada pemisahan menggunakan garis bawah. Pascal case memudahkan untuk melihat item mana yang merupakan class dan item mana yang bukan. Berikut adalah contoh penulisan konvensi penamaan class: class Task { constructor(description, priority) { this.description = description; this.priority = priority; } var urgentTask = new Task("Complete urgent report", "High"); Konvensi Penamaan untuk Komponen Komponen Javascript banyak digunakan dalam frontend framework seperti React. Meskipun komponen digunakan dalam DOM, lebih baik memperlakukannya seperti class dan menggunakan Pascal case untuk menentukan nama. Berikut adalah contoh penamaan komponen dengan menggunakan konvensi PascalCase: // salah function userCard(data) { return ( <div> <span>User: {data.username}</span> <span>Email: {data.email}</span> </div> ); } // benar function UserCard(data) { return ( <div> <span>User: {data.username}</span> <span>Email: {data.email}</span> </div> ); } Dalam contoh di atas, nama komponen userCard pada contoh yang pertama ditulis dengan huruf kecil pada awal kata. Dalam contoh yang kedua, nama komponen UserCard ditulis dengan menggunakan Pascal Case, yang meningkatkan keterbacaan dan mengikuti konvensi penamaan yang umum untuk komponen. Penting untuk diingat bahwa konvensi penamaan dapat bervariasi tergantung pada kerangka kerja atau teknologi yang digunakan. Dalam konteks React, penggunaan Pascal Case adalah umum, tetapi selalu disarankan untuk mengikuti pedoman penamaan yang diberikan oleh kerangka kerja atau komunitas proyek yang kalian ikuti. Konvensi Penamaan untuk Metode Meskipun terdapat beberapa perbedaan, struktur fungsi dan metode pada Javascript cukup mirip. Oleh karena itu, aturan konvensi penamaan sama. Gunakan Camel Case untuk mendeklarasikan metode Javascript dan gunakan kata kerja sebagai awalan untuk membuat nama lebih bermakna. Berikut adalah contoh penggunaan konvensi penamaan untuk metode: class Animal { constructor(name, species) { this.name = name; this.species = species; } makeSound() { console.log(`The ${this.species} named ${this.name} makes a sound.`); } } // Contoh penggunaan var lion = new Animal("Simba", "Lion"); lion.makeSound(); // The Lion named Simba makes a sound. Dalam contoh diatas, class Animal memiliki properti name dan speciesserta metode makeSound yang mengikuti konvensi Camel Case untuk penamaan metode. Konvensi Penamaan untuk Nama File Sebagian besar server web bersifat case-sensitive dalam menangani file. Sebagai contoh, file dengan nama "mountain.jpg" dianggap berbeda dengan "Mountain.jpg". Di sisi lain, beberapa server web, seperti Microsoft's IIS (Internet Information Services), tidak mempedulikan perbedaan huruf besar dan kecil. Pada server seperti ini, kalian bisa menggunakan "mountain.jpg" atau "Mountain.jpg" untuk mengakses file yang sama. Namun, perlu diperhatikan bahwa jika kalian beralih dari server yang bersifat case-insensitive ke server yang bersifat case-sensitive, bahkan kesalahan kecil dalam penulisan huruf bisa menyebabkan situs web mengalami crash atau tidak dapat diakses. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan nama file dengan huruf kecil pada semua server, meskipun server tersebut mendukung case-sensitive. Hal ini membantu mencegah masalah potensial yang dapat timbul saat melakukan perpindahan antar lingkungan server yang memiliki aturan penanganan file yang berbeda. Kalian juga dapat memanfaatkan tanda hubung untuk memisahkan kata pada nama file, alih-alih menggunakan spasi. Alternatif lain seperti underscore ( _ ) atau Camel Case juga dapat digunakan, tetapi tanda hubung lebih sering digunakan karena lebih mudah terbaca. Berikut adalah contoh struktur direktori proyek JavaScript dengan menerapkan konvensi penamaan file: my-project/ β”œβ”€β”€ src/ β”‚ β”œβ”€β”€ components/ β”‚ β”‚ β”œβ”€β”€ header-component.js β”‚ β”‚ β”œβ”€β”€ sidebar-component.js β”‚ β”œβ”€β”€ styles/ β”‚ β”‚ β”œβ”€β”€ main-styles.css β”‚ β”‚ β”œβ”€β”€ responsive-styles.css β”œβ”€β”€ scripts/ β”‚ β”œβ”€β”€ main-script.js β”‚ β”œβ”€β”€ utility-functions.js β”œβ”€β”€ pages/ β”‚ β”œβ”€β”€ home-page.html β”‚ β”œβ”€β”€ about-us-page.html β”‚ β”œβ”€β”€ contact-page.html β”œβ”€β”€ index.html Kesimpulan Konvensi penamaan dalam pengembangan JavaScript adalah suatu aspek yang sering terabaikan namun memegang peran krusial dalam menciptakan kode yang bersih, keterbacaan, dan mudah dipelihara. Pada artikel ini, kita telah membahas pentingnya menjaga konsistensi dalam penerapan konvensi penamaan pada berbagai elemen seperti variabel, boolean, fungsi, konstanta, kelas, komponen, metode dan file. Menerapkan Camel case untuk variabel dan metode, menggunakan awalan is atau has untuk boolean, mengadopsi Pascal case untuk kelas dan komponen, serta menetapkan konstanta dengan huruf besar, adalah langkah-langkah yang tidak hanya meningkatkan keterbacaan kode tetapi juga memberikan fondasi kuat untuk pemeliharaan jangka panjang. Setelah mengetahui pedoman yang telah diuraikan dalam artikel ini, kalian dapat mempraktekkannya dalam proyek Javascript kalian agar proyek kalian dapat berjalan dengan lancar, lebih mudah dikelola, dan siap untuk pertumbuhan kedepannya. Kalian juga dapat melatih ilmu ini sambil belajar pemahaman Javascript lewat kelas-kelas di BuildWithAngga seperti Kelas Online Gratis Vanilla Javascript atau Kelas Online Vanilla JavaScript OOP & LocalStorage: Web Task Management. Join kelas-kelas di BuildWithAngga sekarang juga. Keep learning and see you at class!πŸ˜‰βœ¨

Kelas Pengenalan Dasar tentang Three.js: Membawa 3D ke Web di BuildWithAngga

Pengenalan Dasar tentang Three.js: Membawa 3D ke Web

Apa itu Three.js? Three.js adalah sebuah library JavaScript yang digunakan untuk membuat dan menangani grafika 3D di browser web. Dikembangkan oleh Mr.doob (Ricardo Cabello), Three.js memberikan kemampuan kepada Web Developer untuk menciptakan pengalaman 3D yang menakjubkan tanpa memerlukan pengetahuan mendalam tentang grafika komputer atau WebGL. Mengapa Three.js? Kemudahan Penggunaan: Three.js menyediakan antarmuka yang sederhana dan intuitif, memungkinkan Developer untuk dengan cepat memasukkan elemen 3D ke dalam proyek web mereka tanpa kesulitan yang berlebihan.Kemampuan Cross-Browser: Three.js bekerja di berbagai browser modern tanpa perlu instalasi plugin tambahan. Ini membuatnya dapat diakses oleh sebagian besar pengguna web.Berbasis WebGL: Meskipun menyediakan abstraksi tinggi yang memudahkan penggunaannya, Three.js pada dasarnya berbasis WebGL, yang merupakan standar grafika 3D di browser. Hali ini memberikan performa tinggi dan kemampuan visual yang kuat.Komunitas yang Aktif: Three.js memiliki komunitas pengguna yang besar dan aktif, yang berarti ada banyak sumber daya, tutorial, dan dukungan yang tersedia. Konsep Dasar Three.js 1. Scene (Adegan): Scene adalah tempat di mana semua objek 3D, efek, dan elemen lainnya ditempatkan. Semua elemen yang ingin ditampilkan dalam suatu proyek Three.js harus ditambahkan ke dalam adegan. 2. Camera (Kamera): Camera menentukan sudut pandang atau perspektif dari mana adegan akan dilihat. Three.js menyediakan beberapa jenis kamera, termasuk kamera perspektif dan ortografis. 3. Renderer (Penggambar): Renderer bertanggung jawab untuk mengonversi elemen-elemen 3D dalam adegan menjadi tampilan 2D yang dapat ditampilkan di browser. Three.js mendukung WebGLRenderer untuk penggambaran menggunakan WebGL atau CanvasRenderer untuk kinerja yang lebih baik pada perangkat yang tidak mendukung WebGL. 4. Geometry (Geometri): Geometry merepresentasikan bentuk dan struktur objek 3D. Three.js menyediakan berbagai geometri bawaan seperti kubus, bola, dan silinder, atau pengguna dapat membuat custom geometry. 5. Material (Material): Material adalah cara Three.js memberikan warna dan tekstur pada geometri. Banyak jenis material yang dapat digunakan, termasuk material warna padat, material foto, dan material fosfor. 6. Light (Cahaya): Light adalah aspek penting dalam membuat objek 3D tampak realistis. Three.js menyediakan berbagai jenis cahaya, termasuk cahaya titik, cahaya arah, dan cahaya spot. Langkah Awal dengan Three.js Berikut adalah langkah-langkah dasar untuk mulai menggunakan Three.js dalam proyek web kamu: 1. Download Three.js:Unduh Three.js dari situs resminya di https://threejs.org/ atau gunakan CDN untuk menyertakan library di proyek kamu.2. Membuat Scene, Camera, dan Renderer: 3. Menambahkan Objek ke dalam Scene: 4. Menyertakan Pencahayaan: 5. Rendering Scene dengan Kamera: 6. Hasil akhir nya: Congratulations! kamu berhasil membuat proyek pertama menggunakan three.js. ini mungkin terlihat sederhana, tapi hal ini menjadi batu loncatan karna kamu sudah berani mencoba, kamu bisa mencoba melihat LIVE EXAMPLE dan mencoba bermain dengan kode threejs 😁 β€” index.html β€” main.js Dengan langkah-langkah dasar ini, kamu dapat membuat kubus berputar yang akan memperkenalkan kamu pada dasar-dasar Three.js. Dari sini, Kamu dapat mulai menjelajahi konsep-konsep yang lebih kompleks seperti materi, animasi, dan integrasi dengan teknologi terbaru seperti VR. Dengan kemampuan Three.js yang mahir, kamu dapat membawa proyek web kamu ke dimensi baru dengan menyajikan konten 3D yang dinamis dan menarik bagi pengguna kamu. Jadi, bersiaplah untuk memperluas cakrawala web kamu, membawa virtual reality dan merajut kisah-kisah yang menarik melalui 3D dengan bantuan dari Three.js. Selamat berkarya dan jadilah bagian dari era baru dalam evolusi web 3D! Hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan Three.js adalah kemampuan dasar dalam penggunaan javascript, tapi kamu tidak perlu khawatir di BuildWithAngga sudah banyak sekali kelas gratis dan premium yang bisa kamu cobain untuk menambah skill coding kamu, tunggu apalagi check sekarang di link berikut: - ES6 Dasar- Vanilla JavaScript

Kelas Mengenal Laravel Eloquent: Pengertian, Fungsi, dan Penggunaannya di BuildWithAngga

Mengenal Laravel Eloquent: Pengertian, Fungsi, dan Penggunaannya

Hai Sobat BWA!πŸ™Œ Sebagai salah satu framework yang banyak digunakan oleh para developer, Laravel banyak menyediakan fitur yang dapat kita gunakan dengan mudah untuk mempermudah pekerjaan kita. Salah satu fitur yang disediakan oleh Laravel adalah Eloquent. Singkatnya, Eloquent dapat digunakan untuk memudahkan pekerjaan kita saat berhubungan dengan database. Nah, pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang Eloquent dalam Laravel serta contoh penggunannya. Simak artikel berikut sampai habis ya! Apa itu Laravel Eloquent? Eloquent adalah sebuah ORM (Object-Relational-Mapping) yang disediakan oleh Laravel untuk mengakses dan memanipulasi data dalam database menggunakan PHP Objects dan model-model terkait. Salah satu fitur yang disediakan oleh Eloquent ORM adalah terdapat fungsi-fungsi query SQL untuk mengelola data pada database sehingga kita tidak perlu mengetik query SQL secara manual. Selain itu, Eloquent juga memudahkan kita ketika ingin berinteraksi dengan database, yaitu menyediakan Object-Oriented Approach untuk menambah, memperbarui, dan menghapus data, sehingga memudahkan kita dalam mengelola data dalam aplikasi. Fungsi Laravel Eloquent Memudahkan Interaksi dengan Database: Laravel Eloquent menyediakan cara yang intuitif dan objek-oriented untuk menambahkan data(create), memperbarui data(edit), dan menghapus data(delete). Hal ini membuat proses development aplikasi kita lebih cepat dan lebih efisien.Model-View-Controller (MVC) Compatibility: Eloquent berintegrasi secara langsung dengan pola desain MVC yang digunakan oleh Laravel. Model-model Eloquent dapat digunakan untuk represent data dalam aplikasi, memisahkan logika bisnis dari view dan interaksi pengguna (controller).Hubungan Antar Model: Eloquent memungkinkan definisi hubungan antar model, seperti one-to-one, one-to-many, many-to-one, dan many-to-many. Hal ini memudahkan kita dalam mengambil dan menambahkan data yang terkait antara model-model.Query Builder: Selain menggunakan model Eloquent, kita juga dapat menggunakan Query Builder untuk menulis query SQL secara langsung menggunakan sintaks yang lebih terstruktur. Query Builder ini menyediakan metode chaining yang kuat untuk membuat query yang kompleks.Validasi Data: Eloquent menyediakan fitur untuk melakukan validasi data sebelum menyimpannya ke dalam database. Ini membantu memastikan keakuratan dan konsistensi data dalam aplikasi. Contoh Penggunaan Laravel Eloquent 1. Langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat file migrasi dan model. Untuk membuat file migrasi dan model sekaligus, kalian dapat menjalankan perintah berikut: php artisan make:model Student --migration 2. Setelah itu, jalankan php artisan:migrate untuk melakukan migrasi database 3. Buka file model Student yang tadi kita buat dan tambahkan kode berikut. File ini terletak dalam folder App/Models <?php namespace App\Models; use Illuminate\Database\Eloquent\Factories\HasFactory; use Illuminate\Database\Eloquent\Model; class Student extends Model { use HasFactory; protected $table = "students"; protected $fillable = [ 'nama', 'alamat', ]; } 4. Buat file StudentController dengan menjalankan perintah php artisan make:controller StudentController 5. Nah, pada file controller ini, kita akan menambahkan function CRUD menggunakan Laravel Eloquent <?php namespace App\Http\Controllers; use Illuminate\Http\Request; use App\Models\Student; class StudentController extends Controller { public function index() //get data { return Student::all(); } public function store(Request $request) //add data { $validatedData = $request->validate([ 'nama' => 'required|string|max:255', 'alamat' => 'required|string', ]); return Student::create($validatedData); } public function show($id) //get data berdasarkan id { return Student::findOrFail($id); } public function update(Request $request, $id) { $student = Student::findOrFail($id); $validatedData = $request->validate([ 'nama' => 'required|string|max:255', 'alamat' => 'required|string', ]); $student->update($validatedData); return $student; } public function destroy($id) //delete data { $student = Student::findOrFail($id); $student->delete(); return response()->json(['message' => 'Student deleted successfully']); } } 6. Setelah membuat function CRUD, kita dapat menambahkan route pada file api.php untuk mencoba apakah function tersebut berjalan dengan benar Route::resource('student', StudentController::class); 7. Setelah itu, jalankan php artisan serve dan buka aplikasi postman untuk melakukan testing pada api kita 8. Berikut adalah contoh jika function create berjalan dengan benar dan data masuk ke dalam database Kesimpulan Lalu, apasih yang membuat Eloquent ORM dapat memudahkan pekerjaan kita sebagai developer? Kita dapat melakukan operasi CRUD (Create, Read, Update, dan Delete) dengan mudah tanpa menulis query SQL secara manual. Selain itu, Eloquent juga menyediakan fitur-fitur penting lainnya seperti validasi data dan hubungan antar model, yang sangat membantu dalam pengembangan aplikasi yang kompleks dan dinamis. Dengan memahami konsep dasar dan memaksimalkan fitur-fitur yang ada, kalian dapat menjadi developer yang lebih produktif dalam pengelolaan data menggunakan Laravel Semoga artikel ini dapat bermanfaat ya! Dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel Eloquent ORM, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnyaπŸ™Œ Kelas Online Gratis Eloquent ORM Laravel

Kelas Memahami Konsep Error Handling di Next.js App Router di BuildWithAngga

Memahami Konsep Error Handling di Next.js App Router

Kamu pasti pernah mengalami saat menjelajahi situs web dan tiba-tiba muncul pesan error yang membuat kamu bingung, bukan? Nah, itulah mengapa error handling sangatlah penting dalam dunia pengembangan aplikasi web. Di artikel ini, kita akan membahas tentang konsep dasar penanganan error di Next.js, sebuah framework yang banyak digunakan untuk membuat aplikasi web modern. Jangan khawatir jika kamu masih baru dalam hal ini, karena kita akan menjelaskan semuanya dengan cara yang mudah dimengerti. Jadi, siapkan dirimu untuk mempelajari bagaimana Next.js dapat membantu kamu mengatasi berbagai masalah yang muncul saat pengembangan aplikasi web. Yuk, kita mulai!πŸš€ Konsep Dasar Error Handling di Next.js Kamu pernah tidak, waktu lagi buka aplikasi atau website, tiba-tiba ada tulisan aneh muncul bilang "Something went wrong" atau "Terjadi kesalahan"? Itu namanya error, dan tidak ada yang suka kena error, kan? Nah, di Next.js, ada cara untuk menangani error seperti itu dengan lebih baik. Mari kita bahas tentang konsep dasarnya. Di Next.js, konsep dasar error handling itu terkait dengan sebuah file bernama error.js. Jadi, ketika ada error yang terjadi di dalam aplikasi kamu, Next.js akan mencoba menangani error itu dengan cara yang lebih rapi dan terstruktur. File error.js ini berfungsi sebagai semacam pembatas yang akan mengelola error yang terjadi di dalam aplikasi kamu. Misalnya, ketika ada bagian dari aplikasi kamu yang tiba-tiba error, Next.js akan pakai file error.js ini untuk menangani error tersebut. Ini berguna banget, karena tidak hanya membuat aplikasi tetap berjalan, tapi juga memastikan pengguna bisa melihat pesan kesalahan yang lebih ramah. Saat kamu membuat UI untuk menampilkan pesan error, kamu bisa melakukan banyak hal. Kamu bisa tambahkan tombol untuk mencoba lagi, atau tampilkan pesan yang lebih jelas tentang apa yang sedang terjadi. Semua itu bisa kamu lakukan di dalam file error.js. Jadi, intinya, konsep dasar error handling di Next.js itu tentang bagaimana kita membuat web tetap berjalan dengan baik, meskipun ada masalah yang muncul. Implementasi Error Handling Sekarang kita akan membicarakan bagaimana kamu bisa menerapkan error handling di aplikasi Next.js kamu. Yuk langsung saja bahas langkah-langkahnyaπŸš€ Langkah Pertama: Membuat File error.js Kita bikin file error.js di dalam folder route yang kamu mau. Nah, file ini nantinya akan jadi tempat buat menangani error yang muncul di route tersebut. Sebagai contohnya, kita akan membuat error handling di halaman home. Langkah Kedua: Desain Tampilan Error Setelah kamu buat error.js, sekarang saatnya buat tampilan yang keren buat error-nya. Kamu bisa tambahin pesan atau tombol yang bisa diklik buat mencoba lagi. Misalnya, kamu bisa kasih pesan kayak "Ups, ada kesalahan pada sistem!" atau "Coba lagi yuk!". Intinya, bikin tampilannya se-simple mungkin buat user. Kamu bisa copy kode di bawah ini ke file error.js : "use client" export default function Error({ error, reset }) { return ( <div className="flex flex-col h-screen w-full justify-center items-center "> <img src="<https://img.freepik.com/free-vector/oops-404-error-with-broken-robot-concept-illustration_114360-1932.jpg>" alt="image" className="h-[500px] w-[500px]" /> <p>Ups, sepertinya ada kesalahan!</p> <div className="space-x-3 mt-4"> <button className="bg-[#335EF7] px-4 py-3 rounded-full text-white font-semibold">Back to Home</button> <button className="bg-[#f6f8fd] px-4 py-3 rounded-full text-gray-700 font-semibold">Refresh Pages</button> </div> </div> ) } Langkah Ketiga: Tambahkan Function reset() Setelah kamu membuat UI, sekarang kamu tambahkan function reset() pada button di atas. Seperti kode di bawah ini: <button onClick={() => reset()} className="bg-[#335EF7] px-4 py-3 rounded-full text-white font-semibold">Back to Home</button> <button onClick={() => reset()} className="bg-[#f6f8fd] px-4 py-3 rounded-full text-gray-700 font-semibold">Refresh Pages</button> Dengan langkah-langkah ini, kamu bisa menjaga web kamu tetap berjalan lancar meskipun ada error yang muncul di tengah jalan. Berikut adalah review gambar ketika web seketika ada error: Kesimpulan Menerapkan error handling dalam pengembangan aplikasi web memiliki keuntungan yang signifikan. Salah satunya, error handling memungkinkan aplikasi untuk tetap berjalan secara lancar meskipun terjadi kesalahan atau kondisi tak terduga lainnya. Dari pembahasan dalam artikel ini, kamu telah mempelajari konsep dasar dan implementasi dari error handling di Next.js. Dengan memahami konsep error handling di Next.js, kamu dapat menghadapi error dengan lebih siap, meningkatkan pengalaman pengguna, dan memperbaiki aplikasi dengan cepat. Buat kamu yang ingin mempelajari fitur-fitur selanjutnya, kamu bisa ikut kelas di BuildWithAngga. Salah satunya yaitu, Kelas Online Gratis NextJS Basic ataupun yang berupa project base yaitu, Kelas Online Full-Stack Next Js Website Flight Ticket. Sampai jumpa di artikel selanjutnya, ya! Teruslah belajar dan kembangkan skill kamu dalam mengembangkan aplikasi web yang keren. Semangat! πŸš€