Akses kelas selamanya

Ambil Promo
flash sale
hamburger-menu

Tips All

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Reset
Kelas Mockup Plugin: membantu dalam proses mock up Desain di Figma di BuildWithAngga

Mockup Plugin: membantu dalam proses mock up Desain di Figma

Terkadang kita bingung bagaimana cara mempresentasikan desain agar lebih dilihat oleh pengguna ataupun target pasar. Oleh karena itu kita membutuhkan mock up dari suatu produk. Mock up sendiri memiliki arti Secara umum bentuk visualisasi yang merepresentasikan desain dari sebuah produk sebelum nantinya direalisasikan. Umumnya, mock up akan digunakan ketika melakukan presentasi ataupun pitching di depan klien. Sederhananya, mock up akan membantu mereka untuk lebih memahami informasi dan juga konsep desain yang akan dibuat. Jika kamu menggunakan Figma, maka plugin ini akan sangat membantu kamu. Mockup Plugin menyediakan gambar-gambar besar yang cocok untuk berbagai jenis media mulai dari web hingga cetak. Baik kamu mencari mock upperangkat, elemen-elemen branding, atau sesuatu yang sedikit lebih unik, koleksi kami siap memenuhi kebutuhanmu. Kamu dapat menggunakan beberapa mock up yang menawarkan variasi bahan dan ukuran, disesuaikan dengan kebutuhan spesifikmu. Cukup pilih perangkat, pilih bingkai, dan desainmu akan muncul di layar. Plugin ini memiliki 3 fungsi utama: Mockup library. Cara paling cepat dan efisien untuk menggunakan mockup dalam proyekmu. Di sini, tersedia kumpulan besar mock up berkualitas tinggi dan paling populer yang siap digunakan untuk memperindah desainmu.Distort (Perspective) transformation. Jika kamu sudah memiliki sebuah mock up, maka dengan menggunakan plugin kami, kamu dapat mengubahnya dan menyisipkan desainmu ke dalam mock up tersebut.AI Surfaces Mockups. memberikan kamu kemampuan untuk memanfaatkan kecerdasan buatan guna mengubah vektor kamuke dalam berbagai jenis permukaan, sesuai dengan kebutuhan proyekmu. Kamu dapat dengan bebas memanfaatkan mockup plugin ini secara gratis untuk mendukung berbagai proyek pribadi maupun komersial yang kamu jalankan. Dengan dukungan dari mockup plugin ini, kamu dapat lebih leluasa mengeksplorasi kreativitasmu tanpa harus khawatir akan biaya tambahan. Cara menggunakan mockup plugin Langkah 1: Cari Mockup Plungin pada resource Cara menggunakan dimulai dengan langkah pertama yaitu mencari Mockup Plugin pada bagian resource. Di sana, kamu dapat dengan mudah menemukan opsi untuk mockup plugin dengan menjelajahi kategori yang tersedia atau menggunakan fitur pencarian untuk menemukannya secara langsung. Setelah menemukan plugin yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah memilih opsi "Run Plugin" untuk mengaktifkannya dan memungkinkan kamu untuk memanfaatkan semua fitur yang disediakan. Dengan demikian, langkah pertama ini membantu kamu untuk memulai proses penggunaan mockup plugin dengan cepat dan efisien di Figma. Langkah 2: Cari media mock up yang akan digunakan Pada tahap ini, kamu memiliki kebebasan untuk menentukan jenis media apa yang ingin kamu gunakan untuk menampilkan desain UI/UX kamu. Sebagai contoh, kamu dapat memilih media handphone untuk menampilkan desain UI/UX yang telah kamu buat. Dengan memilih media handphone, kamu dapat menampilkan desain tersebut dalam konteks yang relevan dan memberikan gambaran yang lebih nyata tentang bagaimana desain tersebut akan terlihat di perangkat yang sebenarnya. Langkah 3: siapkan media mock up dan frame seukuran layar handphone Langkah ketiga dalam proses penggunaan mockup plugin adalah menyiapkan media mockup yang telah kamu pilih sebelumnya, serta frame seukuran layar handphone yang sesuai. Dengan menyiapkan frame seukuran layar handphone, kamu akan memiliki tempat yang ideal untuk menampilkan desain UI/UX kamu dengan lebih terperinci. Frame ini akan membantu kamu mengatur desain secara proporsional dan memastikan bahwa tampilan desain kamu akan sesuai dengan ukuran layar handphone yang diinginkan. Langkah 4: Masukan desain pada frame Langkah keempat dalam proses ini adalah memasukkan desain yang telah dipilih ke dalam frame yang sudah kamu persiapkan sebelumnya. Dengan memasukkan desain ke dalam frame, kamu akan memberikan konteks yang lebih nyata tentang bagaimana desain UI/UX kamu akan terlihat ketika diterapkan dalam situasi yang sesungguhnya. Selain itu, langkah ini memungkinkan kamu untuk mengevaluasi desain kamu dengan lebih baik dan memastikan bahwa semua elemen desain terlihat sesuai dengan harapan. Langkah 5: Buka mockup plungin Langkah kelima dalam proses ini adalah membuka mockup plugin setelah kamu menempatkan desain dalam frame.Setelah itu, kamu dapat melanjutkan dengan mengklik kanan pada layar dan mencari opsi untuk plugin di menu yang muncul. Setelah menemukan opsi plugin, lanjutkan dengan mencari mockup plugin yang telah kamu instal sebelumnya. Langkah 6: Plungin kalian akan menampilkan seperti ini Langkah keenam dalam proses ini adalah setelah kamu membuka plugin, maka tampilan modal akan muncul seperti ini. Modal tersebut akan menampilkan berbagai opsi dan fitur yang tersedia dalam plugin mockup. Dari sini, kamu dapat memilih berbagai macam pengaturan, seperti ukuran, orientasi, dan gaya mockup yang ingin kamu terapkan pada desain kamu. Selain itu, modal ini juga mungkin menawarkan opsi untuk menyesuaikan efek, bayangan, dan aspek visual lainnya dari mock up. Langkah 7: Pilih Distort pada menu plugin Langkah ketujuh dalam proses ini adalah memilih opsi "Distort" pada menu plugin. Dengan melakukan langkah ini, kamu akan membuka fitur yang memungkinkan kamu untuk menyesuaikan perspektif dan distorsi pada desain kamu sesuai dengan mockup yang kamu pilih sebelumnya. Opsi "Distort" ini akan memberikan fleksibilitas tambahan dalam menyesuaikan tampilan desain kamu agar sesuai dengan bentuk, sudut pandang, dan dimensi dari mockup yang digunakan. Langkah 8: Pilih vector shape pada mockup Langkah kedelapan dalam proses ini adalah memilih vektor bentuk pada mockup. Beberapa mockup memiliki nama layer yang sudah jelas, dan kalian bisa melihat tulisan 'change this' pada mockup tersebut. Dengan memilih vektor bentuk, kalian akan dapat mengakses elemen-elemen yang mungkin perlu disesuaikan, seperti warna, bentuk, atau ukuran, sesuai dengan desain yang ingin kalian terapkan. Langkah 9: Pilih frame desain Langkah kesembilan dalam proses ini adalah memilih frame desain setelah memilih layar pada mockup. Setelah memilih layar pada mockup, langkah selanjutnya adalah memilih frame yang sudah kamu masukkan desain yang ingin kalian pasang pada mockup tersebut. Dengan memilih frame desain yang tepat, kamu dapat memastikan bahwa desain yang telah kalian buat akan sesuai dengan konteks mockup yang telah dipilih sebelumnya. Langkah 10: Klik apply Langkah kesepuluh dalam proses ini adalah setelah kedua layar tersebut dipilih, maka tampilan pada modal mockup plugin akan berubah sesuai dengan desain yang telah kamu pilih. Langkah terakhir yang dapat kamu lakukan adalah menekan tombol "apply". Dengan menekan "apply", kamu akan memberlakukan perubahan yang telah kamu terapkan pada desain secara langsung ke dalam mockup. Selesai, dan mockup yang telah kamu buat sekarang sudah siap digunakan secara langsung. Dengan proses yang telah dilalui, kamu telah berhasil mengintegrasikan desain kamu ke dalam mockup dengan lancar dan efisien. Mockup Plugin: Membantu dalam proses presentasi Desain 🎨 Dari beragam fitur dan kemampuan dalam menghasilkan mockup yang menarik dan profesional hingga memudahkan dalam menyajikan desain kepada klien atau tim, plugin mockup menjadi alat yang sangat berguna dalam proses presentasi desain. Mau mencoba menggunakan plugin mockup untuk meningkatkan kualitas presentasi desainmu? Yuk, temukan lebih banyak tutorial dan sumber belajar gratis di BuildWithAngga! Dengan mengikuti kelas-kelas UI/UX design , kamu dapat mengasah keterampilan dan memperkaya portfolio desainmu 🚀

Kelas Basic Tutorial: Membuat Gradient Button with Background Dot Pattern di BuildWithAngga

Basic Tutorial: Membuat Gradient Button with Background Dot Pattern

Hello people with the spirit of learning! Kali ini kita akan membahas bagaimana cara membuat Gradient Button yang Eye-Catching seperti diatas dengan ditambahkan background dot pattern agar membuat desain button kalian menjadi lebih unik dan berbeda! Yuk, simak cara buatnya!😍 1. Buat Frame dan Text-nya! Step awal untuk membuat button yang sama pada thumbnail. Pertama, kita membuat frame-nya dulu ya guys (tekan F) dan jangan lupa ditambahkan text nya juga (tekan T). By the way untuk ukuran button disesuaikan kembali dengan ukuran desain kalian yaa. 2. Tambah Gradasi Linear sebagai Warna Dasar! Setelah sudah terbuat frame + text nya, kemudian kita akan beri warna dasar (Fill) jangan lupa untuk diganti efek warnanya menjadi Linear Gradient. 3. Tambah lagi yaa Fill Linear Gradient! Agar terlihat lebih cantik, yuk tambahin lagi ya guys efek Linear Gradient-nya tujuannya untuk meng-highlight supaya agar gradasi linear nya terlihat lebih smooth. 4. Tambah Stroke dan Beri Efek Linear Gradient! Tambahin garis tepi (Stroke) ini juga penting guys, agar button nya terlihat seperti ada pantulan cahaya kayak ada efek didalam kaca. 5. Tambah Gradasi Linear sebagai Warna Dasar! Agar bagian bawah button terlihat lebih banyak warnanya ditambah juga ya guys agar bagian bawah button terlihat lebih dark dan menyatu dengan smooth. 6. Tambah Gradasi Linear sebagai Warna Dasar! Setelah kalian menambah inner shadow yang pertama, kalian juga jangan lupa untuk menambahkan 2 efek inner shadow lagi ya, tujuannya agar desain button kalian terlihat seperti glowing-glowing (dreamy) gitu. 🌟 7. Tambah Gradasi Linear sebagai Warna Dasar! Ditambahin juga guys untuk efek drop shadow nya agar desain kalian terlihat lebih realistis, menarik dan blink-blink✨. Efek Drop shadow 1: untuk memberikan efek seperti garis tepi dan efek. Drop shadow 2: untuk memberikan kesan popup gitu ya guys. 8. Tambah Gradasi Linear sebagai Warna Dasar! Tahap akhir ini jangan lupa tambahin juga border radius-nya ya guys, atur sesuai dengan tingkat kelengkungan yang perfect menurut kalian. Yeayyyy!! Akhirnya selesai pembuatan Gradient Button. Gimana? asyik dan menyenangkan bukan? Lebih unik kan desain button kalian😍 Jangan lupa dipantengin terus ya guys Instagram dan Website BuildWithAngga dan banyak juga kelas-kelas gratis tentang Design yang bisa kalian ikuti untuk mengasah skill dan menambah portfolio yang lebih berkualitas agar menambah value anda dimasa yang akan datang👌

Kelas Javascript Array Length – Cara Menemukan Panjang Sebuah Array di JS di BuildWithAngga

Javascript Array Length – Cara Menemukan Panjang Sebuah Array di JS

Pertama-tama kamu harus memahami terlebih dahulu apa itu Array pada Javascript, kamu bisa belajar Pengenalan Dasar JavaScript terlebih dahulu atau mengikuti kelas JavaScript di BuildWithAngga, agar paham pembahasan kali ini. Kelas JavaScript di BuildWithAngga GRATIS! 🤔 Tahukah kamu? Array pada JavaScript merupakan struktur data fundamental yang memungkinkan kamu menyimpan dan memanipulasi kumpulan elemen secara efisien. Ketika menggunakan Array, kamu seringkali perlu ingin mengetahui panjangnya. Panjang Array memberitahukan kamu, ada berapa banyak sih? elemen yang ada di dalamnya. Kamu bisa kok menggunakan property .length ini untuk memeriksa apakah Array tersebut kosong, dan jika tidak, kamu juga bisa melakukan iterasi melalui elemennya. Fungsi & Cara Menemukan Array Length Design image by https://tecadmin.net/javascript-arrays/ Fungsi dari properti .length pada Array dalam JavaScript adalah untuk mengukur atau mengembalikan jumlah elemen yang terdapat dalam array tersebut. Properti .length memberikan/menemukan informasi tentang panjang atau ukuran Array, yaitu berapa banyak elemen yang ada di dalamnya. Contoh, anggap saja kita memiliki Array sebagai berikut: let kelasBwa = ['Android Dev', 'Web Dev', 'Graphic Design', 'Data Analyst']; console.log(kelasBwa.length); // Output: 4 Dalam contoh code di atas, kelasBwa.length mengembalikan nilai 4, karena Array kelasBwa memiliki empat elemen di dalamnya. Properti .length ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti memeriksa apakah Array kosong, menentukan batas iterasi dalam loop, atau mengukur ukuran Array saat memanipulasi data. Keuntungan Menggunakan Property .length “Kak, memang ada keuntungannya ya pakai properti ini?” Eitss, jangan salah 🤫 properti length pada Array memiliki beberapa keuntungan loh. Diantaranya : Mengukur Panjang Array: Properti length memberikan informasi langsung tentang jumlah elemen yang terdapat dalam Array. Ini memungkinkan kamu untuk mengetahui ukuran atau panjang Array tanpa harus menghitung elemennya secara manual. let numbers = [10, 20, 30, 40, 50]; console.log(numbers.length); // Output: 5 Iterasi dan Pengecekan Batas: Dalam loop, properti length sering digunakan untuk menentukan batas iterasi. Ini membantu mencegah iterasi ke elemen di luar batas Array. let fruits = ['apple', 'banana', 'orange', 'grape']; for (let i = 0; i < fruits.length; i++) { console.log(fruits[i]); } // Output: apple, banana, orange, grape Memeriksa Apakah Array Kosong: Dengan properti length, kamu dapat dengan mudah memeriksa apakah sebuah Array kosong atau tidak. let emptyArray = []; if (emptyArray.length === 0) { console.log('Array is empty.'); } // Output: Array is empty. Manipulasi Data Dinamis: Ketika kamu menambah atau menghapus elemen dari Array, properti length secara otomatis diperbarui. Hal ini memudahkan dalam manipulasi data dinamis. let dynamicArray = [1, 2, 3, 4]; console.log(dynamicArray.length); // Output: 4 dynamicArray.push(5); // Menambah elemen baru console.log(dynamicArray) // Output: (5) [1, 2, 3, 4, 5] console.log(dynamicArray.length); // Output: 5 dynamicArray.pop(); // Menghapus elemen terakhir console.log(dynamicArray.length); // Output: 4 Pemanfaatan properti length ini membuat pengelolaan Array menjadi lebih efisien dan memudahkan berbagai operasi terkait Array dalam pengembangan JavaScript. Kesimpulan Yahh… Berakhir sudah pembahasan tentang Array length ini xixixi. Menggunakan properti .length pada Array JavaScript memberikan keuntungan signifikan dalam pengelolaan dan manipulasi data. Dengan properti ini, kamu dapat dengan mudah mengukur panjang Array, melakukan iterasi dengan batas yang jelas, memeriksa apakah Array kosong atau tidak, dan mengelola data dinamis secara efisien. Properti .length juga memudahkan dalam menambah atau menghapus elemen dari Array, karena nilainya secara otomatis diperbarui. Kelebihan ini membuat properti .length menjadi sangat berguna untuk menyederhanakan operasi-operasi umum pada array dan meningkatkan efisiensi pengembangan dalam lingkungan JavaScript, oh iya, jangan khawatir kamu bisa kok mempelajarinya secara gratis di kelas JavaScript BuildWithAngga. Udah deh, ga perlu mikir. Langsung aja gabung bersama BuildWithAngga dan sampai jumpa di kelas, babayy 🥰

Kelas Cara Install shadcn-ui Pada Project Next JS di BuildWithAngga

Cara Install shadcn-ui Pada Project Next JS

Hallo teman-teman developer web. Kamu mungkin sudah pernah mendengar tentang shadcn-ui, salah satu library komponen UI yang keren untuk proyek-proyek Next JS. Dengan shadcn-ui, kamu bisa membuat tampilan web yang menarik dengan lebih mudah dan cepat. Buat kamu yang ingin install shadcn-ui di Next JS namun belum belajar Next JS dari dasar. Alangkah baiknya kamu belajar dasar-dasar Next JS terlebih dahulu. Di BuildWithAngga telah menyediakan kelas online gratis NextJS Basic, kamu bisa mempelajari kelas tersebut terlebih dahulu. Dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah tentang cara meng-install shadcn-ui dalam proyek Next JS kamu. Jangan khawatir, prosesnya tidak sulit kok! Kita akan membahas langkah demi langkah agar bisa mulai menggunakan shadcn-ui dalam proyek web kamu dengan cepat. Pengenalan shadcn-ui shadcn-ui adalah kumpulan komponen yang didesain dengan indah dan bisa langsung kamu salin dan tempelkan ke dalam aplikasimu. Selain itu, shadcn-ui mudah diakses, bisa disesuaikan, dan open source. Ini bukan sekadar library komponen biasa, melainkan kumpulan komponen yang bisa kamu gunakan ulang dengan cara menyalin dan menempelkannya langsung ke aplikasimu. Jadi, bayangkan kamu memiliki berbagai macam elemen yang sudah didesain dengan cantik, yang bisa langsung kamu gunakan dalam pembuatan aplikasi tanpa harus membuat dari awal. Itulah yang shadcn-ui tawarkan. Kamu bisa mengaksesnya, menyesuaikannya sesuai kebutuhanmu, dan yang terbaik, semuanya tersedia secara gratis dengan lisensi open source. Instalasi shadcn-ui pada Next JS Oke, sekarang saatnya untuk meng-install shadcn-ui ke proyek Next JS kamu. Ini gampang kok, Ikuti langkah-langkah ini: 1. Langkah Pertama: Membuat Proyek Next JS Mulai dengan membuat proyek Next JS menggunakan Create Next App. Silahkan buka terminal kamu lalu copy teks di bawah: npx create-next-app@latest my-app --typescript --tailwind --eslint 2. Langkah Kedua: Jalankan CLI Silahkan kamu masuk dulu ke folder proyek kamu dengan memasukkan teks ini ke terminal cd my-app . Jika sudah di dalam proyeknya, mari kita jalankan shadcn-ui perintah init untuk menyiapkan proyek kamu: npx shadcn-ui@latest init 3. Langkah Ketiga: Konfigurasikan components.json Kamu akan ditanyakan beberapa pertanyaan untuk konfigurasi components.json : Would you like to use TypeScript (recommended)?› no / yesWhich style would you like to use?› Default / New YorkWhich color would you like to use as base color?› SlateWhere is your global CSS file?› app/globals.cssDo you want to use CSS variables for colors?› no / yesAre you using a custom tailwind prefix eg. tw-?(Leave blank if not) …Where is your tailwind.config.js located?› tailwind.config.jsConfigure the import alias for components:› @/componentsConfigure the import alias for utils:› @/lib/utilsAre you using React Server Components?› no / yes Yup, begitulah cara meng-install shadcn-ui. Sekarang kamu siap untuk menggunakan komponen-komponen keren dari shadcn-ui di proyek Next JS kamu. Cara Menggunakan Komponen di shadcn-ui Kamu sekarang dapat mulai menambahkan komponen ke proyek kamu. Semisal kita akan menambahkan Button. Silahkan kamu jalankan perintah berikut di terminal: npx shadcn-ui@latest add button Perintah di atas akan menambahkan komponen Button ke proyek kamu. Kamu kemudian dapat mengimportnya lalu pakai komponennya pada file page.tsx seperti ini: import { Button } from "@/components/ui/button"; export default function Home() { return ( <div className="h-screen w-full flex flex-col justify-center items-center"> <h1 className="font-bold text-slate-800 text-5xl w-[50%] text-center"> BuildWithAngga provides quality paid and free classes </h1> <p className="mt-4 text-gray-500">Upgrade Your Tech Skills</p> <div className="flex space-x-3 mt-4"> <Button>Get Started</Button> <Button variant={"outline"}>Browse courses</Button> </div> </div> ); } shadcn-ui memberikan beberapa variant untuk Button. Kamu dapat menggunakannya sesuai kebutuhan kamu. Berikut adalah tampilan dari hasil kode di atas: Nah, sekarang kamu udah tau cara menggunakan komponen di shadcn-ui dalam proyek Next JS-mu. Gimana, mudah kan? Ingat, shadcn-ui punya banyak lagi komponen keren yang bisa kamu eksplorasi dan manfaatkan dalam pengembangan proyekmu. Jangan ragu untuk mencoba lebih banyak lagi! Kesimpulan Pada artikel ini, kamu telah belajar cara meng-install shadcn-ui dalam proyek Next JS dengan langkah-langkah yang cukup sederhana. Dengan mengikuti langkah-langkah instalasi dan konfigurasi yang telah dibahas, sekarang kamu memiliki dasar yang kuat untuk memulai penggunaan shadcn-ui dalam pengembangan proyek Next JS kamu. Selain itu, jangan ragu untuk merujuk ke dokumentasi resmi shadcn-ui untuk informasi lebih lanjut dan sumber daya tambahan. Dengan terus belajar dan mengembangkan keterampilan pengembangan web kamu, kamu akan semakin percaya diri dalam membangun aplikasi web yang menarik dan fungsional. Sekarang, selamat mencoba menggunakan komponen-komponen shadcn-ui dalam proyek Next JS kamu, dan semoga sukses dalam pengembangan web kamu! See you guys!

Kelas Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula di BuildWithAngga

Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula

Hai Sobat BWA! Pernahkah kalian mendengar tentang bahasa pemrograman PHP? PHP merupakan singkatan dari Hypertext Preprocessor dan menjadi salah satu bahasa pemrograman yang masih digunakan hingga saat ini. Karena kemudahan penggunaannya, PHP sering digunakan untuk pengembangan situs web yang dinamis dan interaktif. Saat ini, PHP tetap menjadi salah satu bahasa pemrograman yang populer dan banyak digunakan. Dan di artikel kali ini, kita akan membahas tentang Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula. Simak sampai habis ya! 1.Laravel Laravel adalah salah satu framework berbasis PHP yang populer dan digunakan secara luas di seluruh dunia untuk pengembangan sebuah aplikasi web, mulai dari situs web sederhana hingga aplikasi web yang kompleks. Framework ini cocok untuk pemula karena memiliki syntax yang mudah dipahami dan dipelajari. Laravel juga memiliki komunitas tersendiri yang bisa digunakan untuk berdiskusi tentang Laravel. Keunggulan Laravel: Mempunyai banyak fiturMemiliki dokumentasi yang lengkapMudah dipelajari untuk pemula 2. Symfony Symfony dirilis pada tahun 2005 menggunakan php5 dan disusun sesuai PSR (PHP Standard Recommendations) sehingga kualitas kode dari framework ini tidak perlu diragukan lagi. Symfony sendiri **mudah untuk diinstal dan dikonfigurasi pada banyak platform. Framework ini juga mudah untuk dikembangkan, fleksibel, dan dapat diandalkan. Keunggulan Symfony: Performa cukup tinggiDokumentasi yang jelas dan rinciTerdapat fungsionalitas testing bawaan 3. CodeIgniter CodeIgniter merupakan salah satu framework PHP yang dikenal karena kecepatan dan kehandalannya. Sama seperti Laravel, framework ini juga menerapkan MVC atau Model-View-Controller dan menyediakan seperangkat fitur yang kuat untuk membantu pengembangan aplikasi website. CodeIgniter bisa menjadi pilihan yang tepat karena ringan, mudah dipahami, dan mempunyai performa yang konsisten. Keunggulan Codeigniter: Memiliki performa yang baikSangat ringan dan efisienFleksibel dan mudah disesuaikan 4. CakePHP CakePHP adalah salah satu framework PHP yang menerapkan arsitektur MVC pertama pada awal tahun 2000an. Setiap versi terbaru yang diluncurkan telah memiliki performa yang terus meningkat dan memiliki banyak komponen baru. Framework ini sangat cocok untuk aplikasi web komersial. Keunggulan CakePHP: Memiliki fitur CRUD otomatisPembaruan teraturMemiliki beragam paket komponen 5. Slim Slim adalah salah satu framework PHP yang cocok digunakan untuk pembuatan aplikasi web yang kecil dan ringan. Berbeda dengan framework PHP lainnya, slim lebih minimalis dan mudah di kustomisasi. Framework ini biasanya digunakan untuk pengembangan API RESTful karena memiliki komponen yang bisa digunakan untuk membangun API dengan cepat dan mudah. Keunggulan Slim: Mudah untuk dipelajariRingan dan minimalisRouting yang simpel dan fleksibel Kesimpulan Nah, itulah Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula serta keunggulan dari masing-masing framework yang disebutkan. PHP masih banyak memiliki pilihan framework yang dapat dipilih untuk pengembangan aplikasi website. Bagi pemula, pemilihan framework PHP yang tepat dapat mempercepat pembelajaran dan pengembangan aplikasi website. Jadi, framework mana nih yang bakal kalian pilih? Eitss, bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari framework PHP di atas, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌 Kelas Gratis PHP Laravel Web DevelopmentBelajar PHP Dasar Web DevelopmentKelas Gratis CodeIgniter 4

Kelas 10 Library Flutter Paling Dibutuhkan Mobile App Developer di BuildWithAngga

10 Library Flutter Paling Dibutuhkan Mobile App Developer

10 Library Flutter Paling Dibutuhkan Mobile App Developer Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu 10 Library Flutter yang bisa kamu gunakan untuk mengembangkan aplikasi mobile, atau kamu mau lebih dalam lagi belajar tentang Flutter? Yuk join kelas Flutter di BuildWithAngga. Library Flutter adalah kumpulan kode terbuka yang bisa digunakan untuk developer mengembangkan aplikasi Flutter. Nah kumpulan kode inilah yang nantinya bisa membuat berbagai jenis fitur maupun fungsi untuk bisa membantu developer membangun aplikasi yang lebih canggih dan kompleks. Tetapi sebelum kita mengenal 10 Library Flutter, yuk mari kenalan dulu dengan berbagai jenis library yang ada di Flutter.dev : Core Libraries : Kumpulan kode ini memiliki fungsi dasar untuk membantu developer dalam membangun aplikasinya seperti pembuatan widget, animasi, rendering, dan UI.Material Library : Kumpulan kode ini yang membantu developer untuk membangun aplikasi mobile dengan Material Design yang berjalan dengan baik di berbagai platform.Cupertino Library : Kumpulan kode yang menyediakan widget untuk membantu developer dalam membangun aplikasi dengan iOS sehingga dapat berjalan dengan baik.Widgets : Kumpulan kode yang dapat membantu developer untuk mengembangkan UI pada aplikasi. Setelah kamu mengenal jenis-jenis dari library yang ada di Flutter.dev. Pasti kamu tidak sabar mengenal 10 Library Flutter yang bermanfaatkan?🤭 Let’s go kita bedah. 1. Url_Launcher Url_launcher adalah library yang dapat membantu developer dalam mengembangkan aplikasi mobile, dengan menambahkan fitur untuk pindah URL eksternal dari aplikasi yang anda buat. URL ini biasanya dibuat dalam bentuk tautan website, alamat email, dan bisa juga ke nomor telepon. Contoh penggunaan url_launcher : import 'package:url_launcher/url_launcher.dart'; void main() { // Meluncurkan tautan web launch('https://www.buildwithangga.com'); // Meluncurkan alamat email launch('mailto:[email protected]'); // Meluncurkan nomor telepon launch('tel:+62123456789'); } 2. Flutter_form_builder Flutter_form_builder adalah library yang dapat membantu developer dalam membuat sebuah formulir yang berisi untuk mengumpulkan data pengguna, membuat formulir, dan memvalidasi data yang di input. Contoh penggunaan flutter_form_builder : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:flutter_form_builder/flutter_form_builder.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( title: 'Example of Population Data Form in country X', theme: ThemeData( primarySwatch: Colors.blue, ), home: MyFormPage(), ); } } class MyFormPage extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('Example of Population Data Form in country X '), ), body: Padding( padding: const EdgeInsets.all(16.0), child: FormBuilder( child: Column( children: [ FormBuilderTextField( name: 'name', decoration: InputDecoration(labelText: 'Name'), validator: FormBuilderValidators.required(context), ), SizedBox(height: 16), FormBuilderDropdown( name: 'gender', decoration: InputDecoration(labelText: 'Gender'), items: ['Male', 'Female'] .map((gender) => DropdownMenuItem( value: gender, child: Text(gender), )) .toList(), ), SizedBox(height: 16), FormBuilderCheckbox( name: 'accept_terms', title: Text('Accept Terms'), ), SizedBox(height: 16), ElevatedButton( onPressed: () { if (FormBuilder.of(context).validate()) { var formData = FormBuilder.of(context).value; print(formData); } }, child: Text('Submit'), ), ], ), ), ), ); } } 3. Path_provider Path_provider adalah library yang dapat membantu developer dalam mendapatkan penyimpanan yang baik untuk aplikasi mobile yang dibuat di berbagai platform seperti Android, iOS, Web/Desktop. Library ini biasanya digunakan untuk menyimpan file gambar, cache maupun data aplikasi lainnya. Contoh penggunaan path_provider : import 'package:path_provider/path_provider.dart'; Future<void> saveImage(String imagePath, Uint8List bytes) async { final directory = await getTemporaryDirectory(); // Mendapatkan direktori sementara final file = File('${directory.path}/$imagePath'); await file.writeAsBytes(bytes); // Menyimpan gambar ke file } Future<String> loadLocalData() async { final directory = await getApplicationDocumentsDirectory(); // Mendapatkan direktori dokumen final file = File('${directory.path}/data.json'); if (await file.exists()) { final contents = await file.readAsString(); // Membaca data dari file return contents; } else { return ""; // Kembalikan string kosong jika file tidak ada } } Tambahan untuk teman-teman : Sebelum temen-temen harus menggunakan direktori sesuai dengan kebutuhan ya. Contohnya file sementara > direktori sementara.Periksa kembali untuk file yang sudah ada apakah sudah tertulis data ke dalamnya. 4. Scooped_model Scoped_model adalah library yang dapat memudahkan developer untuk bisa membuat model data dari widget utama ke turunannya. Memiliki 3 jenis utama yaitu model class, scope model widget, dan scopeModelDescendant widget. Contoh penggunaan scooped_model : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:scoped_model/scoped_model.dart'; void main() { runApp(MyApp( model: CounterModel(), )); } class MyApp extends StatelessWidget { final CounterModel model; const MyApp({Key? key, required this.model}) : super(key: key); @override Widget build(BuildContext context) { // At the top level of our app, we'll, create a ScopedModel Widget. This // will provide the CounterModel to all children in the app that request it // using a ScopedModelDescendant. return ScopedModel( model: model, child: MaterialApp( title: 'Scoped Model Demo', home: CounterHome('Scoped Model Demo'), ), ); } } // Start by creating a class that has a counter and a method to increment it. // // Note: It must extend from Model. class CounterModel extends Model { int _counter = 0; int get counter => _counter; void increment() { // First, increment the counter _counter++; // Then notify all the listeners. notifyListeners(); } } class CounterHome extends StatelessWidget { final String title; CounterHome(this.title); @override Widget build(BuildContext context) { return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text(title), ), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ Text('You have pushed the button this many times:'), // Create a ScopedModelDescendant. This widget will get the // CounterModel from the nearest parent ScopedModel. // It will hand that CounterModel to our builder method, and // rebuild any time the CounterModel changes (i.e. after we // `notifyListeners` in the Model). ScopedModelDescendant( builder: (context, child, model) { return Text( model.counter.toString(), style: Theme.of(context).textTheme.headline4, ); }, ), ], ), ), // Use the ScopedModelDescendant again in order to use the increment // method from the CounterModel floatingActionButton: ScopedModelDescendant( builder: (context, child, model) { return FloatingActionButton( onPressed: model.increment, tooltip: 'Increment', child: Icon(Icons.add), ); }, ), ); } } 5. Flutter_bloc Flutter_bloc adalah library yang dapat membantu developer untuk mengembangkan state aplikasi dengan cara menggunakan pola bloc (Business Logic Component). Pola bloc ini pada prinsipnya dapat membantu teman-teman untuk dapat membuat aplikasi yang lebih mudah untuk dipelihara serta dikembangkan. Contoh penggunaan flutter_bloc : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:flutter_bloc/flutter_bloc.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class CounterBloc extends Bloc { CounterBloc() : super(0); @override Stream mapEventToState(int event) async* { yield state + event; } } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( home: BlocProvider( create: (context) => CounterBloc(), child: CounterPage(), ), ); } } class CounterPage extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { final CounterBloc _counterBloc = BlocProvider.of(context); return Scaffold( appBar: AppBar(title: Text('Counter App')), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ BlocBuilder( builder: (context, count) { return Text( 'Count: $count', style: TextStyle(fontSize: 24), ); }, ), SizedBox(height: 20), Row( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ FloatingActionButton( onPressed: () => _counterBloc.add(1), child: Icon(Icons.add), ), SizedBox(width: 10), FloatingActionButton( onPressed: () => _counterBloc.add(-1), child: Icon(Icons.remove), ), ], ), ], ), ), ); } } 6. HTTP HTTP atau Hypertext Transfer Protocol adalah protokol yang digunakan untuk menghubungkan data komunikasi di web. Manfaatnya adalah HTTP dapat digunakan untuk mengambil data dari server, contohnya seperti data JSON. Contoh penggunaan HTTP : import 'package:http/http.dart' as http; void main() async { final response = await http.get('https://www.buildwithangga.com'); if (response.statusCode == 200) { final body = await response.body.readAsString(); print(body); } else { print('Error: ${response.statusCode}'); } } Tambahan untuk teman-teman : Perhatikan headers dan body requests.Error harus ditanganin dengan tepat. 7. Get/GetX Get/GetX adalah library yang memberikan solusi kepada developer untuk mengembangkan aplikasinya dengan cara menggabungkan High-Performance State Management dan Intelligent Dependency Injection pada aplikasi. Developer tidak perlu lagi mengubah kontrol dari memori. Dengan GetX, memori yang tidak digunakan akan langsung dihapus secara default. Contoh penggunaan Get/GetX : void main() => runApp(MaterialApp(home: Home())); class Home extends StatelessWidget { var count = 0.obs; @override Widget build(context) => Scaffold( appBar: AppBar(title: Text("counter")), body: Center( child: Obx(() => Text("$count")), ), floatingActionButton: FloatingActionButton( child: Icon(Icons.add), onPressed: () => count ++, )); } 8. Intl Intl adalah library yang dapat memudahkan developer untuk menangani contoh kasus seperti perbedaan bahasa, tanggal, serta angka yang ada pada aplikasi. Sehingga aplikasi dapat digunakan diberbagai platform dan diberbagai tempat. Contoh penggunaan intl : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:intl/intl.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( title: 'Intl Package Example', home: MyHomePage(), ); } } class MyHomePage extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { // Format a date using the intl package var formattedDate = DateFormat.yMMMMd().format(DateTime.now()); // Translate a message using the intl package var translatedMessage = Intl.message( 'Hello, welcome to our app!', name: 'welcomeMessage', desc: 'Welcome message for the app', ); return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('Intl Package Example'), ), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ Text('Formatted Date: $formattedDate'), Text(translatedMessage), ], ), ), ); } } 9. File_picker File_picker adalah library yang sering digunakan oleh developer dalam mengembangkan aplikasinya. Fungsinya adalah untuk membantu developer bisa masuk ke file aslinya dengan cepat, sehingga developer dapat memilih file dengan jenis tertentu, seperti dokumen maupun gambar. Contoh penggunaan file_picker : import 'dart:io'; import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:file_picker/file_picker.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( home: FilePickerScreen(), ); } } class FilePickerScreen extends StatefulWidget { @override _FilePickerScreenState createState() => _FilePickerScreenState(); } class _FilePickerScreenState extends State { String? _filePath; Future _pickFile() async { FilePickerResult? result = await FilePicker.platform.pickFiles( type: FileType.image, ); if (result != null) { setState(() { _filePath = result.files.single.path; }); } } @override Widget build(BuildContext context) { return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('File Picker Example'), ), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ if (_filePath != null) Image.file( File(_filePath!), height: 200, ), SizedBox(height: 20), ElevatedButton( onPressed: _pickFile, child: Text('Pick an Image'), ), ], ), ), ); } } 10. Badges Badges adalah library yang sering juga digunakan oleh developer untuk membuat icon atau teks yang dapat memberikan informasi tambahan kepada pengguna. Sebagai contoh, developer dapat menggunakan Badges untuk menampilkan pemberitahuan, jumlah item di dalam keranjang, jumlah pesan yang belum dibaca. Contoh penggunaan badges : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:badges/badges.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( home: Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('Badge Example'), ), body: Center( child: Badge( badgeContent: Text('3'), child: IconButton( icon: Icon(Icons.shopping_cart), onPressed: () { // Open the shopping cart or perform an action }, ), ), ), ), ); } } Kesimpulan Library Flutter memiliki manfaat yang besar untuk membantu developer dalam proses pengembangan aplikasi. Tentu, untuk terjun ke Flutter kita perlu mengenal dahulu apa saja library yang bisa membantu kita dalam pembuatan aplikasi mobile. Selain menghemat waktu dan tenaga, dengan kita mengenal library kita juga bisa meningkatkan kualitas pada aplikasi yang kita buat, serta memperkaya fitur aplikasi. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🤩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas Tata Cara Membuat Migration Baru Pada Projek Laravel di BuildWithAngga

Tata Cara Membuat Migration Baru Pada Projek Laravel

Hallo sahabat ngoding Pada bagian ini kita akan berkenalan dengan salah satu yang keren pada laravel. yaitu Migration Apasihh Migration Laravel?? Migration merupakan cara untuk membuat skema database secara langsung dengan mengeksekusi kode program atau bisa disebut dengan Control Version System, bukan melalui eksekusi SQL. Dengan migration, kita bisa membuat table data dengan lebih mudah dan cepat. migration akan meng-generate file - file migration sebagai control system. Maka, kita tidak perlu menulis kode SQL untuk membuat skema database, melainkan menggunakan kode program PHP. Masih bingung? Tenang, saya harap setelah contoh berikut, Anda akan lebih memahami. Sebelum memulai pembuatan file migration, pertama sekali coba teman-teman hapus semua file migration yang sudah ada pada folder database\\migrations. Cara Membuat Migration Untuk membuat file migrasi, kita akan menggunakan Artisan CLI dengan perintah “php artisan” yang nanti akan dijalankan pada command line atau terminal. Namun, sebelum pembuatan migration, pertama kali kita perlu merancang database dengan kebutuhan kita dan sesuaikan koneksi databasenya yang bisa kita atur pada file .env. contohnya, seperti ini : DB_CONNECTION=mysql DB_HOST=127.0.0.1 DB_PORT=3306 DB_DATABASE=latihan_laravel DB_USERNAME=root DB_PASSWORD=root lalu kawan - kawan bisa membuka terminal atau Command Line, masuk ke directory project laravel kalian melalui terminal atau command line, kemudian masukan perintah dengan perinta berikut. $ php artisan make:migration nama_migration // contohnya $ php artisan make:migration create_table_murid apabila terdapat pemberitahuan bahwa file migrasi sudah terbuat dan tersimpan. Setelah itu kalian bisa membuka file migrasi yang tersimpan lalu isi seperti berikut. bigIncrements('id'); $table->timestamps(); }); } /** * Reverse the migrations. * * @return void */ public function down() { Schema::dropIfExists('murid'); } Seperti yang bisa liat , perbedaan fungsi up() dan down() terlihat jelas pada file migrasi. File migrasi yang dibuat dengan memiliki fungsi up() dan down() yang secara otomatis mengenali nama tabel yang akan dibuat. Di sisi lain, file migrasi tanpa awalan create_ memiliki fungsi up() dan down()yang masih kosong dan perlu diisi secara manual. Hal ini merupakan salah satu trik untuk mempercepat pembuatan file migrasi di Laravel. Salah satu tips penting dalam Laravel adalah mengikuti aturan penamaan yang baku. Hal ini akan memudahkan kita dalam pengembangan aplikasi. Contohnya, nama tabel dalam Laravel menggunakan kata jamak, sedangkan nama modelnya menggunakan kata tunggal. Misalnya, model dengan nama User akan dipadankan dengan tabel User. Begitu pula model dengan nama Murid akan dipadankan dengan tabel Murid . Jika kita tidak mengikuti aturan penamaan ini, kita perlu menentukan secara manual nama tabel yang berpadanan dengan model kita. Hal ini dapat menyulitkan dan membuat kode kita kurang terbaca. Melengkapi File Migrasi Tahapan berikutnya adalah melengkapi file migration kita. Pada file migration create_table_murid , lengkapi fungsi up() seperti contoh dibawah ini. bigIncrements('id'); $table->string('nama'); $table->unsignedInteger('nomor_siswa'); $table->timestamps(); }); } /** * Reverse the migrations. * * @return void */ public function down() { Schema::dropIfExists('murid'); } Mari kita bedah potongan kode program diatas. Schema::create('murid', … adalah kode program untuk membuat tabel. Parameter murid adalah sebagai nama tabel yang akan dibuat. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan CREATE TABLE murid(....$table->bigIncrements('id') adalah kode program untuk membuat atribut id dengan ketentuan bertipe data big int, unsigned, bersifat not null, bersifat auto_increment, dan dijadikan sebagai primary key. Unsigned artinya nilainya tidak akan bisa negatif, not null artinya tidak boleh dikosongkan, auto_increment artinya akan bertambah secara otomatis ketika menambah data baru. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'id' int unsigned not null auto_increment primary key .$table->string('nama') adalah kode program untuk membuat atribut name dengan ketentuan bertipe data varchar(255) dan bersifat not null. Varchar(255) artinya adalah tipe berupa rangkaian karakter dengan panjang maksimal 255 karakter, sama dengan 255 bit, karena setiap karakter membutuhkan alokasi memori sebesar 1 bit. Angka 255 adalah angka default dan bisa diganti dengan kebutuhan panjang data kita dengan cara mengubah kode program menjadi $table->string('title', 100) , untuk panjang maksimal 100 karakter. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'name' varchar(255) not null.$table->unsignedInteger('nomor_siswa') adalah kode program untuk membuat atribut nomor_siswa dengan ketentuan int unsigned not null. Kita buat bersifat unsigned untuk membatasi kesalahan memasukkan data berupa bilangan negatif. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'nomor_siswa' int unsigned not null$table->timestamps() adalah potongan kode untuk membuat atribut created_at dan updated_at dengan ketentuan timestamp null. Timestamp adalah tipe data untuk menyimpan tanggal dan waktu sekaligus. Null artinya tidak wajib disini. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'created_at' timestamp null, 'updated_at’ timestamp null Jadi untuk potongan kode pada fungsi up() diatas jika kita menulisnya dalam kode program SQL, maka akan seperti ini. create table 'books' ( 'id' int unsigned not null auto_increment primary key, 'nama' varchar(255) not null, 'nomor_siswa' int unsigned not null, 'created_at' timestamp null, 'updated_at' timestamp null } Eksekusi File Migrasi Setelah menyelesaikan pembuatan file migrasi, langkah selanjutnya adalah menjalankannya. Kita akan menggunakan Artisan CLI untuk melakukan eksekusi. Pastikan konfigurasi koneksi database pada file .env telah diisi dengan benar sebelum menjalankan perintah berikut: php artisan migrate Apabila tidak ada pesan error yang muncul maka migration berjalan dengan benar. Maka table user dan tabel yang kalian dibuat sudah tercipta di dalam database yang terhubung. Apabila terdapat pesan error kalian coba baca dan temukan solusinya di stackoverflow atau forum lainya hehehehe. Sampai sini untuk pembuatan tabel dengan migration Merubah Nama Tabel Pada Migration Laravel Selain create kita juga bisa mengubah nama table yang kita miliki melalui migration fungsi , dengan perintah. Schema::rename('nama_table_yang_ingin_di_rename', 'nama_baru'); tapi kalian bisa juga kok buat ganti table name kalian pada fungsi up(). dan kemudian lakukan perintah php artisan migrate Menghapus Table Dengan Migration Untuk menghapus tabel dengan migration laravel, juga sudah ada fungsi atau metode nya. Schema::drop('nama_table'); Migrasi Laravel menawarkan solusi modern dan efisien untuk merancang skema database. Meskipun tidak wajib, migrasi dapat meningkatkan kolaborasi, deployment, dan kejelasan kode dalam proyek Laravel kalian. Oke Sekian penjelasan tentang migration kalian bisa kembali untuk menguliknya sendiri tentunya. Semoga bermanfaat buat kalian. See you guysss !

Kelas Struktur Kontrol dalam Go: Penggunaan If, For, dan Switch di BuildWithAngga

Struktur Kontrol dalam Go: Penggunaan If, For, dan Switch

Go, bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Google, terkenal karena kesederhanaan dan efisiensinya. Salah satu fitur yang membuat Go menjadi pilihan yang populer di antara para pengembang adalah struktur kontrol yang kuat dan mudah digunakan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi penggunaan struktur kontrol utama dalam Go: if, for, dan switch, serta bagaimana Anda dapat memanfaatkannya dalam pengembangan perangkat lunak. If Statement Statement if digunakan untuk mengevaluasi kondisi dan menjalankan blok kode jika kondisinya benar (true). Contoh penggunaannya: Anda juga dapat menggunakan if tanpa kondisi, yang akan mengevaluasi ekspresi boolean di dalamnya: Go mendukung beberapa jenis loop, tetapi yang paling umum adalah loop for. Loop for digunakan untuk mengulangi blok kode selama kondisi yang ditentukan benar. Contoh sederhananya adalah: Anda juga dapat menggunakan for untuk melakukan loop melalui elemen-elemen dalam sebuah slice atau map: Switch Statement Pernyataan switch digunakan untuk memeriksa beberapa kondisi dan menjalankan blok kode yang sesuai dengan kondisi yang terpenuhi. Contohnya seperti berikut: Anda juga dapat menggunakan switch tanpa ekspresi untuk membuat struktur percabangan yang lebih bersih: Dengan memahami penggunaan yang tepat dari if, for, dan switch dalam Go, Anda dapat menulis kode yang lebih bersih, mudah dimengerti, dan efisien. Teruslah eksplorasi dan praktikkan struktur kontrol ini dalam pengembangan perangkat lunak Anda untuk mencapai hasil yang optimal. Kesimpulan Semoga dengan pemahaman Go, Kamu lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan aplikasi Go yang lebih kompleks. Jangan ragu untuk terus belajar dan menjelajahi fitur-fitur menarik dalam bahasa Go! Dan untuk pengalaman belajar yang lebih mendalam, yuk bergabung di Build with Angga dan kembangkan keterampilan pemrograman Go Anda bersama komunitas yang solid dan dukungan dari instruktur ahli. Mari bergabung dan berkembang bersama-sama! 🚀 BuildWithAngga

Kelas Dasar-Dasar Bahasa Pemrograman Go: Variabel, Tipe Data, dan Operasi Dasar di BuildWithAngga

Dasar-Dasar Bahasa Pemrograman Go: Variabel, Tipe Data, dan Operasi Dasar

Bahasa pemrograman Go, atau biasa disebut Golang, adalah bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Google pada tahun 2007 dan pertama kali dirilis pada tahun 2009. Go dirancang dengan tujuan untuk menyediakan kemudahan pengembangan perangkat lunak yang bersifat sederhana, efisien, dan skalabel. Dalam artikel ini, kita akan membahas dasar-dasar bahasa pemrograman Go, termasuk variabel, tipe data, dan operasi dasar. Variabel dalam Go Variabel dalam Go digunakan untuk menyimpan data yang akan digunakan dalam program. Sebelum digunakan, sebuah variabel harus dideklarasikan terlebih dahulu. Berikut adalah contoh deklarasi variabel dalam Go : var namaVariabel tipeDataContoh :var umur int var nama string Variabel juga dapat dideklarasikan dengan inisialisasi nilai:var namaVariabel tipeData = nilai: Go juga mendukung pendeklarasian variabel dengan menggunakan := operator, yang memberikan kemudahan dalam mendeklarasikan dan menginisialisasi variabel: namaVariabel := nilai Tipe Data dalam Go Go memiliki beragam tipe data yang digunakan untuk menyimpan berbagai jenis nilai. Beberapa tipe data dasar dalam Go meliputi: int: untuk menyimpan bilangan bulat. float64: untuk menyimpan bilangan desimal. string: untuk menyimpan teks. bool: untuk menyimpan nilai boolean (true atau false). Operasi Dasar dalam Go Go mendukung berbagai operasi dasar untuk melakukan manipulasi data. Beberapa operasi dasar yang umum digunakan antara lain: Aritmatika: Operasi untuk melakukan perhitungan matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.Contoh: Penugasan: Operasi untuk memberikan nilai pada variabel.Contoh :x := 10 Perbandingan: Operasi untuk membandingkan dua nilai. Contoh :x := 10 y := 5 fmt.Println(x > y) // Output: true Logika: Operasi untuk melakukan operasi logika seperti AND, OR, dan NOT. Contoh:x := true y := false fmt.Println(x && y) // Output: false Concatenation: Operasi untuk menggabungkan dua string. Contoh:str1 := "Hello" str2 := "World" hasil := str1 + " " + str2 // Output: "Hello World" KesimpulanSemoga dengan pemahaman Go, Kamu lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan aplikasi Go yang lebih kompleks. Jangan ragu untuk terus belajar dan menjelajahi fitur-fitur menarik dalam bahasa Go! Dan untuk pengalaman belajar yang lebih mendalam, yuk bergabung di Build with Angga dan kembangkan keterampilan pemrograman Go Anda bersama komunitas yang solid dan dukungan dari instruktur ahli. Mari bergabung dan berkembang bersama-sama! 🚀 BuildWithAngga

Kelas Mengenal JSX: Bahasa Mark-up di React di BuildWithAngga

Mengenal JSX: Bahasa Mark-up di React

JSX (JavaScript XML) adalah bahasa mark-up yang digunakan dalam React untuk membangun antarmuka pengguna. JSX memungkinkan pengguna untuk menulis kode HTML di dalam file JavaScript, yang membuat pengembangan aplikasi web dengan React menjadi lebih mudah dan efisien. Dalam blog post ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai JSX dan bagaimana cara menggunakannya dalam pengembangan aplikasi React. Memahami JSX JSX adalah ekstensi sintaksis yang memungkinkan pengguna untuk menulis kode HTML di dalam JavaScript. Dengan menggunakan JSX, pengguna dapat membuat komponen React yang terdiri dari elemen-elemen HTML. Contohnya, jika pengguna ingin membuat komponen Button dalam aplikasi React, pengguna dapat menulis kode JSX seperti ini: Pada contoh di atas, kita menggunakan tag button yang merupakan elemen HTML di dalam komponen Button. JSX juga mendukung penggunaan atribut HTML, seperti class dan id. Contohnya, pengguna dapat menambahkan atribut class pada elemen HTML menggunakan JSX seperti ini: Menggunakan Ekspresi di dalam JSX Selain dapat menulis kode HTML di dalam JSX, kita juga dapat menggunakan ekspresi JavaScript di dalamnya. Ekspresi JavaScript dapat dimasukkan di dalam kurung kurawal { } di dalam JSX. Contohnya, jika pengguna ingin menampilkan teks dinamis di dalam komponen Button, pengguna dapat menggunakan ekspresi JavaScript seperti ini: Pada contoh di atas, kita menggunakan variabel buttonText yang berisi teks "Klik Saya" di dalam elemen button menggunakan ekspresi JavaScript di dalam kurung kurawal. Menerapkan JSX dalam Pengembangan React JSX adalah salah satu fitur utama dalam React yang membuat pengembangan aplikasi web menjadi lebih mudah dan efisien. Dalam pengembangan aplikasi React, kita dapat menggunakan JSX untuk membuat komponen-komponen yang terdiri dari elemen-elemen HTML dan logika JavaScript di dalamnya. Dengan menggunakan JSX, pengguna dapat dengan mudah memisahkan tampilan komponen dengan logika bisnisnya. Hal ini membuat kode menjadi lebih terstruktur dan mudah maintainance. Kesimpulan JSX adalah bahasa mark-up di React yang memungkinkan pengguna untuk menulis kode HTML di dalam JavaScript. Dengan menggunakan JSX, pengguna dapat membuat komponen React yang terdiri dari elemen-elemen HTML dan logika JavaScript di dalamnya. Ini membuat pengembangan aplikasi web dengan React menjadi lebih mudah dan efisien. Dalam blog post ini, kita telah membahas tentang memahami JSX, penggunaan ekspresi di dalam JSX, dan penerapan JSX dalam pengembangan aplikasi React. tetapi teman-teman dapat menerapkan hal tadi kita perlu memahami dasar dari penggunaan react.js terlebih dahulu. Teman-teman tidak perlu khawatir di BuildWithAngga menyediakan kelas gratis React JavaScript. Tunggu apa lagi? buruan join dan upgrade skill kamu pada front-end menggunakan React.js bersama BuildWithAngga 🌾