Akses kelas selamanya

Ambil Promo
flash sale
hamburger-menu

Tips All

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Reset
Kelas Memahami Konsep Dynamic Routes di Next.js di BuildWithAngga

Memahami Konsep Dynamic Routes di Next.js

Hallo teman-teman developer web! Pada artikel ini, kita akan membahas apa itu dynamic routes di Next.js. Mulai dari konsep dasarnya, sampai bagaimana cara mengimplementasikannya dalam project kamu. Yuk langsung saja kita bahas🚀 Pengenalan Dynamic Routes Mungkin kamu sering mendengar istilah dynamic routes saat membangun situs web. Tapi apa sih sebenernya dynamic routes itu? Tenang aja, kita akan bahas sekarang. Jadi begini, saat kamu membuat sebuah situs web, terkadang kamu perlu membuat rute atau jalur untuk berbagai halaman. Misalnya, rute untuk beranda, tentang kami, atau artikel di blogmu. Nah, dynamic routes itu adalah cara untuk membuat rute yang bisa menyesuaikan diri dengan data yang berubah-ubah. Bayangkan kamu punya situs blog. Setiap artikel di blogmu punya tautan unik, kan? Nah, dynamic routes ini membantu kamu membuat tautan yang berubah sesuai dengan judul artikel atau halaman yang kamu buat. Contohnya, mungkin kamu punya artikel dengan judul "Tips Jitu Meningkatkan Produktivitas". Kamu bisa membuat rute khusus untuk artikel ini menggunakan dynamic routes. Jadi, ketika seseorang mengunjungi tautan blogmu dengan judul "tips-jitu-meningkatkan-produktivitas", halaman itu akan muncul secara otomatis. Ini artinya, kamu nggak perlu buat rute baru setiap kali kamu nulis artikel baru. Jadi, intinya dynamic routes ini sangat membantu saat kamu punya banyak halaman atau data yang berubah terus. Mereka membuat situs web-mu lebih fleksibel dan mudah diatur. Jadi, sekarang kamu udah tahu kan apa itu dynamic routes? Yuk, kita coba implementasikan! Implementasi Dynamic Routes Kita bahas soal penamaan. Jadi, ketika kamu bikin dynamic routes, kamu harus pake kurung siku [ ] pada folder. Misalnya, [slug] atau [id]. Ini berguna biar Next.js tahu kalau bagian itu dinamis dan bisa berubah tergantung data yang diakses. Lalu, gimana cara implementasinya? Gampang kok! Misalnya, kita punya blog dan mau bikin halaman untuk tiap artikel dengan dynamic routes. Ikuti langkah-langkah berikut: Pertama: Membuat Folder dan File Kamu bisa membuat halaman blog dengan bikin folder dan file seperti ini “blog/[slug]/page.js”. Nah, [slug] di sini bisa diganti dengan judul unik dari artikelmu. Kedua: Konfigurasi page.js Selanjutnya adalah kita harus mengambil sebuah slug dari params dan menampilkannya di browser. Kamu bisa copy kode di bawah ini: export default function Page({ params }) { return <div>My Post: {params.slug}</div> } Pada kode di atas, artinya kita menerima sebuah props bernama params. Nah, params tersebut memiliki sebuah slug karena kita telah mendefiniskannya dengan membuat folder [slug] . Ketiga: Jalankan Project Selanjutnya adalah kita bisa menjalankan project nya terlebih dahulu, apakah berhasil atau tidak. Kamu bisa menjalankannya terlebih dahulu dengan perintah berikut: npm run dev Jika sudah berhasil dijalankan, kamu bisa mengakses halaman blog kamu di http://localhost:3000/blog/example. Pada contoh kali ini kita akan mengakses blog dengan judul “Kenapa Harus Belajar di BuildWithangga", maka kamu hanya perlu mengaksesnya di browser dengan alamat http://localhost:3000/blog/kenapa-harus-belajar-di-buildwithangga. Nah, Next.js bakal otomatis mengerti kalau setiap judul artikel baru itu adalah halaman baru. Contoh gambarnya seperti ini: Jadi, kamu bisa bikin banyak halaman tanpa repot-repot nambahin rute baru satu per satu. Lumayan kan? Dynamic routes ini memudahkan kamu dalam mengelola situs web-mu, terutama kalau kamu punya banyak data yang berubah-ubah. Pentingnya Dynamic Routes Kamu pasti pernah mikir, "Kenapa sih penting banget dynamic routes itu?" Nah, tenang aja, kita bakal bahas tentang pentingnya dynamic routes Pertama-tama, bayangkan kamu punya situs web yang isinya banyak banget, misalnya situs berita atau blog. Nah, di situs kayak gitu, pasti banyak banget halaman yang harus dibuat. Kalau kita harus bikin satu-satu rute buat setiap halaman, wah, bisa repot banget! Nah, inilah kehebatan dynamic routes. Dengan dynamic routes, kamu bisa membuat rute yang bisa menyesuaikan diri dengan data yang berubah-ubah. Misalnya, kamu punya blog dengan banyak artikel. Setiap artikel punya tautan unik, kan? Nah, dynamic routes ini bantu kamu buat tautan-tautan itu tanpa harus buat rute baru satu per satu. Selain itu, dynamic routes juga bikin situs web-mu lebih fleksibel. Maksudnya, kamu bisa dengan mudah menyesuaikan rute berdasarkan permintaan pengguna. Jadi, misalnya ada pengunjung yang cari artikel tertentu, kamu bisa tunjukin halaman artikel itu tanpa masalah. Selain itu lagi, dynamic routes juga membantu kamu dalam membuat aplikasi yang lebih skalabel. Artinya, kalau situs web-mu tumbuh besar, dynamic routes ini bisa ngebantu kamu mengelola semua halaman dengan lebih efisien. Kesimpulan Sekarang kamu udah tau nih tentang dynamic routes di Next.js! Singkatnya, dynamic routes ini adalah cara membuat rute yang bisa berubah-ubah sesuai dengan data yang kamu punya. Buat situs web yang banyak halamannya, dynamic routes ini bakal berguna sekali. Dengan dynamic routes, kamu bisa bikin tautan-tautan unik untuk setiap data, seperti artikel di blogmu. Tidak perlu repot bikin rute baru satu per satu. Selain itu, dynamic routes ini juga bikin situs web kamu lebih fleksibel, karena bisa menyesuaikan diri dengan permintaan pengguna. Bagi kamu yang ingin mengeksplorasi lebih lanjut, kamu bisa mengikuti kelas di BuildWithAngga. Ada Kelas Online Gratis NextJS Basic dan proyek berbasis web development lainnya seperti Kelas Online Bootcamp Full-Stack Web Developer: Sewa Mobil. Jadi, mari kita tingkatkan kemampuan bersama BuildWithAngga! 🚀 Sampai jumpa!

Kelas Mengenal Responsive dan Adaptive Apps di Flutter di BuildWithAngga

Mengenal Responsive dan Adaptive Apps di Flutter

Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu Responsive dan Adaptive Apps di Flutter. Kamu juga bisa belajar lebih dalam lagi tentang Flutter di kelas Flutter bersama BuildWithAngga. Pada pembahasan artikel ini, kita akan membahas Responsive dan Adaptive Apps di Flutter. Daripada penasaran, yuk kita bedah! Apa itu Responsive dan Adaptive Apps? Responsive Responsive adalah kemampuan aplikasi Flutter dalam merespon adanya perubahan ukuran UI pada tampilan layar. Perubahan ukuran UI mengikuti pada device yang digunakan saat merespon ukuran UI pada tampilan layar, contohnya seperti Portrait, Landscape, dan ukuran layar yang lebih besar. Kebanyakan developer menggunakan widget ini pada MediaQuery, LayoutBuilder, Flexible Widget, Expanded, dan lainnya. Contoh Responsive pada penggunaan widget MediaQuery: Widget build(BuildContext context) { final screenWidth = MediaQuery.of(context).size.width; if (screenWidth > 600) { // Berfungsi untuk menampilkan tata letak yang berbeda untuk layar yang lebih besar return DesktopLayout(); } else { return MobileLayout(); } } Tambahan untuk teman-teman: Penggunaan MediaQuery ini digunakan untuk membuat desain yang berdasarkan dengan ukuran. sehingga dengan adanya MediaQuery dapat membuat bagian pada UI dapat diatur sesuai dengan ruang yang tersedia. Contoh Responsive pada penggunaan widget Layout Builder: Widget build(BuildContext context) { return LayoutBuilder( builder: (context, constraints) { if (constraints.maxWidth > 600) { return WideLayout(); } else { return NarrowLayout(); } }, ); } Tambahan untuk teman-teman: Penggunaan LayoutBuilder dapat membuat tata letak menjadi lebih baik dan responsif dan disesuaikan dengan ukuran layar yang digunakan. 2. Adaptive Adaptive adalah kemampuan aplikasi Flutter dalam menyesuaikan tata letak dan desain yang disesuaikan dengan platform atau perangkat yang digunakan oleh pengguna aplikasi. Pengguna IOS akan mendapatkan tampilan aplikasi yang sesuai dengan perangkat IOS, sedangkan pengguna Android akan mendapatkan tampilan aplikasi yang sesuai dengan perangkat Android. Flutter juga menyediakan widget platform yang dapat digunakan oleh developer dalam mengembangkan aplikasi. Cupertino untuk IOS dan Material untuk Android. Contoh Adaptive pada penggunaan widget platform: import 'dart:io'; import 'package:flutter/cupertino.dart'; import 'package:flutter/material.dart'; Widget build(BuildContext context) { return Platform.isIOS ? CupertinoButton(child: const Text('iOS Button'), onPressed: () {}) : ElevatedButton(child: const Text('Android Button'), onPressed: () {}); } Kesimpulan Dengan kita menggunakan responsive dan adaptive pada aplikasi Flutter, kita dapat membuat aplikasi Flutter menjadi lebih baik dan dapat digunakan di semua perangkat, tanpa perlu memikirkan ukuran layar yang berbeda dan tampilan UI menjadi tidak sesuai. Aplikasi yang kita buat juga dapat berjalan dengan baik di semua platform tanpa terkecuali. sehingga dengan adanya kombinasi antara responsive dan adaptive akan sangat membantu kita dalam mengembangkan aplikasi Flutter yang optimal. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🤩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas Menata Route dengan Lebih Rapi Menggunakan Route Groups di Next.js di BuildWithAngga

Menata Route dengan Lebih Rapi Menggunakan Route Groups di Next.js

Hallo teman-teman developer web! Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang penggunaan Route Groups di Next.js untuk membuat pengaturan rute menjadi lebih terstruktur dan rapi. Route Groups memungkinkan kamu untuk mengelompokkan rute-rute tertentu ke dalam grup-grup tanpa harus memengaruhi struktur URL. Artinya, kamu bisa mengatur rute-rute tersebut dalam kelompok-kelompok sesuai dengan bagian atau fungsi tertentu dalam situs web kamu, tanpa harus khawatir tentang bagaimana tampilan URL-nya nantinya. Mari kita mulai ke pembahasan-nya🚀 Pengenalan Route Groups Kamu pernah merasa bingung dengan banyaknya rute dalam proyek aplikasi web-mu? Nah, di Next.js, ada fitur keren yang bisa membantumu mengatasi masalah itu, namanya Route Groups! Jadi, apa itu Route Groups? Route Groups adalah sebuah fitur untuk mengatur rute-rute dalam proyek Next.js kamu. Bayangkan kamu memiliki banyak rute untuk halaman-halaman berbeda di situs web-mu. Route Groups memungkinkan kamu untuk mengelompokkan rute-rute tersebut menjadi kelompok-kelompok yang lebih teratur dan terstruktur. Nah, kenapa kamu butuh Route Groups? Bayangkan kamu punya beberapa bagian dalam situs web-mu, misalnya bagian untuk halaman utama, bagian untuk blog, dan mungkin juga bagian untuk halaman kontak. Dengan Route Groups, kamu bisa memisahkan rute-rute untuk setiap bagian itu dengan lebih mudah. Jadi, kamu bisa lebih fokus dalam mengelola masing-masing bagian. Oh ya, satu lagi yang penting, penggunaan Route Groups juga membantu menghindari kekacauan dalam struktur URL. Jadi, ketika kamu mengelompokkan rute-rute, URL situs web-mu tetap teratur dan mudah dimengerti oleh pengguna. Dan yang menariknya, memakai Route Groups tidak akan mempengaruhi bagaimana URL terlihat. Contoh Penggunaan Route Groups Mari kita lihat lebih dalam bagaimana Route Groups membantu kita mengatur rute tanpa mengubah URL. Misalkan kamu memiliki dua bagian situs web, satu untuk marketing dan satu lagi untuk toko online. Sekarang, kedua bagian ini mungkin memiliki struktur URL yang sama. Contohnya, kamu bisa memiliki grup yang dinamakan (marketing) dan (shop). Misalnya, kamu bisa memiliki folder bernama (marketing) dan (shop). Di dalam masing-masing folder ini, kamu bisa menambahkan file layout.js yang berbeda. Ini berarti, meskipun kedua bagian situs web-mu menggunakan struktur URL yang sama, kamu bisa memiliki layout yang berbeda untuk masing-masing bagian tersebut. Jadi, dengan menggunakan Route Groups, kamu bisa merapikan struktur rute aplikasi web-mu tanpa harus khawatir mengganggu jalur URL yang sudah ada. Semua rute yang berhubungan dengan marketing bisa kamu kumpulkan dalam folder (marketing), dan semua hal tentang toko online bisa kamu susun dalam folder (shop). Praktis bukan? Kesimpulan Salah satu keuntungan utama dari penggunaan Route Groups adalah kemampuannya untuk membuat proyek kamu lebih terorganisir. Dengan mengelompokkan rute-rute ke dalam kategori-kategori yang sesuai, kamu dapat dengan cepat menavigasi dan memahami struktur keseluruhan aplikasi kamu tanpa harus melihat satu per satu rute yang ada. Di penghujung artikel ini, kamu sekarang telah mempelajari bagaimana Route Groups dapat membantu kamu mengatur rute aplikasi web dengan lebih terstruktur di Next.js. Dengan menggunakan Route Groups, kamu dapat dengan mudah mengelompokkan rute-rute yang terkait dalam satu tempat tanpa harus khawatir tentang bagaimana hal itu akan memengaruhi struktur URL kamu. Buat kamu yang ingin mempelajari fitur-fitur selanjutnya, kamu bisa ikut kelas di BuildWithAngga. Salah satunya yaitu, Kelas Online Gratis NextJS Basic ataupun yang berupa project base yaitu, Kelas Online Bootcamp Full-Stack JavaScript Developer MERN: Website Event. Sampai jumpa di artikel selanjutnya, ya! Teruslah belajar dan kembangkan skill kamu dalam mengembangkan aplikasi web yang keren. Semangat! 🚀

Kelas Ketahui Cara Konvensi Penamaan Javascript Untuk Hasilkan Kode yang Berkualitas di BuildWithAngga

Ketahui Cara Konvensi Penamaan Javascript Untuk Hasilkan Kode yang Berkualitas

Salah satu hal krusial yang seringkali terabaikan oleh para developer adalah penerapan konvensi penamaan dengan tepat. Sayangnya, tak jarang dari mereka justru menghasilkan penamaan yang kompleks dan sulit dipahami. Menjaga penulisan kode kalian agar tetap sedarhana mudah dibaca dan dipelihara menjadi sangat penting dalam mengelola proyek Javascript yang kompleks. Kunci utama untuk menjaga hal ini terletak pada konsistensi dalam menggunakan konvensi penamaan. Variabel, boolean, fungsi, konstanta, kelas, komponen, metode dan file, semuanya merupakan elemen-elemen dalam Javascript yang membutuhkan penerapan konvensi penamaan yang konsisten. Dengan menerapkan konvensi penamaan standar pada semua komponen ini, kalian dapat meningkatkan pengorganisasian dan pemahaman kode, menghasilkan efisiensi dalam jangka panjang sambil menghemat waktu dan tenaga. Lalu, bagaimana kita menerapkan konvensi penamaan yang konsisten? Let’s find out now! Konvensi Penamaan untuk Variabel Penamaan variabel pada Javascript bersifat case-sensitive, di mana penggunaan lowercase dan uppercase dianggap berbeda*.* Kalian bisa saja mendefinisikan suatu variabel unik untuk menyimpan nama kucing, seperti: var CatName = 'Garfield'; var catName = 'Kitty'; var CATNAME = 'Ollie'; Namun, pendekatan yang paling direkomendasikan adalah menggunakan camel case untuk semua jenis variabel dalam Javascript. Hal ini dapat memastikan tidak ada variabel ganda dengan nama yang sama. Gunakan nama variabel yang bersifat deskriptif dan menjelaskan tentang nilai yang disimpan. Alih-alih menggunakan variabel name untuk menyimpan nama kucing, gunakanlah variabel catName yang lebih memberikan makna dari nilai yang disimpan. // salah var d = 'Garfield'; // salah var name = 'Garfield'; // benar var catName = 'Garfield'; Konvensi Penamaan untuk Boolean Untuk variabel boolean, sebaiknya gunakan awalan is atau has. Misalnya, jika kalian membutuhkan variabel boolean untuk memeriksa apakah seekor kucing memiliki pemilik, gunakan hasOwner sebagai nama variabel. Contoh seperti berikut: // salah var owner = true; // benar var hasOwner = true; Konvesi Penamaan untuk Fungsi Sama halnya dengan variabel penulisan nama fungsi juga bersifat case-sensitive. Sehingga pendekatan camel case direkomendasikan untuk mendeklarasikan nama fungsi. Selain itu, gunakan kata benda dan kata kerja deskriptif sebagai awalan. Misalnya, jika kalian mendeklarasikan sebuah fungsi untuk mendapatkan nama, nama fungsi tersebut seharusnya getName. Perhatikan contoh berikut. // salah function name(catName, ownerName) { return '${catName} ${ownerName}'; } // benar function getName(catName, ownerName) { return '${catName} ${ownerName}'; } Konvensi Penamaan Konstanta Konstanta dalam Javascript juga bersifat case-sensitive, tetapi sebaiknya ditulis dalam uppercase atau huruf besar karena konstan tersebut tidak berubah. Penggunaan huruf kapital juga dapat membantu kalian untuk membedakan konstanta dari variabel biasa. Semua konstanta sebaiknya didefinisikan di awal file, method, atau class. Berikut contoh penamaan konstanta untuk menyimpan nilai phi: const PHI = 3.14159; Apabila variabel konstanta yang kalian buat memiliki lebih dari satu kata, gunakan underscore ( _ ) untuk memisahkan tiap kata-nya. Berikut contohnya: const HOURS_IN_DAY = 24; const USER_AGE = 19; Konvensi Penamaan untuk Kelas Aturan konvensi penamaan untuk kelas Javascript mirip dengan fungsi. Gunakan judul yang deskriptif untuk menjelaskan kemampuan kelas dengan menggunakan Pascal case, yang berarti setiap kata dimulai dengan huruf kapital tanpa ada pemisahan menggunakan garis bawah. Pascal case memudahkan untuk melihat item mana yang merupakan class dan item mana yang bukan. Berikut adalah contoh penulisan konvensi penamaan class: class Task { constructor(description, priority) { this.description = description; this.priority = priority; } var urgentTask = new Task("Complete urgent report", "High"); Konvensi Penamaan untuk Komponen Komponen Javascript banyak digunakan dalam frontend framework seperti React. Meskipun komponen digunakan dalam DOM, lebih baik memperlakukannya seperti class dan menggunakan Pascal case untuk menentukan nama. Berikut adalah contoh penamaan komponen dengan menggunakan konvensi PascalCase: // salah function userCard(data) { return ( <div> <span>User: {data.username}</span> <span>Email: {data.email}</span> </div> ); } // benar function UserCard(data) { return ( <div> <span>User: {data.username}</span> <span>Email: {data.email}</span> </div> ); } Dalam contoh di atas, nama komponen userCard pada contoh yang pertama ditulis dengan huruf kecil pada awal kata. Dalam contoh yang kedua, nama komponen UserCard ditulis dengan menggunakan Pascal Case, yang meningkatkan keterbacaan dan mengikuti konvensi penamaan yang umum untuk komponen. Penting untuk diingat bahwa konvensi penamaan dapat bervariasi tergantung pada kerangka kerja atau teknologi yang digunakan. Dalam konteks React, penggunaan Pascal Case adalah umum, tetapi selalu disarankan untuk mengikuti pedoman penamaan yang diberikan oleh kerangka kerja atau komunitas proyek yang kalian ikuti. Konvensi Penamaan untuk Metode Meskipun terdapat beberapa perbedaan, struktur fungsi dan metode pada Javascript cukup mirip. Oleh karena itu, aturan konvensi penamaan sama. Gunakan Camel Case untuk mendeklarasikan metode Javascript dan gunakan kata kerja sebagai awalan untuk membuat nama lebih bermakna. Berikut adalah contoh penggunaan konvensi penamaan untuk metode: class Animal { constructor(name, species) { this.name = name; this.species = species; } makeSound() { console.log(`The ${this.species} named ${this.name} makes a sound.`); } } // Contoh penggunaan var lion = new Animal("Simba", "Lion"); lion.makeSound(); // The Lion named Simba makes a sound. Dalam contoh diatas, class Animal memiliki properti name dan speciesserta metode makeSound yang mengikuti konvensi Camel Case untuk penamaan metode. Konvensi Penamaan untuk Nama File Sebagian besar server web bersifat case-sensitive dalam menangani file. Sebagai contoh, file dengan nama "mountain.jpg" dianggap berbeda dengan "Mountain.jpg". Di sisi lain, beberapa server web, seperti Microsoft's IIS (Internet Information Services), tidak mempedulikan perbedaan huruf besar dan kecil. Pada server seperti ini, kalian bisa menggunakan "mountain.jpg" atau "Mountain.jpg" untuk mengakses file yang sama. Namun, perlu diperhatikan bahwa jika kalian beralih dari server yang bersifat case-insensitive ke server yang bersifat case-sensitive, bahkan kesalahan kecil dalam penulisan huruf bisa menyebabkan situs web mengalami crash atau tidak dapat diakses. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan nama file dengan huruf kecil pada semua server, meskipun server tersebut mendukung case-sensitive. Hal ini membantu mencegah masalah potensial yang dapat timbul saat melakukan perpindahan antar lingkungan server yang memiliki aturan penanganan file yang berbeda. Kalian juga dapat memanfaatkan tanda hubung untuk memisahkan kata pada nama file, alih-alih menggunakan spasi. Alternatif lain seperti underscore ( _ ) atau Camel Case juga dapat digunakan, tetapi tanda hubung lebih sering digunakan karena lebih mudah terbaca. Berikut adalah contoh struktur direktori proyek JavaScript dengan menerapkan konvensi penamaan file: my-project/ ├── src/ │ ├── components/ │ │ ├── header-component.js │ │ ├── sidebar-component.js │ ├── styles/ │ │ ├── main-styles.css │ │ ├── responsive-styles.css ├── scripts/ │ ├── main-script.js │ ├── utility-functions.js ├── pages/ │ ├── home-page.html │ ├── about-us-page.html │ ├── contact-page.html ├── index.html Kesimpulan Konvensi penamaan dalam pengembangan JavaScript adalah suatu aspek yang sering terabaikan namun memegang peran krusial dalam menciptakan kode yang bersih, keterbacaan, dan mudah dipelihara. Pada artikel ini, kita telah membahas pentingnya menjaga konsistensi dalam penerapan konvensi penamaan pada berbagai elemen seperti variabel, boolean, fungsi, konstanta, kelas, komponen, metode dan file. Menerapkan Camel case untuk variabel dan metode, menggunakan awalan is atau has untuk boolean, mengadopsi Pascal case untuk kelas dan komponen, serta menetapkan konstanta dengan huruf besar, adalah langkah-langkah yang tidak hanya meningkatkan keterbacaan kode tetapi juga memberikan fondasi kuat untuk pemeliharaan jangka panjang. Setelah mengetahui pedoman yang telah diuraikan dalam artikel ini, kalian dapat mempraktekkannya dalam proyek Javascript kalian agar proyek kalian dapat berjalan dengan lancar, lebih mudah dikelola, dan siap untuk pertumbuhan kedepannya. Kalian juga dapat melatih ilmu ini sambil belajar pemahaman Javascript lewat kelas-kelas di BuildWithAngga seperti Kelas Online Gratis Vanilla Javascript atau Kelas Online Vanilla JavaScript OOP & LocalStorage: Web Task Management. Join kelas-kelas di BuildWithAngga sekarang juga. Keep learning and see you at class!😉✨

Kelas Pengenalan Dasar tentang Three.js: Membawa 3D ke Web di BuildWithAngga

Pengenalan Dasar tentang Three.js: Membawa 3D ke Web

Apa itu Three.js? Three.js adalah sebuah library JavaScript yang digunakan untuk membuat dan menangani grafika 3D di browser web. Dikembangkan oleh Mr.doob (Ricardo Cabello), Three.js memberikan kemampuan kepada Web Developer untuk menciptakan pengalaman 3D yang menakjubkan tanpa memerlukan pengetahuan mendalam tentang grafika komputer atau WebGL. Mengapa Three.js? Kemudahan Penggunaan: Three.js menyediakan antarmuka yang sederhana dan intuitif, memungkinkan Developer untuk dengan cepat memasukkan elemen 3D ke dalam proyek web mereka tanpa kesulitan yang berlebihan.Kemampuan Cross-Browser: Three.js bekerja di berbagai browser modern tanpa perlu instalasi plugin tambahan. Ini membuatnya dapat diakses oleh sebagian besar pengguna web.Berbasis WebGL: Meskipun menyediakan abstraksi tinggi yang memudahkan penggunaannya, Three.js pada dasarnya berbasis WebGL, yang merupakan standar grafika 3D di browser. Hali ini memberikan performa tinggi dan kemampuan visual yang kuat.Komunitas yang Aktif: Three.js memiliki komunitas pengguna yang besar dan aktif, yang berarti ada banyak sumber daya, tutorial, dan dukungan yang tersedia. Konsep Dasar Three.js 1. Scene (Adegan): Scene adalah tempat di mana semua objek 3D, efek, dan elemen lainnya ditempatkan. Semua elemen yang ingin ditampilkan dalam suatu proyek Three.js harus ditambahkan ke dalam adegan. 2. Camera (Kamera): Camera menentukan sudut pandang atau perspektif dari mana adegan akan dilihat. Three.js menyediakan beberapa jenis kamera, termasuk kamera perspektif dan ortografis. 3. Renderer (Penggambar): Renderer bertanggung jawab untuk mengonversi elemen-elemen 3D dalam adegan menjadi tampilan 2D yang dapat ditampilkan di browser. Three.js mendukung WebGLRenderer untuk penggambaran menggunakan WebGL atau CanvasRenderer untuk kinerja yang lebih baik pada perangkat yang tidak mendukung WebGL. 4. Geometry (Geometri): Geometry merepresentasikan bentuk dan struktur objek 3D. Three.js menyediakan berbagai geometri bawaan seperti kubus, bola, dan silinder, atau pengguna dapat membuat custom geometry. 5. Material (Material): Material adalah cara Three.js memberikan warna dan tekstur pada geometri. Banyak jenis material yang dapat digunakan, termasuk material warna padat, material foto, dan material fosfor. 6. Light (Cahaya): Light adalah aspek penting dalam membuat objek 3D tampak realistis. Three.js menyediakan berbagai jenis cahaya, termasuk cahaya titik, cahaya arah, dan cahaya spot. Langkah Awal dengan Three.js Berikut adalah langkah-langkah dasar untuk mulai menggunakan Three.js dalam proyek web kamu: 1. Download Three.js:Unduh Three.js dari situs resminya di https://threejs.org/ atau gunakan CDN untuk menyertakan library di proyek kamu.2. Membuat Scene, Camera, dan Renderer: 3. Menambahkan Objek ke dalam Scene: 4. Menyertakan Pencahayaan: 5. Rendering Scene dengan Kamera: 6. Hasil akhir nya: Congratulations! kamu berhasil membuat proyek pertama menggunakan three.js. ini mungkin terlihat sederhana, tapi hal ini menjadi batu loncatan karna kamu sudah berani mencoba, kamu bisa mencoba melihat LIVE EXAMPLE dan mencoba bermain dengan kode threejs 😁 — index.html — main.js Dengan langkah-langkah dasar ini, kamu dapat membuat kubus berputar yang akan memperkenalkan kamu pada dasar-dasar Three.js. Dari sini, Kamu dapat mulai menjelajahi konsep-konsep yang lebih kompleks seperti materi, animasi, dan integrasi dengan teknologi terbaru seperti VR. Dengan kemampuan Three.js yang mahir, kamu dapat membawa proyek web kamu ke dimensi baru dengan menyajikan konten 3D yang dinamis dan menarik bagi pengguna kamu. Jadi, bersiaplah untuk memperluas cakrawala web kamu, membawa virtual reality dan merajut kisah-kisah yang menarik melalui 3D dengan bantuan dari Three.js. Selamat berkarya dan jadilah bagian dari era baru dalam evolusi web 3D! Hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan Three.js adalah kemampuan dasar dalam penggunaan javascript, tapi kamu tidak perlu khawatir di BuildWithAngga sudah banyak sekali kelas gratis dan premium yang bisa kamu cobain untuk menambah skill coding kamu, tunggu apalagi check sekarang di link berikut: - ES6 Dasar- Vanilla JavaScript

Kelas Mengenal Laravel Eloquent: Pengertian, Fungsi, dan Penggunaannya di BuildWithAngga

Mengenal Laravel Eloquent: Pengertian, Fungsi, dan Penggunaannya

Hai Sobat BWA!🙌 Sebagai salah satu framework yang banyak digunakan oleh para developer, Laravel banyak menyediakan fitur yang dapat kita gunakan dengan mudah untuk mempermudah pekerjaan kita. Salah satu fitur yang disediakan oleh Laravel adalah Eloquent. Singkatnya, Eloquent dapat digunakan untuk memudahkan pekerjaan kita saat berhubungan dengan database. Nah, pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang Eloquent dalam Laravel serta contoh penggunannya. Simak artikel berikut sampai habis ya! Apa itu Laravel Eloquent? Eloquent adalah sebuah ORM (Object-Relational-Mapping) yang disediakan oleh Laravel untuk mengakses dan memanipulasi data dalam database menggunakan PHP Objects dan model-model terkait. Salah satu fitur yang disediakan oleh Eloquent ORM adalah terdapat fungsi-fungsi query SQL untuk mengelola data pada database sehingga kita tidak perlu mengetik query SQL secara manual. Selain itu, Eloquent juga memudahkan kita ketika ingin berinteraksi dengan database, yaitu menyediakan Object-Oriented Approach untuk menambah, memperbarui, dan menghapus data, sehingga memudahkan kita dalam mengelola data dalam aplikasi. Fungsi Laravel Eloquent Memudahkan Interaksi dengan Database: Laravel Eloquent menyediakan cara yang intuitif dan objek-oriented untuk menambahkan data(create), memperbarui data(edit), dan menghapus data(delete). Hal ini membuat proses development aplikasi kita lebih cepat dan lebih efisien.Model-View-Controller (MVC) Compatibility: Eloquent berintegrasi secara langsung dengan pola desain MVC yang digunakan oleh Laravel. Model-model Eloquent dapat digunakan untuk represent data dalam aplikasi, memisahkan logika bisnis dari view dan interaksi pengguna (controller).Hubungan Antar Model: Eloquent memungkinkan definisi hubungan antar model, seperti one-to-one, one-to-many, many-to-one, dan many-to-many. Hal ini memudahkan kita dalam mengambil dan menambahkan data yang terkait antara model-model.Query Builder: Selain menggunakan model Eloquent, kita juga dapat menggunakan Query Builder untuk menulis query SQL secara langsung menggunakan sintaks yang lebih terstruktur. Query Builder ini menyediakan metode chaining yang kuat untuk membuat query yang kompleks.Validasi Data: Eloquent menyediakan fitur untuk melakukan validasi data sebelum menyimpannya ke dalam database. Ini membantu memastikan keakuratan dan konsistensi data dalam aplikasi. Contoh Penggunaan Laravel Eloquent 1. Langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat file migrasi dan model. Untuk membuat file migrasi dan model sekaligus, kalian dapat menjalankan perintah berikut: php artisan make:model Student --migration 2. Setelah itu, jalankan php artisan:migrate untuk melakukan migrasi database 3. Buka file model Student yang tadi kita buat dan tambahkan kode berikut. File ini terletak dalam folder App/Models <?php namespace App\Models; use Illuminate\Database\Eloquent\Factories\HasFactory; use Illuminate\Database\Eloquent\Model; class Student extends Model { use HasFactory; protected $table = "students"; protected $fillable = [ 'nama', 'alamat', ]; } 4. Buat file StudentController dengan menjalankan perintah php artisan make:controller StudentController 5. Nah, pada file controller ini, kita akan menambahkan function CRUD menggunakan Laravel Eloquent <?php namespace App\Http\Controllers; use Illuminate\Http\Request; use App\Models\Student; class StudentController extends Controller { public function index() //get data { return Student::all(); } public function store(Request $request) //add data { $validatedData = $request->validate([ 'nama' => 'required|string|max:255', 'alamat' => 'required|string', ]); return Student::create($validatedData); } public function show($id) //get data berdasarkan id { return Student::findOrFail($id); } public function update(Request $request, $id) { $student = Student::findOrFail($id); $validatedData = $request->validate([ 'nama' => 'required|string|max:255', 'alamat' => 'required|string', ]); $student->update($validatedData); return $student; } public function destroy($id) //delete data { $student = Student::findOrFail($id); $student->delete(); return response()->json(['message' => 'Student deleted successfully']); } } 6. Setelah membuat function CRUD, kita dapat menambahkan route pada file api.php untuk mencoba apakah function tersebut berjalan dengan benar Route::resource('student', StudentController::class); 7. Setelah itu, jalankan php artisan serve dan buka aplikasi postman untuk melakukan testing pada api kita 8. Berikut adalah contoh jika function create berjalan dengan benar dan data masuk ke dalam database Kesimpulan Lalu, apasih yang membuat Eloquent ORM dapat memudahkan pekerjaan kita sebagai developer? Kita dapat melakukan operasi CRUD (Create, Read, Update, dan Delete) dengan mudah tanpa menulis query SQL secara manual. Selain itu, Eloquent juga menyediakan fitur-fitur penting lainnya seperti validasi data dan hubungan antar model, yang sangat membantu dalam pengembangan aplikasi yang kompleks dan dinamis. Dengan memahami konsep dasar dan memaksimalkan fitur-fitur yang ada, kalian dapat menjadi developer yang lebih produktif dalam pengelolaan data menggunakan Laravel Semoga artikel ini dapat bermanfaat ya! Dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel Eloquent ORM, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌 Kelas Online Gratis Eloquent ORM Laravel

Kelas Apa Saja Tren Baru di Lingkungan Frontend Developer 2024? di BuildWithAngga

Apa Saja Tren Baru di Lingkungan Frontend Developer 2024?

Tren perkembangan di lingkungan front-end development berubah dengan sangat cepat sehingga untuk mengikuti perkembangan secara terus-menerus mungkin menjadi hal yang sulit bagi pengembang front-end. Namun, tren pada lingkungan front-end development ini memainkan peran yang signifikan dalam meningkatkan kualitas sebuah web. Setiap tren perlu diadopsi sedemikian rupa untuk meningkatkan kemudahan penggunaan, sebuah halam web yang unik namun sulit dipahami menjadi tidak bermanfaat bagi penggunanya. So, in this article, we’re gonna share you the latest trends in front-end development environment. Let’s get strarted! 👾 Fitur dan Resources Terbaru CSS CSS memasuki era baru dengan penyematan fitur-fitur dan kerangka kerja terkini, terutama dalam kerangka kerja Tailwind CSS. Kerangka kerja CSS yang mengutamakan utilitasi ini dengan cepat menarik perhatian karena menawarkan pendekatan desain web yang lebih mudah dikelola dan fleksibel. Berikut fitur dan resources baru pada CSS: 1. Container Queries Container queries adalah fitur CSS yang memungkinkan pengembang untuk menyesuaikan tampilan elemen berdasarkan ukuran kontainer tempatnya berada, bukan hanya ukuran layar. Hal ini memungkinkan pengembang untuk membuat desain yang lebih responsif dan fleksibel. 2. Nesting Nesting memungkinkan penulisan aturan CSS di dalam aturan lainnya, yang dapat membantu mengorganisasi kode CSS dengan lebih terstruktur dan mudah dipahami. Dengan nesting, pengembang dapat menata aturan CSS secara hierarkis, mirip dengan struktur HTML. 3. Viewport Units Viewport units adalah unit ukuran yang didasarkan pada ukuran tampilan pengguna. Viewport units memungkinkan pengembang untuk membuat desain yang responsif dan terukur secara dinamis, karena ukuran elemen dapat disesuaikan dengan ukuran layar pengguna. 4. Tailwind CSS Toolkit Tailwind CSS adalah toolkit CSS yang populer yang memungkinkan pengembang untuk membuat desain web yang cepat dan responsif dengan menggunakan kelas-kelas utilitas. Toolkit ini menyediakan serangkaian kelas CSS yang dapat diterapkan langsung ke elemen HTML untuk mengatur tata letak, warna, tipografi, dan banyak lagi, tanpa perlu menulis kode CSS kustom secara ekstensif. 👨‍💻 BFF Pattern: Dimensi Baru Untuk Frontend Development BFF Pattern, singkatan dari ”Backend for the Frontend”, ****adalah pendekatan dalam arsitektur perangkat lunak di mana setiap antarmuka pengguna (UI) memiliki backend khusus yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan UI tersebut. Dengan menggunakan pola ini, setiap aplikasi klien (seperti aplikasi web, aplikasi seluler, atau perangkat lunak lainnya) memiliki backend yang dioptimalkan secara khusus untuk melayani kebutuhan UI-nya dengan efisien. BFF Pattern memungkinkan pengembang untuk memisahkan logika bisnis dan data yang berbeda-beda untuk setiap antarmuka pengguna, meningkatkan fleksibilitas dan skalabilitas sistem secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa karakteristik dari BFF Pattern: Data Fetching: BFF memberdayakan pengembang front-end dengan kontrol langsung atas pengambilan data, memungkinkan pengambilan dan manipulasi data yang efisien untuk pengalaman pengguna yang mulus.Server-Side Rendering (SSR): Konsep BFF memperluas pengaruhnya ke server-side rendering, memungkinkan pengembang front-end untuk membentuk bagaimana konten dihasilkan dan disajikan, meningkatkan kinerja dan interaksi pengguna.Komputasi Edge: Dengan BFF, pengembang front-end dapat memanfaatkan komputasi edge, mendekatkan proses komputasi ke pengguna. Hal ini menghasilkan waktu respons yang lebih cepat dan kinerja secara keseluruhan yang lebih baik. Backend untuk Front-end ini memperkenalkan pendekatan baru, memberikan pengembang front-end kontrol atas aspek-aspek yang biasanya terkait dengan pengembangan backend. Tren ini memungkinkan pendekatan yang lebih serasi dan efisien dalam membangun aplikasi web modern. 📖 Generasi Baru Frameworks dan Libraries Telah muncul istilah framework baru, yaitu lightweigt framework. Framework baru ini berusaha menyederhanakan hal-hal dengan menjadi lebih ringan dan intuitif digunakan. Framework seperti Qwik, Astro, SolidJS, dan Svelte berupaya menyederhanakan pengembangan dengan menawarkan solusi yang ringan dan intuitif, mencerminkan tren industri yang efisiensi. Generasi framework baru ini berfokus pada kinerja dan dapat membantu kalian membangun situs web yang mengandung banyak konten namun tetap memiliki performa yang baik. Hal ini penting karena kecepatan situs web tidak hanya memengaruhi pengalaman pengguna, tetapi sangat berdampak pada penjualan dan konversi. 🔁 Kontinuitas Dominasi Javascript Javascript tetap mempertahankan posisinya sebagai bahasa pemrograman yang paling banyak digunakan dalam pengembangan front-end. Menurut survei Stack Overflow dalam kategori Programming, scripting, dan markup languages, dominasi Javascript tetap tak terbantahkan saat memasuki tahun 2024. Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, Javascript tetap kokoh sebagai bahasa dasar yang mendorong aplikasi web interaktif dan dinamis. 📌 Memilih Frontend Tools di Tahun 2024 Kita tidak mungkin memiliki banyak waktu untuk mencoba tiap framework, library atau resources yang muncul setiap tahunnya. Namun, ada beberapa aspek penting yang perlu kalian pertimbangkan dalam memilih memanfaatkan tech stack dalam front-end. Berikut kunci utama yang perlu dipertimbangkan: Performance key Prioritaskan tools yang memiliki kontribusi pada kinerja optimal dalam hal performance, memastikan pengalaman pengguna yang cepat dan efisien.Bundle size Meminimalkan bundle size adalah yang yang penting untuk mengelola waktu pemuatan yang lebih cepat dan kinerja keseluruhan yang lebih baik.Sesuaikan dengan kebutuhan kalian Pilih alat-alat yang memang dapat memberikan dorongan lebih besar dalam mencapai tujuan kalian atau perusahaan. Jangan terpengaruh pada setiap tren populer yang muncul tanpa pertimbangan yang matang. Kesimpulan Tren baru dalam pengembangan front-end untuk tahun 2024 telah menghadirkan evolusi yang menarik dalam teknologi dan pendekatan pengembangan. Mulai dari fitur dan resources terbaru CSS yang telah memperkaya pengalaman pengembangan dengan kemudahan dan fleksibilitas yang lebih besar. BFF Pattern, yang memungkinkan pengembang memiliki kendali yang lebih besar atas backend yang dioptimalkan secara khusus untuk setiap aplikasi front-end. Generasi baru dari framework, lightweight framework, yang menawarkan solusi lebih ringan dan intuitif, sesuai dengan tren industri yang mengutamakan efisiensi. Meskipun terdapat berbagai pilihan alat dan teknologi, dominasi Javascript dalam pengembangan front-end tetap tak terbantahkan. Javascript tetap memainkan peran sentral dalam menciptakan aplikasi web yang inovatif dan responsif di masa depan. Dengan memahami dan memanfaatkan tren dan teknologi terbaru ini, pengembang dapat menghadirkan solusi front-end yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan proyek masing-masing. Jika kalian tertarik untuk menjelajahi lebih dalam dan memperdalam keterampilan dalam pengembangan front-end, BuildWithAngga menawarkan berbagai kelas frontend development yang menarik! seperti Kelas Online HTML5 Tailwind CSS dan Kelas Online Vanilla JavaScript Pada Website Development.Tunggu apa lagi? Join kelasnya sekarang dan mulai tingkatkan skill front-end development bersama BuildWithAngga!

Kelas Seeder: Mengisi Database Laravel dengan Data Sampel di BuildWithAngga

Seeder: Mengisi Database Laravel dengan Data Sampel

Tahukah kamu? Dalam Framework Laravel kamu dapat membuat data sampel yang dapat digunakan untuk pengujian aplikasi. Seeder merupakan sebuah class dalam Framework Laravel yang memungkinkan kita sebagai web developer untuk mengisi database kita dengan data sampel atau dummy data yang telah ditentukan secara otomatis. Dengan menggunakan Seeder, kita dapat memasukkan data sampel dalam jumlah yang banyak sekaligus ke dalam database menggunakan Model Factories tanpa perlu menambahkannya satu per satu kedalam database. Kita hanya perlu menuliskan kode sekali dan Seeder akan memasukkan data tersebut ke dalam database kita secara otomatis. Manfaat Seeder dalam Laravel Konsistensi dalam Pengujian: Dengan menyediakan data sampel yang telah ditentukan, pengembang dapat memastikan bahwa setiap kali pengujian dilakukan, aplikasi akan menggunakan dataset yang sama. Hal ini membantu dalam pengujian yang konsisten dan efisien.Efisiensi tahap Pengembangan: Sebagai alternatif dari memasukkan data secara manual setiap kali membangun atau mereset database, seeder memungkinkan pengembang untuk mengisi data sampel yang diperlukan dalam hitungan detik. Ini menghemat waktu dan energi pengembang, mempercepat siklus pengembangan aplikasi secara keseluruhan.Simulasi Lingkungan Produksi: Seeder memungkinkan pengembang untuk mensimulasikan lingkungan produksi secara lokal atau di lingkungan pengembangan. Dengan menggunakan seeder, pengembang dapat membuat salinan data produksi yang realistis untuk digunakan dalam pengujian di lingkungan pengembangan. Ini membantu dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah sebelum rilis ke lingkungan produksi.Pengujian Fungsionalitas: Data yang diisi oleh seeder dapat digunakan untuk menguji fungsionalitas aplikasi dalam berbagai skenario. Pengembang dapat membuat dataset yang mencakup kasus penggunaan yang berbeda untuk menguji respons aplikasi terhadap berbagai situasi. Hal ini memastikan aplikasi berfungsi seperti yang diharapkan dalam semua kondisi.Pemeliharaan dan Pengembangan Lanjutan: Dengan menggunakan seeder, pemeliharaan dan pengembangan lanjutan aplikasi menjadi lebih mudah. Pengembang dapat dengan cepat mengisi data sampel yang diperlukan untuk menguji atau mengembangkan fitur baru tanpa harus mengganggu data yang sudah ada dalam database. Ini memfasilitasi pengembangan iteratif dan fleksibel. Implementasi Seeder dalam Laravel Secara default, Laravel menempatkan file seed yang kita buat pada direktori database/seeds. Kita dapat membuat seeder dengan menggunakan perintah artisan. Misalnya, untuk membuat seeder untuk tabel products, kita jalankan perintah berikut: php artisan make:seeder ProductSeeder SeederMengisiDatabaseLaravel_BuildWithAngga Misalkan kita memiliki model Product yang memiliki struktur sebagai berikut: <?php namespace App\\Models; use Illuminate\\Database\\Eloquent\\Model; class Product extends Model { protected $fillable = [ 'name', 'description', 'price', ]; } Selanjutnya, kita dapat membuat sebuah seeder untuk mengisi beberapa data produk ke dalam tabel products. <?php use Illuminate\\Database\\Seeder; use App\\Models\\Product; class ProductSeeder extends Seeder { /** * Run the database seeds. * * @return void */ public function run() { // Menyisipkan data produk ke dalam tabel products Product::create([ 'name' => 'Laptop', 'description' => 'Powerful laptop for all your needs', 'price' => 1200, ]); Product::create([ 'name' => 'Smartphone', 'description' => 'Latest smartphone with great features', 'price' => 800, ]); Product::create([ 'name' => 'Headphones', 'description' => 'High-quality headphones for immersive sound experience', 'price' => 100, ]); } } Pertama-tama kita dapat mendefinisikan sebuah seeder dengan membuat kelas ProductSeeder yang meng-extends Seeder. Dalam file seed yang kita buat dalam method run() kita dapat menuliskan kode untuk mengisi data yang kita butuhkan ke dalam database. Di dalamnya kita dapat menggunakan method create() pada model Product untuk membuat data baru dalam database. Kita membuat beberapa produk dengan menggunakan method create(), dan masing-masing produk memiliki atribut name, description, dan price. Untuk menjalankan seeder yang sudah kita buat, Kita dapat menggunakan perintah artisan Laravel seperti contoh dibawah: php artisan db:seed --class=ProductSeeder Di dalam method run(), kita dapat memasukkan dummy data ke dalam database menggunakan Query Builder atau Eloquent. Dengan menjalankan perintah di atas, data produk akan dimasukkan ke dalam tabel products dalam database. Seeder sangat berguna dalam membuat data sampel atau data uji untuk pengembangan aplikasi. Kesimpulan Seeder dalam Laravel memberikan kemudahan bagi kita sebagai pengembang untuk mengisi data sampel ke dalam database dengan cepat dan efisien. Dengan seeder juga, kita dapat memastikan konsistensi dalam pengujian aplikasi dengan menyediakan dataset yang sama setiap kali pengujian dilakukan. Selain itu, penggunaan seeder juga mempercepat proses pengembangan dengan menghemat waktu dan energi yang seharusnya digunakan untuk memasukkan data secara manual. Dengan Seeder memungkinkan kita dapat melakukan simulasi lingkungan produksi dengan menyediakan salinan data produksi yang realistis untuk pengujian di lingkungan pengembangan, membantu dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah sebelum rilis ke lingkungan produksi. Dengan demikian, seeder adalah salah satu fitur kunci dalam Laravel yang membantu pengembang dalam mengelola dan menguji aplikasi secara efisien, serta memfasilitasi pengembangan yang lebih cepat dan lebih lancar. Jika kamu tertarik untuk explorasi atau mempelajari hal lain, Kamu bisa mengikuti kelas di Build With Angga untuk meningkatkan pengetahuan kamu mendalami Eloquent dalam Laravel dengan mengikuti rekomendasi kelas berikut: Kelas Online Laravel: Migration, Seeder, and Factory | BuildWithAnggaKelas Online Eloquent ORM Laravel | BuildWithAnggaKelas Online Full-Stack Web Developer: Bangun Website Freelancer | BuildWithAngga

Kelas Cara Instalasi Dart Frog: CLI dan Extension di BuildWithAngga

Cara Instalasi Dart Frog: CLI dan Extension

Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu Cara Instalasi Dart Frog: CLI dan Extension. Kamu juga bisa belajar lebih dalam lagi tentang Flutter di kelas Flutter bersama BuildWithAngga. Pada pembahasan artikel ini, kita akan membahas Cara Instalasi Dart Frog: CLI dan Extension. Daripada penasaran, yuk kita bedah! Apa itu Dart Frog? Dart Frog adalah sebuah package dari ekosistem Dart yang memiliki fungsi untuk membantu developer dalam mengembangkan aplikasi server-side atau backend dengan Dart. Dart Frog dikenal juga sebagai package yang memiliki cara yang cepat, efisien, dan mudah untuk mengembangkan API, layanan web, atau aplikasi backend lainnya yang menggunakan Dart. Berbagai macam fitur-fitur yang dimiliki Dart Frog, seperti routing, middleware, autentikasi, dan integrasi database. Cara Instalasi Dart Frog Persiapan sebelum menginstall Dart Frog Pastikan sebelum menginstall Dart Frog, kita sudah menginstall Dart SDK. Dart Frog membutuhkan Dart versi ≥3.0.0 <4.0.0. Berikut cara untuk melihat versi Dart: dart --version 2. Instalasi Dart Frog Dart Frog membutuhkan Command Prompt atau Terminal yang ada pada Visual Studio Code. Kemudian kita perlu menjalankan perintah sebagai berikut: dart pub global activate dart_frog_cli 3. Membuat Proyek Dart Frog Setelah berhasil menginstall Dart Frog, Kita dapat membuat proyek baru dengan cara menjalankan perintah sebagai berikut: dart_frog create my_project 4. Menjalankan Server Pengembangan Menjalankan server pengembang ini ditujukan untuk kita dapat mengakses aplikasi web yang kita kembangkan melalui browser di alamat yang ada pada Dart Frog pada terminal contohnya seperti (http://localhost:8080). cd my_project dart_frog dev Kesimpulan Setelah belajar cara menginstall Dart Frog. Kita jadi lebih mengetahui apa itu Dart Frog yang dikenal oleh berbagai developer sebagai package yang memiliki cara yang cepat, efisien, dan mudah untuk mengembangkan API, layanan web, atau aplikasi backend lainnya yang menggunakan Dart. Berbagai macam fitur-fitur yang dimiliki Dart Frog, seperti routing, middleware, autentikasi, dan integrasi database. Kemudian utuk instalasi Dart Frog juga tergolong mudah, teman-teman hanya perlu memastikan apakah sudah menginstall Dart SDK sebelumnya, lalu install Dart Frog dengan menjalankan perintah di Command Prompt atau Visual Studio Code. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🤩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas Cara Membuat Link di Next.js App Router di BuildWithAngga

Cara Membuat Link di Next.js App Router

Hallo teman-teman developer web! Dalam dunia pengembangan web, navigasi antar halaman sangatlah penting. Dengan memiliki link yang baik di aplikasi web-mu, pengguna dapat dengan mudah menjelajahi berbagai bagian dari situsmu tanpa kehilangan arah. Pada artikel ini, kita akan menjelajahi cara membuat link di Next.js App Router. Next.js adalah framework React yang populer digunakan oleh banyak developer web karena kemudahan penggunaannya dan performa yang cepat. Yap, langsung saja kita ke-pembahasannya🚀 Pengenalan dan Penggunaan Link Component Pada saat membangun aplikasi web dengan Next.js, pengalaman pengguna menjadi prioritas utama. Salah satu aspek yang penting adalah kemampuan navigasi antar halaman dengan mulus dan cepat. Nah, untuk membantu kamu dalam hal ini, Next.js menyediakan sebuah komponen bawaan yang bernama Link. Komponen Link pada dasarnya adalah perluasan dari tag HTML <a> yang kita kenal. Tapi, yang membuatnya istimewa adalah kemampuannya untuk memprediksi halaman selanjutnya yang akan kamu kunjungi dan melakukan client-side navigation tanpa perlu memuat ulang halaman secara keseluruhan. Ini membuat pengalaman navigasi di aplikasi web-mu terasa lebih responsif dan cepat. Untuk menggunakan komponen Link di Next.js, kamu cukup mengimpornya dari modul next/link, dan kemudian mengirimkan atribut href ke dalam komponen tersebut. Let’s to write code🚀 import Link from 'next/link' export default function Page() { return <Link href="/dashboard">Dashboard</Link> } Dengan menggunakan kode seperti di atas, kamu sudah membuat sebuah link menuju halaman dashboard di web-mu. Sangat mudah, bukan? Contoh Lainnya Penggunaan Link Component Okee, sebelumnya kamu sudah membuat Link menuju halaman dashboard. Namun, Link memiliki banyak contoh penggunaan selain itu. Mari kita bahas satu persatu🚀 Contoh Pertama: Checking Active Links Kamu bisa menggunakan usePathname() untuk menentukan apakah sebuah link aktif. Misalnya, untuk menambahkan class ke link aktif, kamu bisa memeriksa apakah pathname saat ini cocok dengan href dari link: 'use client' import { usePathname } from 'next/navigation' import Link from 'next/link' export function Links() { const pathname = usePathname() return ( <nav> <ul> <li> <Link className={`link ${pathname === '/' ? 'active' : ''}`} href="/"> Home </Link> </li> <li> <Link className={`link ${pathname === '/about' ? 'active' : ''}`} href="/about" > About </Link> </li> </ul> </nav> ) } Contoh Kedua: Scrolling to an id Jika kamu ingin menggulir ke id tertentu saat navigasi, kamu bisa menambahkan URL-mu dengan tautan hash (#). Ini dimungkinkan karena <Link> akan dirender sebagai elemen <a>. <Link href="/dashboard#settings">Settings</Link> // Output <a href="/dashboard#settings">Settings</a> Contoh Ketiga: Linking to Dynamic Segments Ketika kamu ingin menghubungkan ke dynamic segments, kamu bisa menggunakan template literals dan interpolasi untuk menghasilkan daftar link. import Link from 'next/link' export default function PostList({ posts }) { return ( <ul> {posts.map((post) => ( <li key={post.id}> <Link href={`/blog/${post.slug}`}>{post.title}</Link> </li> ))} </ul> ) } Kesimpulan Dengan menggunakan Link Component di Next.js, kamu dapat membuat navigasi antar halaman menjadi lebih responsif dan cepat. Komponen ini memungkinkan kamu untuk membuat link di aplikasi web-mu tanpa perlu memuat ulang halaman secara keseluruhan, sehingga meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan. Dengan demikian, pengetahuan tentang penggunaan Link Component di Next.js dapat membantu meningkatkan kualitas navigasi dan interaksi pengguna dalam aplikasi web-mu. Buat kamu yang ingin mempelajari fitur-fitur selanjutnya, kamu bisa ikut kelas di BuildWithAngga. Salah satunya yaitu, Kelas Online Gratis NextJS Basic ataupun yang berupa project base yaitu, Kelas Online Complete React Native Beginner to Pro: Bikin Aplikasi Cari Kantor. So, ayo kita menjadi expert bersama BuildWithAngga🚀 See you guys!