Akses kelas selamanya

Ambil Promo
flash sale
hamburger-menu

Tips All

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Reset
Kelas Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula di BuildWithAngga

Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula

Hai Sobat BWA! Pernahkah kalian mendengar tentang bahasa pemrograman PHP? PHP merupakan singkatan dari Hypertext Preprocessor dan menjadi salah satu bahasa pemrograman yang masih digunakan hingga saat ini. Karena kemudahan penggunaannya, PHP sering digunakan untuk pengembangan situs web yang dinamis dan interaktif. Saat ini, PHP tetap menjadi salah satu bahasa pemrograman yang populer dan banyak digunakan. Dan di artikel kali ini, kita akan membahas tentang Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula. Simak sampai habis ya! 1.Laravel Laravel adalah salah satu framework berbasis PHP yang populer dan digunakan secara luas di seluruh dunia untuk pengembangan sebuah aplikasi web, mulai dari situs web sederhana hingga aplikasi web yang kompleks. Framework ini cocok untuk pemula karena memiliki syntax yang mudah dipahami dan dipelajari. Laravel juga memiliki komunitas tersendiri yang bisa digunakan untuk berdiskusi tentang Laravel. Keunggulan Laravel: Mempunyai banyak fiturMemiliki dokumentasi yang lengkapMudah dipelajari untuk pemula 2. Symfony Symfony dirilis pada tahun 2005 menggunakan php5 dan disusun sesuai PSR (PHP Standard Recommendations) sehingga kualitas kode dari framework ini tidak perlu diragukan lagi. Symfony sendiri **mudah untuk diinstal dan dikonfigurasi pada banyak platform. Framework ini juga mudah untuk dikembangkan, fleksibel, dan dapat diandalkan. Keunggulan Symfony: Performa cukup tinggiDokumentasi yang jelas dan rinciTerdapat fungsionalitas testing bawaan 3. CodeIgniter CodeIgniter merupakan salah satu framework PHP yang dikenal karena kecepatan dan kehandalannya. Sama seperti Laravel, framework ini juga menerapkan MVC atau Model-View-Controller dan menyediakan seperangkat fitur yang kuat untuk membantu pengembangan aplikasi website. CodeIgniter bisa menjadi pilihan yang tepat karena ringan, mudah dipahami, dan mempunyai performa yang konsisten. Keunggulan Codeigniter: Memiliki performa yang baikSangat ringan dan efisienFleksibel dan mudah disesuaikan 4. CakePHP CakePHP adalah salah satu framework PHP yang menerapkan arsitektur MVC pertama pada awal tahun 2000an. Setiap versi terbaru yang diluncurkan telah memiliki performa yang terus meningkat dan memiliki banyak komponen baru. Framework ini sangat cocok untuk aplikasi web komersial. Keunggulan CakePHP: Memiliki fitur CRUD otomatisPembaruan teraturMemiliki beragam paket komponen 5. Slim Slim adalah salah satu framework PHP yang cocok digunakan untuk pembuatan aplikasi web yang kecil dan ringan. Berbeda dengan framework PHP lainnya, slim lebih minimalis dan mudah di kustomisasi. Framework ini biasanya digunakan untuk pengembangan API RESTful karena memiliki komponen yang bisa digunakan untuk membangun API dengan cepat dan mudah. Keunggulan Slim: Mudah untuk dipelajariRingan dan minimalisRouting yang simpel dan fleksibel Kesimpulan Nah, itulah Rekomendasi 5 Framework PHP untuk Pemula serta keunggulan dari masing-masing framework yang disebutkan. PHP masih banyak memiliki pilihan framework yang dapat dipilih untuk pengembangan aplikasi website. Bagi pemula, pemilihan framework PHP yang tepat dapat mempercepat pembelajaran dan pengembangan aplikasi website. Jadi, framework mana nih yang bakal kalian pilih? Eitss, bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari framework PHP di atas, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌 Kelas Gratis PHP Laravel Web DevelopmentBelajar PHP Dasar Web DevelopmentKelas Gratis CodeIgniter 4

Kelas 10 Library Flutter Paling Dibutuhkan Mobile App Developer di BuildWithAngga

10 Library Flutter Paling Dibutuhkan Mobile App Developer

10 Library Flutter Paling Dibutuhkan Mobile App Developer Sebelum kamu memulai untuk belajar tentang Flutter, ada baiknya kamu harus mengenal terlebih dahulu 10 Library Flutter yang bisa kamu gunakan untuk mengembangkan aplikasi mobile, atau kamu mau lebih dalam lagi belajar tentang Flutter? Yuk join kelas Flutter di BuildWithAngga. Library Flutter adalah kumpulan kode terbuka yang bisa digunakan untuk developer mengembangkan aplikasi Flutter. Nah kumpulan kode inilah yang nantinya bisa membuat berbagai jenis fitur maupun fungsi untuk bisa membantu developer membangun aplikasi yang lebih canggih dan kompleks. Tetapi sebelum kita mengenal 10 Library Flutter, yuk mari kenalan dulu dengan berbagai jenis library yang ada di Flutter.dev : Core Libraries : Kumpulan kode ini memiliki fungsi dasar untuk membantu developer dalam membangun aplikasinya seperti pembuatan widget, animasi, rendering, dan UI.Material Library : Kumpulan kode ini yang membantu developer untuk membangun aplikasi mobile dengan Material Design yang berjalan dengan baik di berbagai platform.Cupertino Library : Kumpulan kode yang menyediakan widget untuk membantu developer dalam membangun aplikasi dengan iOS sehingga dapat berjalan dengan baik.Widgets : Kumpulan kode yang dapat membantu developer untuk mengembangkan UI pada aplikasi. Setelah kamu mengenal jenis-jenis dari library yang ada di Flutter.dev. Pasti kamu tidak sabar mengenal 10 Library Flutter yang bermanfaatkan?🤭 Let’s go kita bedah. 1. Url_Launcher Url_launcher adalah library yang dapat membantu developer dalam mengembangkan aplikasi mobile, dengan menambahkan fitur untuk pindah URL eksternal dari aplikasi yang anda buat. URL ini biasanya dibuat dalam bentuk tautan website, alamat email, dan bisa juga ke nomor telepon. Contoh penggunaan url_launcher : import 'package:url_launcher/url_launcher.dart'; void main() { // Meluncurkan tautan web launch('https://www.buildwithangga.com'); // Meluncurkan alamat email launch('mailto:[email protected]'); // Meluncurkan nomor telepon launch('tel:+62123456789'); } 2. Flutter_form_builder Flutter_form_builder adalah library yang dapat membantu developer dalam membuat sebuah formulir yang berisi untuk mengumpulkan data pengguna, membuat formulir, dan memvalidasi data yang di input. Contoh penggunaan flutter_form_builder : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:flutter_form_builder/flutter_form_builder.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( title: 'Example of Population Data Form in country X', theme: ThemeData( primarySwatch: Colors.blue, ), home: MyFormPage(), ); } } class MyFormPage extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('Example of Population Data Form in country X '), ), body: Padding( padding: const EdgeInsets.all(16.0), child: FormBuilder( child: Column( children: [ FormBuilderTextField( name: 'name', decoration: InputDecoration(labelText: 'Name'), validator: FormBuilderValidators.required(context), ), SizedBox(height: 16), FormBuilderDropdown( name: 'gender', decoration: InputDecoration(labelText: 'Gender'), items: ['Male', 'Female'] .map((gender) => DropdownMenuItem( value: gender, child: Text(gender), )) .toList(), ), SizedBox(height: 16), FormBuilderCheckbox( name: 'accept_terms', title: Text('Accept Terms'), ), SizedBox(height: 16), ElevatedButton( onPressed: () { if (FormBuilder.of(context).validate()) { var formData = FormBuilder.of(context).value; print(formData); } }, child: Text('Submit'), ), ], ), ), ), ); } } 3. Path_provider Path_provider adalah library yang dapat membantu developer dalam mendapatkan penyimpanan yang baik untuk aplikasi mobile yang dibuat di berbagai platform seperti Android, iOS, Web/Desktop. Library ini biasanya digunakan untuk menyimpan file gambar, cache maupun data aplikasi lainnya. Contoh penggunaan path_provider : import 'package:path_provider/path_provider.dart'; Future<void> saveImage(String imagePath, Uint8List bytes) async { final directory = await getTemporaryDirectory(); // Mendapatkan direktori sementara final file = File('${directory.path}/$imagePath'); await file.writeAsBytes(bytes); // Menyimpan gambar ke file } Future<String> loadLocalData() async { final directory = await getApplicationDocumentsDirectory(); // Mendapatkan direktori dokumen final file = File('${directory.path}/data.json'); if (await file.exists()) { final contents = await file.readAsString(); // Membaca data dari file return contents; } else { return ""; // Kembalikan string kosong jika file tidak ada } } Tambahan untuk teman-teman : Sebelum temen-temen harus menggunakan direktori sesuai dengan kebutuhan ya. Contohnya file sementara > direktori sementara.Periksa kembali untuk file yang sudah ada apakah sudah tertulis data ke dalamnya. 4. Scooped_model Scoped_model adalah library yang dapat memudahkan developer untuk bisa membuat model data dari widget utama ke turunannya. Memiliki 3 jenis utama yaitu model class, scope model widget, dan scopeModelDescendant widget. Contoh penggunaan scooped_model : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:scoped_model/scoped_model.dart'; void main() { runApp(MyApp( model: CounterModel(), )); } class MyApp extends StatelessWidget { final CounterModel model; const MyApp({Key? key, required this.model}) : super(key: key); @override Widget build(BuildContext context) { // At the top level of our app, we'll, create a ScopedModel Widget. This // will provide the CounterModel to all children in the app that request it // using a ScopedModelDescendant. return ScopedModel( model: model, child: MaterialApp( title: 'Scoped Model Demo', home: CounterHome('Scoped Model Demo'), ), ); } } // Start by creating a class that has a counter and a method to increment it. // // Note: It must extend from Model. class CounterModel extends Model { int _counter = 0; int get counter => _counter; void increment() { // First, increment the counter _counter++; // Then notify all the listeners. notifyListeners(); } } class CounterHome extends StatelessWidget { final String title; CounterHome(this.title); @override Widget build(BuildContext context) { return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text(title), ), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ Text('You have pushed the button this many times:'), // Create a ScopedModelDescendant. This widget will get the // CounterModel from the nearest parent ScopedModel. // It will hand that CounterModel to our builder method, and // rebuild any time the CounterModel changes (i.e. after we // `notifyListeners` in the Model). ScopedModelDescendant( builder: (context, child, model) { return Text( model.counter.toString(), style: Theme.of(context).textTheme.headline4, ); }, ), ], ), ), // Use the ScopedModelDescendant again in order to use the increment // method from the CounterModel floatingActionButton: ScopedModelDescendant( builder: (context, child, model) { return FloatingActionButton( onPressed: model.increment, tooltip: 'Increment', child: Icon(Icons.add), ); }, ), ); } } 5. Flutter_bloc Flutter_bloc adalah library yang dapat membantu developer untuk mengembangkan state aplikasi dengan cara menggunakan pola bloc (Business Logic Component). Pola bloc ini pada prinsipnya dapat membantu teman-teman untuk dapat membuat aplikasi yang lebih mudah untuk dipelihara serta dikembangkan. Contoh penggunaan flutter_bloc : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:flutter_bloc/flutter_bloc.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class CounterBloc extends Bloc { CounterBloc() : super(0); @override Stream mapEventToState(int event) async* { yield state + event; } } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( home: BlocProvider( create: (context) => CounterBloc(), child: CounterPage(), ), ); } } class CounterPage extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { final CounterBloc _counterBloc = BlocProvider.of(context); return Scaffold( appBar: AppBar(title: Text('Counter App')), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ BlocBuilder( builder: (context, count) { return Text( 'Count: $count', style: TextStyle(fontSize: 24), ); }, ), SizedBox(height: 20), Row( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ FloatingActionButton( onPressed: () => _counterBloc.add(1), child: Icon(Icons.add), ), SizedBox(width: 10), FloatingActionButton( onPressed: () => _counterBloc.add(-1), child: Icon(Icons.remove), ), ], ), ], ), ), ); } } 6. HTTP HTTP atau Hypertext Transfer Protocol adalah protokol yang digunakan untuk menghubungkan data komunikasi di web. Manfaatnya adalah HTTP dapat digunakan untuk mengambil data dari server, contohnya seperti data JSON. Contoh penggunaan HTTP : import 'package:http/http.dart' as http; void main() async { final response = await http.get('https://www.buildwithangga.com'); if (response.statusCode == 200) { final body = await response.body.readAsString(); print(body); } else { print('Error: ${response.statusCode}'); } } Tambahan untuk teman-teman : Perhatikan headers dan body requests.Error harus ditanganin dengan tepat. 7. Get/GetX Get/GetX adalah library yang memberikan solusi kepada developer untuk mengembangkan aplikasinya dengan cara menggabungkan High-Performance State Management dan Intelligent Dependency Injection pada aplikasi. Developer tidak perlu lagi mengubah kontrol dari memori. Dengan GetX, memori yang tidak digunakan akan langsung dihapus secara default. Contoh penggunaan Get/GetX : void main() => runApp(MaterialApp(home: Home())); class Home extends StatelessWidget { var count = 0.obs; @override Widget build(context) => Scaffold( appBar: AppBar(title: Text("counter")), body: Center( child: Obx(() => Text("$count")), ), floatingActionButton: FloatingActionButton( child: Icon(Icons.add), onPressed: () => count ++, )); } 8. Intl Intl adalah library yang dapat memudahkan developer untuk menangani contoh kasus seperti perbedaan bahasa, tanggal, serta angka yang ada pada aplikasi. Sehingga aplikasi dapat digunakan diberbagai platform dan diberbagai tempat. Contoh penggunaan intl : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:intl/intl.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( title: 'Intl Package Example', home: MyHomePage(), ); } } class MyHomePage extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { // Format a date using the intl package var formattedDate = DateFormat.yMMMMd().format(DateTime.now()); // Translate a message using the intl package var translatedMessage = Intl.message( 'Hello, welcome to our app!', name: 'welcomeMessage', desc: 'Welcome message for the app', ); return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('Intl Package Example'), ), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ Text('Formatted Date: $formattedDate'), Text(translatedMessage), ], ), ), ); } } 9. File_picker File_picker adalah library yang sering digunakan oleh developer dalam mengembangkan aplikasinya. Fungsinya adalah untuk membantu developer bisa masuk ke file aslinya dengan cepat, sehingga developer dapat memilih file dengan jenis tertentu, seperti dokumen maupun gambar. Contoh penggunaan file_picker : import 'dart:io'; import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:file_picker/file_picker.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( home: FilePickerScreen(), ); } } class FilePickerScreen extends StatefulWidget { @override _FilePickerScreenState createState() => _FilePickerScreenState(); } class _FilePickerScreenState extends State { String? _filePath; Future _pickFile() async { FilePickerResult? result = await FilePicker.platform.pickFiles( type: FileType.image, ); if (result != null) { setState(() { _filePath = result.files.single.path; }); } } @override Widget build(BuildContext context) { return Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('File Picker Example'), ), body: Center( child: Column( mainAxisAlignment: MainAxisAlignment.center, children: [ if (_filePath != null) Image.file( File(_filePath!), height: 200, ), SizedBox(height: 20), ElevatedButton( onPressed: _pickFile, child: Text('Pick an Image'), ), ], ), ), ); } } 10. Badges Badges adalah library yang sering juga digunakan oleh developer untuk membuat icon atau teks yang dapat memberikan informasi tambahan kepada pengguna. Sebagai contoh, developer dapat menggunakan Badges untuk menampilkan pemberitahuan, jumlah item di dalam keranjang, jumlah pesan yang belum dibaca. Contoh penggunaan badges : import 'package:flutter/material.dart'; import 'package:badges/badges.dart'; void main() { runApp(MyApp()); } class MyApp extends StatelessWidget { @override Widget build(BuildContext context) { return MaterialApp( home: Scaffold( appBar: AppBar( title: Text('Badge Example'), ), body: Center( child: Badge( badgeContent: Text('3'), child: IconButton( icon: Icon(Icons.shopping_cart), onPressed: () { // Open the shopping cart or perform an action }, ), ), ), ), ); } } Kesimpulan Library Flutter memiliki manfaat yang besar untuk membantu developer dalam proses pengembangan aplikasi. Tentu, untuk terjun ke Flutter kita perlu mengenal dahulu apa saja library yang bisa membantu kita dalam pembuatan aplikasi mobile. Selain menghemat waktu dan tenaga, dengan kita mengenal library kita juga bisa meningkatkan kualitas pada aplikasi yang kita buat, serta memperkaya fitur aplikasi. Kamu bisa mempelajarinya lebih lanjut dengan mengikuti kelas online gratis belajar flutter di BuildWithAngga loh!😍 Dengan belajar di BuildWithAngga kamu bisa belajar dengan mentor yang berpengalaman dan selalu siap membantu kamu untuk meningkatkan skill programming kamu. Eitss tunggu dulu, setiap kamu menyelesaikan kelasnya kamu bakal dikasih sertifikat loh!🤩 Yuk buruan belajar bersama BuildWithAngga.

Kelas Tata Cara Membuat Migration Baru Pada Projek Laravel di BuildWithAngga

Tata Cara Membuat Migration Baru Pada Projek Laravel

Hallo sahabat ngoding Pada bagian ini kita akan berkenalan dengan salah satu yang keren pada laravel. yaitu Migration Apasihh Migration Laravel?? Migration merupakan cara untuk membuat skema database secara langsung dengan mengeksekusi kode program atau bisa disebut dengan Control Version System, bukan melalui eksekusi SQL. Dengan migration, kita bisa membuat table data dengan lebih mudah dan cepat. migration akan meng-generate file - file migration sebagai control system. Maka, kita tidak perlu menulis kode SQL untuk membuat skema database, melainkan menggunakan kode program PHP. Masih bingung? Tenang, saya harap setelah contoh berikut, Anda akan lebih memahami. Sebelum memulai pembuatan file migration, pertama sekali coba teman-teman hapus semua file migration yang sudah ada pada folder database\\migrations. Cara Membuat Migration Untuk membuat file migrasi, kita akan menggunakan Artisan CLI dengan perintah “php artisan” yang nanti akan dijalankan pada command line atau terminal. Namun, sebelum pembuatan migration, pertama kali kita perlu merancang database dengan kebutuhan kita dan sesuaikan koneksi databasenya yang bisa kita atur pada file .env. contohnya, seperti ini : DB_CONNECTION=mysql DB_HOST=127.0.0.1 DB_PORT=3306 DB_DATABASE=latihan_laravel DB_USERNAME=root DB_PASSWORD=root lalu kawan - kawan bisa membuka terminal atau Command Line, masuk ke directory project laravel kalian melalui terminal atau command line, kemudian masukan perintah dengan perinta berikut. $ php artisan make:migration nama_migration // contohnya $ php artisan make:migration create_table_murid apabila terdapat pemberitahuan bahwa file migrasi sudah terbuat dan tersimpan. Setelah itu kalian bisa membuka file migrasi yang tersimpan lalu isi seperti berikut. bigIncrements('id'); $table->timestamps(); }); } /** * Reverse the migrations. * * @return void */ public function down() { Schema::dropIfExists('murid'); } Seperti yang bisa liat , perbedaan fungsi up() dan down() terlihat jelas pada file migrasi. File migrasi yang dibuat dengan memiliki fungsi up() dan down() yang secara otomatis mengenali nama tabel yang akan dibuat. Di sisi lain, file migrasi tanpa awalan create_ memiliki fungsi up() dan down()yang masih kosong dan perlu diisi secara manual. Hal ini merupakan salah satu trik untuk mempercepat pembuatan file migrasi di Laravel. Salah satu tips penting dalam Laravel adalah mengikuti aturan penamaan yang baku. Hal ini akan memudahkan kita dalam pengembangan aplikasi. Contohnya, nama tabel dalam Laravel menggunakan kata jamak, sedangkan nama modelnya menggunakan kata tunggal. Misalnya, model dengan nama User akan dipadankan dengan tabel User. Begitu pula model dengan nama Murid akan dipadankan dengan tabel Murid . Jika kita tidak mengikuti aturan penamaan ini, kita perlu menentukan secara manual nama tabel yang berpadanan dengan model kita. Hal ini dapat menyulitkan dan membuat kode kita kurang terbaca. Melengkapi File Migrasi Tahapan berikutnya adalah melengkapi file migration kita. Pada file migration create_table_murid , lengkapi fungsi up() seperti contoh dibawah ini. bigIncrements('id'); $table->string('nama'); $table->unsignedInteger('nomor_siswa'); $table->timestamps(); }); } /** * Reverse the migrations. * * @return void */ public function down() { Schema::dropIfExists('murid'); } Mari kita bedah potongan kode program diatas. Schema::create('murid', … adalah kode program untuk membuat tabel. Parameter murid adalah sebagai nama tabel yang akan dibuat. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan CREATE TABLE murid(....$table->bigIncrements('id') adalah kode program untuk membuat atribut id dengan ketentuan bertipe data big int, unsigned, bersifat not null, bersifat auto_increment, dan dijadikan sebagai primary key. Unsigned artinya nilainya tidak akan bisa negatif, not null artinya tidak boleh dikosongkan, auto_increment artinya akan bertambah secara otomatis ketika menambah data baru. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'id' int unsigned not null auto_increment primary key .$table->string('nama') adalah kode program untuk membuat atribut name dengan ketentuan bertipe data varchar(255) dan bersifat not null. Varchar(255) artinya adalah tipe berupa rangkaian karakter dengan panjang maksimal 255 karakter, sama dengan 255 bit, karena setiap karakter membutuhkan alokasi memori sebesar 1 bit. Angka 255 adalah angka default dan bisa diganti dengan kebutuhan panjang data kita dengan cara mengubah kode program menjadi $table->string('title', 100) , untuk panjang maksimal 100 karakter. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'name' varchar(255) not null.$table->unsignedInteger('nomor_siswa') adalah kode program untuk membuat atribut nomor_siswa dengan ketentuan int unsigned not null. Kita buat bersifat unsigned untuk membatasi kesalahan memasukkan data berupa bilangan negatif. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'nomor_siswa' int unsigned not null$table->timestamps() adalah potongan kode untuk membuat atribut created_at dan updated_at dengan ketentuan timestamp null. Timestamp adalah tipe data untuk menyimpan tanggal dan waktu sekaligus. Null artinya tidak wajib disini. Jika diterjemahkan ke kode program SQL maka perintah diatas sama dengan 'created_at' timestamp null, 'updated_at’ timestamp null Jadi untuk potongan kode pada fungsi up() diatas jika kita menulisnya dalam kode program SQL, maka akan seperti ini. create table 'books' ( 'id' int unsigned not null auto_increment primary key, 'nama' varchar(255) not null, 'nomor_siswa' int unsigned not null, 'created_at' timestamp null, 'updated_at' timestamp null } Eksekusi File Migrasi Setelah menyelesaikan pembuatan file migrasi, langkah selanjutnya adalah menjalankannya. Kita akan menggunakan Artisan CLI untuk melakukan eksekusi. Pastikan konfigurasi koneksi database pada file .env telah diisi dengan benar sebelum menjalankan perintah berikut: php artisan migrate Apabila tidak ada pesan error yang muncul maka migration berjalan dengan benar. Maka table user dan tabel yang kalian dibuat sudah tercipta di dalam database yang terhubung. Apabila terdapat pesan error kalian coba baca dan temukan solusinya di stackoverflow atau forum lainya hehehehe. Sampai sini untuk pembuatan tabel dengan migration Merubah Nama Tabel Pada Migration Laravel Selain create kita juga bisa mengubah nama table yang kita miliki melalui migration fungsi , dengan perintah. Schema::rename('nama_table_yang_ingin_di_rename', 'nama_baru'); tapi kalian bisa juga kok buat ganti table name kalian pada fungsi up(). dan kemudian lakukan perintah php artisan migrate Menghapus Table Dengan Migration Untuk menghapus tabel dengan migration laravel, juga sudah ada fungsi atau metode nya. Schema::drop('nama_table'); Migrasi Laravel menawarkan solusi modern dan efisien untuk merancang skema database. Meskipun tidak wajib, migrasi dapat meningkatkan kolaborasi, deployment, dan kejelasan kode dalam proyek Laravel kalian. Oke Sekian penjelasan tentang migration kalian bisa kembali untuk menguliknya sendiri tentunya. Semoga bermanfaat buat kalian. See you guysss !

Kelas Struktur Kontrol dalam Go: Penggunaan If, For, dan Switch di BuildWithAngga

Struktur Kontrol dalam Go: Penggunaan If, For, dan Switch

Go, bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Google, terkenal karena kesederhanaan dan efisiensinya. Salah satu fitur yang membuat Go menjadi pilihan yang populer di antara para pengembang adalah struktur kontrol yang kuat dan mudah digunakan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi penggunaan struktur kontrol utama dalam Go: if, for, dan switch, serta bagaimana Anda dapat memanfaatkannya dalam pengembangan perangkat lunak. If Statement Statement if digunakan untuk mengevaluasi kondisi dan menjalankan blok kode jika kondisinya benar (true). Contoh penggunaannya: Anda juga dapat menggunakan if tanpa kondisi, yang akan mengevaluasi ekspresi boolean di dalamnya: Go mendukung beberapa jenis loop, tetapi yang paling umum adalah loop for. Loop for digunakan untuk mengulangi blok kode selama kondisi yang ditentukan benar. Contoh sederhananya adalah: Anda juga dapat menggunakan for untuk melakukan loop melalui elemen-elemen dalam sebuah slice atau map: Switch Statement Pernyataan switch digunakan untuk memeriksa beberapa kondisi dan menjalankan blok kode yang sesuai dengan kondisi yang terpenuhi. Contohnya seperti berikut: Anda juga dapat menggunakan switch tanpa ekspresi untuk membuat struktur percabangan yang lebih bersih: Dengan memahami penggunaan yang tepat dari if, for, dan switch dalam Go, Anda dapat menulis kode yang lebih bersih, mudah dimengerti, dan efisien. Teruslah eksplorasi dan praktikkan struktur kontrol ini dalam pengembangan perangkat lunak Anda untuk mencapai hasil yang optimal. Kesimpulan Semoga dengan pemahaman Go, Kamu lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan aplikasi Go yang lebih kompleks. Jangan ragu untuk terus belajar dan menjelajahi fitur-fitur menarik dalam bahasa Go! Dan untuk pengalaman belajar yang lebih mendalam, yuk bergabung di Build with Angga dan kembangkan keterampilan pemrograman Go Anda bersama komunitas yang solid dan dukungan dari instruktur ahli. Mari bergabung dan berkembang bersama-sama! 🚀 BuildWithAngga

Kelas Dasar-Dasar Bahasa Pemrograman Go: Variabel, Tipe Data, dan Operasi Dasar di BuildWithAngga

Dasar-Dasar Bahasa Pemrograman Go: Variabel, Tipe Data, dan Operasi Dasar

Bahasa pemrograman Go, atau biasa disebut Golang, adalah bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Google pada tahun 2007 dan pertama kali dirilis pada tahun 2009. Go dirancang dengan tujuan untuk menyediakan kemudahan pengembangan perangkat lunak yang bersifat sederhana, efisien, dan skalabel. Dalam artikel ini, kita akan membahas dasar-dasar bahasa pemrograman Go, termasuk variabel, tipe data, dan operasi dasar. Variabel dalam Go Variabel dalam Go digunakan untuk menyimpan data yang akan digunakan dalam program. Sebelum digunakan, sebuah variabel harus dideklarasikan terlebih dahulu. Berikut adalah contoh deklarasi variabel dalam Go : var namaVariabel tipeDataContoh :var umur int var nama string Variabel juga dapat dideklarasikan dengan inisialisasi nilai:var namaVariabel tipeData = nilai: Go juga mendukung pendeklarasian variabel dengan menggunakan := operator, yang memberikan kemudahan dalam mendeklarasikan dan menginisialisasi variabel: namaVariabel := nilai Tipe Data dalam Go Go memiliki beragam tipe data yang digunakan untuk menyimpan berbagai jenis nilai. Beberapa tipe data dasar dalam Go meliputi: int: untuk menyimpan bilangan bulat. float64: untuk menyimpan bilangan desimal. string: untuk menyimpan teks. bool: untuk menyimpan nilai boolean (true atau false). Operasi Dasar dalam Go Go mendukung berbagai operasi dasar untuk melakukan manipulasi data. Beberapa operasi dasar yang umum digunakan antara lain: Aritmatika: Operasi untuk melakukan perhitungan matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.Contoh: Penugasan: Operasi untuk memberikan nilai pada variabel.Contoh :x := 10 Perbandingan: Operasi untuk membandingkan dua nilai. Contoh :x := 10 y := 5 fmt.Println(x > y) // Output: true Logika: Operasi untuk melakukan operasi logika seperti AND, OR, dan NOT. Contoh:x := true y := false fmt.Println(x && y) // Output: false Concatenation: Operasi untuk menggabungkan dua string. Contoh:str1 := "Hello" str2 := "World" hasil := str1 + " " + str2 // Output: "Hello World" KesimpulanSemoga dengan pemahaman Go, Kamu lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan aplikasi Go yang lebih kompleks. Jangan ragu untuk terus belajar dan menjelajahi fitur-fitur menarik dalam bahasa Go! Dan untuk pengalaman belajar yang lebih mendalam, yuk bergabung di Build with Angga dan kembangkan keterampilan pemrograman Go Anda bersama komunitas yang solid dan dukungan dari instruktur ahli. Mari bergabung dan berkembang bersama-sama! 🚀 BuildWithAngga

Kelas Mengenal JSX: Bahasa Mark-up di React di BuildWithAngga

Mengenal JSX: Bahasa Mark-up di React

JSX (JavaScript XML) adalah bahasa mark-up yang digunakan dalam React untuk membangun antarmuka pengguna. JSX memungkinkan pengguna untuk menulis kode HTML di dalam file JavaScript, yang membuat pengembangan aplikasi web dengan React menjadi lebih mudah dan efisien. Dalam blog post ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai JSX dan bagaimana cara menggunakannya dalam pengembangan aplikasi React. Memahami JSX JSX adalah ekstensi sintaksis yang memungkinkan pengguna untuk menulis kode HTML di dalam JavaScript. Dengan menggunakan JSX, pengguna dapat membuat komponen React yang terdiri dari elemen-elemen HTML. Contohnya, jika pengguna ingin membuat komponen Button dalam aplikasi React, pengguna dapat menulis kode JSX seperti ini: Pada contoh di atas, kita menggunakan tag button yang merupakan elemen HTML di dalam komponen Button. JSX juga mendukung penggunaan atribut HTML, seperti class dan id. Contohnya, pengguna dapat menambahkan atribut class pada elemen HTML menggunakan JSX seperti ini: Menggunakan Ekspresi di dalam JSX Selain dapat menulis kode HTML di dalam JSX, kita juga dapat menggunakan ekspresi JavaScript di dalamnya. Ekspresi JavaScript dapat dimasukkan di dalam kurung kurawal { } di dalam JSX. Contohnya, jika pengguna ingin menampilkan teks dinamis di dalam komponen Button, pengguna dapat menggunakan ekspresi JavaScript seperti ini: Pada contoh di atas, kita menggunakan variabel buttonText yang berisi teks "Klik Saya" di dalam elemen button menggunakan ekspresi JavaScript di dalam kurung kurawal. Menerapkan JSX dalam Pengembangan React JSX adalah salah satu fitur utama dalam React yang membuat pengembangan aplikasi web menjadi lebih mudah dan efisien. Dalam pengembangan aplikasi React, kita dapat menggunakan JSX untuk membuat komponen-komponen yang terdiri dari elemen-elemen HTML dan logika JavaScript di dalamnya. Dengan menggunakan JSX, pengguna dapat dengan mudah memisahkan tampilan komponen dengan logika bisnisnya. Hal ini membuat kode menjadi lebih terstruktur dan mudah maintainance. Kesimpulan JSX adalah bahasa mark-up di React yang memungkinkan pengguna untuk menulis kode HTML di dalam JavaScript. Dengan menggunakan JSX, pengguna dapat membuat komponen React yang terdiri dari elemen-elemen HTML dan logika JavaScript di dalamnya. Ini membuat pengembangan aplikasi web dengan React menjadi lebih mudah dan efisien. Dalam blog post ini, kita telah membahas tentang memahami JSX, penggunaan ekspresi di dalam JSX, dan penerapan JSX dalam pengembangan aplikasi React. tetapi teman-teman dapat menerapkan hal tadi kita perlu memahami dasar dari penggunaan react.js terlebih dahulu. Teman-teman tidak perlu khawatir di BuildWithAngga menyediakan kelas gratis React JavaScript. Tunggu apa lagi? buruan join dan upgrade skill kamu pada front-end menggunakan React.js bersama BuildWithAngga 🌾

Kelas Pengenalan Dasar tentang Node JS di BuildWithAngga

Pengenalan Dasar tentang Node JS

Hai sobat BWA!🙌 Sejak diluncurkannya Node.js pada tahun 2009, banyak inovasi baru dan perubahan dalam dunia pemrograman, terutama dalam pengembangan aplikasi web. Eitss, kalian tau ga sih kalo Node.js itu bukan termasuk bahasa pemrograman loh! Node.js adalah sebuah platform yang digunakan untuk mengeksekusi program JavaScript di luar browser. Node.js diciptakan sebagai pendukung JavaScript agar lebih optimal untuk digunakan. Ingin tahu tentang Node.js lebih luas? Simak artikel ini sampai habis ya! Apa itu Node.js? Node.js adalah platform runtime yang dibangun di atas mesin JavaScript V8 yang kuat sehingga memungkinkan untuk menjalankan JavaScript di sisi server dan mengembangkan aplikasi web berbasis server dengan mudah, efisien, dan cepat. Node.js digunakan secara luas dalam pengembangan aplikasi web dan dapat digunakan untuk membuat berbagai jenis aplikasi seperti server web, aplikasi real-time, aplikasi berbasis mikro, dan banyak lagi. Node.js memiliki beberapa fitur utama seperti non-blocking I/O, skalabilitas, modul NPM yang kuat, dan fleksibilitas dalam pengembangan aplikasi dengan berbagai bahasa pemrograman. Platform yang dikembangkan oleh Ryan Dahl pada tahun 2009 ini cocok untuk aplikasi real-time yang membutuhkan respons cepat, seperti aplikasi chat dan streaming karena mempunyai fitur utamanya yaitu non-blocking I/O. Fitur ini memungkinkan aplikasi untuk mengelola banyak permintaan secara efisien dan cepat. Selain itu, Node.js juga menggunakan arsitektur event-driven yang memungkinkan server untuk menangani banyak koneksi secara bersamaan. Kelebihan Node.js Model non-blocking: Node.js menggunakan model non-blocking yang memungkinkan server untuk menangani banyak permintaan secara bersamaan tanpa harus menunggu permintaan selesai. Hal ini membuat Node.js sangat efisien dalam menangani beban kerja yang berat dan memberikan respons yang cepat kepada pengguna.Skalabilitas yang Baik: Node.js dirancang untuk skalabilitas yang baik. Dengan kemampuan untuk menangani banyak permintaan dalam waktu yang bersamaan, Node.js cocok untuk aplikasi yang membutuhkan skalabilitas tinggi, seperti aplikasi real-time dan aplikasi yang melayani banyak pengguna secara bersamaan.Penggunaan JavaScript di Kedua Sisi: Dengan Node.js, kalian dapat menggunakan JavaScript di sisi server maupun di sisi klien. Hal ini memungkinkan pengembang untuk menggunakan kembali kode JavaScript yang sama dan membuat pengembangan web menjadi lebih seragam dan efisien.Repositori Paket yang Kaya: Node.js memiliki NPM (Node Package Manager), yang merupakan repositori paket yang kaya dengan ribuan modul yang tersedia. Modul-modul ini memudahkan kalian untuk memperluas fungsionalitas aplikasi dengan menambahkan fitur-fitur yang sudah ada.Popularitas dan Komunitas yang Besar: Node.js telah menjadi sangat populer di kalangan pengembang dan memiliki komunitas yang besar. Dengan hal ini, kalian bisa menemukan dokumentasi, tutorial, dan dukungan dari komunitas dengan mudah untuk membantu dalam pengembangan aplikasi menggunakan Node.js. Cara Install Node.js Cara Install Node. js pada Windows 1. Buka https://nodejs.org/en/download 2.Pilih versi Node.js LTS (Long-Term-Support), lalu pilih Windows Installer dan sesuaikan dengan bit laptop/komputer kalian 3. Tunggu hingga proses download selesai kemudian jalankan installer Node.js 4. Tentukan folder untuk instalasi Node.js 5. Klik “Install” untuk memulai instalasi 6. Node.js berhasil terinstall 7. Setelah instalasi selesai, kalian bisa memeriksa versi Node.js dan NPM yang terinstall melalui command prompt dengan melakukan perintah berikut: node -v //untuk memeriksa versi Node.js npm -v //untuk memeriksa versi npm Cara Install Node.js pada macOS Buka https://nodejs.org/en/downloadPilih versi Node.js LTS (Long-Term-Support), lalu pilih macOS InstallerTunggu hingga proses download selesai kemudian jalankan installer Node.jsTentukan folder untuk instalasi Node.jsKlik “Install” untuk memulai instalasiNode.js berhasil terinstall di laptop kalianSetelah terinstall, kalian dapat memeriksa versi Node.js dan NPM dengan perintah yang sama seperti di Windows Jika kalian memiliki Homebrew pada macOS, kalian dapat langsung menginstall Node.js dengan cara berikut: 1. Buka terminal 2. Jalankah perintah brew install node 3. Setelah instalasi selesai, kalian dapat memeriksa versi Node.js dan NPM dengan perintah yang sama seperti di Windows Kesimpulan Nah, itulah Pengenalan Dasar tentang Node.js serta kelebihan dan cara install platform tersebut. Banyak kelebihan Node.js yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih platform ini, seperti model non-blocking, skalabilitas yang baik, penggunaan JavaScript di kedua sisi, repositori paket yang kaya, dan popularitas serta komunitas yang besar. Untuk menginstall Node.js, pada Windows dapat dilakukan melalui Windows Installer, sedangkan pada macOS dapat dilakukan melalui macOS Installer atau menggunakan Homebrew. Node.js menjadi pilihan yang kuat untuk pengembangan aplikasi web yang efisien, scalable, dan responsif. Bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari Node.js, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌 Kelas Online Gratis Node JavaScript DasarMempelajari Struktur Data dengan JavaScript secara gratis

Kelas Cara Memilih Frontend Framework yang Tepat Untuk Projek Anda di BuildWithAngga

Cara Memilih Frontend Framework yang Tepat Untuk Projek Anda

Hello, fellow learners! 📚✨ Kalian suka bingung ga sih? saking banyaknya framework untuk pengembangan web kalian jadi bingung mau pilih yang mana🤔. Padahal pemilihan frontend framework ini merupakan langkah yang krusial ketika kalian menggarap proyek pengembangan web. Dengan banyaknya opsi framework yang tersedia, memahami kriteria dan pertimbangan yang sesuai dengan kebutuhan proyek adalah kunci kelancaran pengembangan web kalian. Penggunaan framework akan membantu kalian mengatur tampilan dan fungsionalitas antarmuka pengguna (UI), mempercepat proses pembangunan, dan memastikan keseragaman dalam tampilan. Maka dari itu, di artikel ini kami akan memberikan panduan untuk kalian biar bisa memilih frontend framework yang tepat! Let's find out–shall we? Faktor-Faktor Penting Saat Memilih Frontend Framework🚀 Berikut faktor-faktor yang perlu kalian pertimbangkan saat memilih frontend framework: 1. Popularity Pilihlah framework dengan popularitas yang tinggi karena semakin tinggi popularitasnya, semakin besar komunitasnya serta menawarkan dukungan yang luas. Dengan begitu, kalian akan lebih mudah menemukan orang yang yang dapat kalian mintai bantuan ketika mengerjakan projek pengembangan web kalian. Menurut stack overflow survey 2023, Node.js dan React.js menjadi dua framework yang paling populer digunakan oleh kesuluruhan responden. 2. Performance Level Pastikan framework yang dipilih memiliki kinerja yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan projek kalian. Memahami dampak dari faktor seperti kecepatan rendering, efisiensi virtual DOM, ukuran bundle, dan mekanisme caching pada saat pemuatan halaman akan membantu kalian memilih framework yang tepat. 3. Server-Side Rendering (SSR) Server Side Rendering, atau yang sering disebut SSR, merupakan metode untuk merender aplikasi Single Page Application yang akan dirender di sisi server sebelum hasil render dikirimkan ke sisi klien. Rendering di sisi server ini memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik, terutama ketika menggunakan mobile networks. Jika proyek kalian memerlukan server-side rendering, pastikan framework yang dipilih mendukung fitur ini. 4. Support for Responsiveness Dengan berbagai macam perangkat komputasi digital yang tersedia di pasar saat ini, dan pengguna cenderung menggunakan perangkat seluler dengan berbagai ukuran layar, penting untuk memastikan responsivitas dalam pengembangan frontend web terhadap semua jenis perangkat tersebut. Banyak bisnis online yang juga membuat Progressive Web Applications, dimana memberikan pengalaman pengguna seperti menggunakan aplikasi native mobile di dalam browser. 5. Feature-Rich Menjadi hal yang penting untuk memilih framework dengan sejumlah besar fitur dan kemampuan yang beragam, yang dapat memperkaya pengalaman pengguna atau memenuhi kebutuhan proyek dengan baik. Perlu diperhatikan, bahwa framework tersebut mendukung template kustom, manajemen state, pengolahan formulir, koneksi HTTP, dan validasi permintaan. Ini merupakan fitur dan komponen yang seharusnya diperlukan oleh framework web untuk memberikan sumber daya yang kaya pada proyek kalian. 6. Documentation Pastikan framework yang dipilih memiliki dokumentasi yang baik dan mudah dipahami. Kalian harus memiliki akses ke tutorial dan panduan yang baik. Hal ini membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah. Dokumentasi yang lengkap juga membantu dalam mengintegrasikan dan memahami struktur kerja framework, memastikan konsistensi penggunaan, dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah atau menavigasi melalui kode. 7. Integration and Customization Flexibilities Pilihlah framework yang mendukung integrasi dengan alat dan teknologi lain yang mungkin diperlukan dalam proyek. Kemampuan untuk dengan mudah menggabungkan framework dengan perangkat lunak pihak ketiga, layanan API, atau komponen lainnya dapat meningkatkan efisiensi dan memperluas fungsionalitas proyek. 8. Post-Development Support Post-development support adalah faktor krusial yang sering kali terabaikan namun memiliki dampak yang signifikan dalam siklus hidup proyek. Pastikan framework yang dipilih memiliki komunitas pengguna yang aktif, forum diskusi yang ramah, dan dokumentasi yang terus diperbarui. Keberadaan komunitas yang kuat dapat menjadi sumber daya berharga ketika kalian menghadapi tantangan atau butuh bantuan setelah proyek selesai dikembangkan. Evaluasi Pro dan Kontra Beberapa Framework Populer Berikut perbandingan beberapa framework popular yang bisa kalian jadikan acuan dalam memilih framework frontend yang tepat untuk projek kalian. 1. React Framework React adalah framework open source yang dibuat dan dikembangkan oleh Facebook. React semakin banyak dipilih oleh para pengembang berkat fitur andal dan kemudahan penggunaannya. Sebagai frontend framework, React menonjol karena menggunakan Virtual Document Object Model (DOM), yang memberikan fungsionalitas yang sangat baik. React adalah framework yang sempurna bagi mereka yang mengharapkan high traffic dan membutuhkan platform yang stabil untuk mengelolanya. Kelebihan: Menghemat waktu dengan re-utilisasi komponenVirtual DOM meningkatkan pengalaman pengguna dan kemudahan kerja developerOpen-source library dengan beragam toolsKode yang stabil melalui aliran data satu arah Kekurangan: Ketidaktersediaan dokumentasi karena perkembangan yang cepatKurva pembelajaran yang relatif panjangTantangan dalam memahami kompleksitas JSX 2. Angular Framework Angular adalah framework UI yang sederhana dan mudah dimengerti yang didasarkan pada TypeScript. Diresmikan tahun 2016, framework Angular didirikan oleh Google untuk untuk mengembangkan aplikasi yang canggih dan responsif. Berbeda dengan React, Angular memiliki fitur two-way data binding yang memungkinkan perubahan pada data secara instan muncul dalam tampilan, serta konsep desain MVC (Model-View-Controller) yang memisahkan logika aplikasi dari tampilan. Kelebihan: Kemudahan dapam pengembangan aplikasi web berkat fitur two-way data bindingDukungan komunitas yang besarReusabilitas kode Kekurangan: Kompleksitas Angular yang terkadang sulit dipahami oleh developer pemuladokumentasi CLI yang kurang jelasKemampuan SEO yang terbatas sehingga kurang SEO Friendly. 3. Vue Javascript Framework Saat ini, Vue.js menjadi framework yang paling sederhana. Dimana framework ini menghilangkan kompleksitas yang dihadapi developer Angular. Vue.js memiliki ukuran kecil dan memberikan manfaat utama - virtual DOM dan berbasis komponen. Ia juga menggunakan two-way data binding. Framework frontend ini sangat fleksibel dan membantu dalam berbagai task dalam membangun aplikasi web. Kelebihan: Dokumentasi yang lengkap, rinci dan mudah dipahamiMendukung TypeScript, bahasa pemrograman berbasis JavaScriptKegunaan reusable code dan integrasi yang mudah Kekurangan: Komunitas developer yang terbatasFleksibilitas yang menyebabkan ketidakaturan kode Kesimpulan Pilihlah framework frontend yang tepat sesuai kebutuhan proyek kalian dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kebutuhan fungsional, kejelasan dokumentasi, dukungan komunitas, dan kemampuan pengembangan cepat. Pastikan untuk menguji framework tersebut dalam proyek kecil terlebih dahulu untuk memastikan kesesuaian dan kemudahan penggunaannya. Kalian bisa mulai dengan mengikuti kelas-kelas GRATIS di BuildWithAngga, seperti Kelas Online React JS dan Kelas Online Vue JS Framework agar dapat mengenal lebih jauh mengenai framework tersebut. Tunggu apalagi? Join kelas di BuildWithAngga sekarang juga untuk upgrade skill programming kamu! keep learning and see you in class!

Kelas Cara Membuat Komponen di Figma di BuildWithAngga

Cara Membuat Komponen di Figma

Komponen adalah elemen-elemen yang bisa kamu gunakan lagi dalam desain-desainmu. Komponen membantu kamu menciptakan dan mengelola desain yang konsisten di berbagai proyek. Kamu bisa membuat komponen dari berbagai lapisan atau objek yang udah kamu desain. Ini bisa berbagai macam, seperti tombol, ikon, tata letak, dan lain sebagainya. Ada dua hal yang perlu kamu ketahui tentang sebuah komponen: Sebuah komponen utama mendefinisikan properti dari komponen tersebut.Sebuah instance itu seperti salinan dari komponen yang bisa kamu pake lagi dalam desainmu. Instance ini terhubung ke komponen utama dan nerima pembaruan apa aja yang diaplikasiin ke komponen itu. Kamu bisa bikin komponen buat dipakai dalam satu file. Atau, kamu bisa pake library tim buat berbagi komponen dan gaya di semua file dan proyek. Langkah 1: Pilih item yang ingin dijadikan komponen Perhatikan desainmu dengan saksama, lalu tentukan objek atau kelompok objek yang ingin kamu ubah menjadi komponen. Objek tersebut bisa berupa tombol, ikon, header, atau elemen lain yang ingin kamu gunakan kembali.Gunakan alat pemilih seperti mouse atau trackpad untuk mengklik atau menyoroti item yang ingin kamu jadikan komponen. Pastikan untuk memilih semua bagian dari objek jika objek tersebut terdiri dari beberapa elemen. Langkah 2: Klik kanan dan pilih create component Gunakan mouse atau trackpad untuk mengklik kanan pada objek atau grup objek yang telah kamu pilih. Setelah kamu mengklik kanan pada objek, akan muncul menu konteks. Di dalam menu konteks, cari opsi yang berkaitan dengan pembuatan komponen. Biasanya, opsi ini akan disebut "Create Component" atau "Buat Komponen". Klik pada opsi tersebut. Langkah 3: Component siap untuk digunakan Dengan memanfaatkan komponen, kamu memiliki keunggulan untuk melakukan perubahan pada item secara efisien dengan hanya mengedit main component. Misalnya, ketika kamu membuat perubahan pada main component, seperti mengubah warna, ukuran, atau gaya, perubahan tersebut akan secara otomatis disinkronkan ke semua item yang menggunakan komponen tersebut dalam desainmu. Dengan demikian, penggunaan komponen memungkinkan kamu untuk mengelola konsistensi desain dengan lebih efektif dan menyeluruh dalam proyekmu. Manfaat dari penggunaan komponen: Menghemat waktu pengerjaan dengan menggunakan komponen yang sama juga membantu kamu meningkatkan konsistensi desain dan mempercepat proses pengembangan, karena setiap perubahan yang kamu buat pada komponen akan secara otomatis diterapkan pada semua elemen yang digunakan.Membantu konsistensi elemen desain yang digunakan dari satu halaman ke halaman lain, penggunaan komponen di Figma juga memungkinkan kamu untuk dengan mudah mengelola dan memperbarui elemen-elemen tersebut secara keseluruhan, sehingga memastikan keseragaman dan efisiensi dalam pengembangan antarmuka pengguna.Mudah untuk mengubah dan mengatur komponen memungkinkan kamu untuk dengan cepat menyesuaikan elemen desain sesuai preferensi atau revisi yang mungkin kamu miliki, sehingga memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam proses pengembangan proyek desainmu. Dari tombol yang interaktif hingga ikon yang menarik perhatian, keberagaman dalam komponen desain untuk Figma "menawarkan beragam pilihan" yang sesuai dengan kebutuhan desain dan fungsionalitas proyekmu. Dengan memahami kegunaan dan fleksibilitas masing-masing komponen, pengguna Figma dapat membuat keputusan desain yang terinformasi dalam menentukan tampilan visual proyek mereka. Mau mencoba membuat komponen desain yang lebih kreatif dengan Figma? Tentu bisa! Ayo temukan lebih banyak tutorial dan tips desain gratis di BuildWithAngga! Dengan mengikuti kelas-kelas UI/UX design, kamu dapat mengasah keterampilan dan memperkaya portofolio desainmu 🚀

Kelas Penggunaan Method Map pada Array JavaScript di BuildWithAngga

Penggunaan Method Map pada Array JavaScript

Hello, Spirit of Learning! 📑 Pada artikel kali ini kita akan membahas penggunaan method map() yang ada pada Array Prototype JavaScript. Buat kamu yang belum belajar JavaScript dasar, kamu bisa belajar terlebih dahulu ya di Kelas JavaScript ES6 Dasar dan buat kamu yang ingin belajar method map() alangkah baiknya membaca artikel sebelumnya, yaitu "Memahami Array Prototype dalam JavaScript". Mari kita bahas secara mendalam penggunaan method map dalam JavaScript. Mulai dari pengenalan dasar sampai contoh penggunaannya. Mari kita belajar bersama cara method map bisa membuat ngoding kamu lebih mudah dalam meproses array. Siap untuk belajar ? Ayo kita mulai! Pengenalan Method Map Saat kamu bekerja dengan data dalam bahasa pemrograman JavaScript, pasti kamu seringkali perlu melakukan berbagai manipulasi pada array, seperti mengubah setiap elemen, memfilter elemen tertentu, atau bahkan membuat array baru dari data yang sudah ada. Nah, inilah di mana method map akan digunakan!. Metode map() pada array JavaScript adalah method yang kuat yang memungkinkan kamu untuk mengubah setiap elemen dalam array dengan cara yang mudah dan efisien. Cara Penggunaan Method Map Method map() pada JavaScript adalah method yang powerful dan sederhana untuk memanipulasi array dengan mudah. Konsepnya tidak terlalu rumit, bayangkan aja kamu memiliki kantong penuh data dalam bentuk array, dan kamu ingin melakukan sesuatu pada setiap item di dalamnya. Nah, di sinilah peran map akan digunakan. Begini cara kerjanya, kamu memberikan sebuah fungsi kepada map() dan itu akan menerapkan fungsi tersebut pada setiap elemen di dalam array kamu. Setelah selesai, map() akan mengembalikan array baru yang berisi hasil transformasi dari setiap elemen. Contoh, mari kita katakan kamu memiliki array angka-angka yang mewakili harga produk dalam sebuah keranjang belanja online. Kamu ingin menambahkan simbol dolar ke setiap harga. Dengan map() kamu bisa melakukannya dengan mudah. Let’s write code guys 🔥 const prices = [10, 20, 30, 40]; const formattedPrices = prices.map(price => `$${price}`); console.log(formattedPrices); Hasil dari console kode di atas Dalam contoh di atas, kita memberikan arrow function ke dalam map() yang akan menambahkan simbol dolar ke setiap harga dalam array prices. Hasilnya adalah array baru yang berisi harga-harga yang diformat dengan benar. Jadi, intinya, method map() adalah method yang serbaguna yang membantu kamu melakukan transformasi data dalam array kamu dengan cara yang jelas dan mudah dipahami. Contoh Penggunaan Method Map Selanjutnya Bayangkan kamu memiliki sebuah array yang berisi objek-objek yang mewakili data pengguna dalam aplikasi kamu. Setiap objek mungkin memiliki properti seperti nama, usia, dan pekerjaan. Sekarang, mari kita lihat bagaimana kita dapat menggunakan method map() untuk melakukan transformasi pada array ini. Misalkan kita memiliki array users yang berisi objek-objek pengguna: const users = [ { id: 1, name: 'John', age: 30, job: 'Developer' }, { id: 2, name: 'Sarah', age: 25, job: 'Designer' }, { id: 3, name: 'Mike', age: 35, job: 'Manager' } ]; Sekarang, misalkan kita ingin membuat array baru yang berisi hanya nama-nama pengguna dari array users. Dengan bantuan method map() , kita dapat melakukan ini dengan mudah: const userNames = users.map(user => user.name); console.log(userNames) Gambar hasil dari console kode di atas Dalam contoh di atas, kita menggunakan method map() untuk membuat array baru userNames yang berisi nama-nama pengguna dari array users. Setiap elemen dalam array users diambil, dan properti name dari setiap objek pengguna digunakan untuk membuat elemen baru dalam array userNames. Dengan hanya beberapa baris kode, kita berhasil menghasilkan array baru yang berisi data yang kita perlukan tanpa melakukan iterasi manual atau mengubah array asli. Method map() membantu kita menghemat waktu dan upaya, serta membuat kode kita lebih mudah dibaca dan dimengerti. Keuntungan Menggunakan Method Map Method map() pada array JavaScript adalah method yang sangat berguna dalam pemrograman karena menyediakan beberapa keuntungan yang menonjol. 1. Kode Lebih Ringkas dan Mudah Dipahami Salah satu keunggulan utama dari method map() adalah kemampuannya untuk menyederhanakan kode. Dibandingkan menggunakan loop tradisional seperti for, map menyediakan sintaksis yang lebih singkat dan lebih mudah dipahami. 2. Mengurangi Kesalahan Dengan menggunakan method map() , developer dapat mengurangi risiko kesalahan yang mungkin terjadi saat menggunakan loop tradisional. Karena method map() berfungsi pada setiap elemen array secara otomatis. 3. Mendorong Paradigma Pemrograman Fungsional Method map() adalah salah satu contoh dari paradigma pemrograman fungsional dalam Javascript. Dengan memanfaatkannya, developer dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep fungsional seperti imutabilitas dan komposisi function. Ini memungkinkan developer untuk menulis secara clean code. Dengan menggabungkan ketiga keuntungan ini, method map() menjadi method yang membantu developer untuk menulis kode yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih mudah di-maintenance. Kesimpulan Setelah belajar method map() pada array JavaScript, kita menyadari betapa pentingnya method ini dalam mengoptimalkan proses pemrosesan data dalam kode kita. Dengan map() , kita dapat dengan mudah mengubah setiap elemen array, menciptakan array baru, dan menghindari kebingungan yang sering terjadi dalam penggunaan loop tradisional. Salah satu keunggulan terbesar dari map() adalah kesederhanaan dan keterbacaan kode yang disediakannya. Dengan sintaksis yang jelas dan mudah dimengerti, kita dapat dengan cepat memahami apa yang dilakukan setiap baris kode. So, semoga penjelasan dan contoh yang telah diberikan dapat memberikan manfaat dan menginspirasi kamu untuk terus mengeksplorasi bahasa pemrograman JavaScript See you guys!