flash sale
hamburger-menu

Tips Backend Development

Meningkatkan skills menjadi 1% lebih baik

Kelas Pemanfaatan Konsep MVC pada Framework Laravel di BuildWithAngga

Pemanfaatan Konsep MVC pada Framework Laravel

Dalam dunia pengembangan aplikasi web, konsep MVC (Model-View-Controller) telah menjadi fondasi yang kuat untuk sebuah pembuatan aplikasi. Biasanya, aplikasi dikerjakan oleh dua sosok dibalik proses pembuatan yaitu Front-end dan Back-end. Programmer Back-end pada umumnya adalah orang yang melakukan pemrograman logika aplikasi agar berjalan dengan dinamis. Sedangkan programmer Front-end merupakan orang yang mengubah desain antarmuka ke dalam pemrograman. MVCFrameworkLaravel_BuildWithAngga Dengan adanya konsep MVC ini proses penyatuan antara Front-end dan Back-end dapat dipermudah dan juga efisien. Pada artikel ini kita akan membahas 3 bagian dari MVC yakni, Model, View, Controller. Mari kita pelajari bagaimana konsep MVC ini bekerja dalam Framework Laravel. Model Seperti yang dijelaskan pada gambar sebelumnya Model dapat direpresentasikan sebagai sebuah Data. Dalam MVC, Model merupakan bagian yang bertanggung jawab yang mengelola data aplikasi. Model juga berperan sebagai perantara antara Controller dan View serta aplikasi dan sumber data. Dalam Laravel sendiri menyediakan cara yang elegan untuk melakukan interaksi dengan database dengan kelas Eloquent. Sebagai contoh, jika kita memiliki tabel User dengan kolom, id, nama, email, dan password, kita dapat membuat model User yang mewarisi properti yang sesuai dengan kolom tabel User. Dalam model ini juga kita dapat melakukan operasi CRUD (create, read, update, delete) pada data User. Secara default, model disimpan di folder app/Models. Ada beberapa keuntungan yang kita dapatkan dalam penggunaan Model dalam MVC : Memisahkan logika pengelolaan data dari tampilan dengan ini kita dapat meningkatkan fleksibilitas dan modularitas dalam pengembangan aplikasi.Memudahkan kita dalam melakukan testing untuk memastikan kualitas dan keakuratan data. <?php namespace App\\Models; use Illuminate\\Database\\Eloquent\\Model; class Flight extends Model { // ... } View View secara sederhana dapat diartikan sebagai tampilan dari aplikasi, atau secara singkat bentuk representasi desain antarmuka setelah tahap coding. Secara default, model disimpan di folder resources/views. Dalam Laravel kita dapat melakukan Layouting pada tampilan aplikasi menjadi 3 bagian yakni: Layouts sebagai struktur tata letak tampilan. Layouts berisi elemen-elemen yang umum digunakan di semua halaman, seperti header, footer, sidebar, dan lain-lain. Layouts dapat dianggap sebagai kerangka dari tampilan aplikasi.Content sebagai isi dari tampilan. Content berisi elemen-elemen yang spesifik untuk setiap halaman, seperti judul, konten, form, dan lain-lain. Content dapat dianggap sebagai daging dari tampilan aplikasi.Components sebagai komponen pendukung tampilan. Components berisi elemen-elemen yang dapat digunakan berulang-ulang di berbagai halaman, seperti buttons, input field, dropdown button, dan text. Components dapat dianggap sebagai bumbu dari tampilan aplikasi. <!-- resources/views/child.blade.php --> @extends('layouts.app') @section('title', 'Page Title') @section('sidebar') @parent <p>This is appended to the master sidebar.</p> @endsection @section('content') <p>This is my body content.</p> @endsection Dengan ini kita mendapatkan beberapa keuntungan dan juga manfaat dalam proses pengembangan seperti: Memudahkan Maintenance: kita dapat memperbaiki atau mengubah layouts dan components yang ada di satu halaman, dan perubahan itu juga akan berlaku di semua halaman yang menggunakan layouts dan components tersebut. Hal ini dapat memungkinkan kita mengurangi kesalahan atau ketidak konsistenan dalam tampilan aplikasi.Meningkatkan Kualitas: kita dapat memastikan bahwa tampilan memiliki standar yang sesuai dengan keinginan kita. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan dan pengalaman pengguna aplikasi kita. Controller Setelah kita sudah mendapatkan data dan juga tampilan yang kita butuhkan, dalam sebuah aplikasi memerlukan otak yang dapat mengelola logika dari aplikasi. Controller adalah salah satu bagian utama dalam konsep Model-View-Controller (MVC) yang digunakan oleh Laravel. Controller dapat mengatur bagaimana data diproses dan ditampilkan, serta menangani permintaan yang datang dari pengguna. Controller juga dapat menghubungkan desain antarmuka yang kita buat dalam view dengan data yang kita butuhkan dalam model. Dengan menggunakan controller, kita dapat mengelola logika aplikasi kita menjadi kelas-kelas yang terpisah dan rapi. Misalnya, kita dapat membuat kelas UserController yang menangani semua permintaan yang berkaitan dengan pengguna, seperti menampilkan, membuat, mengubah, dan menghapus pengguna. Secara default, controller disimpan di folder app/Http/Controllers. <?php namespace App\\Http\\Controllers; use App\\Models\\User; use Illuminate\\View\\View; class UserController extends Controller { /** * Show the profile for a given user. */ public function show(string $id): View { return view('user.profile', [ 'user' => User::findOrFail($id) ]); } } Kesimpulan Dalam artikel ini, kita telah mempelajari bagaimana MVC (Model-View-Controller) menjadi landasan kuat dalam pembuatan suatu aplikasi terutama dalam Framework Laravel kita dimudahkan dengan adanya CLI sebagai aplikasi pendukung untuk membuat pondasi aplikasi dengan konsep MVC ini. Penggunaan MVC dalam pengembangan aplikasi juga dapat meningkatkan Reusability dimana penggunaan kembali komponen yang kita perlukan agar tidak terjadi pengulangan dalam penulisan. Hal ini juga yang memungkinkan kita untuk menghemat waktu dan tenaga dalam tahap pengembangan aplikasi. Jangan lupa untuk terus eksplorasi fitur fitur laravel yang mendukung konsep MVC! Kamu juga bisa mengikuti Kelas Online Full-Stack Web Developer: Bangun Website Freelancer | BuildWithAngga untuk implementasi MVC secara langsung kedalam sebuah project atau kamu bisa mengikuti Kelas Online PHP Laravel Web Development | BuildWithAngga untuk mempelajari dasar dari Laravel.

Kelas Menelusuri Database: Perbedaan penggunaan SQLite dan MySQL di BuildWithAngga

Menelusuri Database: Perbedaan penggunaan SQLite dan MySQL

Hello Spirit of learning!!! Dalam memilih sistem manajemen database (DBMS) untuk project aplikasi atau web, penting bagi kita untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti arsitektur, dukungan tipe data, penyimpanan, portabilitas, multiakses, skalabilitas, keamanan, dan kemudahan setup. SQLite dan MySQL memberikan bentuk pendekatan yang berbeda dalam hal ini, hal ini juga berdampak pada kecocokan mereka untuk project tertentu. SQLite PerbedaanpenggunaanSQLitedanMySQL_BuildWithAngga Arsitektur: Berdiri sendiri sebagai database tanpa server, cocok untuk aplikasi yang tidak memerlukan server terpisah.Dukungan Tipe Data: Mendukung tipe data dasar seperti Blob, Integer, Null, Text, Real.Penyimpanan dan Portabilitas: Menggunakan file tunggal, ideal untuk project yang memerlukan portabilitas tinggi dan kemudahan berbagi basis data.Multiakses & Skalabilitas: Tidak ideal untuk situasi multiakses, lebih cocok untuk aplikasi single-user.Keamanan & Kemudahan Setup: Menawarkan keamanan yang sederhana, cocok untuk aplikasi yang memerlukan penerapan cepat dengan keamanan yang memadai. MySQL PerbedaanpenggunaanSQLitedanMySQL_BuildWithAngga Arsitektur: Memerlukan server terpisah, cocok untuk aplikasi yang membutuhkan arsitektur client-server.Dukungan Tipe Data: Tinyint, Smallint, Mediumint, Int, Bigint, Double, Float, Real, Decimal, Double precision, Numeric, Timestamp, Date, Datetime, Char, Varchar, Year, Tinytext, Tinyblob, Blob, Text, MediumBlob, MediumText, Enum, Set, Longblob, Longtext.Penyimpanan dan Portabilitas: Menggunakan beberapa file, lebih cocok untuk aplikasi yang tidak sering dipindahkan.Multiakses & Skalabilitas: Ideal untuk situasi multiakses, cocok untuk aplikasi web atau enterprise dengan banyak pengguna.Keamanan & Kemudahan Setup: Menawarkan fitur keamanan yang lebih canggih, cocok untuk aplikasi yang memerlukan tingkat keamanan yang tinggi. Project yang Cocok SQLite lebih cocok untuk project seperti aplikasi mobile, aplikasi desktop, atau situs web kecil di mana database tidak memerlukan multiakses dan di mana portabilitas database adalah prioritas.MySQL lebih cocok untuk project seperti aplikasi web skala besar, sistem informasi perusahaan, atau aplikasi yang memerlukan pengelolaan transaksi yang kompleks dan dukungan untuk banyak pengguna secara simultan. Memilih antara SQLite dan MySQL bergantung pada kebutuhan spesifik project yang kita bangun, termasuk ukuran dan kompleksitas aplikasi, serta persyaratan keamanan dan portabilitas. Kesimpulan Dengan pembahasan ini kita dapat melihat bahwa dalam memilih sistem manajemen database (DBMS) untuk project aplikasi atau web, perlu kita pertimbangkan berbagai faktor seperti arsitektur, dukungan tipe data, keamanan, dan skalabilitas. SQLite, dengan pendekatan tanpa server dan fokus pada portabilitas, cocok untuk project kecil yang memerlukan penerapan cepat dan tidak memerlukan multiakses. Di sisi lain, MySQL, dengan arsitektur client-server dan dukungan multiakses yang kuat, lebih sesuai untuk aplikasi web skala besar yang memerlukan pengelolaan transaksi yang kompleks dan tingkat keamanan yang tinggi. Kesimpulannya, pemilihan antara SQLite dan MySQL tergantung pada kebutuhan spesifik project, dan kita perlu mempertimbangkan karakteristik dan persyaratan project dengan cermat sebelum membuat keputusan. Untuk pembahasan lanjut mengenai database terutama MySQL sebagai salah satu DBMS, kamu bisa mengikuti rekomendasi Kelas Online SQL for Beginners: Learn SQL using MySQL and Database Design | BuildWithAngga untuk mendalami MySQL atau kamu dapat mengikuti Kelas Online Full-Stack Laravel: Forum Web App (Complete Guide 2024) | BuildWithAngga jika kamu tertarik dengan penerapan MySQL dalam sebuah project.

Kelas Kenali Fitur-Fitur React.js Versi 19 yang Baru Dirilis di BuildWithAngga

Kenali Fitur-Fitur React.js Versi 19 yang Baru Dirilis

Hai Sobat BWA!🙌 React.js 19 merupakan versi terbaru dari framework React JavaScript yang baru dirilis. React.js adalah salah satu framework JavaScript dalam dunia Front-End Development yang populer digunakan oleh banyak developer. React.js versi 19 hadir dengan fitur-fitur terbarunya seperti React Compiler, Asset Loading, Ehanced Hooks, dan lainnya yang akan kita bahas pada artikel ini. Pasti kalian penasaran kan, apa saja fitur-fitur terbaru dari React.js versi 19? Simak artikel berikut ini sampai habis ya! 1. React Compiler React Compiler bekerja dengan cara mengubah kode react menjadi JavaScript biasa sehingga secara cepat meningkatkan kecepatan kinerja hingga dua kali lebih cepat. Manfaat dari adanya fitur ini adalah kita tidak perlu lagi melakukan re-render atau pe-render-an ulang secara manual. React.js versi sebelumnya tidak secara otomatis me-render ulang jika terjadi perubahan status. Cara untuk mengoptimalkan pe-render-an ulang pada React.js versi sebelumnya adalah dengan menggunakan useMemo() , useCallback(), dan memo API secara manual. Dengan adanya “React Compiler”, maka rendering akan dilakukan secara otomatis. React Compiler akan mengelola rendering ulang dan akan memutuskan secara otomatis bagaimana dan kapan status diubah dan UI diperbarui. 2. Server Components Server component merupakan salah satu perkembangan paling menarik pada React.js dan Next.js. Saat ini, server component hanya dijalankan pada sisi klien. Namun, pada pembaruan React.js kali ini memungkinkan kita untuk menjalankan komponen di sisi server sebelum mengirimnya pada halaman pengguna. Pada React.js versi ke 19, komponen server diintegrasikan langsung dengan React. Hal ini memberikan banyak manfaat seperti: Peningkatan SEO yang optimalPeningkatan kinerja website menjadi lebih baikMempercepat page loading pada aplikasi website Cara untuk menggunakan server component ini cukup mudah. Kita hanya perlu mengimpor requestUsername komponen React apapun pada sebuah proyek. Setelah mengimpor komponen server ke dalam komponen React, kita dapat menggunakan fitur “Action” yang tersedia untuk melakukan tugas tertentu. 3. Action Simpelnya, action adalah sebuah fitur untuk mengelola hal-hal seperti formulir pada sebuah website. Fitur ini dapat digunakan untuk mengirim data dari sisi klien ke sisi server, contohnya dalam melakukan perubahan database (create, read, update, delete) dan mengimplementasikan elemen form seperti login form. Dengan memisahkan komponen UI dari manipulasi data, Action memudahkan alur kerja para developer. Dan manfaat lainnya adalah user experience yang dinamis dan interakitf dapat diciptakan dengan mudah. 4. Asset Loading React.js 19 memperkenalkan seamless asset loading, di mana beberapa asset yang mungkin kita gunakan seperti gambar atau scripts akan dimuat pada latar belakang saat pengguna masih melihat halaman sebelumnya. Contohnya saja, jika sekarang kita berada pada halaman dashboard suatu e-commerce dan selanjutnya kita ingin berpindah pada halaman produk, maka data seperti gambar dan file lain yang ada pada halaman produk akan dimuat terlebih dahulu jika kita menggunakan Asset Loading. Dengan menggunakan pre-loading assets, halaman yang akan dimuat akan ditampilkan lebih optimal tanpa menunggu waktu yang lama. Selain meningkatkan kinerja aplikasi, pengoptimalan ini juga berkontribusi pada user experience yang lebih bagus dan menyenangkan. 5. Document Metadata Dengan menggunakan komponen baru yang disebut <DocumentHead> , dengan mudah kita bisa menambahkan dan mengelola judul atau meta tag ke halaman web. Fitur ini dapat membantu meningkatkan SEO (Search Engine Optimization) dan memastika aksebilitas. Pada React.js 19, kita dapat menggunakan tag title dan meta secara langsung pada komponen React kita. Contohnya seperti berikut: Const HomePage = () => { return ( <> <title>BuildWithAngga</title> <meta name="description" content="BuildWithAngga Blogs" /> // Page content </> ); } 6. Web Component Support Pada React.js versi sebelumnya, mengintegrasikan web component ke dalam React tidaklah mudah. Kita perlu mengonversi web component tersebut menjadi komponen React atau meng-install extra packages dan menulis kode tambahan agar web component dalam React bisa digunakan. Pada versi terbarunya yaitu React.js 19, sudah mendukung penggunaan web component dan membantu kita untuk mengintegrasikan web component ke dalam kode React dengan mudah. Ketika kita menggunakan web component yang sangat berguna, kita dapat dengan mudah menggunakannya dalam project React.js tanpa harus mengubahnya menjadi kode React. 7. Enhanced Hooks Hooks pada React.js 19 lebih baik dari sebelumnya. Dengan leluasa kita dapat mengontrol kapan suatu kode akan dijalankan dan diperbarui. Hal ini memudahkan situs web berjalan lancar dan penulisan kode yang bersih. Fitur ini juga menjadi salah satu fitur yang paling disukai dan diperkenalkan dalam library React. Pada React 19, cara menggunakan useMemo, forwardRef, useEffect, dan useContext akan berubah. Penggunan useMemo()tidak diperlukan lagi karena sudah ada fitur React Compiler yang akan membuat memo dengan sendirinya. Di versi terbarunya ini, React akan memperkenalkan hook baru yaitu use() yang akan menyederhanakan penggunaan promises, async code, dan context. Kesimpulan React.js menghadirkan beberapa fitur baru untuk menyederhanakan proses web development dan meningkatkan kinerja aplikasi web. React juga memperkenalkan fitur-fitur yang membuat aplikasi berjalan lebih lancar, cepat, efisien, serta meningkatkan user experience yang lebih bagus. Berikut adalah ringkasan mengenai fitur-fitur terbaru React 19: React Compiler: Tidak perlu lagi melakukan re-render atau pe-render-an ulang secara manual ketika terjadi perubahan statusServer Component: Menjalankan komponen di sisi server sebelum mengirimnya pada halaman penggunaAction: Penanganan formulir yang lebih baik menggunakan useFormStatus(), useStatusForm(), dan useOptimistic()Document Metadata: Dapat menambahkan dan mengelola judul atau meta tag ke halaman web dan meningkatkan SEOAsset Loading: Meningkatkan user experience dengan memungkinkan asset loading yang dimuat di latar belakangWeb Component Support: Integrasi dengan web component sudah dapat dilakukan pada versi iniEnhanced Hooks: Memungkinkan kita untuk mengontrol kapan suatu kode akan dijalankan dan diperbarui Semoga artikel ini dapat bermanfaat ya! Dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang React.js, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌 Kelas Online Gratis React.jsBelajar React Native DasarReact Native: Integrasi dengan REST API CRUD

Kelas 5 Framework Back-end yang Cocok untuk Mobile Dev Pemula di BuildWithAngga

5 Framework Back-end yang Cocok untuk Mobile Dev Pemula

Hello, Spirit of learning!!! Tahukah kamu apa itu Mobile Development? Mobile development adalah proses pembuatan aplikasi yang berjalan pada perangkat seluler seperti ponsel pintar (smartphone) dan tablet. Aplikasi ini dapat berjalan pada sistem operasi khusus seperti Android atau iOS, serta pada platform web melalui browser. Dalam men-development suatu aplikasi tentu kita akan mengenal juga Framework. Framework adalah struktur yang digunakan untuk membangun sebuah Software. Ia berfungsi sebagai dasar, sehingga kita tidak harus memulai dari awal. Framework biasanya terkait dengan bahasa pemrograman tertentu dan cocok untuk berbagai jenis tugas. Dalam Mobile apps kita juga mengenal 3 jenis pengembangan aplikasi yakni: Native App Native App dibangun khusus untuk satu platform atau jenis perangkat tertentu, seperti Android atau iOS. Kita juga mendapatkan beberapa keuntungan dan kekurangan dari jenis pengembangan Native: KeuntunganKinerja Tinggi: Aplikasi native berjalan lebih cepat karena mereka menggunakan fitur dan API sistem operasi secara langsung.Akses Penuh ke Perangkat: Pengembang dapat mengakses semua fitur perangkat, seperti kamera, GPS, dan sensor.Antarmuka Pengguna yang Konsisten: Aplikasi native mengikuti pedoman desain platform, memberikan pengalaman yang konsisten bagi pengguna.KekuranganBiaya Pengembangan Lebih Tinggi: Memerlukan pengembangan terpisah untuk setiap platform.Waktu Pengembangan Lebih Lama: Pengembang harus menulis kode khusus untuk setiap platform. Hybrid App Hybrid App adalah aplikasi native yang memiliki web browser terintegrasi di dalamnya. Aplikasi ini menggunakan teknologi web (HTML, CSS, JavaScript) untuk membangun antarmuka pengguna, tetapi juga dapat mengakses fitur perangkat melalui web view. Dengan menggunakan Hybrid kita akan memiliki beberapa keuntungan serta kekurangan dari hybrid ini sendiri : Keuntungan:Kode yang Dapat Digunakan Kembali: Satu basis kode dapat digunakan untuk berbagai platform.Pengembangan Lebih Cepat: Tidak perlu mengembangkan terpisah untuk setiap platform.Biaya Pengembangan Lebih Rendah: Hanya perlu satu tim pengembang.Kekurangan:Kinerja Sedikit Lebih Lambat: Aplikasi hybrid memerlukan web view, yang mungkin tidak secepat akses langsung ke fitur perangkat.Keterbatasan Akses Perangkat: Tidak semua fitur perangkat dapat diakses dengan mudah. Web App Web App adalah aplikasi yang diakses melalui web browser dan tidak perlu diinstal pada perangkat. Aplikasi ini sepenuhnya menggunakan teknologi web (HTML, CSS, JavaScript) untuk beroperasi dan dirancang untuk bekerja pada berbagai perangkat dengan web browser. Berikut adalah beberapa keuntungan serta kekurangan dari Web App: Keuntungan:Aksesibilitas Tinggi: Dapat diakses dari perangkat apa pun yang memiliki web browser.Pembaruan Otomatis: Pembaruan dapat diterapkan secara langsung pada server, sehingga pengguna selalu menggunakan versi terbaru.Biaya Pengoperasian Lebih Rendah: Tidak perlu distribusi melalui app store, mengurangi biaya dan kompleksitas.Kekurangan:Ketergantungan pada Koneksi Internet: Membutuhkan koneksi internet yang stabil untuk beroperasi dengan baik.Kinerja Bervariasi: Kinerja dapat bervariasi tergantung pada browser dan perangkat yang digunakan.Keterbatasan Fitur: Mungkin tidak dapat mengakses semua fitur perangkat keras seperti aplikasi native. Berikut adalah rekomendasi Framework Backend yang cocok untuk pemula untuk Mobile Dev: 1. Swift Swift adalah bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Apple untuk pengembangan aplikasi iOS, macOS, watchOS, dan tvOS. Swift dirancang untuk menjadi bahasa yang aman, cepat, dan interaktif. 5FrameworkBackendMobileDev_BuildWithAngga Kelebihan:Mudah Dipelajari: Swift memiliki sintaks yang bersih dan mirip dengan Python, membuatnya mudah dipelajari, terutama bagi pemula.Kinerja Tinggi: Swift menyediakan kinerja yang serupa dengan bahasa C, yang sangat cocok untuk aplikasi yang memerlukan kinerja tinggi.Keamanan Tipe: Swift mencegah kesalahan umum seperti null pointer exceptions dengan sistem tipe yang ketat.Manajemen Memori Otomatis: Swift mengelola memori secara otomatis, mengurangi kemungkinan kebocoran memori.Dukungan Multi-Paradigma: Swift mendukung berbagai paradigma pemrograman, termasuk pemrograman fungsional dan OOP.Kekurangan:Relatif Baru: Swift masih relatif baru dibandingkan dengan Objective-C, sehingga beberapa pustaka lama mungkin belum kompatibel.Sumber Daya Terbatas: Karena Swift spesifik untuk ekosistem Apple, sumber daya dan dukungan mungkin lebih terbatas dibandingkan dengan bahasa yang lebih luas seperti Java atau C#.Ketergantungan pada Apple: Swift sangat terikat pada platform Apple, yang membatasi penggunaannya di luar ekosistem Apple. Apakah kamu tertarik untuk mengasah atau menambah skill Swift? Kamu bisa mengikuti kelas berikut : Kelas Online SwiftUI & iOS Engineer: The Complete App Development Bootcamp | BuildWithAngga Kelas Online iOS Development Menggunakan Swift UI | BuildWithAngga 2. Native Script NativeScript adalah framework open-source yang memungkinkan pengembangan aplikasi mobile native untuk iOS dan Android dengan satu basis kode menggunakan JavaScript atau TypeScript, CSS, dan kerangka kerja yang kita kenal seperti Angular atau Vue.js. 5FrameworkBackendMobileDev_BuildWithAngga KelebihanPengembangan Cross-Platform: Dengan NativeScript, kita dapat membuat aplikasi untuk iOS dan Android dari satu basis kode.Akses API Native: NativeScript memberikan akses langsung ke API native dari JavaScript, memungkinkan fungsionalitas penuh dan kinerja aplikasi yang optimal.Pengalaman Pengguna Native: Aplikasi yang dibuat dengan NativeScript memiliki UI yang dirender secara native, memberikan pengalaman pengguna yang lancar dan responsif.Kompatibilitas dengan Angular dan Vue.js: NativeScript bekerja dengan baik dengan Angular dan Vue.js, memudahkan pengembang yang sudah familiar dengan kerangka kerja tersebut untuk memulai.Kekurangan:Komunitas yang Lebih Kecil: Dibandingkan dengan kerangka kerja lain seperti React Native, NativeScript memiliki komunitas yang lebih kecil, yang mungkin berarti sumber daya dan dukungan yang lebih terbatas.Ukuran Aplikasi yang Lebih Besar: Aplikasi yang dibangun dengan NativeScript cenderung memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan Native App lainnya.Kurva Pembelajaran: Bagi pengembang yang baru mengenal JavaScript atau pengembangan mobile, NativeScript mungkin memiliki kurva pembelajaran yang lebih curam. Jika kamu tertarik untuk mempelajari NativeScript kamu bisa mengikuti rekomendasi kelas berikut untuk mengasah JavaScript dan Framework Angular atau Vue.js di Build With Angga: Kelas Online Complete JavaScript Fundamentals: Website Development | BuildWithAngga Kelas Online Website Developer: Vue JS 3 dari Nol Hingga Mahir | BuildWithAngga Kelas Online Vue JavaScript Framework | BuildWithAngga 3. React Native React Native adalah framework dari Facebook yang memungkinkan kita dapat mengembangkan aplikasi mobile menggunakan JavaScript dan React. 5FrameworkBackendMobileDev_BuildWithAngga Kelebihan:Reuseable Code: Banyak kode dapat digunakan kembali antara Android dan iOS.Komunitas Aktif: Banyak dukungan dan dokumentasi dari komunitas.Performa Baik: Lebih cepat daripada hybrid apps.Kekurangan:Keterbatasan Akses Perangkat: Tidak semua fitur perangkat dapat diakses.Ukuran Aplikasi: Aplikasi React Native juga bisa cukup besar. Kamu juga bisa mempelajari dan eksplorasi React Native dengan mengikuti rekomendasi kelas berikut di Build With Angga: Kelas Online React Native Dasar | BuildWithAngga Kelas Online React Native: Integrasi Dengan REST API (CRUD) | BuildWithAngga 4. ionic Ionic adalah framework open-source yang memungkinkan kita dalam mengembangkan aplikasi mobile dengan HTML, CSS, dan JavaScript. 5FrameworkBackendMobileDev_BuildWithAngga Kelebihan:Pengembangan Cepat: Dengan menggunakan teknologi web.Antarmuka Seragam: Tampilan yang konsisten di berbagai platform.Komunitas Besar: Banyak sumber daya dan dokumentasi.Kekurangan:Kinerja: Aplikasi Ionic mungkin tidak secepat Native Apps.Keterbatasan Fitur: Tidak semua fitur perangkat dapat diakses. Apakah kamu tertarik dengan bahasa pemrograman Javascript sebagai backend yang digunakan di framework ionic? Kamu bisa mengikuti kelas Javascript yang ada di Build With Angga Kelas Online ES6 Dasar | BuildWithAngga dan Kelas Online Complete JavaScript Fundamentals: Website Development | BuildWithAngga 5. Spring Boot Spring Boot adalah framework Java yang memudahkan pengembangan aplikasi dengan konfigurasi minimal. 5FrameworkBackendMobileDev_BuildWithAngga Kelebihan:Produktivitas Tinggi: Konfigurasi otomatis dan banyak fitur bawaan.Skalabilitas: Cocok untuk aplikasi besar.Dukungan Komunitas: Komunitas Spring yang kuat.Kekurangan:Memerlukan Pengetahuan Java: kamu perlu menguasai bahasa Java.Ukuran Aplikasi: Aplikasi Spring Boot cenderung lebih besar. Kamu bisa mengasah bahasa pemrograman Java juga di Build With Angga, ayo jelajahi kelas di build with angga Kelas Online Java Android Integrasi API dan Animasi | BuildWithAngga dan Kelas Online Java Dasar 2020 Development | BuildWithAngga Kesimpulan Setelah kita menjelajahi artikel diatas, kita sudah mendalami tentang Mobile Development, mengeksplorasi dua jenis utama pengembangan aplikasi mobile, yaitu Native App, Hybrid App dan Web App. Native App, meskipun memberikan kinerja tinggi dan akses penuh ke perangkat, memiliki kekurangan biaya pengembangan dan waktu pengembangan yang lebih lama. Sementara itu, Hybrid App, dengan keuntungan kode yang dapat digunakan kembali dan pengembangan lebih cepat, memiliki kinerja sedikit lebih lambat dan keterbatasan akses perangkat. Web App menawarkan pendekatan yang berbeda. Berbeda dengan Native App yang menawarkan kinerja optimal dan Hybrid App yang menawarkan fleksibilitas dalam pengembangan, Web App menawarkan kemudahan akses dan pemeliharaan. Meskipun bergantung pada koneksi internet dan memiliki keterbatasan dalam mengakses fitur perangkat keras, Web App memungkinkan pengembang untuk memberikan pengalaman pengguna yang konsisten di berbagai perangkat dengan biaya operasional yang lebih rendah. Pemilihan antara Native, Hybrid, dan Web App harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti target audiens, anggaran, sumber daya yang tersedia, dan tujuan jangka panjang dari aplikasi yang akan dikembangkan. Jika kamu bingung mengenai roadmap menjadi backend mobile developer kamu bisa mengikuti alur belajar di Build With Angga: Roadmap React Native Apps Developer | BuildWithAngga Roadmap Become Flutter Apps Developer. | BuildWithAngga Roadmap JavaScript Back-End Developer | BuildWithAngga

Kelas Membangun Aplikasi CRUD Sederhana Menggunakan Laravel 11 di BuildWithAngga

Membangun Aplikasi CRUD Sederhana Menggunakan Laravel 11

Hai Sobat BWA!🙌 Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas tentang Fitur-Fitur Terbaru Laravel 11. Banyak perubahan yang tidak terlalu signifikan antara Laravel 10 dan Laravel 11. Laravel 11 dirancang agar proses web development lebih mudah dikelola dan diakses. Agar lebih mudah memahami secara langsung tentang perubahan yang ada, pada artikel kali ini kita akan membuat project sederhana menggunakan Laravel 11. Simak artikel berikut sampai habis ya! Persiapan Ada beberapa tools atau aplikasi yang perlu kalian persiapkan sebelum mulai membuat project Laravel. Visual Studio CodePostmanXAMPPComposer: Untuk mengecek apakah pada laptop kalian sudah ter-install composer, jalankan perintah composer -v . Dan jika belum ter-install, kalian dapat meng-installnya melalui https://getcomposer.org/PHP dengan versi ≥ 7.3 Langkah-Langkah Membuat Project 1. Step pertama yang harus kalian lakukan adalah create project menggunakan Laravel 11. Jalankan perintah berikut pada command prompt composer create-project laravel/laravel belajar_laravel 2. Tunggu hingga proses instalasi selesai. Di sini, kita akan menggunakan database MySQL sehingga kita perlu mengubahnya terlebih dahulu pada file .env Ubah port DB_CONNECTION dan DB_DATABASE 3. Buat database bernama belajar_laravel pada MySQL dan jangan lupa untuk menyesuaikan DB_DATABASE pada file .env 4. Lalu, jalankan perintah berikut untuk membuat migration tabel students php artisan make:migration create_students_table 5. Pada file migration, kita akan menambahkan beberapa kolom yang dibutuhkan untuk tabel students <?php use Illuminate\Database\Migrations\Migration; use Illuminate\Database\Schema\Blueprint; use Illuminate\Support\Facades\Schema; return new class extends Migration { /** * Run the migrations. */ public function up(): void { Schema::create('students', function (Blueprint $table) { $table->id(); $table->string('name'); $table->integer('class'); $table->string('address'); $table->integer('phone'); $table->timestamps(); }); } /** * Reverse the migrations. */ public function down(): void { Schema::dropIfExists('students'); } }; 6. Jalankan php artisan migrate untuk melakukan migrasi database 7. Selanjutnya buat model untuk tabel students dengan menjalankan perintah php artisan make:model Students. Fungsi model adalah untuk mengakses database, mewakili tabel dalam database, dan mengelola data yang memungkinkan kita untuk melakukan operasi CRUD (Create, Read, Update, dan Delete) pada data tersebut. <?php namespace App\Models; use Illuminate\Database\Eloquent\Factories\HasFactory; use Illuminate\Database\Eloquent\Model; class Students extends Model { use HasFactory; protected $fillable = [ 'name', 'class', 'address', 'phone', ]; } 8. Buat file controller dengan menjalankan perintah php artisan make:controller StudentsController --api . Fungsi --api adalah untuk menambahkan public function CRUD pada controller secara otomatis. 9. Selanjutnya kita akan menambahkan function untuk melakukan add data, update data, delete data, dan get data. Modifikasi file StudentsController dengan menambahkan kode berikut: Function Create Data public function store(Request $request) { $request->validate([ 'name' => 'required|string', 'address' => 'required|string', 'class' => 'required|integer', 'phone' => 'required|integer' ]); $students = new Students([ 'name' => $request->name, 'address' => $request->address, 'class' => $request->class, 'phone' => $request->phone ]); $students->save(); if($students) { return response()->json([ 'status' => 'success', 'message' => 'Data added succesfully', 'data' => $students ]); } else { return Response ()->json([ 'status' => 'error', 'message' => 'Error adding data', 'data' => $students ]); } } Function Get Data public function index() { try { $students = Students::all(); return response()->json([ 'status' => 'success', 'message' => 'Get all students success', 'data' => $students, ]); } catch (\Exception $e) { return response()->json([ 'status' => 'error', 'message' => 'Get all students failed', 'error' => $e->getMessage(), ]); } } Function Update Data public function update(Request $request, string $id) { $students = Students::find($id); // Jika data siswa tidak ditemukan if (!$students) { return response()->json(['message' => 'Student not found'], 404); } $request->validate([ 'name' => 'required|string', 'class' => 'required|string', 'address' => 'required|integer', 'phone' => 'required|integer', ]); $students->update([ 'name' => $request->name, 'class' => $request->class, 'address' => $request->address, 'phone' => $request->phone, ]); return response()->json([ 'status' => 'success', 'message' => 'Data updated succesfully', 'data' => $students ]); } Function Delete Data public function destroy(string $id) { $students = Students::find($id); // Jika data siswa tidak ditemukan if (!$students) { return response()->json(['message' => 'Student not found'], 404); } $students->delete(); return response()->json([ 'status' => 'success', 'message' => 'Data deleted succesfully', 'data' => $students ]); } 10. Langkah selanjutnya adalah membuat route api. Karena pada Laravel 11 tidak menyediakan route api secara langsung, kita harus membuatnya secara manual. Jalankan perintah php artisan install:api untuk membuat file route api 11. Tunggu hingga proses selesai, kemudian file api.php akan terletak pada folder routes dan tambahkan list route berikut pada file api.php Route::apiResource('/students', StudentsController::class); Eitss, jangan lupa untuk menambahkan use App\Http\Controllers\StudentsController; pada bagian atas ya! 12. Kemudian, jalankan php artisan serve dan buka aplikasi Postman untuk melakukan testing function CRUD yang telah kita buat 13. Berikut adalah contoh jika function CRUD yang kita buat berhasil dijalankan Contoh jika function delete data berhasil Contoh jika function add data berhasil Keunggulan Membangun RESTful Api Menggunakan Laravel 11 Struktur folder yang sederhana: Hal ini memudahkan kita dalam membangun sebuah project karena tidak tersedia file-file yang mungkin jarang digunakanAdanya Function Casts: Pada Laravel 11, $casts diubah menjadi Function casts yang membuat kita lebih fleksibel dalam menggunakan casting, contohnya seperti mengimplementasikan class atau function lain.Penggunaan Providers: Pada Laravel 10, file Providers terletak pada direktori app dan memuat banyak file yang mungkin hanya kita gunakan sebagian. Sedangkan jika menggunakan Laravel 11, kita hanya perlu menggunakan file yang ada pada direktori bootstrap/providers.php jika ingin menambahkan Service Provider. Kesimpulan Itulah tutorial membangun aplikasi CRUD menggunakan Laravel 11. Sebelum membuat project, tentunya kita perlu menyiapkan beberapa hal agar aplikasi dapat berjalan dengan lancar. Kita harus mempersiapkan VS Code sebagai text editor, XAMPP sebagai server component, dan aplikasi Postman untuk melakukan testing API. Selain itu, kita juga harus memastikan komputer kita sudah ter-install composer dan PHP dengan versi yang sesuai. Setelah beberapa hal tersebut siap, kita dapat langsung mengeksekusi project Laravel 11 sesuai dengan tutorial di atas! Semoga artikel ini dapat bermanfaat ya! Dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌

Kelas Menjelajahi Teknologi Baru di Dunia Back-end di BuildWithAngga

Menjelajahi Teknologi Baru di Dunia Back-end

Dalam era digital yang berkembang pesat, paradigma pengembangan aplikasi dan situs web terus berubah untuk memenuhi tuntutan efisiensi, skalabilitas, dan responsivitas. Konsep-konsep seperti Serverless Computing, Static Site Generators, Headless CMS, dan Back-end as a Service (BaaS) menjadi pilar-pilar utama dalam evolusi teknologi pengembangan perangkat lunak. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi setiap konsep tersebut secara rinci, memahami esensi dari masing-masing dan bagaimana mereka mempengaruhi cara kita membangun dan mengelola aplikasi dan situs web di era modern. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar dan keuntungan masing-masing pendekatan ini, kita dapat mengoptimalkan proses pengembangan dan memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pengguna akhir. Serverless Computing Serverless Computing mengadopsi model aplikasi tanpa server yang memungkinkan pengembang back-end untuk menjalankan aplikasi di server berbasis cloud. Dalam model ini, pengembang tidak perlu khawatir tentang ketersediaan server, manajemen infrastruktur, atau kapasitas yang tidak terpakai. Aplikasi yang dibangun menggunakan serverless computing berjalan di atas platform cloud, di mana sumber daya komputasi dikelola secara otomatis oleh penyedia layanan cloud. Ini memungkinkan pengembang untuk fokus pada pengembangan fitur dan fungsionalitas aplikasi tanpa harus memikirkan aspek infrastruktur. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Serverless Computing: Tidak Ketergantungan pada Server: Pengembang hanya perlu mengunggah kode aplikasi, dan penyedia layanan serverless computing akan menangani penanganan permintaan dan alokasi sumber daya secara otomatis.Elastisitas: Aplikasi dapat menangani lonjakan lalu lintas tanpa perlu skala manual. Platform akan menyesuaikan sumber daya komputasi sesuai kebutuhan.Biaya Berbasis Penggunaan: Model serverless computing mengenakan biaya berdasarkan penggunaan nyata, menghindari biaya infrastruktur yang tidak terpakai.Pemantauan dan Ketersediaan: Penyedia serverless computing menangani pemantauan dan ketersediaan infrastruktur melalui dashboard.Integrasi dengan Layanan Cloud: Serverless computing dapat terhubung dengan cloud storage, database, dan layanan kecerdasan buatan. Static Site Generators Static Site Generators (SSGs) menyediakan solusi yang sederhana namun efisien dalam pengembangan situs web, dengan cara menciptakan situs web HTML statis berdasarkan data mentah dari sebuah template. Dalam konteks pengembangan web, situs web statis mengacu pada situs web yang terdiri dari berkas HTML, CSS, JavaScript, dan aset lainnya yang disajikan langsung kepada pengguna tanpa memerlukan proses server-side. Hal ini memungkinkan pengembangan tanpa ketergantungan pada database atau proses server-side, menjadikan pengalaman web lebih cepat dan responsif. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Static Site Generators: Tidak Ketergantungan pada Database: SSGs tidak memerlukan penggunaan database atau proses server-side. Situs web yang dihasilkan dapat di-host di platform statis tanpa infrastruktur back-end yang rumit.Peningkatan Kecepatan: Situs web SSGs cenderung lebih cepat karena tidak memerlukan proses server-side untuk menghasilkan konten pada setiap permintaan.Kustomisasi Tinggi: Meskipun statis, situs web SSGs dapat disesuaikan dengan desain, tata letak, dan fungsionalitas tambahan melalui JavaScript dan integrasi third-party.Beragamnya Pilihan: Ada banyak SSGs populer seperti Hugo, NuxtJS, Eleventy, dan Gatsby, masing-masing dengan fitur uniknya sendiri. Kamu bisa belajar mengenai NuxtJS di Build With Angga dengan rekomendasi kelas berikut: Kelas Online NuxtJS Javascript Framework | BuildWithAngga Kelas Online Full-Stack Golang Vue NuxtJS: Website Crowdfunding | BuildWithAngga Headless CMS Sebuah Headless Content Management System (CMS) menyediakan para pengembang dengan struktur back-end dasar untuk mengelola konten. Konsep headless CMS memisahkan repositori konten (tubuh) dari lapisan presentasi (kepala). Desain ini memberikan fleksibilitas kepada para pengembang untuk mengelola konten di satu tempat dan mengirimkannya ke berbagai lingkungan atau alat front-end. Karena back-end dan front-end dari situs web atau aplikasi terpisah, ini memudahkan untuk melindungi dan mengurangi dampak dari serangan yang ditargetkan. Sebuah headless CMS juga membuat lebih mudah bagi pengembang untuk memperbarui tumpukan teknologi mereka. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Static Site Generators: Pemisahan Konten dan Presentasi: Dalam model headless CMS, data konten (teks, gambar, video) disimpan terpusat tanpa ketergantungan pada tata letak atau presentasi. Ini memungkinkan akses dan manajemen konten tanpa terikat pada format tertentu.Fleksibilitas Penyampaian Konten: Back-end terpisah dari front-end, memungkinkan pengiriman konten ke berbagai platform (situs web, aplikasi seluler, desktop) dengan konsistensi pengalaman pengguna.Keamanan Ditingkatkan: Terpisahnya back-end dari front-end mengurangi risiko serangan terhadap kerentanan front-end.Pembaruan Teknologi Lebih Mudah: Perubahan teknologi di satu lapisan tidak mempengaruhi yang lain, memudahkan pengembangan dan pemeliharaan.Penyedia Terkemuka: Contoh penyedia headless CMS meliputi Strapi, Sanity, Netlify CMS, dan WordPress. Apakah kamu tertarik untuk membuat website dengan CMS? kamu bisa mengikuti kelas Kelas Online WordPress dan Elementor Mastery: Bikin Website Professional dan Menarik Untuk Portfolio | BuildWithAngga Back-end as a Service Back-end as a Service (BaaS) merupakan sebuah model cloud computing di mana tim teknis dapat mengalihdayakan layanan-layanan back-end dari situs web atau aplikasi mereka ke penyedia layanan eksternal. Dalam BaaS, pengembang tidak perlu membangun infrastruktur back-end mereka sendiri, melainkan menyewa layanan-layanan ini dari penyedia yang sudah ada, seperti Microsoft Azure, AWS Amplify, Firebase, atau Heroku. Layanan-layanan yang disediakan mencakup hosting, cloud storage, database management, authentication, dan banyak lagi. MenjelajahiTeknologiBarudiDuniaBackend_BuildWithAngga Hal lain yang perlu kamu ketahui mengenai Back-end as a Service (BaaS): Outsourcing Infrastruktur Back-end: Tim teknis dapat mengalihkan beban pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur back-end kepada penyedia layanan BaaS, membebaskan waktu dan sumber daya untuk fokus pada pengembangan fitur dan pengalaman pengguna.Jangkauan Layanan: BaaS menyediakan berbagai layanan back-end seperti hosting, data storage, database management, authentication, dan analyst. Pengembang dapat mengakses dan mengintegrasikan layanan-layanan ini melalui API dan SDK.Penggunaan API dan SDK: Pengembang dapat mengakses dan mengelola layanan-layanan BaaS menggunakan antarmuka pemrograman aplikasi (API) dan kit pengembangan perangkat lunak (SDK), memungkinkan integrasi yang mudah dan efisien dengan aplikasi yang ada.Fokus pada Pengembangan Front-end: Dengan mengalihdayakan tugas back-end kepada penyedia BaaS, tim pengembangan internal dapat lebih fokus pada pengembangan front-end, desain pengguna, dan fitur-fitur aplikasi.Pilihan Penyedia: Ada berbagai penyedia BaaS yang tersedia, masing-masing dengan keunggulan dan fitur-fitur khususnya. Pengembang dapat memilih penyedia yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan preferensi mereka. Apakah kamu tertarik mengenai Back-end as a Service? Kamu bisa mengikuti rekomendasi kelas berikut untuk belajar kegunaan Back-end as a Service pada Mobile Development: Kelas Online Full-Stack Flutter Android iOS Developer: Find Worker App | BuildWithAngga Kelas Online Full-Stack Android Developer | BuildWithAngga Kesimpulan Dalam era digital yang dinamis ini, terdapat beragam pendekatan dan teknologi yang mendefinisikan cara kita membangun dan mengelola aplikasi serta situs web. Melalui artikel ini, kita telah menjelajahi beberapa konsep utama, termasuk Serverless Computing, Static Site Generators, Headless CMS, dan Back-end as a Service (BaaS), serta memahami bagaimana masing-masing memainkan peran penting dalam transformasi teknologi. Penerapan Serverless Computing membebaskan pengembang dari beban manajemen infrastruktur, memungkinkan fokus pada pengembangan aplikasi tanpa ketergantungan pada server tradisional. Di sisi lain, Static Site Generators menawarkan pendekatan yang sederhana namun efisien dalam pembangunan situs web, memberikan kecepatan, kustomisasi, dan skalabilitas tanpa kompleksitas server-side processing. Headless CMS memberikan fleksibilitas dalam manajemen konten, memisahkan back-end dari front-end dan menghasilkan pengalaman pengguna yang konsisten di berbagai platform. Sementara itu, Back-end as a Service (BaaS) memungkinkan pengembang untuk menyewa layanan back-end dari penyedia eksternal, mengurangi beban infrastruktur dan mempercepat pengembangan aplikasi. Setelah melalui pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep ini, kita dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan proyek kita. Dengan memanfaatkan teknologi-teknologi ini secara optimal, kita dapat membangun aplikasi dan situs web yang responsif, skalabel, dan efisien, memenuhi tuntutan pasar yang terus berkembang.

Kelas Pengelolaan String dan Array dalam Go: Tips dan Trik untuk Memanipulasi Data di BuildWithAngga

Pengelolaan String dan Array dalam Go: Tips dan Trik untuk Memanipulasi Data

Go, juga dikenal sebagai Golang, adalah bahasa pemrograman yang populer untuk pengembangan perangkat lunak berkinerja tinggi. Salah satu fitur utama dari Go adalah kemampuannya dalam pengelolaan string dan array dengan efisien. Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi beberapa tips dan trik untuk memanipulasi data dalam string dan array menggunakan Go. Pengelolaan String String adalah tipe data yang paling umum digunakan dalam pengembangan perangkat lunak. Go menyediakan berbagai fungsi dan metode bawaan untuk manipulasi string. Berikut adalah beberapa tips untuk efektif mengelola string dalam Go: 1. Penggabungan String: Gunakan + atau strings.Join() untuk menggabungkan string secara efisien. Penggunaan + akan membuat kode lebih mudah dibaca, sementara strings.Join() cocok untuk menggabungkan banyak string. 2. Manipulasi String: Go memiliki paket strings yang menyediakan berbagai fungsi untuk memanipulasi string, seperti strings.Split(), strings.ToLower(), dan strings.TrimSpace(). 3. Pengecekan String: Untuk memeriksa apakah sebuah string mengandung substring tertentu, gunakan strings.Contains(). Pengelolaan Array Array adalah kumpulan elemen dengan tipe data yang sama. Go menyediakan berbagai cara untuk mengelola array dengan efisien. Berikut adalah beberapa tips untuk mengelola array dalam Go: 1. Inisialisasi Array: Anda dapat menginisialisasi array menggunakan sintaks var atau langsung dengan nilai awal. 2. Iterasi Array: Gunakan perulangan for untuk melakukan iterasi melalui semua elemen array. 3. Slicing Array: Go mendukung operasi slicing untuk memperoleh bagian dari array. 4. Manipulasi Array: Anda dapat melakukan berbagai operasi pada array, seperti menggabungkan array, mengonversi array menjadi slice, atau menggabungkan slice. Kesimpulan Dengan memanfaatkan fitur-fitur ini, kamu dapat memanipulasi string dan array dengan efisien dalam bahasa pemrograman Go. Menggunakan teknik-teknik yang tepat akan membantu Anda mengembangkan kode yang lebih bersih, efisien, dan mudah dipelihara dalam pengembangan perangkat lunak. Semoga artikel ini membantu kamu memahami cara terbaik untuk mengelola data dalam Go. Semoga dengan pemahaman Go, Kamu lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan aplikasi Go yang lebih kompleks. Jangan ragu untuk terus belajar dan menjelajahi fitur-fitur menarik dalam bahasa Go! Dan untuk pengalaman belajar yang lebih mendalam, yuk bergabung di Build with Angga dan kembangkan keterampilan pemrograman Go Kamu bersama komunitas yang solid dan dukungan dari instruktur ahli. Mari bergabung dan berkembang bersama-sama! 🚀 BuildWithAngga

Kelas Menelusuri Database: Mendalami Ragam Jenis dan Karakteristiknya di BuildWithAngga

Menelusuri Database: Mendalami Ragam Jenis dan Karakteristiknya

Database merupakan fondasi yang mendukung penyimpanan, pengelolaan, dan akses data secara efisien. Namun, sebelum kita melangkah lebih jauh dalam memahami kompleksitas dan kebutuhan pengelolaan data, penting untuk memahami berbagai jenis database yang tersedia. Dari yang tradisional hingga yang inovatif, setiap jenis database memiliki karakteristik dan keunggulan unik yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik suatu aplikasi. Pengertian Database Database adalah kumpulan data yang terorganisir dan dapat diakses secara elektronik dari sistem komputer. Data tersebut disimpan dan dikelola dengan cara yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian dan pemfilteran informasi yang spesifik. Fungsi utama dari database adalah untuk menyimpan dan mengelola data dengan efisien, sehingga memudahkan pengguna dalam mengakses dan memanipulasi data tersebut. Tentunya, sebagai seorang back-end developer, kamu sering kali akan berurusan dengan beberapa jenis database yang paling umum digunakan dalam development sebuah aplikasi. Berikut adalah lima jenis database yang sering dijumpai oleh back-end developer: Relational Database (RDBMS) RDBMS seperti MySQL, PostgreSQL, dan SQL Server adalah pilihan utama untuk banyak aplikasi. RDBMS menyediakan model data yang terstruktur dengan tabel, baris, dan kolom, serta fitur-fitur seperti Primary Key dan Foreign Key untuk menjaga integritas data. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Integritas Data: Menjamin konsistensi data melalui kunci utama dan kunci asing.ACID Compliance: Mendukung transaksi yang aman dan dapat diandalkan.Struktur Data Terdefinisi: Memudahkan query dan manajemen data dengan struktur tabel yang jelas.Kekurangan:Skalabilitas Terbatas: Lebih sulit untuk diskalakan secara horizontal dibandingkan dengan NoSQL.Rigidity: Skema yang kaku dapat membatasi fleksibilitas dalam pengembangan aplikasi. Non-Relational Database (NoSQL) NoSQL databases seperti MongoDB dan Redis menjadi populer karena fleksibilitasnya dalam menangani data semi-struktural atau tidak terstruktur. NoSQL cocok untuk aplikasi dengan skema yang berubah-ubah dan memerlukan skalabilitas horizontal. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Fleksibilitas Skema: Dapat menangani berbagai jenis data tanpa skema tetap.Skalabilitas Horizontal: Mudah untuk menambahkan lebih banyak server untuk meningkatkan kapasitas.Kekurangan:Konsistensi: Mungkin tidak selalu menjamin konsistensi data seperti RDBMS.Transaksi: Dukungan transaksi mungkin lebih terbatas dibandingkan dengan RDBMS. Graph Database Dalam situasi di mana kita perlu mengelola hubungan kompleks antara entitas, seperti media sosial atau jaringan pengiriman barang, graph databases seperti Neo4j menjadi pilihan yang kuat. Graph Database memungkinkan analisis yang efisien terhadap koneksi antar data. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Analisis Hubungan: Efisien dalam mengelola dan menganalisis hubungan antar data.Fleksibilitas: Struktur data yang fleksibel untuk menyesuaikan dengan kebutuhan aplikasi.Kekurangan:Kompleksitas: Mungkin memerlukan kurva pembelajaran yang lebih tinggi.Optimasi: Memerlukan optimasi khusus untuk performa yang baik pada skala besar. Columnar Database Untuk aplikasi analisis data atau data warehousing, columnar databases seperti Apache Cassandra atau ClickHouse sering digunakan. Columnar database menyimpan data dalam kolom daripada baris, memungkinkan operasi agregasi yang cepat dan efisien. MenelusuriDatabase_BuildWithAngga Kelebihan:Performa Agregasi: Efisien dalam melakukan operasi agregasi pada data besar.Optimasi Penyimpanan: Mengurangi penggunaan ruang penyimpanan dengan menyimpan data secara kolom.Kekurangan:Transaksi: Tidak dirancang untuk transaksi yang kompleks atau operasi CRUD yang sering.Keterbatasan: Lebih cocok untuk analisis daripada aplikasi transaksional. In-Memory Database (IMDB) Dalam kasus aplikasi yang memerlukan kinerja tinggi dan akses data real-time, in-memory databases seperti Redis atau mem-cached sangat berguna. In-Memory Database menyimpan seluruh data dalam memori, memungkinkan akses yang sangat cepat terhadap informasi. Kelebihan:Akses Cepat: Memungkinkan akses data real-time dengan performa tinggi.Sederhana: Struktur penyimpanan yang sederhana dan efisien.Kekurangan:Ketergantungan Memori: Rentan terhadap kehilangan data jika terjadi kegagalan listrik atau sistem.Biaya: Biaya lebih tinggi karena memerlukan memori yang lebih besar. Kesimpulan Penting untuk diingat bahwa memahami ragam jenis database merupakan langkah awal yang krusial dalam merancang dan mengimplementasikan solusi penyimpanan data yang efektif untuk setiap aplikasi. Dari RDBMS yang terstruktur hingga NoSQL yang fleksibel, setiap jenis database menawarkan karakteristik dan keunggulan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik suatu proyek. Sementara RDBMS menawarkan integritas data yang tinggi dan model yang terstruktur, NoSQL memberikan fleksibilitas skema dan skalabilitas horizontal. Sedangkan Graph Database, Columnar Database, dan In-Memory Database menyediakan solusi untuk kasus penggunaan yang lebih khusus, seperti analisis hubungan kompleks, operasi agregasi yang cepat, dan akses data real-time dengan performa tinggi. Dengan memilih jenis database yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan aplikasi, para pengembang dapat memastikan bahwa fondasi penyimpanan data memenuhi persyaratan fungsionalitas, kinerja, dan skalabilitas yang diinginkan. Jika kamu tertarik untuk mengenal Database, kamu bisa belajar dan bereksplorasi untuk menambah skill mendalami Database dengan mengikuti rekomendasi kelas di Build With Angga: Kelas Online ERD Essentials for Freelance Web Developers: Building Better Databases | BuildWithAngga Kelas Online SQL for Beginners: Learn SQL using MySQL and Database Design | BuildWithAngga Kelas Online Eloquent ORM Laravel | BuildWithAngga

Kelas Kenali Fitur-Fitur Terbaru Laravel 11 di BuildWithAngga

Kenali Fitur-Fitur Terbaru Laravel 11

Hai Sobat BWA!🙌 Laravel versi 11 telah dirilis pada tanggal 12 Maret 2024 loh! Dengan adanya versi terbaru dari Laravel, ada beberapa perubahan dari versi sebelumnya. Contoh sederhananya, ada sedikit perubahan pada cara pembuatan route dan perubahan welcome screen Laravel. Laravel 11 dirancang agar proses web development lebih mudah dikelola dan diakses. Nah, pasti kalian penasaran kan apa aja sih fitur-fitur terbaru Laravel 11? Simak artikel berikut sampai habis ya! 1. Adanya Perintah Artisan Baru Pada Laravel 11 tersedia beberapa artisan command terbaru yang semakin mempermudah kita sebagai developer. php artisan make:trait = Untuk membuat PHP Traitphp artisan:make interface = Untuk membuat PHP Interfacephp artisan make:class = Untuk membuat PHP Classphp artisan make:enum = Untuk membuat PHP Enum 2. Struktur Folder Lebih Sederhana Jika dibandingkan dengan Laravel 10, struktur folder pada Laravel 11 lebih sederhana, sehingga aplikasi kita lebih terstruktur karena mengurangi adanya file-file yang mungkin jarang digunakan. Contohnya saja pada folder app, Laravel 11 hanya menampilkan 3 folder utama yaitu Http, Models, dan Providers. 3. Default Route yang Berbeda Jika pada Laravel 10 tersedia 4 macam route, berbeda dengan Laravel 11 yang hanya menyediakan route untuk Web dan Console. Namun, jika kita ingin menambahkan API routing, kita bisa menambahkannya menggunakan perintah php artisan install:api dan perintah php artisan install:broadcasting untuk menambahkan routes channel.php. 4. File Config Lebih Sederhana Pada Laravel 11, beberapa config file dihapus terutama pada beberapa file yang jarang digunakan. Berikut ini adalah list config file yang ada pada Laravel 11. Namun, jika kita tetap membutuhkan file config yang lain, kita tetap bisa menggunakannya dengan menggunakan perintah php artisan config:publish . 5. Perubahan pada Middleware Jika sebelumnya file Middleware terletak pada direktori app/Http, pada Laravel 11 semua middleware tersebut disimpan pada Framework Laravel sendiri. Jika kita ingin mengelola middleware, kita bisa menggunakan class Middleware pada file bootstrap/app.php. 6. Tampilan “Welcome” yang Berubah Meskipun hal ini tidak terlalu penting, perbedaan ini cukup signifikan jika dibandingkan Laravel 10. Laravel memperbarui tampilan “welcome” nya pada pembaruan versi kali ini. 7. Perubahan pada Providers Pada Laravel 10, file Providers terletak pada direktori app dan memuat banyak file yang mungkin hanya kita gunakan sebagian. Dan jika ingin membuat Service Provider, kita perlu menambahkannya pada file config/app.php. Nah, pada Laravel 11, tidak ada lagi file Providers yang terletak pada folder app. Kita hanya perlu menggunakan file yang ada pada direktori bootstrap/providers.php jika ingin menambahkan Service Provider. 8. Penggunaan Exception Handler Pada Laravel 10, Exception Handler disimpan pada direktori Exceptions/Handler.php. Sekarang, cara menambahkan Exception Handler lebih mudah dan semua digabung pada file bootstrap/app.php. 9. Model Casts Attribute Casting adalah sebuah fitur pada Eloquent untuk melakukan konversi tipe data secara otomatis dari tipe data di database dengan tipe data di PHP. Pada Laravel 10, defaultnya akan menggunakan attribute $casts pada model, sedangkan pada Laravel 11 diubah menjadi Function casts. Hal ini membuat kita lebih fleksibel dalam menggunakan casting, contohnya seperti mengimplementasikan class atau function lain. protected $casts = [ 'email_verified_at' => 'datetime', 'password' => 'hashed', ]; Penggunaan atribut $casts pada Laravel versi 10 protected function casts(): array { return [ 'email_verified_at' => 'datetime', 'password' => 'hashed', ]; } Penggunaan function casts pada Laravel 11 10. Default Database Saat menggunakan Laravel 11, secara default Laravel akan menggunakan database Sqlite. Namun, jika kita ingin menggunakan MySQL sebagai database, kita tetap bisa menggunakannya dengan mengganti DB_CONNECTION pada file .env . 11. Slim Migration Pada project yang dibuat dengan Laravel 11, hanya ada 3 migration yang dibawa secara default yaitu: Sedangkan pada versi sebelumnya, ada file migrasi untuk reset_tokens dan personal_access_tokens . 12. Console Kernel Dihapus Pada Laravel 11, file app/Console/Kernel.php sekarang sudah tidak ada lagi. Sekarang, file console tersedia secara default pada direktori routes dan semua yang semula dilakukan pada file Kernel.php sekarang dipindahkan pada file Console.php. Perbedaan Laravel 10 dan Laravel 11 Laravel 10Laravel 11Menggunakan MySQL sebagai default databaseDefault database menggunakan SqliteTerdapat banyak file Providers yang mungkin jarang digunakanPenggunaan Providers diatur dalam file bootstrap/providers.phpFile Middleware terletak dalam direktori app/HttpPengelolaan Midlleware menggunakan classdalam file bootstrap/app.phpTerdapat 4 file dalam direktori routes (api.php, web.php, channels.php, console.php)Hanya ada 2 file dalam direktori routes dan jika ingin menggunakan API routing harus install terlebih dahuluTerdapat banyak direktori pada folder appStruktur folder app lebih sederhana Kesimpulan Itulah beberapa perubahan dari Laravel 10 ke Laravel 11 yang tidak terlalu signifikan. Banyaknya struktur folder yang diubah, yaitu tidak ada lagi file Kernel.php, route api yang harus di-install secara manual, dan adanya perubahan pada folder Middleware. Beberapa perubahan tersebut pastinya dilakukan agar proses development lebih cepat dan efisien. Dengan banyaknya alat dan fitur baru yang disertakan, Laravel akan tetap menjadi pilihan utama bagi developer untuk membangun sebuah aplikasi website yang kuat. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel 11, kalian dapat mempelejarinya melalui Laravel Documentation Versi 11. Di sana, sudah tersedia banyak documentation yang nantinya akan kalian gunakan sebagai referensi dalam pengembangan aplikasi web. Semoga artikel ini dapat bermanfaat ya! Dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌

Kelas Mengenal Laravel Eloquent: Pengertian, Fungsi, dan Penggunaannya di BuildWithAngga

Mengenal Laravel Eloquent: Pengertian, Fungsi, dan Penggunaannya

Hai Sobat BWA!🙌 Sebagai salah satu framework yang banyak digunakan oleh para developer, Laravel banyak menyediakan fitur yang dapat kita gunakan dengan mudah untuk mempermudah pekerjaan kita. Salah satu fitur yang disediakan oleh Laravel adalah Eloquent. Singkatnya, Eloquent dapat digunakan untuk memudahkan pekerjaan kita saat berhubungan dengan database. Nah, pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang Eloquent dalam Laravel serta contoh penggunannya. Simak artikel berikut sampai habis ya! Apa itu Laravel Eloquent? Eloquent adalah sebuah ORM (Object-Relational-Mapping) yang disediakan oleh Laravel untuk mengakses dan memanipulasi data dalam database menggunakan PHP Objects dan model-model terkait. Salah satu fitur yang disediakan oleh Eloquent ORM adalah terdapat fungsi-fungsi query SQL untuk mengelola data pada database sehingga kita tidak perlu mengetik query SQL secara manual. Selain itu, Eloquent juga memudahkan kita ketika ingin berinteraksi dengan database, yaitu menyediakan Object-Oriented Approach untuk menambah, memperbarui, dan menghapus data, sehingga memudahkan kita dalam mengelola data dalam aplikasi. Fungsi Laravel Eloquent Memudahkan Interaksi dengan Database: Laravel Eloquent menyediakan cara yang intuitif dan objek-oriented untuk menambahkan data(create), memperbarui data(edit), dan menghapus data(delete). Hal ini membuat proses development aplikasi kita lebih cepat dan lebih efisien.Model-View-Controller (MVC) Compatibility: Eloquent berintegrasi secara langsung dengan pola desain MVC yang digunakan oleh Laravel. Model-model Eloquent dapat digunakan untuk represent data dalam aplikasi, memisahkan logika bisnis dari view dan interaksi pengguna (controller).Hubungan Antar Model: Eloquent memungkinkan definisi hubungan antar model, seperti one-to-one, one-to-many, many-to-one, dan many-to-many. Hal ini memudahkan kita dalam mengambil dan menambahkan data yang terkait antara model-model.Query Builder: Selain menggunakan model Eloquent, kita juga dapat menggunakan Query Builder untuk menulis query SQL secara langsung menggunakan sintaks yang lebih terstruktur. Query Builder ini menyediakan metode chaining yang kuat untuk membuat query yang kompleks.Validasi Data: Eloquent menyediakan fitur untuk melakukan validasi data sebelum menyimpannya ke dalam database. Ini membantu memastikan keakuratan dan konsistensi data dalam aplikasi. Contoh Penggunaan Laravel Eloquent 1. Langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat file migrasi dan model. Untuk membuat file migrasi dan model sekaligus, kalian dapat menjalankan perintah berikut: php artisan make:model Student --migration 2. Setelah itu, jalankan php artisan:migrate untuk melakukan migrasi database 3. Buka file model Student yang tadi kita buat dan tambahkan kode berikut. File ini terletak dalam folder App/Models <?php namespace App\Models; use Illuminate\Database\Eloquent\Factories\HasFactory; use Illuminate\Database\Eloquent\Model; class Student extends Model { use HasFactory; protected $table = "students"; protected $fillable = [ 'nama', 'alamat', ]; } 4. Buat file StudentController dengan menjalankan perintah php artisan make:controller StudentController 5. Nah, pada file controller ini, kita akan menambahkan function CRUD menggunakan Laravel Eloquent <?php namespace App\Http\Controllers; use Illuminate\Http\Request; use App\Models\Student; class StudentController extends Controller { public function index() //get data { return Student::all(); } public function store(Request $request) //add data { $validatedData = $request->validate([ 'nama' => 'required|string|max:255', 'alamat' => 'required|string', ]); return Student::create($validatedData); } public function show($id) //get data berdasarkan id { return Student::findOrFail($id); } public function update(Request $request, $id) { $student = Student::findOrFail($id); $validatedData = $request->validate([ 'nama' => 'required|string|max:255', 'alamat' => 'required|string', ]); $student->update($validatedData); return $student; } public function destroy($id) //delete data { $student = Student::findOrFail($id); $student->delete(); return response()->json(['message' => 'Student deleted successfully']); } } 6. Setelah membuat function CRUD, kita dapat menambahkan route pada file api.php untuk mencoba apakah function tersebut berjalan dengan benar Route::resource('student', StudentController::class); 7. Setelah itu, jalankan php artisan serve dan buka aplikasi postman untuk melakukan testing pada api kita 8. Berikut adalah contoh jika function create berjalan dengan benar dan data masuk ke dalam database Kesimpulan Lalu, apasih yang membuat Eloquent ORM dapat memudahkan pekerjaan kita sebagai developer? Kita dapat melakukan operasi CRUD (Create, Read, Update, dan Delete) dengan mudah tanpa menulis query SQL secara manual. Selain itu, Eloquent juga menyediakan fitur-fitur penting lainnya seperti validasi data dan hubungan antar model, yang sangat membantu dalam pengembangan aplikasi yang kompleks dan dinamis. Dengan memahami konsep dasar dan memaksimalkan fitur-fitur yang ada, kalian dapat menjadi developer yang lebih produktif dalam pengelolaan data menggunakan Laravel Semoga artikel ini dapat bermanfaat ya! Dan bagi kalian yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang Laravel Eloquent ORM, kalian bisa mempelajarinya secara gratis melalui BuildWithAngga loh! Jangan lupa kepoin kelas-kelasnya ya! Sampai jumpa di artikel selanjutnya🙌 Kelas Online Gratis Eloquent ORM Laravel