Web Vitals: Apa yang Harus Frontend Dev Perhatikan di 2025?

Image by Freepik

Eh, coba deh bayangin. Kamu udah begadang semalam suntuk coding, bikin fitur keren pakai React (atau Vue, atau Svelte, terserah deh!). Udah rapi, mulus di laptopmu. Terus besoknya, bos atau klien bilang, "Kok website kita loadingnya lemot ya di HP lama? Rating SEO kita juga turun katanya?" Nah loh, galau kan? Pernah ngalamin?

Dulu, kita mungkin cuma fokus sama tampilan dan fungsionalitas. Yang penting jalan! Tapi, dunia internet ini cepet banget berubah. Sekarang, ada yang namanya "Web Vitals". Kedengarannya agak teknis dan kaku, ya? Tapi jangan salah, ini semacam "rahasia" buat bikin website kamu dsayang Google dan, yang lebih penting, disayang sama pengguna!

Tenang, di artikel ini kita nggak akan bicara teori kaku yang bikin ngantuk. Kita akan bahas Web Vitals ini kayak ngobrolin film terbaru atau resep kopi favorit. Aku jamin, setelah ini kamu bakal lebih paham kenapa Web Vitals itu penting banget di tahun 2025, khususnya buat kamu yang baru terjun ke dunia frontend development. Siap?

Web Vitals Itu Apa Sih? (Bukan Mantra Sihir, Tapi Parameter Krusial!)

Image by Nextjs.org
Image by Nextjs.org

Anggap aja Web Vitals ini kayak rapor kesehatan buat website kamu. Google, sebagai dokter paling top di dunia maya, pengen tahu nih seberapa sehat website kamu pas dkunjungi orang. Sehat di sini artinya cepet, responsif, dan nyaman dipake. Ada 3 "mata pelajaran" utama yang jadi fokus Google:

LCP (Largest Contentful Paint): Si Paling Cepet Datang!

Image by Freepik
Image by Freepik

Ini tuh kayak gini. Kamu lagi laper banget, terus pesen makanan online. LCP ini ngukur seberapa cepet sih "konten utama" di layar kamu muncul. Konten utama ini bisa gambar gede, teks paragraf panjang, atau apapun yang paling dominan di bagian atas halaman. Kalo makananmu datengnya cepet (kurang dari 2.5 detik), pasti seneng kan? Nah, LCP bagus itu kayak makanan datangnya cepet!

Kenapa Penting (di 2025): Di era TikTok dan Reels yang serba instan ini, orang nggak sabar nunggu. Setiap mili detik itu berharga. Google makin galak sama website yang LCP-nya lelet. Bisa-bisa, website-mu dikasih bendera kuning, terus diumpetin deh di halaman belakang hasil pencarian Google.

Contoh Kasus & Solusi Sederhana untuk Pemula:

Image by Nextjs.org
Image by Nextjs.org
  • Gambar gede tapi belum di-optimize: Sering kan nemu website yang gambarnya pecah-pecah pas baru loading? Itu salah satu biang kerok LCP jelek. Solusinya? Kompres gambar, pakai format modern kayak WebP, atau pakai srcset buat gambar responsif.
  • Font dan CSS yang blocking: Kayak macet di jalan tol. Browser harus nunggu semua CSS dan font kelar di-load dulu baru bisa nampilin konten. Solusinya? Inline CSS kritis, preload font, dan tunda loading CSS yang nggak penting di awal.
  • JavaScript yang numpuk: Bayangin kamu mau makan, tapi harus nunggu juru masak beres nyuci piring satu gudang. Nggak nyambung kan? JavaScript yang berat di awal bisa nunda LCP. Solusinya? Defer atau async JavaScript yang nggak penting di awal.

FID (First Input Delay): Si Responsif yang Sigap!

Image by Freepik
Image by Freepik

FID ini kayak gini. Kamu udah klik tombol 'Pesan Sekarang' atau 'Masukkan Keranjang', tapi nggak ada reaksi apa-apa. FID itu ngukur seberapa cepet sih website kamu merespon interaksi pertama pengguna. Kalo kamu klik tombol langsung ada efeknya (kurang dari 100 milidetik), itu FID-nya bagus. Kalo nggak, ya rasanya kayak nge-klik hantu, nggak ada tanggapan!

Kenapa Penting (di 2025): Website itu kan interaktif. Orang nggak cuma baca, tapi juga nge-klik, ngetik, nge-scroll. Kalo interaksinya delay, bayangin aja kamu lagi main game online terus lag. Frustrasi kan? Google tahu ini bikin user nggak betah.

Contoh Kasus & Solusi Sederhana untuk Pemula:

Image by Nextjs.org
Image by Nextjs.org
  • Main thread blocking: Ini biang kerok utama. Browser sibuk kerja keras nge-render halaman, sampai-sampai nggak sempat ngurusin interaksi user. Solusinya? Pecah tugas JavaScript yang berat jadi bagian-bagian kecil (code splitting), pakai web workers buat tugas yang berat di background.
  • Terlalu banyak JavaScript saat startup: Kayak beban kerja yang numpuk di awal. Solusinya? Load JavaScript secara progresif, hanya yang dibutuhkan di awal.

CLS (Cumulative Layout Shift): Si Stabil yang Nggak Bikin Jantungan!

Image by Freepik
Image by Freepik

CLS ini paling sering bikin orang "kesal" tanpa sadar. Kamu lagi asyik baca artikel, tiba-tiba ada gambar iklan nongol, terus teks yang kamu baca geser ke bawah. Atau kamu mau ngeklik tombol 'Ya', eh tiba-tiba tombol 'Tidak' yang nongol di tempat yang sama pas kamu mau klik. CLS ngukur seberapa banyak elemen di halaman yang tiba-tiba "geser" tanpa diduga. Kalo geser-geser dikit aja (kurang dari 0.1), itu CLS-nya bagus. Kalo gesernya parah, bisa bikin user salah klik, bahkan bikin jantungan!

Kenapa Penting (di 2025): Ini tentang pegalaman pengguna yang nyaman. Kalo website geser-geser, itu kayak lagi baca buku tapi halamannya loncat-loncat sendiri. Sangat mengganggu! Google benci website yang bikin user frustrasi.

Contoh Kasus & Solusi Sederhana untuk Pemula:

Image by Nextjs.org
Image by Nextjs.org
  • Gambar atau video tanpa dimensi: Browser nggak tahu ukuran gambar, jadi pas gambar muncul, dia "makan tempat" dan geser elemen lain. Solusinya? Selalu tentukan width dan height untuk gambar dan video di HTML.
  • Iklan atau embed yang dinamis: Ini sering banget jadi penyebab CLS. Iklan atau konten dari pihak ketiga yang muncul belakangan bisa bikin layout geser. Solusinya? Reservasi tempat (placeholder) untuk iklan atau embed, pakai min-height atau aspect-ratio.
  • Font yang di-load belakangan: Saat font custom belum di-load, browser mungkin pakai font default dulu. Pas font custom sudah siap, teksnya berubah ukuran dan bikin layout geser. Solusinya? Gunakan font-display: swap atau preload font.

Kenapa Web Vitals Jadi Makin Krusial di 2025? (Lebih dari Sekadar SEO, Ini Soal "Nyawa" Website-mu!)

Algoritma Google yang Makin Pintar (dan Agak Galak)

Google itu nggak cuma pinter, tapi juga ambisius. Mereka pengen pengguna internet punya pengalaman terbaik. Dulu, SEO (Search Engine Optimization) itu lebih banyak tentang keyword dan backlink. Sekarang? Pengalaman pengguna (User Experience atau UX) itu jadi raja! Nah, Web Vitals ini adalah metrik kunci Google buat ngukur UX. Di tahun 2025, bukan cuma sekadar 'ranking bagus', tapi bisa jadi 'website kamu muncul nggak ya di hasil pencarian?' Serem juga kan kalau tiba-tiba website yang udah kamu bikin capek-capek nggak muncul di Google karena performanya kurang oke!

Pengguna yang Makin Manja (dan Nggak Sabaran)

Generasi sekarang itu maunya serba instan. Mereka udah terbiasa sama website dan aplikasi yang cepet dan responsif. Bayangin deh, kamu buka aplikasi media sosial, terus loading-nya lama banget. Pasti langsung kamu close, kan? Nah, begitu juga dengan website. Kalo website-mu lemot atau bikin pusing karena geser-geser nggak jelas, boro-boro mau balik lagi, malah langsung close tab dan nyari yang lain. Di tahun 2025, kesabaran pengguna itu makin tipis, jadi performa website wajib ngebut!

Performa = Konversi (Ujung-ujungnya Duit!)

Buat bisnis online, performa website itu langsung terkait sama penjualan. Website yang cepet dan nyaman, kemungkinan user melakukan transaksi (beli barang, daftar, submit form) itu lebih tinggi. Kalo website-mu ngadat, ya siap-siap aja kehilangan calon pembeli. Di 2025, persaingan bisnis makin ketat, dan performa website yang optimal ini bisa jadi pembeda yang signifikan. Intinya, kalau performa bagus, cuan pun ngikut!

Web Vitals sebagai Bagian dari "DNA" Frontend Developer

Dulu mungkin Web Vitals itu cuma 'opsional' atau jadi nilai plus. Sekarang? Ini sudah jadi bagian tak terpisahkan dari skill yang wajib kamu kuasai sebagai frontend developer. Di tahun 2025, jangan kaget kalau pas interview kerja, ada pertanyaan spesifik soal Web Vitals dan cara mengoptimalkannya. Ini bukan cuma soal ngoding cantik, tapi juga ngoding yang mindful terhadap performa dan pengalaman pengguna. Jadi, siap-siap upgrade skill-mu ya!

Gimana Cara Kita, Frontend Dev Pemula, Menganalisis dan Memperbaiki Web Vitals? (Jangan Panik, Ada Alat Bantu Canggih!)

Oke, setelah paham kenapa Web Vitals ini penting banget, sekarang giliran kita belajar gimana cara ngecek dan memperbaikinya. Jangan panik dulu, kamu nggak perlu jadi wizard atau ahli performance dadakan. Ada kok alat bantu canggih yang siap jadi "asisten" pribadimu!

Google PageSpeed Insights: Dokter Pribadi Website-mu!

Ini tool paling gampang buat pemula. Anggap aja Google PageSpeed Insights ini dokter pribadi website kamu.

  • Cara Pakai: Tinggal masukin URL websitemu di kolom yang tersedia, terus klik 'Analyze'. Nanti keluar deh skor Web Vitalsnya, lengkap sama rekomendasi perbaikannya. Mirip banget kayak hasil lab kesehatan.
  • Membaca Laporan: Jangan pusing liat angkanya! Fokus sama rekomendasi di bawahnya. Biasanya ada tulisan "Opportunities" dan "Diagnostics". Itu semacam daftar pekerjaan rumah (PR) yang harus kamu kerjain supaya website-mu makin sehat.

Lighthouse (di Chrome DevTools): Laboratorium Mini di Browser-mu!

Ini lebih asyik lagi karena Lighthouse langsung ada di browser Chrome-mu. Jadi, kamu nggak perlu buka tab baru atau website lain.

  • Cara Pakai: Buka DevTools (biasanya bisa dengan klik kanan > Inspect di halaman website), terus pilih tab 'Lighthouse'. Kamu bisa generate laporan performa, aksesibilitas, SEO, dan tentu saja, Web Vitals untuk halaman yang sedang kamu buka.
  • Debugging Lebih Dalam: Lighthouse ini lebih detail. Kamu bisa lihat visualisasi loading, breakdown waktu eksekusi JavaScript, dan banyak lagi. Cocok buat kamu yang pengen ngulik lebih dalam dan memahami akar masalahnya.

Web Vitals Chrome Extension: Ngintip Langsung Skor Website Lain!

Pengen tahu performa website favoritmu atau bahkan kompetitor? Nah, ekstensi ini jawabannya!

  • Cara Pakai: Install ekstensi Web Vitals ini di Chrome. Nanti setiap kamu buka website, langsung muncul deh skor Web Vitalsnya di pojok kanan atas browser. Ini asyik banget buat ngintip performa website lain dan belajar dari mereka.

Tips Pendek untuk Pemula (Jangan Langsung Lompat ke Optimasi Gila-gilaan!)

Sebagai pemula, fokuslah pada hal-hal yang dampaknya besar tapi relatif mudah dikerjakan. Jangan langsung coba optimasi yang rumit, nanti malah pusing sendiri!

  • Mulai dari yang paling gampang dan sering jadi masalah: optimasi gambar! Ini efeknya paling kerasa dan paling gampang dikerjakan. Pastikan gambar di website-mu ukurannya nggak kebesaran dan pakai format yang efisien seperti WebP.
  • Perhatikan CSS dan JavaScript blocking. Pahami konsep async dan defer saat meletakkan script JavaScript di HTML-mu. Ini penting agar browser nggak 'terkunci' saat memuat skrip.
  • Selalu tentukan dimensi gambar (width dan height) di HTML. Ini mencegah layout website-mu geser-geser saat gambar selesai dimuat (mengurangi CLS).
  • Jangan ragu pakai CDN (Content Delivery Network) untuk aset statis seperti gambar, CSS, dan JavaScript. CDN akan mendistribusikan asetmu ke server terdekat dengan pengguna, bikin loading jadi lebih cepat.
  • Pelajari Lazy Loading untuk gambar dan video yang tidak langsung terlihat di layar (above the fold). Dengan lazy loading, konten hanya akan dimuat ketika pengguna scroll ke area tersebut, menghemat bandwidth dan mempercepat initial load.
  • Prioritaskan mobile first saat mengembangkan website. Kebanyakan user di tahun 2025 (dan bahkan sekarang) akses website dari HP. Jadi, pastikan website-mu responsif dan cepat di perangkat mobile.

Contoh Penerapan Core Web Vitals

  • Pertama silahkan download starter proyek, dengan perintah beerikut:
npx create-next-app@latest bwa-lighthouse --use-npm --example "<https://github.com/vercel/next-learn/tree/main/seo>"
  • Masuk ke direktori
cd bwa-lighthouse
  • Sekarang buuka file pages/index.js, lalu tambahkan kode ini di bariis atas:
import Image from 'next/image';
  • Kemudian ganti hero img dengan Image component
// Before
<img src="large-image.jpg" alt="Large Image" />
 
// After
<Image src="/large-image.jpg" alt="Large Image" width={3048} height={2024} />
  • Untuk bagian footer juga diubah
// Before
<img src="/vercel.svg" alt="Vercel Logo" />
 
// After
<Image src="/vercel.svg" alt="Vercel Logo" width={72} height={16} />
  • Sekarang hapus koed ini
const fuse = new Fuse(countries, {
  keys: ['name'],
  threshold: 0.3,
});
  • Dan ganti input dengan kode ini
<input
  type="text"
  placeholder="Country search..."
  className={styles.input}
  onChange={async (e) => {
    const { value } = e.currentTarget;
    // Dynamically load libraries
    const Fuse = (await import('fuse.js')).default;
    const _ = (await import('lodash')).default;
 
    const fuse = new Fuse(countries, {
      keys: ['name'],
      threshold: 0.3,
    });
 
    const searchResult = fuse.search(value).map((result) => result.item);
 
    const updatedResults = searchResult.length ? searchResult : countries;
    setResults(updatedResults);
 
    // Fake analytics hit
    console.info({
      searchedAt: _.now(),
    });
  }}
/>
  • Tmabahkan kode ini di baris atas
import dynamic from 'next/dynamic';
  • Hapus kode ini
import CodeSampleModal from '../components/CodeSampleModal';
  • Lalu tambahkan kode ini
const CodeSampleModal = dynamic(() => import('../components/CodeSampleModal'), {
  ssr: false,
});
  • Dan ubah CodeSampleComponent jadi seperti ini
{
  isModalOpen && (
    <CodeSampleModal
      isOpen={isModalOpen}
      closeModal={() => setIsModalOpen(false)}
    />
  );
}
  • Jalankan build production
npm run build; npm run start
  • Buka browser dan buka lighthouse dan klik Analyze page load
Lighthouse
Lighthouse
  • Tunggu hingga proses selesai, maka akan tampil seperti berikut
Lighthouse result
Lighthouse result
Lightouse result
Lightouse result

Penutup

Nah, kita sudah sampai di penghujung perjalanan kita memahami Web Vitals. Semoga kamu nggak merasa pusing, justru makin semangat ya! Ingat, dunia frontend development itu seru karena selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari dan optimasi.

Pentingnya Konsistensi: Bukan PR Sekali Jadi

Web Vitals ini bukan cuma PR sekali jadi, terus kelar. Bukan juga kayak nyuci baju yang sekali dicuci langsung bersih. Ini adalah proses berkelanjutan. Internet itu dinamis, tren berubah, perangkat pengguna berkembang, dan algoritma Google juga terus diperbarui. Jadi, website kita juga harus terus di-optimize dan dipantau. Anggap saja ini sebagai bagian dari gaya hidup sehat website-mu!

Jangan Takut Gagal: Setiap Angka Itu Pelajaran

Sebagai pemula, pasti ada masa-masanya pusing dan ngerasa 'kok susah banget ya?', atau 'kenapa skornya nggak naik-naik sih?'. Nggak apa-apa! Itu bagian dari proses belajar. Percayalah, setiap angka Web Vitals yang kamu pantau, baik itu membaik atau memburuk, adalah sebuah pelajaran berharga. Yang penting, jangan nyerah. Setiap angka Web Vitals yang membaik itu adalah bukti kamu makin jago dan makin paham bagaimana internet bekerja!

Visi Masa Depan: Arsitek Pengalaman Pengguna yang Luar Biasa!

Bayangkan, website yang kamu bikin nggak cuma cantik secara tampilan, tapi juga ngebut, responsif, dan stabil. Pengguna senang karena nggak ada lagi pengalaman yang bikin frustrasi, Google senang karena website-mu memberikan pengalaman terbaik, dan tentu saja, klien atau bosmu makin percaya sama kamu. Jadi frontend developer di 2025 itu nggak cuma ngoding dan bikin fitur, tapi juga jadi arsitek pengalaman pengguna yang luar biasa! Kamu menciptakan fondasi yang kuat untuk kesuksesan digital.

Jadikan Performa Standar Kualitasmu!

Yuk, mulai sekarang, setiap kali kamu ngoding, ingat-ingat lagi Web Vitals ini. Cek laporan PageSpeed Insights, pakai Lighthouse di browser kamu. Jadikan performa website sebagai bagian dari standar kualitas kerja kamu. Dengan begitu, kamu bukan hanya seorang coder, tapi juga seorang profesional yang peduli akan kualitas dan pengalaman pengguna. Semangat! Kamu pasti bisa!