Jika kamu tertarik untuk berkarir sebagai backend engineer, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Pada artikel ini, kita akan memahami kira-kira apa saja yang perlu dipelajari dan skills apa saja yang penting dilatih apabila ingin berkarir sebagai backend engineer di tahun 2025.
Mengapa Menjadi Backend Engineer?
Pertumbuhan bisnis online meningkat pesat, dan banyak perusahaan mulai membangun platform mereka masing-masing untuk mempromosikan jasa dan produk secara online. Platform-platform ini membutuhkan backend engineer untuk mengatur alur data, keamanan, serta performa dari sebuah website atau aplikasi.
Jika frontend diibaratkan sebagai bagian restoran yang berhadapan langsung dengan pelanggan, maka backend adalah dapurnya. Backend engineer bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua pesanan yang diterima oleh pelayan (frontend) dapat diproses dengan baik di dapur (backend) sehingga pelanggan mendapatkan makanan sesuai pesanan mereka.
Skill yang Perlu Dikuasai
- Bahasa Pemrograman Backend: Backend engineer perlu menguasai minimal satu bahasa pemrograman yang sering digunakan di bagian backend, seperti PHP, Python, Ruby, atau Node.js. Bahasa-bahasa ini akan membantu dalam membangun logika bisnis dan mengatur data yang dikirimkan ke frontend.
- Framework: Selain bahasa pemrograman, penting juga untuk menguasai framework yang umum digunakan. Contohnya, Laravel untuk PHP, Django untuk Python, atau Express untuk Node.js. Framework ini mempermudah proses development dengan menyediakan struktur dan komponen yang sudah siap digunakan.
- Database Management: Sebagai backend engineer, kamu akan sering berinteraksi dengan database. Pelajari cara menggunakan SQL untuk mengelola database relasional seperti MySQL atau PostgreSQL, serta NoSQL seperti MongoDB untuk data yang tidak terstruktur. Memahami konsep normalisasi dan relasi antar tabel juga sangat penting.
- API Development: Backend engineer juga perlu memahami cara membuat API (Application Programming Interface) yang memungkinkan komunikasi antara frontend dan backend. Konsep RESTful API dan GraphQL perlu dipahami dengan baik agar dapat membuat API yang efisien dan scalable.
- Keamanan Data: Data yang diolah oleh backend harus dilindungi dengan baik. Pelajari teknik enkripsi, manajemen autentikasi dan otorisasi, serta praktik terbaik untuk mencegah serangan seperti SQL Injection dan XSS.
- Cloud Computing: Di tahun 2025, banyak perusahaan akan beralih ke solusi cloud untuk menyimpan data dan menjalankan aplikasi mereka. Memahami layanan cloud seperti AWS, Google Cloud, atau Azure akan menjadi nilai tambah yang besar.
Analoginya Seperti Sebuah Pabrik
Jika frontend adalah toko di mana pelanggan bisa melihat produk dan berinteraksi dengan penjual, maka backend adalah pabrik di belakang toko yang memastikan semua produk tersedia dan siap dijual. Backend engineer adalah orang yang mengatur bagaimana barang diproduksi, disimpan, dan dikirimkan ke toko. Mereka memastikan semua proses berjalan dengan lancar dan stok barang selalu tersedia.
Persiapan Karir
Untuk mempersiapkan diri menjadi backend engineer, kamu bisa memulai dengan beberapa langkah berikut:
- Belajar dan Praktek: Mulailah belajar bahasa pemrograman backend seperti PHP atau Node.js. Setelah itu, buatlah proyek kecil seperti sistem manajemen inventaris atau aplikasi blog sederhana untuk mempraktikkan pengetahuanmu.
- Ikuti Kursus dan Sertifikasi: Mengikuti kursus online atau program sertifikasi dapat membantu memperdalam pemahamanmu dan memberikan pengakuan atas kemampuanmu. Kamu bisa mengikuti kursus di platform seperti BuildWithAngga untuk mempelajari web development dan teknologi lainnya.
- Bangun Portfolio: Kumpulkan hasil karya coding-mu di GitHub atau platform sejenis. Buatlah proyek-proyek yang menunjukkan kemampuanmu dalam membangun sistem backend yang efisien dan aman.
- Bergabung dengan Komunitas: Ikuti komunitas developer seperti di GitHub, StackOverflow, atau forum-forum teknologi lainnya. Dengan begitu, kamu bisa belajar dari pengalaman orang lain, berdiskusi, dan berbagi ilmu.
Pentingnya Peran Backend Engineer dalam Proses Digitalisasi Perusahaan
Peran seorang backend engineer sangat penting dalam proses digitalisasi perusahaan. Mereka adalah pilar utama yang memastikan bahwa semua data dan logika bisnis yang berjalan di belakang layar dapat berfungsi dengan baik.
Dalam ekosistem digital, backend engineer berperan seperti fondasi sebuah bangunan yang menopang keseluruhan sistem agar tetap kokoh dan stabil.
Lima Tanggung Jawab Utama Backend Engineer
- Merancang Struktur Data yang Efisien: Backend engineer bertanggung jawab untuk merancang dan mengelola database yang digunakan oleh perusahaan. Mereka harus memastikan bahwa struktur data yang dibuat efisien, mudah diakses, dan mampu menyimpan data dalam jumlah besar tanpa mengorbankan performa.
- Membangun dan Mengelola API: API (Application Programming Interface) adalah jembatan penghubung antara berbagai layanan dalam ekosistem digital perusahaan. Backend engineer harus memastikan API yang dibangun dapat digunakan dengan mudah oleh frontend developer dan layanan pihak ketiga lainnya. API ini juga harus memiliki keamanan yang tinggi untuk melindungi data perusahaan.
- Menjamin Keamanan Data: Salah satu tanggung jawab terbesar backend engineer adalah menjaga keamanan data perusahaan. Mereka harus menerapkan berbagai metode enkripsi, manajemen autentikasi, dan otorisasi untuk memastikan bahwa hanya pengguna yang berhak yang dapat mengakses data tertentu. Selain itu, mereka juga harus mampu mengantisipasi dan mencegah serangan siber seperti SQL Injection, XSS, dan lainnya.
- Mengoptimalkan Performa Sistem: Backend engineer perlu memastikan bahwa sistem yang dibangun dapat menangani jumlah permintaan yang besar tanpa mengalami penurunan performa. Mereka akan melakukan optimasi kode, mengelola caching, serta melakukan load balancing untuk memastikan aplikasi tetap berjalan lancar meskipun mengalami peningkatan pengguna.
- Mengintegrasikan Layanan Pihak Ketiga: Dalam dunia digital yang semakin kompleks, perusahaan seringkali membutuhkan integrasi dengan layanan pihak ketiga, seperti payment gateway, layanan pengiriman, atau sistem ERP. Backend engineer bertanggung jawab untuk memastikan integrasi ini berjalan lancar dan sesuai dengan kebutuhan bisnis.
Banyak Pilihan Bahasa Pemrograman dan Tools untuk Backend Engineer
Saat ini, tersedia banyak bahasa pemrograman dan tools yang dapat digunakan oleh backend engineer dalam membangun sistem yang kuat dan reliable. Beberapa bahasa pemrograman yang populer di kalangan backend engineer adalah:
- PHP: Umum digunakan untuk web development dengan framework seperti Laravel. PHP terkenal karena mudah dipelajari dan memiliki banyak komunitas pendukung.
- Python: Sering digunakan untuk data analysis dan machine learning, serta web development dengan framework seperti Django dan Flask.
- Node.js: Menggunakan bahasa JavaScript untuk backend development, memungkinkan backend dan frontend developer menggunakan bahasa yang sama.
- Ruby: Digunakan dengan framework Ruby on Rails, sering digunakan untuk aplikasi web dengan skala kecil hingga menengah.
- Golang: Dikenal dengan performa yang tinggi dan manajemen concurrency yang baik, cocok untuk membangun sistem dengan skala besar.
Selain bahasa pemrograman, ada juga berbagai tools yang membantu backend engineer menjaga performa dan keamanan sistem, seperti:
- Database Management Systems (DBMS): MySQL, PostgreSQL, MongoDB untuk mengelola data yang terstruktur maupun tidak terstruktur.
- Version Control Systems: Git digunakan untuk mengelola kode, memastikan kolaborasi yang baik antar developer.
- Containerization Tools: Docker digunakan untuk memastikan aplikasi dapat berjalan dengan konsisten di berbagai lingkungan.
- Cloud Services: AWS, Google Cloud, atau Azure untuk menyimpan data, menjalankan aplikasi, dan mengelola infrastruktur secara efisien.
Dengan beragam pilihan bahasa dan tools ini, backend engineer dapat membangun sistem yang tidak hanya kuat dan reliable, tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan dengan fleksibilitas yang tinggi. Ini memungkinkan perusahaan untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pasar dan teknologi.
Alur Belajar Pemula untuk Menjadi Backend Engineer
Berkarir sebagai backend engineer bisa menjadi pilihan yang menarik dan menantang, terutama di era digital seperti sekarang. Bagi pemula, perjalanan ini mungkin terasa panjang dan kompleks. Oleh karena itu, penting untuk memiliki alur belajar yang jelas, mulai dari dasar hingga siap mendapatkan pekerjaan pertama. Berikut adalah panduan langkah demi langkah yang bisa kamu ikuti.
1) Memahami Dasar-dasar Pemrograman
Sebelum mempelajari hal-hal teknis terkait backend, kamu perlu memiliki dasar pemrograman yang kuat. Pilih satu bahasa pemrograman untuk dipelajari terlebih dahulu. Beberapa pilihan populer untuk pemula adalah:
- Python: Mudah dipahami, banyak digunakan, dan memiliki banyak sumber belajar untuk pemula.
- JavaScript: Bahasa yang fleksibel, bisa digunakan untuk frontend maupun backend (dengan Node.js).
- PHP: Sering digunakan untuk web development, memiliki banyak komunitas dan dokumentasi.
Pada tahap ini, fokuslah untuk memahami konsep dasar seperti variabel, tipe data, loop, dan fungsi. Kamu bisa memulai dari tutorial dasar atau kursus online gratis seperti di BuildWithAngga.
2) Memahami Konsep Dasar Web Development
Sebagai backend engineer, kamu perlu memahami cara kerja web development secara keseluruhan. Pelajari konsep seperti:
- HTTP dan HTTPS: Cara kerja protokol ini dalam pertukaran data antara client dan server.
- Client-Server Architecture: Bagaimana browser (client) berinteraksi dengan server untuk mendapatkan data.
- RESTful API: Konsep ini sangat penting untuk membangun backend yang bisa berkomunikasi dengan frontend atau aplikasi lain.
3) Mempelajari Dasar-dasar Database
Backend engineer sering bekerja dengan database untuk menyimpan, mengelola, dan mengambil data. Mulailah dengan mempelajari:
- SQL: Bahasa standar untuk berinteraksi dengan database relasional seperti MySQL dan PostgreSQL.
- NoSQL: Konsep dan penggunaan database non-relasional seperti MongoDB untuk data yang lebih fleksibel.
Pahami bagaimana cara membuat tabel, melakukan query dasar seperti SELECT, INSERT, UPDATE, DELETE, serta konsep normalisasi database untuk menjaga integritas data.
4) Mempelajari Framework Backend
Setelah memahami dasar-dasar pemrograman dan database, saatnya belajar framework backend. Framework membantu mempercepat proses development dengan menyediakan struktur dan komponen siap pakai. Pilih salah satu framework sesuai bahasa yang kamu pelajari:
- Laravel (PHP): Framework yang banyak digunakan dengan dokumentasi lengkap, cocok untuk membangun aplikasi web skala kecil hingga besar.
- Django (Python): Menyediakan banyak fitur bawaan, cocok untuk pemula yang ingin membangun aplikasi dengan cepat.
- Express (Node.js): Framework minimalis yang fleksibel, cocok untuk membangun API sederhana.
Di sini, kamu akan belajar tentang routing, middleware, pengelolaan request dan response, serta cara membuat API sederhana.
5) Membangun Proyek Sederhana
Mulailah membangun proyek sederhana untuk mempraktikkan apa yang telah kamu pelajari. Beberapa ide proyek yang bisa kamu coba:
- To-Do List App: Aplikasi sederhana untuk menambahkan, mengedit, dan menghapus tugas.
- Blog: Aplikasi yang memungkinkan pengguna membuat, membaca, mengedit, dan menghapus artikel.
- API Sederhana: Buatlah API untuk manajemen data seperti pengguna, produk, atau buku.
Proyek ini akan membantumu memahami bagaimana mengimplementasikan konsep backend secara nyata.
6) Mempelajari Keamanan Dasar
Keamanan adalah aspek penting dalam pengembangan backend. Beberapa hal yang perlu dipelajari:
- Input Validation dan Sanitization: Mencegah data yang berbahaya masuk ke sistem.
- Authentication dan Authorization: Mengelola akses pengguna ke aplikasi dengan aman.
- Data Encryption: Melindungi data sensitif seperti password dengan enkripsi.
Pahami juga ancaman umum seperti SQL Injection dan Cross-Site Scripting (XSS), serta bagaimana cara mengatasinya.
7) Menguasai Version Control System (Git)
Menggunakan Git adalah keahlian yang wajib dimiliki oleh setiap developer. Git memungkinkanmu untuk melacak perubahan kode, bekerja secara kolaboratif, dan mengelola proyek dengan lebih baik. Pelajari konsep dasar seperti commit, push, pull, branch, dan merge.
8) Mempelajari Deploy dan Cloud Computing
Memahami cara deploy aplikasi ke server adalah langkah penting untuk backend engineer. Pelajari cara menggunakan layanan cloud seperti AWS, Google Cloud, atau Heroku untuk meng-host aplikasi yang kamu buat. Pahami juga konsep containerization dengan Docker agar aplikasi bisa dijalankan di berbagai lingkungan dengan konsisten.
9) Membangun Portfolio dan CV
Kumpulkan semua proyek yang telah kamu buat ke dalam portfolio. Upload proyekmu ke GitHub atau platform sejenis. Buatlah deskripsi yang jelas untuk setiap proyek, jelaskan teknologi yang digunakan, dan tantangan apa yang dihadapi. Portfolio yang baik akan menjadi nilai tambah saat melamar pekerjaan.
10) Mencari Pekerjaan Pertama
Setelah membangun portfolio, saatnya mencari pekerjaan pertama. Beberapa tips yang bisa membantu:
- Mencari Internship atau Junior Position: Banyak perusahaan yang membuka peluang bagi pemula untuk belajar dan berkembang.
- Networking: Bergabunglah dengan komunitas developer di platform seperti GitHub, LinkedIn, atau forum-forum teknologi.
- Mendaftar ke Job Portal: Daftarkan diri di portal pekerjaan seperti LinkedIn, Glassdoor, atau platform lokal seperti JobStreet.
Cara Membuat Portfolio Pertama sebagai Backend Engineer Pemula
Membuat portfolio yang menarik dan profesional adalah langkah penting untuk memulai karir sebagai backend engineer. Portfolio yang baik dapat menjadi bukti konkret kemampuanmu dan meningkatkan peluang untuk diterima magang atau bekerja. Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk membuat portfolio pertama yang efektif sebagai backend engineer pemula.
1) Pilih Platform untuk Menyimpan Portfolio
Pertama, pilih platform untuk menampilkan hasil karyamu. Beberapa platform populer yang dapat digunakan adalah:
- GitHub: Platform ini adalah tempat yang sangat baik untuk menyimpan kode dan proyekmu. Buatlah repository untuk setiap proyek yang telah kamu kerjakan, lengkapi dengan dokumentasi dan instruksi instalasi.
- Personal Website: Jika memungkinkan, buatlah website pribadi menggunakan layanan seperti GitHub Pages, Netlify, atau platform lainnya. Website ini bisa berfungsi sebagai showcase dari proyek-proyekmu dan mencantumkan link ke repository GitHub.
- LinkedIn: Tambahkan deskripsi singkat dan link ke portfolio atau GitHub di profil LinkedInmu agar mudah ditemukan oleh recruiter.
2) Pilih Proyek yang Menarik dan Relevan
Pilih beberapa proyek yang menunjukkan kemampuanmu sebagai backend engineer. Beberapa proyek yang dapat dipilih antara lain:
- API Sederhana: Buat API untuk mengelola data seperti pengguna, produk, atau buku. Tunjukkan cara mengelola CRUD (Create, Read, Update, Delete) data dengan baik.
- Sistem Manajemen: Aplikasi seperti sistem manajemen inventaris atau sistem manajemen tugas yang menunjukkan kemampuanmu dalam mengelola data dan relasi antar entitas.
- Blog atau CMS: Buat sistem sederhana untuk menambah, mengedit, dan menghapus konten blog. Ini menunjukkan pemahamanmu tentang autentikasi pengguna dan manajemen konten.
Pastikan setiap proyek ini menunjukkan pemahamanmu tentang konsep backend seperti manajemen database, API, dan keamanan dasar.
3) Dokumentasikan Setiap Proyek dengan Jelas
Dokumentasi adalah kunci dari portfolio yang baik. Pastikan setiap proyek yang kamu tampilkan memiliki dokumentasi yang jelas. Dokumentasi ini harus mencakup:
- Deskripsi Proyek: Jelaskan tujuan dari proyek ini, apa yang ingin dicapai, dan bagaimana proyek ini bekerja.
- Teknologi yang Digunakan: Sebutkan bahasa pemrograman, framework, dan tools apa saja yang kamu gunakan dalam proyek ini.
- Cara Menginstal dan Menjalankan: Berikan instruksi yang jelas tentang cara meng-clone repository, menginstal dependensi, dan menjalankan proyek. Pastikan orang lain dapat dengan mudah menjalankan proyekmu di lingkungan mereka.
- Fitur Utama: Jelaskan fitur-fitur utama dari proyekmu. Misalnya, jika proyekmu adalah API, jelaskan endpoint apa saja yang tersedia dan bagaimana cara menggunakannya.
4) Sertakan Pengujian dan Keamanan
Jika memungkinkan, tambahkan pengujian (testing) ke proyekmu untuk menunjukkan bahwa kamu peduli dengan kualitas kode. Gunakan tools seperti PHPUnit untuk proyek PHP atau Jest untuk Node.js. Jelaskan dalam dokumentasi bagaimana pengujian ini dapat dijalankan.
Selain itu, jelaskan langkah-langkah keamanan yang telah kamu terapkan dalam proyek. Misalnya, jika kamu menggunakan autentikasi dan otorisasi, jelaskan mekanisme yang digunakan dan bagaimana data pengguna dilindungi.
5) Buat Readme yang Menarik di Setiap Repository
File README adalah tempat pertama yang dilihat oleh orang yang mengunjungi repository GitHub-mu. Pastikan README memiliki struktur yang baik, seperti:
- Judul Proyek: Beri judul yang menarik dan deskriptif.
- Badge: Tambahkan badge seperti status build, lisensi, dan coverage test.
- Deskripsi: Deskripsikan proyekmu dengan jelas dan singkat.
- Fitur: Tulis daftar fitur utama proyekmu.
- Cara Instalasi: Jelaskan langkah-langkah instalasi dan menjalankan proyek.
- Contoh Penggunaan: Sertakan contoh penggunaan dari fitur utama atau endpoint API.
6) Buat Video Demo Proyek
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang proyekmu, buatlah video demo singkat yang menunjukkan cara kerja proyekmu. Upload video ini ke platform seperti YouTube, dan sertakan link ke video tersebut di dokumentasi proyek atau di website pribadimu. Video ini akan membantu recruiter atau calon employer untuk melihat hasil karyamu tanpa perlu menjalankan proyekmu secara langsung.
7) Sertakan Resume dan Deskripsi Diri di Portfolio
Selain proyek, penting juga untuk mencantumkan resume dan deskripsi singkat tentang dirimu di website atau GitHub. Jelaskan:
- Latar Belakang Pendidikan: Sebutkan pendidikan yang relevan, seperti jurusan komputer atau teknologi informasi.
- Pengalaman: Jika kamu memiliki pengalaman magang atau freelance, sebutkan proyek apa saja yang pernah kamu kerjakan.
- Keahlian: Sebutkan keahlian utama seperti bahasa pemrograman, framework, dan tools yang kamu kuasai.
- Tujuan Karir: Jelaskan tujuan karirmu, misalnya ingin menjadi backend engineer yang fokus pada pengembangan API dan manajemen data.
8) Minta Feedback dari Developer Lain
Setelah selesai membuat portfolio, mintalah feedback dari developer lain. Kamu bisa meminta saran dari teman, mentor, atau komunitas developer di GitHub dan LinkedIn. Feedback ini bisa membantumu memperbaiki kesalahan kecil dan membuat portfolio-mu lebih baik lagi.
9) Update Portfolio Secara Berkala
Setelah membuat portfolio, pastikan untuk selalu meng-update-nya dengan proyek-proyek terbaru dan skill yang baru kamu pelajari. Ini menunjukkan bahwa kamu terus belajar dan berkembang sebagai seorang backend engineer.
Rekomendasi Kelas Gratis Buildwithangga untuk belajar backend
1. Belajar Dasar Pemrograman PHP
Kelas ini cocok bagi pemula yang ingin memulai karir sebagai backend engineer. Di sini, kamu akan belajar dasar-dasar PHP seperti sintaks dasar, variabel, fungsi, hingga manipulasi database menggunakan MySQL. Kelas ini memberikan pondasi yang kuat sebelum melangkah ke framework PHP seperti Laravel.
2. Membuat Restful API dengan Lumen
Lumen adalah micro-framework dari Laravel yang digunakan untuk membangun RESTful API yang ringan dan cepat. Dalam kelas ini, kamu akan belajar cara membuat API sederhana mulai dari routing, controller, hingga menghubungkan API dengan database. Kelas ini sangat cocok bagi kamu yang ingin mempelajari cara membuat backend yang dapat berinteraksi dengan frontend seperti React atau Vue.
3. Pengenalan Node.js dan Express
Node.js menjadi salah satu pilihan utama untuk pengembangan backend berbasis JavaScript. Kelas ini membahas dasar-dasar Node.js dan framework Express untuk membangun server yang cepat dan scalable. Kamu akan belajar cara mengelola request dan response, serta bagaimana menghubungkan server dengan database MongoDB.
4. Belajar Dasar Laravel 9
Laravel adalah framework PHP yang sangat populer dan memiliki banyak fitur untuk membangun aplikasi web yang kompleks. Di kelas ini, kamu akan mempelajari dasar-dasar Laravel seperti routing, controller, view, hingga cara membuat CRUD sederhana. Kelas ini menjadi batu loncatan yang bagus sebelum mendalami fitur-fitur lanjutan Laravel seperti middleware dan Eloquent ORM.
5. Membangun RESTful API dengan Laravel 11
Kelas ini dirancang untuk kamu yang sudah memahami dasar-dasar Laravel dan ingin mengembangkan kemampuan dalam membangun RESTful API. Di sini, kamu akan belajar cara membuat API mulai dari autentikasi, pengelolaan resource, hingga dokumentasi API menggunakan Swagger. Ini adalah langkah yang tepat untuk mempersiapkan diri dalam membangun microservices atau mengintegrasikan backend dengan berbagai platform frontend.
Kelas-kelas ini dapat diakses secara gratis di BuildWithAngga, dan menyediakan materi yang disusun secara terstruktur serta mudah dipahami, sehingga cocok untuk pemula maupun yang sudah memiliki pengalaman dalam pemrograman backend.
Penutup dan Saran untuk Programmer Pemula
Menjadi seorang backend engineer membutuhkan pemahaman mendalam tentang logika pemrograman, manajemen database, dan pengembangan API. Langkah awal yang tepat adalah membangun fondasi yang kuat dengan mempelajari dasar-dasar pemrograman, algoritma, dan struktur data. Setelah itu, kamu bisa memilih framework backend yang populer seperti Laravel, Node.js, atau Django untuk mendalami pengembangan aplikasi yang lebih kompleks.
Untuk programmer pemula yang ingin fokus menjadi backend engineer, disarankan untuk:
- Konsisten Belajar dan Praktik: Pemahaman teori saja tidak cukup. Lakukan praktik secara rutin dengan membangun proyek-proyek kecil seperti aplikasi CRUD sederhana, integrasi API, dan sistem autentikasi. Ini akan membantu kamu memahami konsep-konsep backend dengan lebih baik.
- Ikuti Kelas Online Berkualitas: Pilih kelas-kelas yang tidak hanya menyediakan materi teori, tetapi juga studi kasus yang aplikatif. Belajar bersama mentor expert di BuildWithAngga akan memberikan kamu pengalaman belajar yang lebih terarah dan efektif.
- Bangun Portofolio: Kumpulkan semua proyek yang sudah kamu buat dalam satu portofolio. Portofolio ini akan menjadi bukti nyata dari keterampilan yang kamu miliki dan dapat meningkatkan peluangmu untuk diterima bekerja sebagai backend engineer.
- Bergabung dengan Komunitas: Jangan ragu untuk bertanya dan berdiskusi dengan sesama programmer di forum atau komunitas online. Ini akan membantu kamu mendapatkan insight baru dan solusi untuk masalah yang mungkin kamu hadapi selama belajar.
- Belajar dari Mentor Expert: Bergabung dengan program belajar di BuildWithAngga yang menyediakan mentor expert akan membantumu memahami berbagai konsep backend secara lebih mendalam. Dengan bimbingan mentor, kamu bisa mendapatkan feedback langsung, menghindari kesalahan umum, dan belajar teknik-teknik yang efisien dalam pengembangan backend.
Manfaat Belajar di BuildWithAngga
Dengan belajar di BuildWithAngga, kamu akan mendapatkan berbagai benefit, seperti:
- Akses Materi Selamanya: Setelah bergabung, kamu bisa mengakses seluruh materi belajar kapan saja tanpa batasan waktu. Ini sangat berguna untuk revisi atau belajar ulang materi yang dirasa kurang dikuasai.
- Sertifikat Kerja: Setiap kelas yang kamu selesaikan akan memberikan sertifikat resmi yang dapat menjadi nilai tambah dalam CV atau LinkedIn kamu. Sertifikat ini menunjukkan bahwa kamu telah menyelesaikan pelatihan dan memahami materi yang diajarkan.
- Portofolio Berkualitas: Kamu akan dibimbing untuk membuat proyek yang layak dimasukkan dalam portofolio. Ini termasuk proyek-proyek yang mengikuti standar industri sehingga dapat memikat perhatian calon employer atau klien.
Dengan semua manfaat ini, belajar bersama BuildWithAngga akan membantumu tidak hanya menguasai keahlian backend, tetapi juga mempersiapkan diri dengan baik untuk masuk ke dunia kerja sebagai backend engineer profesional. Jangan ragu untuk memulai perjalanan belajarmu sekarang dan wujudkan karier impianmu!