15 Tips Membangun Portfolio UI/UX Designer yang bikin client tertarik hire kamu!

Nunjukin desain keren itu penting, tapi di dunia UI/UX, portofolio kamu harus lebih dari sekadar tampilan soalnya portofolio juga jadi bukti kalau kamu bisa menyelesaikan masalah, mikir secara strategis, dan bikin pengalaman pengguna yang wah!

Nah, biar portofoliomu nggak cuma "oke" tapi standout banget, ini dia 15 tips dari BWA yang bisa bikin klien atau recruiter langsung klik dan jatuh hati di pandangan pertama!

1. Tentuin Tujuan Portofolio

Ilustrasi Goals

Nah tips pertama itu tentuin tujuan portofolio bisa diawali dengan nanya ke diri sendiri kaya “apakah kamu lagi nyiapin diri buat apply kerja di tech company impian? Mau dapet project freelance dari klien luar negeri? Atau mungkin ingin bangun personal branding biar dikenal sebagai desainer yang standout di industri?”

Nah dari jawaban pertanyaan tersebut nantinya jadi tujuan utama yang sangat menentukan arah isi, tone, dan cara kamu menyusun portofolio. Kalau untuk cari kerja, kamu mungkin butuh menonjolkan proses dan hasil akhir. Tapi kalau tujuannya freelance, pendekatannya bisa lebih ke solusi praktis dan impact nyata untuk klien. Dan kalau tujuannya personal branding? Maka gaya komunikasi dan storytelling jadi kunci utama.

Intinya, jangan langsung buru-buru lempar semua desain ke satu tempat. Kita bisa mulai dengan memahami kenapa kamu membuat portofolio itu karena nantinya dari situ, kamu bisa bangun sesuatu yang jauh lebih fokus, strategis, dan tentu nya, menarik buat klien.

2. Gunakan Platform Portofolio yang Tepat

Platform Dribbble

Punya karya keren tapi salah tempat pamer? Sayang banget! Sebagus dan seberbobot apa pun isi portofoliomu, kalau platform yang kamu gunakan membingungkan, lambat, atau tampilannya nggak nyaman dilihat, bisa-bisa orang langsung close tab sebelum sempat benar-benar mengapresiasi kerja kerasmu.

Makanya, penting banget untuk memilih platform portofolio yang nggak cuma estetis, tapi juga:

  • User-friendly, agar siapa pun bisa akses dengan mudah
  • Responsive, biar tampil optimal di berbagai perangkat
  • Cepat diakses, karena nggak ada yang sabar nunggu loading
  • Mendukung interaktivitas, kalau kamu ingin nunjukin prototype atau microinteraction
  • Mudah kamu kelola dan update, supaya kamu bisa terus menyempurnakan portofoliomu seiring waktu

Bingung pilih platformnya apa aja? Kalau kamu ingin terlihat profesional website pribadi adalah pilihan terbaik. Kamu bisa membangunnya dengan tools seperti Webflow atau Framer—keduanya memungkinkan kamu menampilkan portofolio secara interaktif, responsif, dan sesuai dengan gaya visualmu sendiri.

Kalau kamu ingin tampil di komunitas desain global dan menambah exposure, kamu bisa mengunggah karya visual di Behance atau Dribbble. Platform ini cocok untuk menunjukkan sisi visual dari karyamu, sekaligus membangun kredibilitas di mata sesama desainer dan klien potensial. Tapi tetap arahkan audiens ke portofolio utama milikmu untuk pengalaman yang lebih lengkap dan mendalam.

Dan jangan lupa format PDF meski terkesan jadul, PDF tetap praktis untuk dilampirkan saat melamar kerja, terutama bagi recruiter yang ingin melihat ringkasan karyamu secara cepat dan offline.

3. Gunakan Writing yang Clear, Rapi dan Menarik

Contoh pemakaian bullet points agar writing menjadi clear dalam porfolio

Portofolio UI/UX bukan cuma soal visual tulisanmu juga punya peran besar! Sebagus apa pun desainnya, kalau penjelasanmu membingungkan atau datar, pesan yang ingin kamu sampaikan bisa hilang begitu saja.

Coba bayangkan recruiter atau client lagi scroll portofoliomu. Mereka pengen ngerti konteks, proses, dan alasan desainmu dengan cepat. Jadi, pastikan kamu menggunakan bahasa yang jelas, ringkas, dan engaging. Hindari kalimat yang terlalu teknis atau berputar-putar. Sebaliknya, ceritakan prosesmu dengan alur yang mengalir dan gaya yang oke. Misalnya :

  • Pakai heading dan subheading biar tulisanmu mudah dipindai
  • Gunakan bullet points untuk info penting (daripada paragraf panjang)
  • Tulis dengan nada percaya diri, tapi nggak berlebihan
  • Tambahkan sentuhan personal, asal tetap relevan dengan konteks

Ingat, tulisan yang baik bisa bikin proses desainmu terasa lebih hidup, relatable, dan meyakinkan. Karena pada akhirnya, portofolio bukan cuma tentang apa yang kamu buat tapi juga tentang bagaimana cara kamu menyampaikannya.

4. Pakai Visual Identity yang Consistent !

Contoh page portofolio dengan cover dan thumbnail project yang minimalist

Portofolio kamu adalah bukti langsung bahwa kamu bisa desain. Jadi, pastikan tampilannya mencerminkan kualitas dan gaya desainmu secara keseluruhan. Jangan sampai portofoliomu malah terlihat seperti kumpulan proyek dari lima desainer berbeda yang nggak pernah duduk dan ngobrol bareng.

Konsistensi visual menunjukkan bahwa kamu paham prinsip desain yang solid. Dari pemilihan warna, tipografi, icon set, hingga layout dan gaya presentasi semuanya harus terasa terhubung. Nggak harus kaku, tapi tetap punya benang merah yang memperkuat personal branding-mu sebagai UI/UX Desainer.

Beberapa hal yang bisa kamu perhatikan:

  • Pilih palet warna dan font yang selaras dengan tone yang ingin kamu tampilkan
  • Buat cover dan thumbnail project dengan gaya visual yang senada
  • Sesuaikan tone visual dengan bidang yang kamu geluti (clean untuk B2B, playful untuk edutech, dsb.)

Portofolio yang rapi secara visual akan jauh lebih mudah dinikmati, meninggalkan kesan yang kuat, dan memperkuat identitasmu di mata recruiter. Jadi, jangan anggap sepele visual identity karena selain isi, kesan visual adalah hal pertama yang mereka lihat.

5. Quality Over Quantity - Less is More, Bro!

Contoh portfolio bagian project

Daripada numpuk 20 project yang biasa-biasa aja, mending pilih beberapa case study yang berkualitas dan bener-bener menggambarkan kemampuan terbaikmu. Ingat, portofolio kita itu bukan arsip! jadi ga semuanya mesti kita tampilin. Kenapa kita pilih yang berkualitas aja? ya karena itu mata Recruiter udah lelah liat ribuan portfolio! soalnya bukan kamu doang yang apply. Nah makanya kita cuma punya beberapa menit buat bikin mereka terkesan sama portofolio kita.

Kalau dalam sekejap mereka bisa langsung lihat: "Oke, desainer ini ngerti proses, punya kepekaan desain, dan tau cara menyelesaikan masalah", maka kamu selangkah lebih dekat ke peluang yang kamu incar. Jadi, sedikit itu bukan soal mengurangi tapi juga soal menonjolkan yang terbaik. Tampilkan hanya yang paling bagus, paling relevan, dan paling mencerminkan kita sebagai UI/UX Designer yang punya skill.

6. Ceritain Journey-nya, Jangan Cuma Pamer End Result!

Contoh journey dalam portfolio

Buat apa nunjukin desain super kece kalau orang nggak ngerti cerita di baliknya? Employer atau recruiter nggak cuma pengen lihat hasil akhir yang rapi dan mulus mereka juga ingin tahu bagaimana caranya kamu sampai ke sana.

Proses di balik layar adalah hal yang justru paling penting. Mereka ingin tahu cara kamu berpikir, bagaimana kamu menganalisis masalah, menyusun strategi, dan mengambil keputusan desain di setiap tahap. Apakah kamu memahami kebutuhan pengguna? Apakah solusi yang kamu buat benar-benar berdasarkan data dan riset, bukan cuma intuisi?

Karena di dunia UI/UX, hasil akhir hanyalah puncak gunung es. Yang bikin kamu standout adalah proses nya **mulai dari memahami problem, melakukan eksplorasi, menguji ide, melakukan revisi, hingga akhirnya melahirkan solusi yang benar-benar relevan dan berdampak.

Dengan menunjukkan proses itu, kamu bukan cuma memamerkan hasil kerja, tapi juga membuktikan bahwa kamu adalah seorang problem solver sejati. Dan , percaya deh bakalan jauh lebih berkesan di mata recruiter daripada sekadar visual yang cakep tapi tanpa konteks.

7. Variasi Project Biar Nggak Boring!

Contoh Variasi Project

Kalau semua proyekmu terlihat mirip, calon employer bisa jadi ragu: "Desainer ini cuma jago di satu gaya atau device aja, ya?" Nah, di sinilah pentingnya variasi!

Jangan jadi desainer yang hanya bisa menangani satu jenis proyek atau satu style tertentu. Tunjukkan kalau kamu fleksibel dan mampu beradaptasi dengan berbagai tantangan. Misalnya:

  • Satu proyek redesign aplikasi mobile dengan fokus pada pengalaman pengguna harian
  • Satu proyek dashboard kompleks dengan data yang berat tapi tetap mudah dipahami
  • Satu lagi landing page marketing yang visualnya menggoda tapi tetap konversi-driven

Variasi proyek menunjukkan bahwa kamu nggak hanya paham desain dari sisi estetika, tapi juga konteks pengguna, skenario penggunaan, dan kebutuhan bisnis yang berbeda-beda.

Dengan menampilkan beragam jenis proyek, membuktikan bahwa kamu bisa berpikir strategis, bekerja lintas platform, dan tetap menghasilkan solusi desain yang efektif di berbagai situasi. Dan yang paling penting portofoliomu jadi jauh lebih menarik untuk dilihat nggak monoton, nggak membosankan, dan pasti lebih berkesan!

8. Pakai Mockup dan Prototype!

Contoh mockup dalam portfolio

Desain yang bagus itu penting. Tapi penyajiannya? Sama pentingnya! Bahkan, desain terbaik pun bisa terlihat biasa saja kalau tidak dikemas dengan cara yang menarik.

Makanya, tampilkan proyekmu dengan mockup dan prototype yang menggoda mata yang bikin orang langsung berhenti scroll dan bilang, “Wow, ini keren banget!” . Gunakan mockup yang kontekstual misalnya tunjukkan desain mobile di tangan pengguna, atau dashboard di layar desktop yang realistis. Bukan cuma tempel-tempel visual ke template polos.

Dan jangan lupa prototype interaktif! Karena ini bukan cuma soal kelihatan bagus, tapi juga soal terasa nyata. Biarkan reviewer merasakan flow dan interaksi dari desainmu.

Dengan mockup yang kuat dan prototype yang engaging, kamu bukan cuma menunjukkan apa yang kamu desain, tapi juga bagaimana rasanya digunakan. Dan itu, bisa jadi faktor pembeda yang bikin portofoliomu langsung menonjol di antara yang lain.

9. Tunjukin Impact dengan Data

Contoh data result pada portfolio

Desain yang bagus bukan cuma enak dilihat yang lebih penting, desainmu harus berdampak. Nah, salah satu cara paling ampuh buat membuktikan itu adalah dengan data yang valid.

Jangan cuma bilang, “Redesain ini meningkatkan pengalaman pengguna.”

Lebih bagus kalau kamu bilang, “Setelah implementasi desain baru, bounce rate turun 35% dan konversi naik 18% dalam dua minggu.” Boom! That’s impact.

Dengan menyertakan data, kamu menunjukkan bahwa keputusan desainmu bukan sekadar estetika, tapi punya hasil nyata dan terukur. Employer atau klien jadi tahu dan yakin bahwa kamu paham tujuan bisnis, dan bisa membuat solusi yang bukan hanya cantik, tapi juga efektif.

10. Jelaskan Peranmu Secara Jelas di Portfolio

Contoh Peran dalam project portfolio

Kalau kamu mengerjakan proyek dalam tim, jangan hanya menampilkan hasil akhirnya saja penting banget untuk menjelaskan secara spesifik bagian mana yang jadi tanggung jawabmu . Dengan menjelaskan peran secara spesifik, kamu memberi gambaran utuh tentang apa yang kamu lakukan, seberapa dalam keterlibatanmu, dan apa dampaknya terhadap proyek secara keseluruhan. Ini sangat membantuklien dalam menilai kemampuan individualmu dalam konteks kerja tim, dan juga menunjukkan bahwa kamu bisa berkolaborasi secara efektif.

11. Tambahkan Testimoni atau Review dari klien (Jika Ada)

Contoh section testimoni dalam portofolio

Sudah pernah bekerja bareng klien, product team, atau stakeholder lain? Jangan ragu untuk minta testimoni singkat setelah proyek selesai! Ini bukan cuma pemanis. Testimoni bisa jadi elemen penting yang menambah kepercayaan di mata siapa pun yang melihat portofoliomu.

Kenapa ini penting? Karena pujian dari orang lain jauh lebih meyakinkan daripada sekadar kamu memuji diri sendiri. Testimoni memberikan sudut pandang eksternal tentang cara kamu bekerja, berkomunikasi, dan menyelesaikan masalah. Bahkan satu-dua kalimat saja bisa memberikan kesan besar bahwa kamu profesional, kolaboratif, dan bisa diandalkan.

12. Jangan Lupa Cantumkan Kontak yang Jelas

Contoh halaman contact

Portofolio yang keren bisa jadi sia-sia kalau pengunjung nggak tahu harus hubungi kamu ke mana. Setelah mereka terkesan dengan karyamu, langkah selanjutnya harus mudah: klik, kirim pesan, dan ngobrol lebih lanjut.

Pastikan kamu menambahkan informasi kontak yang jelas dan mudah ditemukan. Bisa berupa email profesional, link ke LinkedIn, atau bahkan form kontak langsung kalau kamu pakai website pribadi. Kalau kamu terbuka untuk freelance atau kolaborasi, sebutkan juga dengan jelas agar peluang lebih mudah datang menghampiri.

Tips praktis

  • Gunakan email yang profesional (hindari nama yang alay atau personal banget)
  • Tambahkan link ke LinkedIn untuk lihat background kerjamu
  • Bisa tambahkan juga Instagram/Dribbble kalau kamu aktif berbagi karya di sana

Ingat, tujuan akhir dari portofolio adalah membuka pintu peluang kerja dan itu cuma bisa terjadi kalau kamu kasih jalannya kalau gak ada kontak atau malah bikin bingung nanti gimana klien mau hubungin. Jadi, buat bagian kontakmu semenarik dan semudah mungkin!.

13. Pastikan Portofoliomu Selalu Up to Date

Ilustrasi latest update

Portofolio yang keren tapi isinya udah jadul? Sayang banget! Seiring berkembangnya skill, gaya desain, dan jenis proyek yang kamu kerjakan, portofolio juga harus ikut tumbuh. Menjaga portofolio tetap up to date adalah salah satu cara paling simpel tapi powerful untuk menunjukkan bahwa kamu aktif, relevan, dan terus berkembang sebagai desainer.

Rekruter dan klien potensial ingin tahu apa yang terakhir kamu kerjakan, bukan cuma proyek dari dua tahun lalu. Proyek terbaru biasanya lebih mencerminkan skill kamu saat ini, cara berpikir yang lebih matang, dan pendekatan desain yang lebih strategis. Apalagi kalau kamu sudah terbiasa menggunakan tools atau tren terbaru—ini jadi nilai tambah besar!

Tips biar portofolio kamu tetap fresh:

  • Update minimal setiap 3–6 bulan, walau hanya 1–2 case study.
  • Revisi deskripsi proyek lama kalau ada insight atau data baru.
  • Tambahkan project freelance, hackathon, redesign eksperimen, atau kontribusi ke produk internal.
  • Refresh tampilan portofolio supaya tetap relevan dengan tren visual sekarang.

Intinya, portofolio itu bukan karya sekali jadi tapi ongoing project yang tumbuh bareng kamu. Jadi, luangkan waktu untuk mengupdate portofolio mu.

14. Tanya feedback tentang portfoliomu

Ilustrasi feedback

Membangun portofolio UI/UX bukanlah proses satu arah yang bisa diselesaikan sendirian. Sering kali, karena terlalu fokus dan terlalu dekat dengan karya sendiri, kita jadi sulit melihat kekurangan atau area yang masih bisa ditingkatkan hal-hal kecil yang mungkin luput dari perhatian karena kita merasa semuanya sudah “pas”. Di sinilah pentingnya meminta feedback dari orang lain, baik itu dari teman seprofesi, mentor yang punya pengalaman lebih luas, maupun pengguna awam yang bisa memberikan sudut pandang segar dari sisi non-teknis. dengan feedback yang kita dapat tersebut tentunya dapat membangun portofolio kita lebih menarik lagi di hadapan klien.

15. One Size Doesn’t Fit All - Kustomisasi Itu Kunci!

Ilustrasi one size doesn’t fit all

Satu versi portofolio untuk semua lowongan? bisa jadi kurang efektif. Karena kenyataannya, setiap perusahaan punya karakter, kebutuhan, dan ekspektasi yang berbeda.

Desainmu mungkin cocok banget buat startup yang butuh solusi cepat dan fleksibel. Tapi kalau kamu apply ke perusahaan besar atau fintech, mereka mungkin lebih tertarik pada proses desain yang rapi, dan terstruktur di setiap stepnya. Jadi, kustomisasi portofolio bukan cuma soal gaya visual semata, tapi juga menyangkut strategi penyampaian yang tepat sasaran. Mulai dari pemilihan proyek pastikan yang kamu tampilkan benar-benar relevan dengan posisi yang kamu lamar. Misalnya, kalau melamar ke startup, tampilkan studi kasus yang menonjolkan kecepatan iterasi dan fleksibilitas desain. Kalau tujuannya agensi branding, fokuskan pada eksplorasi visual dan storytelling.

Contoh Portofolio UI Designer yang Bisa Jadi Inspirasi

Kalau kamu lagi bingung mulai bikin portofolio UI yang menarik, coba intip beberapa contoh di bawah ini. Mulai dari struktur halaman, gaya visual yang konsisten, sampai cara mereka membangun storytelling semuanya bisa jadi referensi bagus buat ngerancang portofoliomu sendiri. Siapa tahu setelah lihat, kamu jadi lebih kebayang mau mulai dari mana!

Milan Reed portfolio

Portofolio ini clean, minimalis, tapi tetap bold! Pemilihan font dan layout-nya terasa sangat modern, cocok banget buat kamu yang suka gaya visual yang to the point tapi tetap elegan.

Gloria Lo portfolio

Kalau kamu pengen lihat bagaimana storytelling bisa bikin desain makin hidup, portofolio Gloria adalah contohnya. Ia menulis setiap studi kasus dengan sangat terstruktur, bikin kita paham alur prosesnya tanpa merasa bosan.

Tom Parkes portfolio

Simpel tapi impactful. Navigasi yang smooth, transisi animasi yang keren, dan penempatan informasi yang jelas. semua itu bikin portofolio Tom terasa profesional dan nyaman banget buat di-scroll.

Moritz Oesterlau portfolio

Kesan pertama waktu buka? simple dan minimalis. Moritz berhasil menggabungkan visual yang simpel dengan tata letak yang tetap fungsional. Cocok buat kamu yang ingin tampil minimalis dan clean.

Lola Jiang portfolio

Desainnya simple, playful tapi tetap rapih. Halaman studi kasusnya detail sampai dengan data impactnya dan penuh visual menarik, jadi kita gak cuma tahu hasil akhirnya, tapi juga bisa ngikutin proses berpikir dan impact di balik desainnya.

Penutup

Membangun portofolio UI/UX bukan sekadar menampilkan desain yang estetik tapi tentang bagaimana kamu menyampaikan proses berpikir, menyusun cerita desain yang kuat, dan menunjukkan dampak nyata dari karyamu. Mulai dari memilih proyek terbaik, menyusun case study yang engaging, sampai memastikan identitas visualmu konsisten semuanya adalah bagian penting sebagai desainer.

Ingat, portofolio yang solid bukan yang paling penuh, tapi yang paling terarah, dan relevan. Teruslah evaluasi, minta feedback, dan upgrade kualitas presentasimu seiring berkembangnya skill dan pengalaman. Karena portofolio terbaik adalah yang tumbuh dan berevolusi bersama perjalanan kariermu.

Dan kalau kamu butuh panduan praktis untuk mulai membangun atau merapikan portofoliomu, kamu bisa langsung belajar dari ahlinya di kelas gratis **Membuat Desain Portofolio Menarik dengan Adobe XD** cocok buat kamu yang ingin menampilkan case study dengan layout visual yang menarik. Atau kalau kamu ingin fokus membangun personal branding sebagai freelancer, coba ikuti kelas UI/UX Designer: Website Portofolio Freelancer untuk Personal Branding biar portofoliomu nggak cuma dilihat, tapi juga diingat.

Selamat berkarya dan semoga portofoliomu jadi pintu menuju peluang-peluang besar ke depannya!